• Tidak ada hasil yang ditemukan

YANG DIISOLASI DARI RAYAP

3. Ketahanan isolat terhadap Garam Empedu

Isolat probiotik sebelum dikembangkan harus memenuhi syarat hidup pada lingkungan yang mengandung asam/garam empedu. Pada saluran pencernaan probiotik menuju kolon, probiotik harus dapat melewati lingkungan ekstrim sepanjang saluran pencernaan.

Probiotik berhadapan dengan bile atau garam empedu, setelah berhasil melewati kondisi asam di lambung. Sehingga dalam proses pengembangan probiotik baru , calon probiotik harus diuji ketahanan terhadap bile atau garam empedu. Sepuluh isolat yang diisolasi dari rayap ditumbuhkan pada konsentrasi : 0 ; 0,2; 0,4 dan 0,6 NaDC. Pada Tabel 2 . terlihat hasil pertumbuhan isolat pada NaDC menunjukkan pertumbuhan sangat baik dengan nilai 0,5 – 1,0 pada medium NaDC sampai konsentrasi 0,6 mM. Isalat probiotik BR1 dan BR 3 mempunyai kemampuan serapan suspensi dibawah 0,5 unit OD. Toleransi baik terhadap garam empedu berhubungan erat dengan peranan enzim-enzim yang mendegradasi garam empedu seperti yang dilaporkan Smet et al. (1995).

Tabel 2. Ketahanan isolat terhadap Garam Empedu

Isolat Indikasi Pertumbuhan Pada Berbagai Garam Empedu (Absorbsi (A))0 NaDC 0.2 NaDC 0,4 NaDC 0,6 NaDC

BR 1 0,287 + 0,266 + 0,327 + 0,316 + BR 2 0,851 ++ 0,896 ++ 1,026+++ 0,973 ++ BR 3.1 1,171 +++ 1,103+++ 1,097 +++ 1,167+++ BR 3.2 1,051 +++ 1,108+++ 1,264 +++ 1,680+++ BR 3.3 1,471 +++ 1,113+++ 1,137 +++ 1,452+++ BR 3.4 1,127 +++ 1,203+++ 1,293 +++ 1,397+++ BR 3.5 1,161 +++ 1,202 +++ 0,933 ++ 1,261 +++ BR 3.6 1,043 +++ 0,915 ++ 1,055 +++ 1,166 +++ BR 3.7 1,035 +++ 1,145+++ 1,138+++ 0,548++ BR 3 0,231+ 0,256+ 0,053+ 0,323+

Keterangan : - = A < 0,1 (tidak tahan NaDC) ; + = A 0,1 – 0,5 (sedikit tahan NADC) ;++ = 0,5- 1,0 (tahan NADC); +++= A > 1,0 (sangat tahan NaDC).

Bagi isolat yang tidak tahan terhadap lingkungan yang mengandung NaDC (garam empedu) dalam konsentrasi tertentu disebabkan oleh mikroba mempertahankan permeabilitas membrannya setelah terpapar dalam waktu yang cukup lama oleh garam empedu. Menurut Farida (2006) dan Surono (2004) kematian sel pada lingkungan terpapar NaDC disebabkan peningkatan aktivitas enzim β-galactosidase terhadap garam empedu.

3. Kemampuan Degradasi Substrat Isolat Bakteri Probiotik Selulolitik

Hasil evaluasi kualitas isolat bakteri probiotik selulolitik asal rayap khususnya pada kemampuan pembentukan zone bening pada substrat uji menunjukkan bahwa isolat bakteri mampu menghasilkan diameter zone bening antara 0,303 – 0,412 cm/15 μl kultur isolat pada substrat CMC (komponen selulosa amourfous), dimana isolat bakteri dengan kode BR 3.3 menghasilkan diameter zone bening tertinggi (0,412 cm), sedangkan isolat bakteri dengan kode BR 3.4 menghasilkan diameter zone bening terendah yaitu 0,303 cm/15 μl (Tabel 3). Secara statistik isolat BR1, BR 3.1, BR 3.4, BR3.6, dan BR 3 mempunyai kemampuan mendegradasi serat lebih rendah nyata (P<0,005) dari BR2, BR3.1, BR3.2, BR3.3 ,BR3.5 dan BR3.7. BR 3.3, BR3.5 dan BR3.7 secara statistik nyata lebih besar dari Isolat BR1. BR3.1, BR3.4, BR3.6, dan BR3 ( Tabel 3).

