• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI BAKTERI SELULOLITIK RUMEN KERBAU SEBAGAI PROBIOTIK UNTUK MENINGKATKAN

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil

Zona bening disekeliling koloni sebagai ciri khas mikroba selulolitik tidak tampak nyata meskipun dapat dibedakan dengan kolomi jenis lain. Pada hari ke tujuh inkubasi, zona bening mulai tampak lebih jelas. Koloni berbentuk bulat dengan diameter antara satu sampai dua milimiter, warna krem atau putih kecokelatan, dan tidak tembus pandang. Koloni lain yang tumbuh pada medium roll tube berwarna putih terang dan cokelat kemerahan dengan posisi tumbuh melintang berlawanan dengan permukaan agar. Namun sebagian besar adalah berwarna putih dengan diameter kurang dari 1 mm dengan posisi sejajar dengan permukaan medium agar. Adanya zona bening disekeliling koloni menunjukkan bahwa mikroba tersebut mempunyai aktivitas enzim selulase ekstraseluler kuat. Besar kecilnya zona bening dan jelas tidaknya zona bening, merupakan indikator kemampuan mikroba tersebut untuk merombak selulosa, demikian juga cepat dan lambatnya timbul zona bening tersebut (Van Devoorde dan Verstraete, 1987).

Hasil pemeriksaan Gram menunjukkan bahwa reaksi kimia pewarnaan akhir menghasilkan warna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa koloni selulolitik termasuk kelompok bakteri gram positif. Sedangkan hasil pemeriksaan mikroskopis menunjukkan bahwa bentuk bakteri selulolitik adalah bulat (coccus).

Seperti terlihat pada Tabel 1, semua isolate bakteri selulolitik menunjukkan pertumbuhan yang baik (dengan nilai absorbansi antar 0,8-1,5) pada medium yang mengandung NaDC sampai konsentrasi 0,6 mM. Walaupun tidak dianalisis pada penelitian ini, toleransi yang baik terhadap garam empedu diduga berhubungan erat dengan peranan enzim-enzim yang mampu mendegradasi garam empedu. Peran enzim pendegradasi garam empedu, seperti bile salt hydrolase pada bakteri asam laktat pernah dilaporkan oleh

Smet et al. (1995). Enzim ini mampu mengubah kemampuan fi sik dan kimia yang dimiliki oleh garam

beberapa isolate bakteri pada Tabel 5.1, kemungkinan terjadi melalui mekanisme yang dijelaskan di atas. Berdasarkan pada sifat resisten yang ditunjukkan oleh isolat pada Tabel 1, mengindikasikan bahwa strain-strain tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai calon probiotik lokal, walaupun beberapa uji lanjutan masih harus dilalui oleh isolat-isolat tersebut.

Tabel 1. Uji kemampuan tumbuh isolat bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau pada berbagai konsentrasi garam empedu

Isolat Bakteri Selulolitik

Rumen Kerbau 0,0 NaDCNilai Absorben OD (panjang gelombang/0,2 NaDC 0,4 NaDCʎ 570 nm0,6 NaDC

Medium CMC (blanko) 0,256 0,252 0,273 0,295 Isolat B-1 1,051 1,103 1,297 1,506 Isolat B-2 1,812 1,772 1,530 1,857 Isolat B-3 1,671 1,313 1,637 1,651 Isolat B-4 1,160 1,403 1,593 1,797 Isolat B-5 1,361 1,402 1,333 1,528 Isolat B-6 1,310 1,327 1,455 1,733 Isolat B-7 1,303 1,411 1,567 1,650 Isolat B-8 1,102 1,236 1,519 1,529 Isolat B-9 1,365 1,822 1,831 1,506 Isolat B-10 1,361 1,323 1,485 1,666 Isolat B-11 1,187 1,323 1,476 1,623 Isolat B-12 1,205 1,296 1,371 1,582 Isolat B-13 1,095 1,369 1,475 2,003 Isolat B-14 1,108 1,329 1,404 1,581 Isolat B-15 1,219 1,361 1,507 1,618 Isolat B-16 1,232 1,285 1,573 1,426

