• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi terhadap Strategi Pengembangan Perdagangan

Dalam dokumen Perkembangan Pemicu dan Dampak Harga Kom (Halaman 164-169)

Kecenderungan Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor Indonesia:

6.6 Implikasi terhadap Strategi Pengembangan Perdagangan

Meskipun eksploitasi sumber daya alam Indonesia akan tetap penting untuk mendorong kemajuan ekonomi, terdapat berbagai risiko implisit dari spesialisasi beberapa komoditas.

Pada tahun 2008, tiga ekspor terbesar Indonesia mencapai 25 persen dari total ekspor Indonesia. Sebenarnya, meskipun kelimpahan sumber daya alam seharusnya tidak menjadi ‘kutukan’, kurangnya diversii kasi pada struktur ekspor Indonesia dan ketergantungannya pada komoditas yang bernilai rendah dapat menghambat prospek pertumbuhan di masa mendatang untuk sejumlah alasan.46

Pertama, seperti yang terjadi di masa lalu, eksploitasi sumber daya alam, khususnya mineral, tidak mungkin memfasilitasi pertumbuhan lapangan pekerjaan yang dibutuhkan di Indonesia, mengingat dinamika kependudukannya. Pertumbuhan yang dialami Indonesia sendiri memperlihatkan bahwa bahkan selama ekspansi produksi pertanian pada awal tahun 1980an, sektor manufaktur dan jasa terus memainkan peranan penting sebagai kontributor untuk pertumbuhan pendapatan tenaga kerja.

Pola harga komoditas yang tidak dapat diprediksi dapat menciptakan siklus naik-turun yang mahal. Meskipun menjadi produsen komoditas primer yang besar, Indonesia masih merupakan penerima harga (price taker). Ketidakstabilan harga komoditas baru-baru ini sekali lagi menandaskan tingginya tingkat harga komoditas yang tidak dapat diprediksi. Penelitian-penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa negara-negara yang ekspornya terkonsentrasi pada sejumlah kecil komoditas khususnya rentan terhadap risiko ketidakstabilan harga dan dampak ekonomi makro yang merugikan (Bank Dunia, 2009).

Bahkan untuk komoditas utama yang diekspor saat ini, penting agar Indonesia meningkatkan posisinya pada tangga kualitas. Sebagaimana diperlihatkan sebelumnya, terdapat perbedaan kualitas dan nilai tambah pada komoditas yang didei nisikan secara terbatas, yang diukur dengan nilai satuan. Inti dari kebijakan ini adalah agar Indonesia berupaya melepaskan diri dari perangkap memproduksi produk-produk yang berkualitas rendah/bernilai tambah rendah. Sejauh ini, bahkan pada produk-produk unggulannya (berbasis sumber daya alam), Indonesia tampaknya secara vertikal berspesialisasi pada barang-barang dengan kualitas di bawah rata-rata. Hal ini mungkin akibat dari kebijakan-kebijakan Indonesia mengenai peningkatan keterampilan, infrastruktur diklat dan iklim usaha yang tidak kondusif. Dari perspektif ini, Pemerintah mempunyai tugas penting di bidang kebijakan untuk mempengaruhi seluruh bidang tersebut.

Promosi ekspor memainkan peranan penting dalam mendukung diversii kasi ekspor. Promosi ekspor perlu dilakukan untuk menanggulangi ketidakpastian yang dihadapi para eksportir dan sifat ‘kepentingan publik’ dari informasi tentang pasar ekspor serta kapasitas yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan luar negeri (Hausmann dan Rodrik, 2003). Seperti yang dibahas oleh Iacovone dan Javorcik (2008a), diversii kasi ekspor membutuhkan penanggulangan biaya tetap yang besar, persiapan yang memadai dan penanggulangan ketidakpastian yang tidak dapat diabaikan. Berdasarkan sejumlah studi kasus, Iacovone dan Javorcik (2008c) berpendapat bahwa keberhasilan promosi ekspor dapat menekan biaya untuk masuk ke pasar ekspor. Tujuan ini dapat dicapai melalui empat jenis kegiatan: pengembangan citra; jasa pendukung ekspor; penelitian pasar; dan advokasi kebijakan. Namun, perlu ditekankan bahwa, karena tidak semua perusahaan dapat menjadi eksportir yang berhasil, penargetan yang baik sangat penting untuk menyediakan pelayanan promosi ekspor

46 Pesan ini selaras dengan kesimpulan De Ferranti dkk (2002) serta Lederman dan Maloney (2007) yang menganalisis tantangan bagi negara-negara yang kaya akan sumber daya di Amerika Lai n

149

Perkembangan, Pemicu dan Dampak Harga Komoditas: Implikasinya terhadap Perekonomian Indonesia

