• Tidak ada hasil yang ditemukan

kata-kata, dari yang tidak bisa menulis menjadi bisa menulis.

Kemampuan anak dalam berbicara dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu kematangan alat berbicara, kesiapan berbicara, model yang baik untuk dicontoh, kesempatan berlatih, motivasi dan bimbingan. Walaupun seorang anak ingin berbicara namun apabila organ-organ fisiknya belum matang untuk berbicara maka akan sulit seorang anak untuk memenuhi hasratnya tersebut. Organ-organ fisik dalam berbicara tersebut seperti tenggorokan, langit-langit, lebar rongga mulut dan lainnya. Kesiapan berbicara juga dipengaruhi oleh kesiapan mental anak yang tergantung dari pertumbuhan dan kematangan otak. Model yang baik untuk dicontoh serta motivasi dan bimbingan dari orang dewasa adalah merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dalam membantu proses perkembangan bahasa pada anak yang sebaiknya dilakukan secara terus-menerus.

Organ fisik berbicara:

Tenggorokan,

langit-langit, rongga mulut

Kematangan

alat berbicara

Motivasi dan

bimbingan

Dari Orang

dewasa Kesempatan berlatih

Kemampuan

anak dalam

berbicara

Model yang baik

untuk dicontoh

Dari orang tua

dan pendidik

Mental,

kematangan otak

Kesiapan

berbicara

DUMMY

e Perkembangan Sosial, Moral, dan Sikap

Modal dasar bagi anak dalam mencapai kehidupan yang lebih baik, lebih bermakna bagi dirinya dimasa akan datang, diantaranya adalah kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan penerimaan lingkungan. Demikian juga pengalaman-pengalaman mereka dalam berinteraksi dengan lingkungan yang bersifat positif dan memberi kesan positif pada saat anak melakukan aktivitas/interaksi sosial.

Dalam kaitan ini peran orang tua memberikan: bimbingan juga serta dapat memotivasi dan mengembangkan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi pada anak dengan cara memberikan kepercayaan, kesempatan, kemandirian tanpa perlindungan yang berlebihan (over protective), serta memberikan penguat terhadap tingkah laku yang positif. Penguat tingkah laku ini berupa hadiah ataupun hukuman. Pada masa kanak-kanak, anak sering mengidentifikasikan dirinya dengan ibu atau ayahnya maupun orang lain yang dekat dengannya. Kemudian meningkat mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh-tokoh, pahlawan-pahlawan, ataupun orang-orang yang dianggap anak hebat serta mengagumkan. Dengan adanya proses identifikasi ini biasanya juga diiringi dengan pemberontakan yang dilakukan oleh anak terhadap aturan-aturan yang diterapkan di rumah atau di sekolah.

Proses pembentukan perilaku moral dan sikap anak dapat dipengaruhi berbagai seperti: imitasi, internalisasi, introvert/ekstrovert, kemandirian, ketergantungan, dan bakat (Sumantri, 2004 : 2.45-2.48).

Imitasi merupakan peniruan tingkah laku baik sikap, kebiasaan, cara pandang yang dilakukan dengan sengaja oleh anak terhadap orang dewasa di sekelilingnya, oleh sebab itu apa yang ditampilkan oleh orang dewasa akan menjadi acuan/ teladan yang akan ditiru oleh anak, karena itu pepatah guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Internalisasi adalah suatu proses yang masuk dalam diri anak karena pengaruh sosial yang paling dalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut. Pengaruh sosial ini bersumber dari pergaulan dan interaksi anak dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Pada saat berada di sekolah interaksi sosial terjadi antara anak dengan temannya dan anak dengan guru. Sedangkan sikap introvert/ekstrovert, kemandirian, ketergantungan, dan bakat menentukan apakah anak akan dapat menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dengan secara mendalam pada dirinya atau tidak.

Semua sikap-sikap moral yang dikembangkan oleh anak adalah merupakan hasil belajar dari lingkungan dan juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sifat bawaan individu tersebut sejak dilahirkan. Lingkungan memiliki peranan yang sangat penting dalam menumbuhkembangkan potensi bawaan yang ada

Bab-2: Pembelajaran di Sekolah Dasar

48

DUMMY

Oleh sebab itu, ketepatan pengembangan potensi bawaan anak oleh lingkungan sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhannya di masa akan datang.

2. Tugas Perkembangan fase anak Usia Sekolah dasar

Masa anak–anak (late childhood) (7 tahun sampai 12 tahun)

Ciri-ciri utama sebagai berikut: (1) memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya (peer group); (2) keadaan fisik yang memungkinkan/mendorong anak memasuki dunia permainan dengan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani; (3) memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbol, dan komunikasi yang luas.

Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa perkembangan kedua ini menurut Muhibbin Syah (1995:51) meliputi kegiatan belajar dan mengembangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, seperti lompat jauh, lompat tinggi, mengejar, menghindari kejaran dan lain-lain. b. Membina sikap yang sehat (positif) terhadap dirinya sendiri sebagai

seorang individu yang sedang berkembang, seperti kesadaran tentang harga diri (self esteem) dan kemampuan diri (self efficasy).

c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di masyarakatnya.

d. Belajar memainkan peran sebagai seorang pria (jika ia sebagai seorang pria) dan sebagai seorang wanita (jika ia seorang wanita).

e. Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung (matematika atau aritmatika).

f. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

g. Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan yang berlaku dimasyarakatnya.

h. Mengembangkan sikap objektif/lugas baik positif maupun negatif terhadap kelompok dan lembaga kemasyarakatan.

i. Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi dirinya sendiri yang independen (mandiri) dan bertanggungjawab.

Perkembangan psiko-fisik siswa

Pembahasan mengenai perkembangan ranah-ranah psiko-fisik pada bagian ini akan penyusun fokuskan pada proses-proses perkembangan yang

DUMMY

dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa, meliputi: pengembangan motorik, kognitif dan pengembangan sosial moral.

Perkembangan motor (fisik) siswa

Muhibbin Syah (1999) memberikan arti motor sebagai berikut: dalam psikologi, kata motor diartikan sebagai istilah yang menunjuk pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakannya, demikian pula kelenjar-kelenjar juga sekresinya (pengeluaran cairan/getah). Secara singkat, motor dapat juga dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik.

Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang lebih selama dua dekade (dua dasawarsa) sejak ia lahir. Semburan perkembangan (spurt) terjadi pada masa anak menginjak usia remaja antara 12 atau 13 tahun hingga 21 atau 22 tahun. Pada saat perkembangan berlangsung, beberapa bagian jasmani, seperti kepala dan otak yang pada waktu dalam rahim berkembang tidak seimbang (tidak secepat badan dan kaki), mulai menunjukkan perkembangan yang cukup berarti hingga bagian-bagian lainnya menjadi matang. Menurut Gleitman (1987) dua hal pokok yang dibawa anak yang baru lahir sebagai dasar perkembangan kehidupannya , yaitu: (1) bekal kapasitas motor (jasmani); dan (2) bekal kapasitas pancaindra (sensori).

Grasp Reflex: Mula-mula seorang anak anak yang baru baru lahir hanya

memiliki sedikit sekali kendali terhadap aktivitas alat-alat jasmaninya. Setelah berusia empat bulan bayi itu sudah mulai mampu duduk dengan bantuan sanggahan dan dapat pula meraih dan menggenggam benda-benda mainannya yang sering hilang dari pandangannnya. Kini ia telah memiliki apa yang disebut “grasp reflex”, yakni gerakan otomatis untuk menggenggam. Inilah reflex primitif (yang ada sejak dahulu kala) yang diwariskan nenek moyangnya tanpa dipelajari.

Rooting Reflex: Respons otomatis yang juga dimiliki seorang bayi sebagai

bekal dan dasar perkembangannya ialah “rooting reflex” (refleks dukungan) yakni gerakan kepala dan mulut yang otomatis setiap kali pipinya disentuh, kepalanya akan berbalik atau bergerak kearah datangnya rangsangan, lalu mulutnya terbuka dan terus mencari hingga mencapai puting susu atau putting dot botol susu yang telah disediakan untuknya. Dua macam refleks di atas,

grasp dan rooting reflex merupakan kapasitas jasmani yang sampai umur kurang

lebih lima bulan belum memerlukan kendali ranah kognitif karena sel-sel otaknya sendiri belum cukup matang untuk berfungsi sebagai alat pengendali.

Bekal psikologis kedua yang dibawa anak dari rahim ibunya ialah kapasitas sensori. Kapasitas sensori seorang bayi lazimnya mulai berlaku bersama-sama dengan berlakunya refleks-refleks motor tadi, bahkan terkadang dengan kualitas

Bab-2: Pembelajaran di Sekolah Dasar

50

DUMMY

yang lebih baik. Hal ini terbukti dengan adanya kemampuan pengaturan nafas, penyedotan, dan tanda-tanda respons terhadap stimulus lainnya. Berkat adanya bekal kapasitas sensori bayi dapat mendengar dengan baik bahkan mampu membedakan antara suara yang keras dan kasar dengan suara lembut ibunya atau suara lembut wanita-wanita lainnya. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungannya untuk lebih tertarik pada suara dan ajakan ibunya daripada kepada suara atau ajakan ayahnya atau laki-laki lain yang ada disekitarnya. Di samping itu, bayi juga dapat melihat sampai batas jarak empat kaki atau kira -kira satu seperempat meter, tetapi belum mampu memusatkan pandangannya pada barang -barang yang ia lihat. Namun, kemampuan membedakan suasana terang dan gelap, membedakan warna (walaupun belum mampu menyebut nama jenis warna), dan mengikuti gerakan benda-benda, sudah mulai tampak.