Terhadap substrat avicel (selulosa mikro kristalin, komponen selulosa yang kaya serat berkristal), isolat bakteri selulolitik asal rayap mampu menghasilkan diameter zone bening 0,575 – 0,744 cm, dimana isolat dengan kode BR 3.5 mempunyai diameter zone bening terlebar, sedangkan isolat dengan kode BR 1 mempunyai diameter zone bening terendah (Tabel 3).

Tabel 3. Kemampuan Degradasi Substrat Selulosa Isolat Bakteri Probiotik Selulolitik yang Diisolasi dari Rayap

ISOLAT * Diameter Zone Bening (cm) dari 15 mengandung 1% substrat μl Isolat Bakteri pada medium

CMC Avicel BR 1 0,349b 0,575b BR 2 0,399a 0,649a BR 3.1 0,361a 0,603b BR 3.2 0,399a 0,720a BR 3.3 0,412a 0,730a BR 3.4 0,303b 0,605b BR 3.5 0,404a 0,744a BR 3 .6 0,308b 0,576b BR 3.7 0,394a 0,612a BR 3 0,310b 0,577b

Keterangan : CMC komponen selulosa amourfous); Avicel (selulosa mikro kristalin); * 10 Isolat yang diisolasi dan Nilai dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada P<0,05).

Menurut Purwadaria et al.( 2003-2004 ) bahwa didalam tubuh rayap (sel tubuh, air liur dan saluran pencernaan) terdapat mikroba (bakteri, kapang/fungi, dan protozoa) dan berbagai enzim pendegradasi serat seperti kompleks enzim selulase (endo-β-D-1.4-glukanase/CMC-ase, aviselase, eksoglukanase dan β-D-14-glukosidase) dan enzim hemiselulase (endo-1,4-β-xilanase dan β-D-1,4-mannanase) .

Bakteri selulolitik akan mempercepat proses degradasi komponen serat bahan pakan sehingga potensi nutrien yang terkandung akan dapat dimanfaatkan secara lebih optimal. Adanya populasi bakteri probiotik selulolitik yang tinggi secara umum berpotensi memberikan kemampuan dalam mendegradasi senyawa selulolitik yang tinggi pula dan sekaligus sebagai antibiotika alami karena bakteri probiotik dapat berfungsi menjaga kesehatan saluran pencernaan melalui penurunan populasi mikroba pathogen dalam saluran pencernaan.

4. KESIMPULAN

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) diperoleh 10 isolat bakteri probiotik selulolotik yang diisolasi dari rayap; 2) bakteri probiotik selulolitik dengan kode BR3.3 dan BR3.5 berdasarkan uji degradasi substrat dan aktivitas enzim selulase merupakan 2 isolat dengan kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan isolat lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, G.A.M.K, I M. Mudita, I M. Nuriyasa and I Wayan Wijana (2014). The effects of biosuplement probiotic product for slaugter weight , carcass weight, carcass percentage,physical, composition and meat ouality of bali ducks. Proceed. Asia Future Conference. P:93-94.

Direktorat Jenderal Peternakan. (2007). Statistik Peternakan 2007. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Republik Indonesia Jakarta.

Farida , E. (2006). Seleksi Pengujian Bakteri Asam Laktat Kandidat Probiotik Hasil Isolat serta Kemampuannya dalam Menghambat Sekresi Interleukin 8 Dari Alur Sel HCT 116. Tesis . Institut Pertanian Bogor.

