• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep dasar dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

yang dapat membawa siswa pada pembentukan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran berbasis masalah ini berupaya menyuguhkan berbagai situasi masalah yang autentik dan bermakna kepada siswa. Dengan pendekatan ini memberikan peluang bagi siswa untuk melakukan penelitian dengan berbasis masalah nyata dan autentik. Apabila terbentuk kebiasaan ini, maka kemampuan berpikir tingkat tinggi akan mudah terbentuk dan menjadi kebiasaan bagi siswa dalam kehidupannya. Untuk mengilustrasikan bagaimana pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat diikuti dari ilustrasi di bawah ini.

Untuk menjelaskan pembelajaran berbasis masalah ini Sanjaya (2008) mengilustrasikan sebagai berikut: Ini adalah jam pelajaran Pak Kusoy. Beliau adalah guru mata pelajaran pengetahuan sosial di sekolah kami, “hari ini kita akan mencoba membahas tentang masalah yang terjadi di kota kita” kata Pak Kusoy sambil berdiri di depan kami. Suaranya nyaring, matanya memandang satu per satu, seakan-akan ia meminta perhatian kami yang sebetulnya sudah kehilangan gairah untuk belajar. Maklum, siang ini adalah jam pelajaran terakhir. Di luar udara sangat panas. “Coba, menurut kamu Andri, masalah apa yang sedang hangat dibicarakan sekarang ini?” Pak Kusoy menyuruh Andri yang kelihatan seperti ngantuk. Andri merasa kaget mendapat pertanyaan yang mendadak. “Anu…pak! masalah pengangguran, Pak!” kata Andri sambil membetulkan rambutnya. “Mengapa kamu menganggap masalah pengangguran sebagai masalah yang aktual? Bukankah masalah tersebut merupakan masalah yang sejak lama kita hadapi?” Andri tidak menjawab. Tampak rasa kantuknya belum seluruhnya hilang dari matanya yang kecil berlindung di bawah bulu alisnya yang tebal. “Bagaimana menurutmu, Bia? kata Pak Kusoy menunjuk Bia yang baru saja memperbaiki cara duduknya. Tampaknya wanita tomboi ini juga merasa gerah, sama seperti kami. Memang panas siang ini. “Menurut saya masalah pengangguran, walaupun masalah yang sudah lama, akan tetapi tetap aktual, sebab sampai sekarang masih belum ditemukan solusinya…!”

“Bagus. Apakah sekarang ini ada masalah yang lebih penting untuk dipecahkan, selain masalah pengangguran?” Kami diam sebentar. Tiba-tiba Donto si kutu buku mengacungkan tangannya.

“Ada, pak! Sekarang ini kota kita dihadapkan kepada permasalahan sampah karena tidak ada tempat pembuangan yang layak, akhirnya menggunung dan

Sub Unit 1

Konsep dasar dan Karakteristik

Pembelajaran Berbasis Masalah

DUMMY

baunya sangat menyengat…!” “Mengapa kamu menganggap masalah sampah merupakan masalah aktual?”

“Jelas, pak. Sebab, masalah sampah selain mengganggu lingkungan masyarakat, juga sudah menjadi isu politik. Bukan itu saja pak, karena masalah sampah kota kita dinobatkan sebagai kota terkotor.” Pak Kusoy mengangguk-angguk kepala. Ia tampak terkesan dengan argumentasi si kutu buku.

“Apakah kamu setuju dengan pendapat Donto, Ria?” “Setuju sekali pak. Sebab, dengan julukan kota terkotor itu mengusik harga diri saya sebagai penduduk kota ini!”. Pak Kusoy tersenyum. Tampaknya perangkapnya mengena; dan kami tidak menyadarinya.

“Nah, kalau begitu topik yang akan kita bicarakan hari ini adalah tentang sampah. Bagaimana, apakah kalian setuju? “Setuju, pak..!” “Menurut kamu, apa yang akan kita permasalahkan dari topik sampah ini?”.

Lagi-lagi kami terdiam.