Semua kapasitas yang dibawa anak dari rahim ibunya baik kapasitas jasmani maupun kapasitas rohani, seperti yang penyusun utarakan tadi, adalah modal dasar yang sangat bermanfaat bagi kelanjutan perkembangan anak selanjutnya. Di sisi lain, proses pendidikan dan pengajaran (khususnya di sekolah) merupakan lingkungan baru dan mendukung bagi perkembangan motor dan fisik anak, dalam rangka mendapatkan keterampilan-keterampilan psikomotor atau ranah karsa anak tersebut. Ketika seorang anak memasuki sekolah dasar atau ibtidaiyah pada umur enam atau tujuh tahun sampai dua belas atau tiga belas tahun, perkembangan fisiknya mulai tampak benar-benar seimbang dan proporsional. Artinya, organ-organ jasmani tumbuh serasi baik tinggi badan maupun besarnya tumbuh seimbang dengan tingkat usia, kecuali pada kasus -kasus tertentu. Misalnya, ukuran tangan kanan tidak lebih panjang dari pada tangan kiri atau ukuran leher tidak lebih besar dari ukuran kepala yang disangganya.

Gerakan-gerakan organ tubuh anak juga menjadi lincah dan terarah seiring dengan munculnya keberanian mentalnya. Contoh: Jika dalam usia balita atau seusia anak TK tidak berani naik sepeda atau memanjat pohon dan melompati pagar, pada usia sekolah ia akan menunjukkan keberanian melakukan itu. Keberanian dan kemampuan ini, di samping karena perkembangan kapasitas mental, juga disebabkan oleh adanya keseimbangan dan keselarasan gerakan organ-organ tubuh anak. Namun, patut dicatat bahwa perkembangan kemampuan fisik anak itu kurang berarti dan tak bisa meluas menjadi keterampilan-keterampilan psikomotor yang berfaedah tanpa usaha pendidikan dan pengajaran. Gerakan-gerakan motor siswa akan terus meningkat keanekaragaman, keseimbangan, dan kekuatannya ketika ia menduduki bangku SLTP dan SLTA. Peningkatan kualitas bawaan dan potensi harus disikapi dengan kemampuan guru yang memiliki kemampuan dan keterampilan mengenali karakteristik siswanya sebagai bahan dan masukan yang dapat dijadikan pertimbangan

DUMMY

dalam menentukan strategi pembelajaran, serta cara-cara membantu meningkatkan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus sesuai dengan potensi bawaan siswa.

Belajar keterampilan fisik (motor learning) dianggap telah terjadi dalam diri seseorang apabila ia telah memperoleh kemampuan dan keterampilan yang melibatkan penggunaan lengan (seperti menggambar) dan tungkai (seperti berlari) secara baik dan benar. Untuk belajar memperoleh kemampuan keterampilan jasmani ini, ia tidak hanya cukup dengan latihan dan praktik, tetapi juga memerlukan kegiatan perceptual learning (belajar berdasarkan pengamatan) atau kegiatan sensory–motor learning (belajar keterampilan inderawi–jasmani).

Dalam kenyataan sehari-hari, cukup banyak keterampilan inderawi-jasmani yang rumit dan karenanya memerlukan upaya manipulasi (penggunaan secara cermat), koordinasi, dan organisasi rangkaian gerakan secara tepat, umpamanya keterampilan bermain piano. Dalam memainkan piano, seorang pianis bukan hanya melakukan sejumlah gerakan terpisah begitu saja, melainkan juga menggunakan proses yang telah direncanakan dan dikendalikan secara internal oleh fungsi ranah ciptanya, sehingga gerakan itu menghasilkan suara merdu.

Demikian pula keterampilan-keterampilan lainnya (yang bagi sebagian orang tidak serumit bermain piano) seperti menulis, menggambar, dan mendemonstrasikan kecakapan praktis seperti olah raga atau menari dan sebagainya, semuanya membutuhkan proses ranah cipta. Sebab, kinerja jasmani (physical performance) dalam aktivitas-aktivitas tersebut hanya akan bermutu baik apabila pelaksanaannya disertai dengan keterlibatan fungsi ranah cipta atau akal. Hal ini mengingat pola-pola gerakan yang cakap dan terkoordinasi itu tak dapat tercapai dengan baik semata-mata dengan mekanisme sederhana, tetapi dengan menggunakan proses mental yang sangat kompleks (Howe, 1980).

Koordinasi keterampilan fisik dan kognitif dalam belajar bagi seorang anak merupakan hal mendasar yang harus terus menerus ditumbuh kembangkan. Ketergantungan kinerja keterampilan jasmani tersebut pada keterlibatan ranah cipta terbukti dengan sering munculnya kekeliruan siswa malas berpikir dalam hal menulis, menggambar, dan memperagakan keterampilan fisik tertentu. Dengan demikian, hampir dapat dipastikan bahwa apabila sebuah aktivitas keterampilan jasmani seseorang (siswa), seperti menyalin pelajaran, dilakukan secara otomatis tanpa perhatian fungsi ranah cipta yang memadai, walaupun ia sudah biasa karena sering melakukannya, kesalahan mungkin akan terjadi.

Sehubungan dengan hal itu, motor skills (kecakapan-kecakapan jasmani) perlu dipelajari melalui aktivitas pengajaran dan latihan langsung, bisa juga melakukan pengajaran teori-teori pengetahuan yang bertalian dengan motor

Bab-2: Pembelajaran di Sekolah Dasar

52

DUMMY