Bab 2
Memecahkan Gelembung Harga untuk Mencegah Krisis Beras Dunia
Abstrak: Pada bulan Mei 2008, harga beras dunia mengalami kenaikan sampai tiga kali lipat dalam kurun
waktu kurang dari empat bulan, yang mencapai puncak inl asi tertinggi dalam jangka waktu 30 tahun. Karena jumlah penduduk di kawasan Asia Timur yang membelanjakan sebagian besar penghasilan bersih mereka untuk komoditas tunggal ini sangat besar, maka kenaikan harga tersebut mengancam akan menimbulkan krisis kemiskinan yang luas. Banyak pengamat di sektor ini telah berupaya menjelaskan kenaikan harga secara dramatis tersebut berdasarkan faktor-faktor yang diakui sebagai pemicu kenaikan harga dari sejumlah komoditas lain seperti gandum. Secara khusus, lonjakan harga tersebut berkaitan dengan lemahnya dolar, kenaikan harga energi dan peningkatan permintaan bahan bakar nabati (biofuel). Bab ini memperlihatkan bahwa kenaikan harga terutama bukan disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Sebaliknya, bab ini menyatakan bahwa kenaikan harga disebabkan oleh perubahan secara tiba-tiba pada kebijakan perdagangan negara-negara eksportir beras dan upaya-upaya yang mendesak dari beberapa negara importir beras untuk menjamin pasokan dengan harga berapa pun sehingga menimbulkan penimbunan dan spekulasi. Negara- negara eksportir dan importir beras dan masyarakat internasional dapat membantu memecahkan gelembung harga dengan bekerja sama untuk mengurangi ketatnya perdagangan. Solusi cepat yang paling praktis adalah dilepaskannya stok oleh Jepang, Thailand dan Cina, pencabutan larangan ekspor dan penangguhan tender umum berskala besar dan untuk mendukung negosiasi langsung.
2.1 Pendahuluan
Selama periode sebelum penulisan bab ini, harga beras di pasar dunia telah meningkat secara dramatis. Selama periode dari Desember 2008 sampai April 2009, harga beras naik sekitar tiga kali lipat di seluruh dunia. Misalnya, harga patokan beras putih Thai 100B naik dari US$368/ton pada bulan Desember menjadi lebih dari US$1.200/ton pada bulan April.
Lonjakan harga ini dengan jelas memperlihatkan suatu jeda pada kecenderungan historis
(Gambar 2.1). Harga beras internasional turun hingga ke titik terendah pada tahun 2001, yang diukur dengan harga tetap. Sejak itu, harga beras bercirikan kecenderungan naik moderat. Harga rata-rata dunia naik sebesar tingkat riil rata-rata 8 persen per tahun sampai pertengahan tahun 2007, sebelum kembali ke tingkat harga yang dianggap normal pada bulan Desember 2007. Sejak itu, harga bergerak naik dengan cara yang sama seperti kenaikan harga pada tahun 1974.
Harga beras yang terus naik di pasar dunia mempunyai implikasi yang dramatis terhadap penduduk di seluruh kawasan Asia Timur. Di seluruh kawasan regional tersebut, sejumlah besar penduduk membelanjakan sebagian besar penghasilannya untuk komoditas beras. Secara spesii k, di rata-rata rumah tangga Asia Timur, pangan mencapai 30 sampai 50 persen dari total “keranjang konsumsi”. Di rumah tangga tersebut, sepertiga asupan kalori harian berasal dari konsumsi beras (FAOSTAT 2003).
Mengingat pentingnya beras, maka para pembuat kebijakan perlu memahami faktor-faktor yang memicu kenaikan harga. Mengingat adanya potensi dampak negatif dari kenaikan harga rata-rata komoditas yang sangat penting ini terhadap tingkat konsumsi rumah tangga maka sangat penting bagi para pembuat kebijakan untuk memahami faktor-faktor yang memicu kenaikan harga dan merumuskan kebijakan-kebijakan yang dapat memfasilitasi upaya untuk memecahkan gelembung harga. Bab ini bertujuan untuk membantu memahami faktor-faktor tersebut maupun menyampaikan serangkaian rekomendasi untuk mencapai tujuan tersebut.
37
Perkembangan, Pemicu dan Dampak Harga Komoditas: Implikasinya terhadap Perekonomian Indonesia
Bab 2 Memecahkan Gelembung Harga untuk Mencegah Krisis Beras Dunia
Gambar 2.1: Harga riil beras, 1961-2008
Sumber: IRRI (Thai 15% brokens) dan USDA (Thai 100B).