“Bagaimana kalau kita mulai dengan masalah, harus dibagaimanakan sampah yang menumpuk itu?” kata Ria.

“Ya, buang…!” kata kami serempak. Kelas menjadi sedikit ribut. Kali ini benar-benar tidak ada di antara kami yang mengantuk.

“Bagus…! Apakah kamu dapat merumuskan masalah dengan lebih jelas?” “Menurut saya bukan harus dibagaimanakan sampah yang menumpuk itu, tetapi bagaimana cara menanggulangi tumpukan sampah,” kata Denok dari tadi tampak serius mengikuti diskusi.

“Bagus…! kata Pak Kusoy sambil menulis di papan tulis. “Apakah selesai masalah ini, ada masalah lain yang perlu kalian bahas?”

“Ada pak…! Menurut saya yang paling penting adalah bagaimana seharusnya masyarakat memperlakukan sampah, kata Donto.

“Mengapa kamu merasa hal itu dianggap penting?

“Sebab bagaimanapun adanya tumpukan sampah itu, dikarenakan ulah hasil dari pekerjaan masyarakat. Nah, dengan demikian kita harus memberikan solusi, apa saja yang harus dilakukan masyarakat terhadap sampah yang mereka hasilkan itu. “

Cerita di atas merupakan penggalan dari contoh penerapan strategi pembelajaran yang bertumpu pada penyelesaian masalah atau strategi pembelajaran berbasis masalah (SPMB). Dalam penerapan strategi ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah, walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.

Bab-5: Pembelajaran Berbasis Masalah

162

DUMMY

Dilihat dari aspek psikologis belajar SPMB berdasarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi.

Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka SPBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapkan kepada masalah. Dari mulai masalah yang sederhana sampai kepada masalah keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah dunia. SPBM inilah diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Dalam perspektif peningkatan dan perbaikan kualitas proses pembelajaran dan kualitas pendidikan, maka pemanfaatan strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan aktivitas siswa dalam belajar dan membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kita menyadari selama ini kemampuan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah kurang mendapat penekanan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, siswa lebih banyak dituntut untuk memiliki kemampuan menghafal dan memahami suatu konsep. Padahal dengan kemampuan tersebut siswa hanya berada pada tingkat terbawah dari keterampilan kognitifnya. Akibatnya, pada saat mereka dihadapkan pada permasalahan dalam kehidupan nyata sehari-hari, walaupun masalah itu dianggap sepele, mereka tidak terbiasa dan bahkan mungkin tidak dapat menyelesaikannya dengan baik. Tidak sedikit siswa yang dapat menyelesaikannya dengan mengonsumsi obat-obat terlarang atau bahkan bunuh diri hanya gara-gara ia tidak sanggup memecahkan masalah.

Munir (2008) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dipercaya sebagai vehicle (kendaraan atau alat) untuk mengembangkan higher order thinking skills. Melalui proses pembelajaran berbasis masalah siswa dipersiapkan untuk mampu menjadi mandiri dalam berpikir dan mencari alternatif pemecahan masalah secara rasional, siswa mampu membangun pemahamannya tentang realita dan ilmu pengetahuan dengan merekonstruksi sendiri makna melalui pemahaman pribadinya.

DUMMY

Lebih jauh Munir (2008) mengemukakan bahwa dengan proses pembelajaran berbasis masalah siswa dirangsang untuk mampu menjadi: a) Eksplorer, yaitu mencari penemuan terbaru.

b) Inventor, yaitu kemampuan mengembangkan ide/gagasan dan pengujian baru yang inovatif.

c) Desainer, yaitu kemampuan untuk mengkreasi rencana dan model terbaru berdasarkan hasil kajiannya.

d) Pengambil keputusan, yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan secara cepat, tepat dan akurat dengan pilihan alternatif solusi terhadap permasalahan secara bijaksana.

e) Komunikator, yaitu mengembangkan metode dan teknik untuk bertukar pendapat dan berinteraksi dengan orang lain.

a. Beberapa dukungan Teori tentang Pembelajaran Berbasis Masalah