Walaupun tidak terjadi pada isolat yang diperoleh pada penelitian ini, kematian mikroba pada lingkungan yang mengandung NaDC (garam empedu) dalam konsentrasi tertentu umumnya disebabkan oleh kegagalan mikroba tersebut dalam mempertahankan permeabilitas membrannya setelah terpapar dalam waktu yang cukup lama oleh garam empedu. Menurut Farida (2006) dan Surono (2004), kematian sel pada lingkungan yang terpapar NaDC disebabkan oleh peningkatan aktivitas enzim β-galactosidase terhadap garam empedu, karena aktivitas yang tinggi dari enzim ini dapat membatasi sel untuk mengontrol metabolismenya. Hal ini dapat berakibat terekstraksinya materi-materi intraseluler, seperti sitoplasma dan ribosom, sehingga sel mengalami lisis dan akhirnya mati.

Ketahanan isolat bakteri selulolitik terhadap pH rendah merupakan salah satu karakteristik yang diperlukan atau harus dipenuhi oleh kandidat probiotik agar dapat dikembangkan menjadi probiotik potensial. Pada uji ini pH medium diatur sebesar 3,0; 4,0; 5,0; dan 6,5. Empat unit pH dengan menggunakan HCl (asam klorida), karena HCl memiliki karakteristik yang mirip dengan asam lambung. Sifat resisten terhadap asam sangat perlu dimiliki oleh kandidat probiotik, karena dalam penerapannya nanti kandidat probiotik ini harus melewati lambung yang kondisinya sangat asam, sebelum mencapai kolon.

Pada penelitian ini sebanyak 16 isolate bakteri selulolitikyang diisolasi rumen kerbau diuji ketahanannya pada medium pH sampai rendah. Hasil uji ditunjukkan pada Tabel 2. Data pada Tabel 2 sangat jelas menunjukkan bahwa semua isolat yang uji dapat tumbuh pada medium pH 3,0, pH 4,0; pH 5,0; dan pH 6,5, walaupun terjadi sedikit penurunan nilai optical density (OD) jika dibandingkan dengan kontrol (pH 6,5), setelah diinkubasi selama 3 jam dalam waterbath. Waktu inkubasi selama 3 jam ditujukan untuk menyesuaikan dengan waktu yang diperlukan oleh makanan untuk melewati lambung ternak unggas setelah makanan tersebut ditelan (Oozer et al., 2006). Terjadinya pertumbuhan yang normal ditunjukkan oleh nilai absorbansi antara 0,5-1,0. Kemampuan isolate bakteri selulolitik tumbuh dengan baik pada pH 3,0 hanya lima isolat, yaitu isolate B-3; B-6; B-7; B-10; dan B-13.

Kemampuan kelompok bakteri dapat tahan hidup pada kondisi pH yang ekstrim akan sangat memungkinkan kelompok bakteri ini untuk dikembangkan menjadi kandidat probiotik potensial. Mekanisme yang dilakukan bakteri untuk dapat bertahan pada pH rendah masih belum banyak dikaji.

Namun beberapa peneliti melaporkan bahwa kemampuan mikroba bertahan pada lingkungan pH sangat rendah sangat erat kaitannya dengan kemampuan mikroba tersebut mempertahankan pH internalnya selalu lebih tinggi daripada pH lingkungan sekitarnya (Hutkins dan Nannen, 1993).

Tabel 2. Uji kemampuan tumbuh isolat bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau pada berbagai variasi pH

Isolat Bakteri Selulolitik pH 6,5 Nilai Absorben OD (panjang gelombang/pH 5,0 pH 4,0ʎ 570 nm pH 3,0

Medium CMC (blanko) 1,027 0,925 0,613 0,319 Isolat B-1 1,907 (++) 1,538 (++) 0,984 (+) 0,517 (+) Isolat B-2 1,816 (++) 1,491 (++) 0,925 (+) 0,532 (+) Isolat B-3 1,939 (++) 1,672 (++) 1,182 (++) 0,936 (++) Isolat B-4 1,821 (++) 1,574 (++) 0,973 (+) 0,697 (+) Isolat B-5 1,783 (++) 1,539 (++) 0,878 (+) 0,575 (+) Isolat B-6 1,972 (++) 1,738 (++) 1,128 (++) 0,993 (++) Isolat B-7 1,981 (++) 1,687 (++) 1,165 (++) 0,874 (++) Isolat B-8 1,893 (++) 1,601 (++) 0,852 (+) 0,565 (+) Isolat B-9 1,947(++) 1,685 (++) 0,795 (+) 0,513 (+) Isolat B-10 1,983 (++) 1,702 (++) 1,005 (+) 0,994 (++) Isolat B-11 1,871 (++) 1,390 (+) 0,961 (+) 0,531 (+) Isolat B-12 1,739 (++) 1,571 (++) 0,938 (+) 0,596 (+) Isolat B-13 1,946 (++) 1,685 (++) 1,312 (++) 0,891 (++) Isolat B-14 1,825 (++) 1,492 (++) 0,958 (+) 0,501(+) Isolat B-15 1,902 (++) 1,468 (++) 0,881 (+) 0,507 (+) Isolat B-16 1,817 (++) 1,595 (++) 0,976 (+) 0,566 (+)

Keterangan : - = A < 0,1 (tidak tahan asam)

+ = A 0,1 – 0,5 (sedikit tahan asam)

++ = A 0,5 – 1,0 (tahan asam)

+++ = A > 1,0 (sangat tahan asam)

Gambar 2. Zona bening (aktivitas CMC-ase) isolat bakteri selulolitik

Kemampuan isolat mendegradasi substrat ditentukan dari diameter zona bening yang terbentuk pada medium yang mengandung substrat Carboxy Methyl Cellulosa/CMC. Medium CMC umumnya adalah untuk mengetahui aktivitas enzim endoglukonase. Isolat bakteri selulolitik yang di uji aktivitas enzim endoglukonasenya adalah isolate bakteri selulolitik yang telah lolos uji asam dan garam empedu (syarat mikroba probiotik) adalah isolat bakteri selulolitik B-3; B-6; B-7; B-10; dan B-13.

Hasil penelitian menunjukkan, ternyata kelima isolate bakteri selulolitik menunjukkan aktivitas CMC-ase dengan menunjukkan zona bening dengan diameter yang berbeda-beda. Isolat bakteri selulolitik B-6 menunjukkan aktivitas selulolitik (CMC-ase) yang paling tinggi dibandingkan dengan isolate lainnya. Lebih jelasnya tersaji pada Gambar 2.

Isolat bakteri selulolitik B-6 Isolat bakteri selulolitik B-3 Isolat bakteri selulolitik B-7

Uji CMC-ase adalah uji kemampuan isolatbakteri selulolitik dalam mendegradasi serat kasar. Hal ini dapat diukur dari diameter zona bening yang dihasilkan (Gambar 2). Dari hasil penelitian ini ternyata hanya isolat bakteri selulolitik B-6 yang mempunyai kemampuan paling besar dalam mencerna serat. Terlihat isolat isolat bakteri selulolitik B-6 mempunyai zona bening yang paling lebar, sedangkan isolat bakteri selulolitik B-3 memiliki zona bening paling sedikit. Hal ini berarti bahwa isolat bakteri selulolitik B-6 mempunyai kemampuam dalam mencerna serat kasar paling tinggi dibandingkan isolate lainnya. Lebih rinci, perbedaan diameter zona bening yang dihasilkan oleh ketiga isolate tersebut tersaji pada Gambar 2. Tabel 3. Kemampuan isolate bakteri selulolitik mendegradasi substrat (ditentukan dari diameter zona bening yang terbentuk) pada medium yang mengandung substrat Carboxy Methyl Cellulosa/CMC

Variabel B-3 Isolat Bakteri Selulolitik Rumen KerbauB-6 B-7 B-10 B-13

Diameter zona bening (mm) 1,75 4,19 1,93 2,64 3,17

Uji kemampuan isolat bakteri selulolitik B-6 sebagai inokulan fermenasi ampas tahu untuk meningkatkan nilai nutrisi ampas tahu tersaji pada Tabel 4. Isolat bakteri selulolitik yang digunakan adalah isolatbakteri selulolitik B-6, merupakan isolate bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau dan telah lolos uji asam dan garam empedu, serta mempunyai aktivitas CMC-ase yang paling tinggi dibandingkan isolat lainnya (Tabel 3).

