• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran di Sekolah Dasar

9. Prinsip Menghindari Gangguan

Gangguan adalah musuh utama dalam belajar. Tapi disadari atau tidak, gangguan itu datang tanpa diundang. Bentuk dan jenisnya bermacam-macam. Datangnya tidak hanya dari dalam diri kita sendiri, tetapi bisa juga dari luar diri kita sendiri. Gangguan itu ada yang ringan ada juga yang yang berat. Berbagai macam jenis dan bentuk gangguan ini dapat menyebabkan kita sulit dalam belajar. Sukar berkonsentrasi merupakan konsekuensi logis dari kesukaran menghindarkan diri dari berbagai gangguan. Oleh karena itu, belajar yang berhasil adalah kegiatan belajar yang sepi dari gangguan.

Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan di atas adalah prinsip-prinsip belajar mandiri yang berorientasi pada membaca berbagai literatur. Sedangkan prinsip-prinsip belajar dalam konteks interaksi antara guru dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar dapat diuraikan dengan mengemukakan pendapat Slameto (19991 : 29). Menurut prinsip-prinsip belajar adalah: a. Dalam belajar setiap peserta didik harus diusahakan partisipasi aktif,

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional. b. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,

penyajian yang sederhana, sehingga anak didik mudah menangkap pengertiannya.

c. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement(penguatan) dan motivasi yang kuat pada peserta didik untuk mencapai tujuan instruksional. d. Belajar itu proses kontinu, maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya.

e. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. f. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan intruksional yang harus dicapainya.

Bab-2: Pembelajaran di Sekolah Dasar

72

DUMMY

h. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. i. Belajar perlu ada interaksi peserta didik dengan lingkungannya.

j. Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain), sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respons yang diharapkan. k. Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/

keterampilan/sikap itu mendalam pada peserta didik.

C. faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar peserta didik dapat dibagi menjadi faktor peserta didik, sekolah, keluarga, dan masyarakat (Bahri, 2002:202). Peserta didik merupakan subjek yang belajar dan diajarkan, peserta didik ini bertanggung jawab untuk belajar lainnya. Jika subjek didik dapat dengan baik dan terhindar dari gangguan-gangguan baik secara fisik maupun psikologis pada dirinya maka berarti subjek didik dapat berperan dengan maksimal dalam proses belajar tersebut.

Gangguan-gangguan, hambatan-hambatan maupun ancaman ini memang sangat sulit untuk dihindari karena hampir tidak ada subjek didik yang benar-benar tidak mengalami masalah kesulitan belajar, namun bukan berarti tidak ada usaha dalam mencegah dan mengatasinya meskipun dalam artian berusaha meminimalkan faktor penyebab kesulitan belajar pada peserta didik.

Menurut Bahri (2002:203) faktor peserta didik yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar adalah:

1. Inteligensi (IQ) yang kurang baik.

2. Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau yang diberikan guru.

3. Faktor emosional yang kurang stabil. Misalnya, mudah tersinggung, pemurung, pemarah selalu bingung dalam menghadapi masalah, selalu sedih tanpa alasan yang jelas dan sebagainya.

4. Aktivitas belajar yang kurang, lebih banyak malas daripada melakukan aktivitas kegiatan belajar. Menjelang ulangan baru belajar.

5. Kebiasaan belajar yang kurang baik. Belajar dengan penguasaan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan, tidak dengan pengertian (insigh), sehingga sukar ditransfer ke situasi yang lain.

DUMMY

6. Penyesuaian sosial yang sulit. Cepatnya penyerapan bahan pelajaran oleh peserta didik tertentu menyebabkan peserta didik susah menyesuaikan diri untuk mengimbanginya dalam belajar.

7. Latar belakang pengalaman yang pahit. Misalnya peserta didik sekolah sambil bekerja. Kemiskinan ekonomi orang tua memaksa peserta didik harus bekerja demi membiayai sendiri uang sekolah. Waktu yang seharusnya dipakai untuk belajar dengan sangat terpaksa digunakan untuk bekerja. 8. Cita-cita yang tidak relevan (tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang

dipelajari).

9. Latar belakang pendidikan yang dimasuki dengan sistem sosial dan kegiatan belajar mengajar di kelas yang kurang baik.

10. Ketahanan belajar (lama belajar) tidak sesuai dengan tuntunan waktu belajarnya.

11. Ketidakmampuan guru mengakomodasikan jadwal kegiatan pembelajaran dengan ketahanan belajar peserta didik, sehingga kesulitan belajar dirasakan oleh peserta didik.

12. Keadaan fisik yang kurang menunjang. Misalnya, cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotor. Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kaki, dan sebagainya.

13. Kesehatan yang kurang baik, misalnya, sakit kepala, sakit perut, sakit mata, sakit gigi, sakit flu, atau mudah capek dan mengantuk karena kurang gizi. 14. Seks atau pernikahan yang tidak terkendali. Misalnya, terlalu intim dengan

lawan jenis, berpacaran, dan sebagainya.

