b Memanfaatkan Sebaik-baiknya Rejeki dari Komoditas
B. Meningkatkan daya saing dari sektor-sektor yang dapat diperdagangkan
2. Mendorong arus investasi asing langsung (FDI) dan dan menjaga perekonomian tetap terbuka untuk menguasai keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan : Seperti yang dibahas dalam
Bab 6 dan diperlihatkan oleh bukti empiris sebelumnya, tingkat FDI yang lebih tinggi sangat penting untuk menguasai pengetahuan yang dibutuhkan tentang teknologi dan pasar yang akan mendorong diversii kasi ekspor, di dalam maupun di luar sektor-sektor berbasis sumber daya alam. Peningkatan FDI juga akan mendatangkan hasil lain yang diinginkan, termasuk promosi perdagangan intra-industri yang lebih tinggi, inovasi dan keterampilan (De Ferranti dkk 2002). Oleh karena itu, pembentukan lingkungan pendukung untuk FDI dengan memperbaiki lingkungan peraturan perundang- undangan di bidang usaha, modal manusia, infrastruktur publik dan klaster pengetahuan sangat penting. Ini adalah bidang-bidang di mana Indonesia masih tertinggal. Indonesia adalah salah satu lingkungan usaha yang paling kurang menguntungkan untuk investasi swasta di Asia Timur dan Tenggara. Indonesia menduduki peringkat ke 122 dari 183 negara dalam indeks Doing Business 2010 Bank Dunia (Bank Dunia 2009c), jauh di bawah Vietnam, Thailand, Malaysia dan China. Buku Tahunan Daya Saing Dunia IMD 2009 menempatkan Indonesia pada peringkat ke 42 dari 57 negara, di bawah Thailand, Malaysia, Cina dan India. Langkah-langkah perlu diambil untuk memperbaiki iklim investasi dan, dengan demikian, meningkatkan investasi domestik dan asing di bidang infrastruktur pengetahuan, yang akhirnya akan meningkatkan kecanggihan teknologi produksi di berbagai sektor. Daftar reformasi yang perlu dilaksanakan Indonesia untuk menarik FDI sangat luas, dan mencakup menghapuskan atau mengurangi peraturan-peraturan yang saling bertentangan, meningkatkan hak milik atas tanah dan melonggarkan undang-undang ketenagakerjaan. 70
3. Mendorong pengembangan industri pengetahuan di bidang kegiatan berbasis sumber daya alam di mana Indonesia mempunyai keunggulan komparatif: Kegiatan-kegiatan ekonomi berbasis sumber daya alam dapat mendorong pengembangan industri pengetahuan. Hal itu terjadi pada sektor pertambangan di AS yang mendorong dikembangkannya sebuah sistem teknologi yang kuat; kehutanan dan hasil hutan di Finlandia dan Swdia; dan produksi dan pemasaran buah segar di Chile. Patut diperhatikan bahwa mengembangkan sektor berbasis sumber daya alam yang dinamis bukan berarti tidak sejalan dengan meningkatkan keunggulan komparatif yang baru di sektor
69 Aksi-aksi yang direkomendasikan berikut ini dalam catatan teknis telah dilaksanakan oleh pemerintah sejak diseminasi catatan teknis: penerapan operasi 24/7 di pelabuhan-pelabuhan utama, pembangunan Jalan Lingkar Luar Jakarta (JORR), pembentukan Tim Logistik dan pengembangan Cetak Biru untuk reformasi logistik.
70 Untuk tinjauan yang komprehensif terhadap iklim investasi, lihat laporan Bank Dunia “Meningkatkan Investasi di Indonesia: Reformasi Generasi Kedua.” Laporan ini memperlihatkan aksi-aksi untuk memperbaiki iklim investasi di delapan bidang: menjaga stabilitas ekonomi makro, memperkuat sektor keuangan, meningkatkan reformasi di bidang administrasi perpajakan dan pabean, meningkatkan l eksibilitas di pasar modal, meningkatkan perencanaan publik dan pengelolaan infrastruktur, menyederhanakan prosedur investasi, menyelesaikan masalah-masalah utama desentraisasi untuk menghapuskan pajak gangguan (nuisance taxes) oleh pemerintah lokal dan memberantas korupsi.
Bab 7
Memanfaatkan Sebaik-baiknya Harga Komoditas yang Tinggi untuk Pembangunan Indonesia
manufaktur apapun yang berteknologi tinggi. Sektor sumber daya alam maupun manufaktur dapat berjalan secara berdampingan bukan hanya di negara-negara maju yang kaya akan sumber daya alam melainkan juga pada struktur ekspor yang sudah sangat beragam di Brasil dan Meksiko (De Ferranti dkk 2002).
Gambar 7.16: Peta jarak ekonomis berdasarkan biaya tiket penumpang udara dan biaya angkutan laut peti kemas 20 kaki dari Jakarta ke kota-kota besar di Indonesia dan Singapura.
Jarak Ekonomis berdasarkan biaya angkutan laut (biaya perunit = 1,00 Jarak ke Singapura)
Jarak Ekonimis berdasarkan biaya tiket penumpang pesawat (biaya perunit = 1,00 Jarak ke Singapura)
183
Perkembangan, Pemicu dan Dampak Harga Komoditas: Implikasinya terhadap Perekonomian Indonesia
Bab 7 Memanfaatkan Sebaik-baiknya Harga Komoditas yang Tinggi untuk Pembangunan Indonesia
Agar dapat berhasil, kekayaan sumber daya alam perlu disertai dengan modal manusia, pengetahuan dan kerangka kelembagaan yang baik. Misalnya, Indonesia dapat merencanakan untuk beralih dari hanya menggali mineral menjadi mempromosikan pengembangan jasa teknik untuk penggalian mineral. Demikian pula, Indonesia dapat beralih dari hanya memproduksi komoditas mentah menjadi memproduksi juga produk turunan hilir dengan nilai/pengetahuan yang lebih tinggi. Indonesia merupakan eksportir minyak sawit terbesar di dunia dalam hal volume, tetapi peringkat kedua setelah Malaysia dalam hal nilai ekspor karena ekspor minyak sawit Indonesia mempunyai nilai tambah yang rendah.
Meskipun volume minyak sawit yang diekspor Indonesia 8 persen lebih tinggi daripada yang diekspor Malaysia, Indonesia hanya mendapatkan sekitar separuh dari pendapatan ekspor Malaysia pada tahun 2007. Faktor penyebabnya adalah bahwa minyak sawit dari Indonesia berkualitas lebih rendah sehingga mendapatkan harga yang lebih rendah (Bab 6) dan bahwa lebih dari 75% output minyak sawit Indonesia diekspor dalam bentuk minyak sawit mentah (CPO) sedangkan Malaysia mengekspor 80% output minyak sawitnya dalam bentuk produk bernilai tambah.71
Alasan mengapa Indonesia tidak mengembangkan industri hilir yang bernilai tambah lebih tinggi tampaknya adalah jaringan distribusi dan pemasaran yang lemah, kurangnya dasar keterampilan yang memadai, dan investasi yang sangat
besar yang dibutuhkan untuk mendirikan pabrik pengolahan oleokimia.72
Selain alasan ini, kurangnya persaingan yang kuat di antara perkebunan-perkebunan besar serta ketersediaan lahan yang tidak terbatas, dan lemahnya penegakan hukum di bidang kehutanan, tampaknya menghambat sektor ini untuk bergerak naik dalam rantai nilai (Gambar 7.17).73
Situasi ini serupa untuk kakao. Indonesia adalah produsen kakao terbesar ketiga di dunia. Namun, kakao Indonesia tidak mendapatkan harga yang tinggi akibat kualitasnya yang rendah karena faktor kematangan buah di pohon dan kualitas benih. Untuk alasan kualitas dan keamanan pangan, Amerika Serikat mengenakan penahanan otomatis atas kakao yang diimpor dari Indonesia, yang berarti potongan harga sekitar 10 persen.74
Alasan lain untuk pendapatan ekspor yang lebih rendah adalah delapan puluh persen kakao diekspor dalam keadaan belum diolah, berbeda dengan Malaysia yang mengekspor semua kakaonya dalam bentuk yang sudah diolah. Alasan mengapa tingkat pengolahan begitu rendah di Indonesia adalah karena kualitas kakao rendah dan iklim usaha tidak mendorong pelaksanaan pengolahan bernilai tambah. Di Indonesia, kakao olahan dikenakan pajak pertambahan nilai sebesar 10 persen oleh Pemerintah dan bea masuk yang tinggi di pasar tujuan.75
Sektor pertambangan juga dicirikan oleh tingginya tingkat ekspor produk yang belum diolah. Alasan
71 Sumber: “Kemunduran mengejutkan perekonomian RI yang condong kepada sektor komoditas” oleh Mustaqim Adamrah, The Jakarta Post, November 2008 dan “Rangkaian Proi l Komoditas: Minyak Sawit Indonesia” Publikasi Penelitian Perdagangan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Perdagangan TREDA Kementerian Perdagangan RI. 72 Sumber: “Kemunduran mengejutkan perekonomian RI yang condong kepada sektor komoditas” oleh Mustaqim
Adamrah, The Jakarta Post, November 2008 dan “Rangkaian Proi l Komoditas: Minyak Sawit Indonesia” Publikasi Penelitian Perdagangan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Perdagangan TREDA Kementerian Perdagangan RI. 73 Malaysia mengawali pengolahan minyak sawitnya dengan hanya 1 persen dari produksinya pada tahun 1960 dan
sekarang menjadi yang terbesar. Salah satu alasan yang mendorong Malaysia mengembangkan industri hilirnya adalah terbatasnya ketersediaan lahan.
74 “Rangkaian Proi l Komoditas: Kakao Indonesia” Publikasi Penelitian Perdagangan Lembaga Litbang Perdagangan TREDA, Kementerian Perdagangan R.I.
75 Sumber: Pejabat senior Kementerian Pertanian yang dikutip harian the Jakarta Post “Menurut Kementerian Perdagangan, Pajak yang Tinggi Menghancurkan Industri Kakao yang Belum Berkembang”, 3 Juni 2009 dan “Rangkaian Proi l Komoditas: Kakao Indonesia” Publikasi Penelitian Perdagangan Lembaga Litbang Perdagangan TREDA, Kementerian Perdagangan R.I..
Bab 7
Memanfaatkan Sebaik-baiknya Harga Komoditas yang Tinggi untuk Pembangunan Indonesia
yang disampaikan oleh Asosiasi Pertambangan Indonesia adalah karena pasar lokal tidak mempunyai kapasitas yang sama seperti pasar global untuk mengolah output pertambangan. Pembangunan pabrik pemurnian logam bukan hanya membutuhkan investasi yang besar, hal itu juga berarti penambang harus lebih banyak berurusan dengan birokrasi sehubungan dengan perizinan pengolahan.76
4. Mendorong pembentukan anugerah baru di bidang modal manusia dan pengetahuan: Selama periode dari pertengahan tahun 1970an sampai 1980an, Indonesia dipuji atas penggunaan pendapatan migasnya secara konstruktif (Gelb, 1988). Secara khusus, Indonesia menginvestasikan pendapatan migasnya untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui penyuluhan, benih baru dan infrastruktur. Dewasa ini, Indonesia dapat mencoba belajar dari pengalaman tersebut dan menginvestasikan pendapatan yang diperolehnya dari sumber daya alam untuk meningkatkan modal manusia dan infrastruktur pengetahuan.
Investasi di sektor pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan “anugerah baru” sangat penting untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif. Seperti dibahas oleh De Ferranti dkk (2002), pelajaran utama dari pengalaman negara-negara lain yang kaya akan sumber daya alam adalah bahwa investasi di sektor pengetahuan dan keterampilan untuk membangun “anugerah baru” sangat penting untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif. Kebijakan publik memainkan peranan yang besar dalam memastikan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas secara umum dan pelatihan sepanjang hayat untuk mendukung peningkatan kualitas dan inovasi produk. Kebijakan publik juga perlu diarahkan untuk mendorong penelitian dan pengembangan melalui penyelenggaraan insentif dan sistem inovasi yang menghasilkan kemajuan pengetahuan dan teknologi. Pada gilirannya, hal ini akan meningkatkan pertumbuhan produktivitas dan mempromosikan keunggulan-keunggulan komparatif baru. Akhirnya, kebijakan publik juga perlu mendorong pembentukan klaster dan jaringan pengetahuan, dengan melibatkan perusahaan-perusahaan swasta, lembaga penelitian independen dan perguruan tinggi serta sektor publik (De Ferranti dkk, 2002).
Pengembangan klaster dan jaringan pengetahuan sangat penting, bukan hanya untuk mengembangkan sektor manufaktur berteknologi tinggi, melainkan juga mendorong banyak kegiatan berbasis sumber daya alam yang berteknologi tinggi dan bernilai tambah. Seperti diperlihatkan dalam Gambar 7.17, Indonesia menduduki peringkat yang rendah dibandingkan dengan para pesaingnya dari segi indikator kunci yang mendei nisikan perekonomian pengetahuan. Analis Indonesia menyatakan bahwa kurangnya insentif Litbang telah menyebabkan rendahnya kualitas produk-produk industri. Belanja tahunan Indonesia untuk penelitian rata-rata mencapai sekitar US$300 juta, suatu bagian yang sangat kecil dari jumlah yang dibelanjakan oleh Cina di mana angkanya mencapai US$76 milyar atau bahkan Malaysia yang mencapai US$1,2 milyar dan Singapura yang mencapai US$2 milyar.77
Selanjutnya, banyak inovasi dan produk baru yang dikembangkan oleh lembaga penelitian di Indonesia tidak mencapai potensi penuh karena pemasaran yang buruk.78
5. Mendorong pengembangan lembaga dan kerangka kelembagaan yang lebih baik: Untuk