Table 4. Pengaruh penggunaan isolat bakteri selulolitik B-6 sebagai inokulan fermentasi ampas tahu terhadap kecernaan ampas tahu (% bahan kering)

Parameters

Level kultur isolate bakteri selulolitik B-6

SEM

0.0% 0.30% 0.60%

Kecernaan zat makanan (%):

Kecernaan bahan kering (%) 46.72b 49.92a 50.17a 0.503

Kecernaan bahan organik (%) 47.81b 50.03a 50.38a 0.629

Kecernaan protein kasar (%) 45.75b 54.84a 54.95a 1.507

Kecernaan serat kasar (%) 16.07b 22.18 22.31a 1.075

Energi termetabolis (Kkal/kg) 2708.36b 3058.60a 3075.62a 50.925

Keterangan

SEM = Standart Error of The Treatment means

• Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05)

Koefi sien cerna bahan kering (KCBK) ampas tahu yang terfermentasi dengan kultur isolat bakteri selulolitik B-6pada level 0,30% dan 0,60% menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Koefi sien cerna bahan kering ampas tahu yang mengalami fermentasi oleh kultur isolat bakteri selulolitik B-6 pada level 0,30% dan 0,60% meningkat masing-masing: 6,85% dan 7,38% lebih tinggi daripada kontrol.

Koefi sien cerna bahan organik (KCBO) ampas tahu yang terfermentasi dengan kultur isolat bakteri selulolitik B-6menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Koefi sien cerna bahan organik ampas tahu yang mengalami fermentasi oleh kultur isolat bakteri selulolitik B-6meningkat masing-masing: 4,64% dan 5,38% lebih tinggi daripada kontrol.

Koefi sien cerna protein kasar ampas tahu yang terfermentasi dengan kultur isolat bakteri selulolitik B-6menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Koefi sien cerna protein kasar ampas tahu yang mengalami fermentasi oleh kultur isolat bakteri selulolitik B-6 meningkat masing-masing: 19,87% dan 20,11% lebih tinggi daripada kontrol.

Fermentasi ampas tahu dengan kultur isolat bakteri selulolitik B-6secara nyata (P<0,05) meningkatkan kecernaan serat kasar ampas tahu masing-masing: 38,02% dan 38,83% lebih tinggi dibandingkan dengan ampas tahu kontrol.

Penggunaan kultur isolat bakteri selulolitik B-6 secara nyata (P<0,05) meningkatkan kandungan energi termetabolis ampas tahu masing-masing: 12,93% dan 13,56% lebih tinggi daripada kandungan energi termetabolis ampas tahu kontrol (ampas tahu tanpa fermentasi)

3.2 Pembahasan

Hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa dari beberapa sampel rumen kerbau, berhasil diisolasi 16 jenis isolate bakteri selulolitik. Koloni mulai terlihat pada hari ketiga inkubasi pada temperatur

390C dalam media agar roll tube. Zona bening disekeliling koloni sebagai ciri khas khamir bakteri

selulolitik. tidak tampak nyata meskipun dapat dibedakan dengan koloni jenis lain. Pada hari ketujuh inkubasi, zona bening mulai tampak lebih jelas. Koloni berbentuk bulat dengan diameter antara satu sampai dua milimiter, warna krem atau putih kecokelatan, dan tidak tembus pandang. Isolat bakteri selulolitik adalah yang membentuk koloni dengan zona jernih, uji katalase negatif, dan pengecetatan Gram positif. Hasil pengamatan secara morfologis menunjukkan, ternyata bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau mempunyai bentuk oval berwarna putih/krem.

Ketahanan bakteri selulolitik terhadap pH rendah merupakan salah satu karakteristik yang diperlukan atau harus dipenuhi oleh kandidat probiotik agar dapat dikembangkan menjadi probiotik potensial. Menurut

Ahmad (2005), suhu lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan khamir adalah 25-30oC dan suhu

maksimum 35-47oC.

Secara umum, bakteri probiotik mampu hidup di dalam saluran pencernaan ternak unggas dan bermutualisme dengan tubuh inangnya (ternak unggas) pada pH antara 2-4. Mikroba probiotik tidak mengakibatkan hal yang negatif pada tubuh inang, tidak patogen, umumnya tidak membentuk spora, saccharolytic, anaerob, tidak mengganggu ekosistem tubuh, serta hidup dan tumbuh didalam usus (Fuller, 1989).

Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa hanya 5 isolat bakteri selulolitik rumen kerbauyang berpotensi sebagai agensia probiotik dan mempunyai aktivitas CMC-ase. Ke lima isolat tersebut menunjukkan ketahanan terhadap asam dan garam empedu yang merupakan karakteristik dari bakteri probiotik.Bakteri selulolitik merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofi l, tumbuh baik pada suhu 39oC dan pH 3-6,5. Menurut Hidayat (2010), nilai pH pada saluran pencernaan unggas pada setiap organ pencernaan adalah: tembolok (pH 4.5), proventrikulus (pH 4.4), gizzard (pH 2.6), duodenum (pH 5.7-6.0), jejunum (pH 5.8), ileum (pH 6.3), kolon (pH 6.3), ceca (pH 5.7), dan empedu (H 5.9).

Menurut Ahmad (2005), suhu lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan bakteri selulolitik

adalah 25-39oC dan suhu maksimum 35-55oC. Beberapa kelebihan bakteri selulolitik dalam proses

fermentasi yaitu mikroorganisme ini cepat berkembang biak, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi.

Ketahanan isolat mikroba terhadap garam empedu digunakan untuk mengkaji kemampuan isolat bertahan pada saluran pencernaan yang terdapat garam empedu pada permukaan atas usus. Probiotik akan berhadapan dengan lingkungan dalam usus halus, dimana didalamnya terdapat bile atau garam empedu yang dilepas oleh hati melalui kandung empedu, setelah berhasil melewati kondisi asam di lambung. Oleh karena itu, dalam proses pengembangan probiotik baru, atau calon probiotik baru harus mampu melewati uji ketahanan terhadap bile atau garam empedu yang dilakukan secara in vitro. Berdasarkan sifat resisten yang ditunjukan oleh beberapa isolat, mengidikasikan bahwa strai-strain tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi calon probiotik.

Aktivitas enzim CMC-ase (endo-1,4-b-glukonase) adalah adanya zona bening disekeliling koloni yang menunjukkan bahwa mikroba tersebut mempunyai aktivitas enzim selulase ekstraseluler kuat. Besar kecilnya zona bening dan jelas tidaknya zona bening, merupakan indikator kemampuan mikroba tersebut untuk merombak selulosa, demikian juga cepat dan lambatnya timbul zona bening tersebut (Van Devoorde dan Verstraete,1987). Khamir selulolitik mampu memproduksi enzim endo 1,4 glukonase, ekso 1,4 b-glukonase, dan beta-glukosidase yang dapat mendegradasi komponen serat kasar menjadi karbohidrat terlarut (Howard et al., 2003)

Efektivitas koloni isolat bakteri selulolitik tertinggi terlihat pada pada hari ke 3, baik pada bakteri selulolitik B-6 maupun isolate bakteri selulolitik B-3; B-7; B-10 dan B-13. Bidura (2007) menyatakan bahwa salah satu syarat yang dimiliki oleh mikroba probiotik adalah mudah dikembangbiakkan dan jumlahnya tidak menurun apabila kultur tersebut disimpan dalam kurun wajtu tertentu sebelum digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah koloni bakteri selulolitik B-6 pada hari ketiga setelah penanaman cukup tinggi. Seperti dilaporkan oleh Fuller (1989) bahwa salah satu syarat yang harus dimiliki oleh kultur probiotik dalam setiap gramnya yang layak digunakan sebagai agensia probiotik adalah 106 CFU/gram.

Proses biofermentasi diharapkan akan merombak struktur jaringan kimia dinding sel, pemutusan ikatan lignoselulosa, dan penurunan kadar lignin. Bakteri yang bersifat lignolitik juga mampu mendegradasi lignin melalui pembentukan sekumpulan miselia kemudian berkembang biak secara aseksual melalui spora (Erika, 1998). Fermentasi ampas tahudengan kultur bakteri selulolitik B-6 ternyata dapat meningkatkan biomassa mikroba, sehingga kandungan protein kasar ampas tahumeningkat (Bidura et al., 2012; Sutama, 2008). Dilaporkan juga bahwa keberhasilan proses fermentasi dipengaruhi oleh jenis dan jumlah mikroba yang digunakan, jenis substrat, pH, dan suhu selama proses fermentasi. Biomassa merupakan wujud massa dari hasil proses biologis dari mikroorganisme. Mikroorganisme mampu mengkonversi bahan menjadi protein. Proses fermentasi mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu produk (bahan pakan) yang mempunyai kandungan nutrisi, tekstur, dan nilai biologis yang lebih baik, serta menurunkan zat antinutrisi.