15. Pengetahuan dan keterampilan dasar yang kurang memadai (kurang mendukung) atas bahan yang dipelajari. Kemiskinan penguasaan atas bahan dasar bagi pengetahuan dan keterampilan yang pernah dipelajari akan menjadi kendala menerima dan mengerti sekaligus menyerap materi pelajaran baru.

16. Tidak ada motivasi dalam belajar. Materi pelajaran sukar diterima dan diserap bila peserta didik tidak memiliki motivasi untuk belajar.

Lebih lanjut Bahri juga menjabarkan bahwa faktor-faktor dari lingkungan sekolah yang dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi peserta didik adalah : 1. Pribadi guru yang kurang baik.

2. Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang digunakan ataupun dalam penguasaan mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini

Bab-2: Pembelajaran di Sekolah Dasar

74

DUMMY

bisa terjadi karena keahlian yang dipegangnya kurang sesuai (mis macth), kurang menguasai, atau kurang persiapan, sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh setiap peserta didik.

3. Hubungan guru dengan peserta didik kurang harmonis. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh peserta didik. Misalnya guru bersikap kasar, suka marah, suka mengejek, tak pernah senyum, tak suka membantu anak, suka membentak, dan sebagainya.

4. Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Hal ini biasanya terjadi pada guru yang masih muda yang belum berpengalaman, sehingga belum dapat mengukur kemampuan peserta didik. Karenanya hanya sebagian kecil peserta didik dapat berhasil dengan baik dalam belajar. 5. Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan

belajar peserta didik.

6. Cara guru mengajar yang kurang baik.

7. Alat/media yang kurang memadai. Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum. Kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar.

8. Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang merangsang penggunaannya oleh peserta didik. Misalnya, buku-buku kurang lengkap untuk keperluan peserta didik, pelayanannya kurang memuaskan, ruangan panas, tidak ada ruang baca, dan sebagainya.

9. Fasilitas fisik sekolah yang tak memenuhi syarat kesehatan dan tak terpelihara dengan baik. Misalnya, dinding sekolah kotor, lapangan/ halaman sekolah yang becek dan penuh rumput, ruang kelas yang tidak berjendela, udara yang masuk tidak cukup, dan pantulan sinar matahari tidak dapat menerangi ruangan kelas.

10. Suasana sekolah yang kurang menyenangkan. Misalnya suasana bising, karena letak sekolah berdekatan dengan jalan raya, tempat lalu lintas hilir mudik, berdekatan dengan rumah penduduk, dekat pasar, bengkel, pabrik, dan lain -lain, sehingga peserta didik sukar berkonsentrasi dalam belajar. 11. Bimbingan dan penyuluhan yang tidak berfungsi.

12. Kepemimpinan dan administrasi. Dalam hal ini berhubungan dengan sikap guru yang egois, kepala sekolah otoriter, pembuatan jadwal pelajaran yang. tak mempertimbangkan kompetensi peserta didik, sehingga menyebabkan kurang menunjang proses belajar peserta didik.

DUMMY

13. Waktu sekolah dan disiplin yang kurang. Apabila sekolah masuk sore atau siang hari, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran sebab energi sudah berkurang. Selain itu udara yang relatif panas di waktu siang dapat mempercepat proses kelelahan. Oleh karena itu, belajar di pagi hari akan lebih baik hasilnya daripada belajar di sore hari. Tetapi faktor yang tak kalah pentingnya juga adalah faktor disiplin. Disiplin yang kurang menguntungkan dalam belajar.

14. Gejala ketidakdisiplinan itu misalnya, tugas yang tidak dikerjakan peserta didik. Lonceng tanda masuk sudah berbunyi tetapi peserta didik masih berkeliaran, adalah sejumlah fenomena yang merugikan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Faktor selanjutnya yang dapat menyebabkan kesulitan belajar adalah faktor keluarga. Telah diketahui bahwa keluarga mempunyai andil yang besar dalam membentuk kepribadian anak dan dalam membantu anak menjalani proses perkembangannya. Keluarga dalam membantu proses belajar anak, agar anak dapat menjalani proses belajar dengan lebih baik perlu menyiapkan kondisi lingkungan dan suasana yang menyenangkan di lingkungan keluarga itu sendiri. Beberapa hal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada peserta didik antara lain adalah kondisi ekonomi (rendah/tinggi), fasilitas belajar di rumah yang tidak memadai, kesehatan keluarga yang tidak baik, kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang pendidikan anak, sikap, perhatian serta tidak adanya bantuan dorongan motivasi dari orang tua dalam meningkatkan prestasi pendidikan peserta didik. Masyarakat sekitar juga dapat turut andil dalam membuat anak mengalami kesulitan belajar, ini sekaligus menjadi faktor keempat penyebab kesulitan belajar pada peserta didik. Lingkungan masyarakat yang tidak kondusif, tidak aman seperti adanya kegaduhan, pertengkaran, keributan, beredarnya obat-obatan terlarang, perilaku seksual bebas di lingkungan yang kesemuanya ini juga tidak lepas dari contoh di lingkungan, media cetak serta elektronik yang mendukung dapat membuat peserta didik terpengaruh sehingga melupakan tugas utamanya dalam menjalani pendidikan dengan belajar sebaik-baiknya dan bersungguh-sungguh.

D. Mendiagnosis Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar