• Tidak ada hasil yang ditemukan

implementasi dan evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah

DUMMY

2. Menyesuaikan dengan tingkat penyelesaian yang berbeda

Salah satu masalah rutin yang dihadapi oleh guru-guru di berbagai tingkatan sekolah mulai dari tingkat terendah sampai pada perguruan tinggi pun juga terjadi adalah tingkat penyelesaian tugas yang berbeda. Ada sekelompok siswa dapat menyelesaikan tugas dalam waktu yang singkat lebih cepat dari waktu yang ditetapkan, ada yang menyelesaikan tugas tepat waktu, tetapi ada juga bahkan mungkin tidak sedikit siswa yang baru dapat menyelesaikan tugas yang diberikan melebihi waktu yang ditetapkan.

Untuk mengelola kondisi penyelesaian tugas seperti tersebut di atas, diperlukan kemampuan guru untuk mensiasati dengan beberapa kegiatan berikut ini:

a. Buat aturan waktu yang tegas, prosedur tugas dan downtime activities. b. Untuk siswa yang menyelesaikan tugas lebih awal dan memiliki sisa

waktu akan lebih baik kalau diberikan bahan bacaan yang menarik untuk dibaca yang fungsinya sebagai pengayaan bahan ajar. Atau dapat juga diberikan bahan-bahan permainan edukatif.

c. Memberikan tugas pengayaan kepada siswa yang lebih maju dengan memberikan masalah yang menantang untuk diujicobakan di laboratorium, dengan demikian siswa akan lebih terasah kemampuan intelektualnya.

d. Guru mendorong siswa yang lebih maju untuk membantu temannya yang belum selesai (tutor sebaya).

Memang sering terdapat masalah dalam menugaskan siswa yang selesai lebih dulu dari siswa lainnya, agar mereka tidak mengganggu teman-teman yang lain dalam mengerjakan tugas dan multi tugas. Oleh karena itu, ada guru yang memberikan waktu penyelesaian tugas kepada siswa yang terlambat untuk dikerjakan di luar sekolah, tetapi hal ini tampaknya agak sulit kalau siswa memiliki tempat tinggal yang berjauhan dan biasanya berkumpul kembali untuk belajar menjadi problem tersendiri. 3. Memantau dan mengelola pekerjaan siswa

Seperti diketahui pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang syarat dengan tugas-tugas (multi tugas) dan harus diselesaikan siswa secara simultan, konsekuensinya maka pemantauan dan pengelolaan pekerjaan siswa menjadi suatu yang sangat krusial dalam strategi pembelajaran ini. Ada tiga hal pokok yang perlu dilakukan guru untuk menjamin pembelajaran berbasis masalah menjadi akuntabel, yaitu:

Bab-5: Pembelajaran Berbasis Masalah

182

DUMMY

a. Persyaratan tugas untuk semua siswa harus dijelaskan secara tegas dan jelas serta rinci.

b. Pekerjaan siswa harus dipantau dan umpan balik harus diberikan pada pekerjaan siswa yang sedang berjalan. Umpan balik segera menjadi sangat penting dalam pembelajaran berbasis masalah yang syarat tugas ini, padahal kegiatan seperti ini sangat sering terabaikan oleh para guru. Banyak guru yang baru dapat memberikan umpan balik kepada siswa tentang tugas yang dikerjakannya setelah berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Apabila hal ini terjadi maka pembelajaran berbasis masalah menjadi tidak bermakna, dan aktivitas siswa menjadi tidak optimal.

c. Catatan perkembangan siswa harus dibuat. Perkembangan siswa dari hari ke hari dalam pembelajaran berbasis masalah harus dicatat dalam rekaman yang rapi, sehingga dapat menjadi dasar bagi guru untuk proses pembinaan.

4. Mengatur gerakan dan perilaku di luar kelas

Apabila guru menugaskan siswa menyelesaikan tugasnya untuk memecahkan permasalahan di laboratorium, maka guru sudah seharusnya memastikan bahwa siswanya memahami secara jelas apa dan bagaimana bekerja di laboratorium, atau di perpustakaan, maka pastikan siswa mengerti bagaimana mencari bahan bacaan secara cepat dan tepat, bagaimana mengelola bahan bacaan, membuat catatan kecil yang mudah dan cepat dalam penggunaannya. Hal tersebut diperlukan agar siswa bekerja secara efektif dan efisien. Demikian pula kalau siswa harus mengerjakan tugas di masyarakat, maka sebelum melakukan investigasi, siswa sudah seharusnya diyakini bahwa mereka mengerti bagaimana etika kalau harus berhadapan dengan masyarakat umum, etika terhadap pejabat instansi pemerintah atau perusahaan dan lain-lain.