Proses fermentasi dapat meningkatkan protein kasar ampas tahu. Peningkatan protein dikarenakan adanya proses perubahan NPN oleh bakterimenjadi nitrogen menjadi protein tubuh mikrobial,sehingga protein ampas tahu menjadi meningkat. Demikian pula kandungan abu, Ca, dan P pada produk pakan terfermentasi lebih tinggi dari pakan aslinya (Suparjo et al., 2003). Mangisah et al. (2008) melaporkan bahwa proses fermentasi pakan secara signifi kan dapat meningkatkan kandungan protein pakan (meningkat 65,41%). Menurut Pangestu (l997), kandungan protein dan energi termetabolis meningkat masing-masing: 16,00% dan 48,40%

Peningkatan kandungan protein dan energi pada pakan terfermentasi disebabkan karena adanya kemampuan bakteri untuk memanfaatkan zat makanan pada ampas tahuuntuk membentuk protein tubuhnya (protein mikrobial). Sesuai dengan pendapat Suparjo et al. (2003) yang menyatakan bahwa fermentasi dedak padi dengan 0,20% kultur Aspergillus niger selama tiga hari nyata dapat meningkatkan kandungan protein dan fosfor dedak padi. Sabini et al. (2000) menyatakan bahwa kapang T. reesei mampu mendegradasi polisakarida mannan menjadi mannotriosa, mannobiosa, dan monnosa.

Chen et al. (2005) melaporkan bahwa penambahan 0.20% complex probiotik (L. acidophilus and S. cerivisae) dalam ransum nyata dapat meningkatkan kecernaan bahan kering pakan. Enzim peroksidase ekstraseluler bekerja secara aktif pada aktivitas lignolisis, sehingga ikatan lignoselulosa putus, dan fraksi lignin terurai menjadi CO2. Biofermentasi dengan menggunakan jasa mikrobadapat meningkatkan kecernaan zat makanan pakan (Arsyad et al., 2001; Bidura dan Suastina, 2002). Hong et al. (2004) melaporkan bahwa fermentasi pakan dengan menggunakan Aspergilus oryzae nyata meningkatkan kecernaan bahan kering dan protein kasar pakan. Menurut Jaelani et al. (2008), terjadinya peningkatan kandungan ME bungkil inti sawit (palm kernel cake/meal) sebagai akibat fermentasi oleh kapang T. reesei dari 1.824,13 kkal/kg menjadi 1930,44 kkal/kg diduga karena adanya degradasi polisakarida mannan yang ada pada ungkil inti sawit oleh kapang T. reesei menjadi bentuk yang lebih sederhana (monosakarida) yang menghasilkan nilai energi yang cukup baik dibandingkan dalam bentuk polisakarida mannan. Hal senada dilaporkan juga oleh Sabini et al. (2000) yang menyatakan bahwa kapang T. reesei mampu mendegradasi polisakarida mannan menjadi mannotriosa, mannobiosa, dan monnosa. Menurut Jaelani et al. (2008), fermentasi bungkil inti sawit nyata dapat meningkatkan kandungan protein kasar bungkil inti sawit dibandingkan dengan tanpa fermentasi.

4. SIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berhasil diisolasi lima isolat bakteri selulolitik (isolate bakteri selulolitik B-3; B-6; B-7; B-10; dan B-13) dari rumen kerbau yang berpotensi sebagai sumber probiotik (lolos uji suhu, asam dan garam empedu. Penggunaan kultur bakteri selulolitik B-6, sebagai inokulan fermentasi ampas tahu nyata dapat meningkatkan kecernaan nutrienampas tahu.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Universitas Udayana, atas dana yang diberikan melalui dana penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, sehingga penelitian dapat dilaksanakan. Ucapan terimakasih disampaikan kepada Sdr. I M. Mudita, SPt., MSi dan analis Laboratorium Kimia Nutrisi, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana yang telah banyak membantu dalam analisis sampel. DAFTAR PUSTAKA

Alexander. 1977. Introduction to soil Microbiology. 2nd Ed. John Wiley and Sons, Inc., New York. Assocciation of Offi cial Analytical Chemists (l994). Offi cial Methods of Analysis. 15th Edition. Associoation

of Analytical Chemists, Arlington, Virginia pp. 1230

Bidura, I.G.N.G. 2007. Aplikasi Produk Bioteknologi Pakan Ternak. Udayana University Press, Unud., Denpasar