Bab 6 Kecenderungan Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor Indonesia: Perspektif Makro dan Sektoral

yang efektif dan hemat biaya. Studi-studi kasus ini dan pengalaman internasional dengan kuat menunjukkan bahwa memfokuskan upaya-upaya promosi ekspor pada sektor-sektor yang spesii k lebih baik daripada berupaya mempromosikan ekspor secara umum. Misalnya, ikut serta dalam pekan raya dan pameran khusus (specialized) menghasilkan hubungan ekspor yang lebih berpotensi bagi perusahaan-perusahaan bersangkutan daripada menghadiri acara-acara yang diselenggarakan secara umum. Karena alasan tersebut maka strategi tiga tingkat diusulkan untuk mempromosikan ekspor Indonesia:

(a) Tingkat pertama: “Mulai memanjat tangga kualitas/nilai tambah”: Mengoptimalkan potensi rente dari kekayaan sumber daya alam dengan bergerak menaiki tangga diferensiasi vertikal melalui investasi untuk pengetahuan dan keterampilan teknis yang cocok. Salah satu temuan penting dari De Ferranti dkk (2002) dalam analisis terhadap negara- negara yang kaya akan sumber daya alam di Amerika Latin adalah bahwa sangat penting untuk melakukan investasi dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang membangun ‘anugerah baru’, seperti pengetahuan, lembaga yang baik dan infrastruktur publik. Misalnya, sasarannya adalah beralih dari mengekspor minyak sawit yang berkualitas rendah menjadi mengekspor minyak sawit yang berkualitas lebih tinggi dan produk-produk pendukung dengan kandungan pengetahuan yang lebih besar.

(b) Tingkat kedua: “Iklim usaha ... tetapi tidak sendirian”:Selama periode dari pertengahan 1970an sampai 1980an, Indonesia menginvestasikan kembali sejumlah besar rente yang diperolehnya dari penjualan minyak untuk memperbaiki infrastruktur; meningkatkan produktivitas pertanian; dan melakukan diversii kasi di luar migas. Saat ini Indonesia dapat menerapkan strategi analogis dan menginvestasikan kembali rente yang diperolehnya dari sumber daya alam yang melimpah namun tidak dapat diperbaharui untuk meningkatkan “infrastruktur pengetahuan dan keterampilan”. Pada saat yang sama, Indonesia perlu memfasilitasi pengembangan iklim investasi yang lebih kondusif dan melaksanakan kebijakan- kebijakan untuk menarik FDI. Ini dapat menjadi, setidaknya untuk jangka pendek, sebuah jalan pintas yang potensial untuk mendapatkan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh Indonesia guna mempromosikan ekspornya dan ikut serta kembali dalam rantai nilai global yang membutuhkan suku cadang dan komponen yang bersifat padat keterampilan (skills-intensive). Menarik investasi asing langsung (FDI) dan berinvestasi di bidang pendidikan, insentif Litbang, kelembagaan dan infrastruktur yang baik sangat penting untuk mendorong produsen agar ‘menaiki tangga nilai’ dan untuk mendorong pengusaha swasta dalam mencari peluang-peluang usaha yang layak. Hal ini akhirnya menghasilkan diversii kasi (De Ferranti dkk, 2002). Analisis terhadap negara-negara yang kaya akan sumber daya alam di Amerika Latin memperlihatkan bahwa “kutukan” sumber daya alam bukan hanya disebabkan oleh melimpahnya anugerah sumber daya alam tetapi juga disebabkan oleh dua pemicu utama. Pertama adalah kurangnya kapasitas ‘inovatif’ atau ‘pembelajaran’ nasional yang memfasilitasi penerapan dan penciptaan teknologi baru. Kedua adalah berbagai rintangan terhadap penerapan teknologi yang biasanya berkaitan dengan peraturan perundang-undangan dan monopoli yang sengaja diciptakan (Maloney, 2007). Kedua faktor pemicu ini relevan untuk Indonesia dan strategi pengembangan perdagangannya.

(c) Tingkat ketiga: “Promosi ekspor yang tepat sasaran”:Di tingkat mikro, demi kepentingan terbaik Indonesia, bantuan kepada eksportir, dalam hal kualitas dan bukan hanya kuantitas, perlu ditingkatkan. Promosi ekspor telah terbukti sangat bermanfaat dari segi hasil yang diperoleh atas investasi dana publik (Lederman, Olorreaga dan Payton, 2006) dan dapat membantu menurunkan biaya untuk masuk ke pasar ekspor sehingga mendorong diversii kasi (Iacovone dan Javorcik, 2008b). Namun, promosi ekspor perlu tepat sasaran dan dirancang secara tepat.

