• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masyarakat Belajar (Learning Community)

DUMMYKedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara

C. Karakteristik CTL

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Leo Semenovich Vigotsky seorang psikolog Rusia, menekankan hakikat sosiokultural dalam pembelajaran. Ia mengkritik pendapat Piaget yang menyatakan bahwa faktor utama yang mendorong perkembangan kognitif seseorang adalah motivasi atau daya dari individu sendiri untuk mau belajar dan berinteraksi dengan lingkungan. Vigotsky justru berpendapat bahwa interaksi sosial, yaitu interaksi individu tersebut dengan orang lain, merupakan faktor yang terpenting yang mendorong atau memicu perkembangan kognitif seseorang (Depdiknas, 2004). Sebagai contoh, seorang anak belajar berbicara sebagai akibat dari interaksi anak itu dengan orang -orang di sekelilingnya, terutama orang yang sudah lebih dewasa (yaitu orang-orang yang sudah lebih mahir berbicara daripada si anak). Interaksi dengan orang-orang lain memberi rangsangan dan bantuan bagi si anak untuk berkembang. Proses-proses mental yang dialami atau dilakukan oleh seorang anak dalam interaksinya dengan orang -orang lain, di internalisasi oleh si anak. Dengan cara ini kemampuan kognitif si anak berkembang. Vigotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara efektif dan efisien apabila si anak belajar secara koperatif dengan anak-anak lain di dalam suasana lingkungan yang mendukung, di bawah bimbingan atau pendampingan seseorang yang lebih dewasa atau lebih mampu, seperti seorang guru.

Menurut Vigotsky, setiap anak mempunyai apa yang disebut zona perkembangan proximal (zone of proximal development), yang didefinisikan oleh Vigotsky sebagai jarak atau selisih antara tingkat perkembangan si anak yang aktual, yaitu tingkat yang ditandai dengan kemampuan si anak untuk menyelesaikan soal-soal tertentu secara independen, dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi, yang bisa dicapai oleh si anak jika ia mendapat bimbingan dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih kompeten (Depdiknas, 2004). Dengan kata lain, zona perkembangan proximal adalah selisih antara apa yang bisa dilakukan seorang anak secara independen dengan apa yang bisa dicapai oleh anak tersebut jika ia mendapat bantuan seseorang yang lebih kompeten. Vigotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi umumnya muncul dalam

Bab-3: Pembelajaran Kontekstual

96

DUMMY

percakapan atau kerjasama antarsiswa sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap. Ia menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Kerja sama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu persoalan. Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok; yang sudah tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya pada orang lain. Inilah hakikat dari masyarakat belajar, masyarakat yang saling membagi.

Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain.

Dalam masyarakat belajar, setiap orang bisa saling terlibat; bisa saling membelajarkan, bertukar informasi dan bertukar pengalaman. Dalam hal ini, guru dapat mengundang orang-orang yang dianggap memiliki keahlian khusus untuk membelajarkan siswa. Misalnya, dokter untuk memberikan atau membahas masalah kesehatan, para petani, polisi lalu lintas, tukang reparasi radio, dan lain -lain.

5. Pemodelan (Modeling)

Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Memodelkan (modelling) sesuatu agar siswa dapat menirunya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme

Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olah raga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberi contoh bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh bagaimana cara menggunakan termometer, dan lain sebagainya.

DUMMY

Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalkan siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru saja dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa -apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian -kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk “merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.

Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang telah dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannya.

7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)

Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada saat ini, biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti hasil tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.

Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada

Bab-3: Pembelajaran Kontekstual

98

DUMMY

d. Model-model dalam CTL

1. Examples Non-examples

Contoh dari kasus atau gambar yang relevan dengan indikator dalam KD langkah-langkah:

a. Guru mempersiapkan gambar;

b. Guru menempelkan gambar atau menayangkan gambar menggunakan OHP;

c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati gambar;

d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang, siswa menganalisis gambar dan mencatat analisisnya dalam kertas kerja;

e. Tiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya; f. Melalui hasil diskusi dan komentar siswa, guru menjelaskan materi sesuai

dengan indikator dalam KD; g. Kesimpulan.

DUMMY

Contoh: Kehidupan Masyarakat Multicultural

Bab-3: Pembelajaran Kontekstual

100

DUMMY

2. Numbered Heads Together (Kepala Bernomor)