Bidura, I.G.N.G., T. G. O. Susila, dan I. B. G. Partama. 2008. Limbah, Pakan Ternak Alternatif dan Aplikasi Teknologi. Udayana University Press, Unud., Denpasar

Chen-fei, D., C. Qing-sheng, W. Cai-lin, J. Harada, K. Nemotos, and S. Yi-xin. 2008. QTL analysis for traits assosiated with feeding value of straw in rice (Oryza sativa L.). Rice Science 15 (3): 195-200 Jaelani, A., W.G. Piliang, Suryahadi, dan I. Rahayu. 2008. Hidrolisis bungkil inti sawit (Elaeis guineensis

Jacq) oleh kapang Trichoderma reesei pendegradasi polisakarida mannan. Animal Production 10 (1): 42-49

Mahfudz, L. D. 1997. Ampas Tahu Fermentasi sebagai Bahan pakan Ayam Pedaging. Caraka Tani, Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 21 (1): 39 – 45.

Mahfudz, L. D. 2006. Efektifi tas Oncom Ampas Tahu sebagai Bahan Pakan Ayam. Jurnal Produksi Ternak 8 (2): 108 – 114

Mahfudz, L. D., K. Hayashi, M. Hamada, A. Ohtsuka, and Y. Tomita. 1996. The Effective Use of Shochu Ditellery By-Product as Growth Promoting Factor for Broiler Chicken. Japanese Poult. Sci. 33 (1): 1 – 7

Mahfudz, L. D., K. Hayashi, K. nakashima, A. Ohtsuka, and Y. Tomita. 1997. A Growth Promoting Factor for Primary Chicks Muscle Cell Culture From Shochu Distillery By-Product. Biosecience, Biotechnology and Biochemistry, December 58: 715-720.

Ogimoto, K. And S. Imai. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Japan Scientifi c Societies Poress, Tokyo Orpin, C. G. And K. N. Joblin. 1988. The Rumen Anaerobic fungi. In. The Rumen Micribial Ecosystem.

Ed. P. N. Hobson. Elsevier Applied Science, London and New York. Pp. 129-149

Pangestu E. 2003. Evaluasi potensi nutrisi fraksi pucuk tebu pada ternak ruminansia. Media Peternakan 5 : 65-70

Pramono, Y.B., E.S. Rahayu, Suparmo, dan T. Utami. 2007. Perubahan mikrobiologis, fi sik, dan kimiawi cairan bakal petis daging selama fermentasi kering spontan. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis 32 (4) : 213-221

Sabini, E., K.S. Wilson, M. Siika-aho, C. Boisset and H. Chanzy. 2000. Digestion of single crystals of mannan I by an endo-mannanase from Trichoderma reesei. EuropeJournal Biochemestry 267:2340-2344

Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. l989. Principles and Procedures of Statistics. 2nd Ed. McGraw-Hill International Book Co., London.

Sudirman. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan feses kerbau sebagai pengganti cairan rumen. http:www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artukel645 (akses, 19 April 2012)

Sumarsih, S., C. I. Sutrisno, dan E. Pangestu. 2007. Kualitas nutrisi dan kecernaan daun eceng gondok amoniasi yang difermentasi dengan Trichoderma viride pada berbagai lama pemeraman secara in vitro. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis 32 (4) : 257-261

Suryani, N.N. 2012. Aktivitas Mikroba Rumen dan Produktivitas Sapi Bali yang Diberi Pakan Hijauan dengan Jenis dan Komposisi Berbeda. Disertasi, Program Pasca Sarjana, Universitas Udayana, Denpasar.

Sutrisno, C.I., Nurwantoro, dan Widyawati-Slamet 2004. Daya hidup mikrobia isi rumen sapi yang dikeringkan.Protein, Jurnal Ilmiah Peternakan dan Perikanan 11 (2): 173-180

Wainwright, M. 2002. An Introduction to Fungal Biotechnology. John Wiley & Sons Ltd. Baffi ns Lane, Chichester, West Sussex PO19 IUD, England.

KARAKTERISTIK TEPUNG DARI REBUNG BAMBU TABAH DENGAN