Bab 6

Kecenderungan Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor Indonesia: Perspektif Makro dan Sektoral

6.7 Kesimpulan

Bagian ini menganalisis dinamika ekonomi jangka panjang Inonesia dari perspektif makro dan perdagangan. Empat pelajaran utama dari analisis ini adalah sebagai berikut:

(a) Aspek yang paling menonjol dari pertumbuhan Indonesia dalam empat dasawarsa terakhir adalah bahwa pertumbuhan tersebut tidak bersifat intensif tenaga kerja (padat karya). Oleh karena itu, penggerak pertumbuhan output di masa datang kemungkinan adalah sektor manufaktur dan jasa, namun perkembangan sektor pertanian yang mempekerjakan sebagian besar penduduk masih sangat penting dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, mempersiapkan pekerja untuk beralih dan berpartisipasi di sektor-sektor yang modern hendaknya menjadi prioritas;

(b) Pola-pola pertumbuhan daerah memperlihatkan bahwa ada kebutuhan untuk meningkatkan mobilitas tenaga kerja dan modal guna meningkatkan partisipasi tenaga kerja di sektor manufaktur dan jasa yang dinamis, terutama di luar Jawa. Ini dapat dicapai dengan meningkatkan infrastruktur publik dan dengan melaksanakan kebijakan-kebijakan lain yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas di daerah;

(c) Di masa lalu, ekspor manufaktur telah menjadi mesin penggerak pertumbuhan dan diversii kasi. Namun, sejak akhir tahun 1990an, pola ini berbalik. Kinerja ekspor manufaktur sejak krisis Asia Timur tidak memuaskan, dengan volume ekspor yang terus menurun sebagai bagian dari PDB sejak tahun 2000; dan

(d) Penurunan kinerja sektor manufaktur tampaknya sebagai akibat dari berbagai faktor penyebab yang saling berhubungan.

• Penyebab eksternal utama adalah munculnya Cina sebagai produsen produk manufaktur rakitan padat karya.

• Penyebab internal utama adalah kurang berhasilnya Indonesia dalam meningkatkan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk ‘menaiki tangga nilai/kualitas’. Penyebabnya ada dua:

- Iklim investasi yang buruk menghambat masuknya investasi asing langsung (FDI) dan pengetahuan dari luar negeri; dan

- Investasi domestik untuk mengembangkan “sistem inovasi nasional” pada tingkat yang jauh lebih rendah di Indonesia dibandingkan dengan pesaing langsung di Asia Timur, khususnya Thailand dan Malaysia.

• Pada saat yang sama, mengingat anugerah yang besar berupa sumber daya alam yang melimpah, Indonesia merasa jauh lebih mudah untuk menggeser spesialisasi relatifnya ke sumber daya alam dan komoditas dan meninggalkan produk manufaktur.

Implikasi kebijakan utama terhadap Pemerintah adalah sebagai berikut:

(a) Untuk mendorong pertumbuhan lapangan pekerjaan, perlu dipastikan agar sektor-sektor yang dinamis menarik tenaga kerja yang memadai dengan menghapuskan distorsi, meningkatkan mobilitas tenaga kerja dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja;

(b) Untuk mendorong diversii kasi perekonomian, Indonesia perlu melakukan investasi pada “sumber daya terbarukan” seperti pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mendorong diversii kasi dan peningkatan kualitas ekspor. Harga komoditas yang tinggi hendaknya dapat menjadi sumber daya yang diperlukan untuk investasi ini;

151

Perkembangan, Pemicu dan Dampak Harga Komoditas: Implikasinya terhadap Perekonomian Indonesia

Bab 6 Kecenderungan Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor Indonesia: Perspektif Makro dan Sektoral

(c) Indonesia perlu mengembangkan strategi ganda yang mencakup komponen jangka panjang dan jangka pendek. Dalam jangka pendek, Indonesia perlu mengeksploitasi anugerah sumber daya alam dan tenaga kerjanya untuk mendorong pertumbuhan padat karya. Dalam jangka panjang, Indonesia perlu mendorong pengembangan keterampilan dan modal manusia agar tidak terlalu bergantung pada beberapa komoditas dan barang yang bernilai tambah rendah/ berkualitas buruk; dan

(d) Strategi ganda ini mungkin membutuhkan pengembangan iklim usaha yang lebih kondusif untuk meningkatkan investasi domestik dan asing di bidang “infrastruktur pengetahuan dan keterampilan” (sistem inovasi nasional), dan jasa promosi ekspor yang tepat sasaran untuk mendorong diversii kasi dan peningkatan kualitas ekspor.

Bab 7

Memanfaatkan Sebaik-baiknya

Dalam dokumen Perkembangan Pemicu dan Dampak Harga Kom (Halaman 164-169)

Dokumen terkait