B. asesmen dan evaluasi dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Pada dasarnya sistem evaluasi pada pembelajaran dengan menggunakan strategi lainnya dapat diterapkan pada pembelajaran berbasis masalah, yang harus disadari adalah bahwa evaluasi yang digunakan harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, artinya evaluasi harus dapat mengukur apa yang menjadi indikator keberhasilan belajar. Asesmen untuk pembelajaran berbasis masalah tidak mungkin hanya dengan menggunakan tes-tes kertas dan pensil semata. Prosedur asesmen performansi sangat tepat digunakan dalam pembelajaran berbasis masalah. Hasil kerja siswa sangat cocok diases dengan asesmen performansi yang menggunakan rubric scoring atau cheklist dan rating scale.

DUMMY

Pengukuran Pemahaman

Pembelajaran berbasis masalah menjangkau ke luar pengembangan pengetahuan faktual tentang sebuah topik, yakni pengembangan pemahaman yang agak sophisticated tentang berbagai masalah dan dunia di sekitar siswa. Untuk mengukur pemahaman siswa tentang suatu topik dapat dibuat tes yang agak terbuka jawabannya, kepada siswa dalam bentuk karangan essay.

Menggunakan Checklist dan Rating Scales

Checklist dan rating scale yang mengacu pada criterion adalah dua alat

yang sering digunakan di bidang tersebut, rating scale dibuat dengan membandingkan apa yang dapat dicapai siswa dengan standar yang seharusnya dicapai.

Mengases Peran dan Situasi Orang Dewasa

Pembelajaran berbasis masalah berusaha melibatkan siswa dalam situasi yang membantu mereka untuk belajar tentang peran orang dewasa dan melaksanakan tugas yang terkait dengan peran itu. Situasi orang dewasa dapat dipelajari dan cara mengasesnya kebanyakan situasi ini dengan menggunakan tes performansi, checklist dan rating scales.

Mengases Potensi Belajar

Tes performansi kebanyakan hanya mengukur pengetahuan dan keterampilan pada titik waktu tertentu, tetapi belum mengases potensi belajar atau kesiapan belajar siswa. Untuk itu tes kesiapan untuk membaca dan bidang perkembangan bahasa lainnya dapat digunakan, dan alat tes tersebut sudah banyak tersedia dan telah memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tidak diragukan lagi.

C. Keunggulan dan Kelemahan SPBM

Sebagai suatu strategi pembelajaran maka strategi pembelajaran berbasis masalah di samping memiliki keunggulan dan ciri khusus, tetapi juga dalam implementasinya sering dihadapkan pada permasalahan dalam pembelajaran. Berikut ini dikemukakan beberapa keunggulan dan kelemahan pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut:

1. Keunggulan

Sebagai suatu strategi pembelajaran, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki beberapa keunggulan kalau diterapkan sebagai salah satu strategi pembelajaran di kelas. Beberapa keunggulan tersebut adalah sebagai berikut:

Bab-5: Pembelajaran Berbasis Masalah

184

DUMMY

a. Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. Karena siswa langsung dihadapkan kepada permasalahan dan realita kehidupan nyata, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran yang bermakna ini akan memberikan kemudahan dan percepatan bagi siswa dalam memahami konsep dan prinsip yang dipelajari secara utuh.

b. Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. Karena sifat pembelajarannya lebih memberikan tayangan, hal ini akan meningkatkan motivasi keingintahuan siswa terhadap sesuatu, apabila hal ini dapat tercipta maka pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa, karena didasari oleh motivasi belajar yang tinggi.

c. Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. Tingkat keaktifan siswa dalam belajar akan semakin tinggi, baik secara fisik (mengalami langsung dalam realita permasalahan kehidupan), maupun secara psikis dan emosi.

d. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

e. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

f. Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekadar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

g. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

h. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir lebih kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan. i. Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan

pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

DUMMY

j. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

k. Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat membentuk siswa untuk memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang dibarengi dengan kemampuan inovatif dan sikap kreatif akan tumbuh dan berkembang. l. Dengan strategi pembelajaran berbasis masalah, kemandirian siswa

dalam belajar akan mudah terbentuk, yang pada akhirnya akan menjadi kebiasaan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang ditemuinya dalam aktivitas kehidupan nyata sehari-hari di tengah-tengah masyarakat.

2. Kelemahan

Di samping keunggulan, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:

a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan dan pelaksanaannya, karena sering pembelajaran berbasis masalah tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas, tetapi juga dilaksanakan di luar kelas.

c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Rangkuman

Setelah kita mempelajari tentang langkah/implementasi pembelajaran berbasis masalah, penataan lingkungan dan asesmen dalam pembelajaran berbasis masalah, berikut ini kita coba untuk merumuskan kesimpulan sebagai berikut:

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penataan lingkungan belajar sebagai berikut: (1) Menangani situasi multi tugas. (2) Menyesuaikan dengan tingkat penyelesaian yang berbeda. (3) Memantau dan mengelola pekerjaan siswa. (4) Mengatur gerakan dan perilaku di luar kelas.

Prosedur asesmen performansi sangat tepat digunakan dalam pembelajaran berbasis masalah. Hasil kerja siswa sangat cocok diases dengan