Mudita, I M., I G.L.O.Cakra, AA.P.P.Wibawa, dan N.W. Siti. (2009). Penggunaan Cairan Rumen Sebagai Bahan Bioinokulan Plus Alternatif serta Pemanfaatannya dalam Optimalisasi Pengembangan Peternakan Berbasis Limbah yang Berwawasan Lingkungan. Laporan Penelitian Hibah Unggulan Udayana, Universitas Udayana, Denpasar.

Mudita, I M., I W. Wirawan Dan AA. P.P. Wibawa (2010). Suplementasi Bio-Multi Nutrien Yang Diproduksi Dari Cairan Rumen Untuk Meningkatkan Kualitas Silase Ransum Berbasis Bahan Lokal Asal Limbah. Laporan Penelitian Dosen Muda Unud, Denpasar

Mudita, I M., I W. Wirawan, A. A. P. P. Wibawa, I G. N. Kayana (2012). Penggunaan Cairan Rumen dan Rayap dalam Produksi Bioinokulan Alternatif serta Pemanfaatannya dalam Pengembangan Peternakan Sapi Bali Kompetitif dan Sustainable. Laporan Penelitian Hibah Unggulan Perguruan Tinggi. Universitas Udayana, Denpasar

Prabowo, A., S. Padmowijoto, Z. Bachrudin, dan A. Syukur. (2007). Potensi Mikrobia Seluloltik Campuran dari Ekstrak Rayap, Larutan Feses Gajah dan Cairan Rumen Kerbau. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 32[3] Sept. 2007

Purwadaria, T., Pesta A. Marbun, Arnold P. Sinurat dan P. Ketaren (2003ª). Perbandingan Aktivitas Enzim Selulase dari Bakteri dan Kapang Hasil Isolasi dari Rayap. JITV Vol. 8 No. 4 Th 2003:213-219 Purwadaria, T., T., Pius P. Ketaren, Arnold P. Sinurat, and Irawan Sutikno.(2003b). Identifi cation and

Evaluation of Fiber Hydrolytic Enzymes in The Extract of Termites (Glyptotermes montanus) for Poultry Feed Application. Indonesian Journal of Agricultural Sciences 4(2) 2003; 40-47

Purwadaria, T., T., Puji Ardiningsip, Pius P. Ketaren dan Arnold P. Sinurat. (2004). Isolasi dan Penapisan Bakteri Xilanolitik Mesofi l dari Rayap. Jurnal Mikrobiologi Indonesia, Vol. 9, No. 2.September 2004, hlm. 59-62

Rahayu, E., C. I. Sutrisno, dan B. Sulistiyanto (2012). Pemanfaatan Limbah Isi Rumen Sebagai starter Kering. Prosiding Seminar Nasional peternakan Berkelanjutan 4. Hal. 50-55. Fakultas Peternakan Universitas Pasdjajaran, Bandung.

Smet, I. D. L. Van Hoorde, N.V.Woestyne, H. Christiaens, and W. Vestraete (1995). Signifi cance of bile salt hydrolytic activities of lactobacilli. Journal Appl. Bacteriol. 79:292-301.

Sujaya,N., Y. Ramona, N. P. Widarini, N.P. Suriani, N.M.U. Dwipayanti, K. A. Nocianitri, dan N. W. Nursini (2008). Isolasi dan karakteristik bakteri asam laktat susu kuda Sumbawa. Jurnal Veteriner. 9 (2):52-59.

Watanabe H, Noda H, Tokuda G, Lo N. (1998). A Celulase gene of Terrmite Origin. Nature 394: 330-331 Widodo, W. (2011). Bahan Pakan Unggas Nonkonvensional. Buku Ajar

KAJIAN PROSES DISTILASI PADA PEMURNIAN ASAM ASETAT