Bab 2 disusun dengan urutan sebagai berikut. Bagian 2.1, bagian ini mendei nisikan pertanyaan- pertanyaan dan pernyataan-pernyataan yang dijajaki oleh bab ini, dan menguraikan susunannya. Bagian 2.2menjajaki sifat spesii k dari pasar-pasar beras, khususnya dengan memperhatikan aspek- aspek yang dapat memperkuat sensitivitas pasar terhadap guncangan harga. Ini termasuk fakta bahwa pasar beras adalah pasar yang sensitif secara politik dengan sejumlah kecil eksportir yang mengadakan perdagangan komoditas ini dalam volume yang relatif rendah. Bagian 2.3 meninjau sejumlah faktor yang telah digunakan untuk menjelaskan kenaikan harga yang dramatis baru-baru ini, khusus untuk mengetahui penjelasan yang memadai. Penjelasan tersebut mencakup melemahnya dolar AS; meningkatnya harga minyak; dan meningkatnya permintaan bahan bakar nabati. Bagian 2.4 memperlihatkan bahwa penyebab utama kenaikan harga beras baru-baru ini adalah pembatasan perdagangan dan perilaku pembelian. Bagian 2.5 menyajikan sejumlah skenario untuk melukiskan arah kebijakan yang mungkin ditempuh pasar beras pada bulan Mei 2008. Bagian 2.6 menguraikan tanggapan kebijakan yang telah atau mungkin telah ditempuh untuk mencegah peningkatan krisis beras global lebih lanjut. Bagian 2.7 adalah keterangan tambahan yang menguraikan apa yang telah terjadi setelah dokumen kebijakan awal yang menjadi dasar dokumen ini disampaikan kepada para pembuat kebijakan di kawasan regional.
2.2 Sifat Beras: Pasar Tipis, Segmentasi Kualitas,
Ekspor Terkonsentrasi dan Sensitif Secara Politik
Di seluruh dunia, pasar beras mempunyai empat sifat yang berbeda dan cenderung membuat pasar semakin sensitif terhadap guncangan harga. Keempat sifat tersebut adalah:Bab 2
Memecahkan Gelembung Harga untuk Mencegah Krisis Beras Dunia
Pasar tipis: Perubahan yang sangat kecil pada penawaran dan/atau permintaan dapat memberikan dampak yang dramatis terhadap harga beras di pasar dunia. Hal ini terutama disebabkan oleh fakta bahwa perdagangan beras merupakan kegiatan sisa di kebanyakan negara. Di antara negara-negara produsen beras terbesar, hampir semua beras dikonsumsi di dalam negeri. Hanya sebagian kecil dari total produksi diimpor atau tersedia untuk diekspor. Dari total produksi beras 420 juta ton pada tahun 2007, hanya 30 juta ton, atau delapan persen dari nilai total, diekspor ke luar negara produsen. Sebenarnya, ini merupakan kenaikan yang signii kan sekitar empat sampai lima persen dibandingkan dengan jumlah yang tercatat pada tahun 1960an dan 1970an. Meskipun demikian, produksi yang sedikit menurun dapat menyebabkan kenaikan harga yang dramatis.
Segmentasi kualitas: Karena kuatnya preferensi konsumen yang seringkali terikat pada kepercayaan dan kebudayaan yang sudah lama dianut, elastisitas substitusi antara berbagai jenis beras tidak terlalu besar. Khususnya, ada sedikit elastisitas substitusi antara beras Indica dan Japonica di berbagai pasar. Selain itu, ada perbedaan muatan yang besar antara pasar-pasar akhir (end-markets). Akibatnya, harga beras jenis tertentu dapat mengalami sensitivitas yang sangat tinggi (Gambar 2.2)
Gambar 2.2: Perbandingan harga ekspor beras Thailand dan AS, 2005-08
US $ perton
Sumber: FAO sampai Februari 2008, Creed Rice Report Maret-April 2008.
Ekspor Terkonsentrasi:Sebagian besar beras yang diproduksi untuk pasar ekspor berasal dari tiga negara saja. Hal ini menyebabkan harga beras sangat sensitif terhadap perubahan ekonomi, lingkungan atau perubahan lain yang mempengaruhi tingkat produksi di salah satu dari ketiga negara tersebut. Secara spesii k, pada tahun 2007, Thailand, India dan Vietnam memproduksi dua per tiga total volume beras yang diekspor ke pasar dunia (Tabel 2.1).
Sensitif secara politik:Akibat dampak harga beras domestik di tingkat rumah tangga terhadap tingkat konsumsi, pemerintah-pemerintah di Asia dan Afrika berada di bawah tekanan yang berat untuk mengendalikan harga beras di pasar-pasar yang mempengaruhi rakyat mereka. Untuk mencegah gejolak sosial dan masalah-masalah lain yang timbul akibat tekanan kenaikan harga, pemerintah-pemerintah seringkali berupaya melindungi pasar domestik mereka dari dampak ketidakstabilan di pasar dunia. Akibat proteksionisme dan pemberian subsidi serta tindakan- tindakan lainnya maka pasar global bahkan menjadi semakin ‘tipis’.
39
Perkembangan, Pemicu dan Dampak Harga Komoditas: Implikasinya terhadap Perekonomian Indonesia
Bab 2 Memecahkan Gelembung Harga untuk Mencegah Krisis Beras Dunia
Tabel 2.1: Ekspor beras dunia, 2006-08 (ribuan metrik ton)
2006 2007 Ramalan 2008 Thailand 7.376 9.500 9.000 India 4.537 5.000 3.000 Vietnam 4.705 4.522 4.000 Amerika Serikat 3.306 3.044 3.500 Pakistan 3.579 2.400 2.900 Cina 1.216 1.340 1.000 Mesir 958 1.209 800 Total Dunia 29.403 30.299 27.485 Sumber: USDA.