• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simulasi kebijakan

Dalam dokumen Perkembangan Pemicu dan Dampak Harga Kom (Halaman 95-99)

Guncangan jangka pendek dan jangka panjang

Dua rangkaian simulasi dilaporkan, yaitu simulasi jangka pendek dan simulasi jangka panjang. Kedua rangkaian simulasi ini berbeda-beda berdasarkan jenis guncangan yang dialami dan pendekatan model. Guncangan-guncangan tersebut adalah perubahan eksogen pada harga internasional, yang berasal dari perubahan harga yang disampaikan dalam Tabel 4.1 di atas.

Guncangan jangka pendek terdiri dari dua jenis:

a. Perubahan harga aktual yang diamati selama periode 2005-08, yang dinyatakan sebagai perubahan persentase total pada harga komoditas bersangkutan sehubungan dengan Indeks Nilai Satuan Manufaktur; dan

b. Kenaikan 98 persen yang bersifat hipotetis pada harga produk tambang yang bertujuan untuk mensimulasikan perbaikan lingkungan investasi di sektor pertambangan.27

27 Investasi pertambangan tahun 1995 sama dengan tahun 2007 meskipun sebenarnya harga mineral pada tahun 2007 mencapai 160% lebih tinggi daripada tahun 1995. Pada tahun 1995, ada sedikit ketidakpastian peraturan perundang- undangan, tidak seperti tahun 2007. Karena investasi pertambangan tahun 2007 sama dengan tahun 1995, maka biaya dari ketidakpastian yang lebih besar ini sebanding dengan penurunan harga mineral sebesar 60% pada tingkat harga tahun 2007. Ini sebanding dengan penurunan harga mineral sebesar 98% pada tingkat harga tahun 2005. Oleh karena itu, penghapusan ketidakpastian peraturan perundang-undangan ditunjukkan dengan kenaikan harga mineral sebesar 98% pada tingkat harga tahun 2005.

Investasi Pertambangan Harga

1995 99,0 106,4

2005 73,5 162,3

2007 96,7 266,0

Sumber: Bank Dunia (2008), database DECPG dan Pricewaterhouse Coopers (2008). Catatan: Nilai riil (dengan del asi menurut MUV) dengan nilai dolar konstan.

Bab 4

Dampak Harga Komoditas Terhadap Perekonomian Indonesia

Guncangan jangka panjang terdiri dari dua jenis:

a. Proyeksi perubahan harga komoditas selama periode 2005-20; dan

b. Kenaikan hipotesis 98 persen yang sama pada harga produk tambang yang bertujuan untuk mensimulasikan perbaikan lingkungan investasi di sektor pertambangan.

Patut diperhatikan dari Tabel 4.1 bahwa ukuran rata-rata guncangan harga jangka pendek yang diamati jauh lebih besar daripada ukuran rata-rata guncangan harga jangka panjang yang diproyeksikan. Juga perhatikan bahwa perbedaan pada pendekatan model jangka pendek dan jangka panjang adalah, bahwa untuk jangka pendek, mobilitas faktor di seluruh sektor terbatas pada mobilitas tenaga kerja; untuk jangka panjang, mobilitas modal maupun tenaga kerja terjadi di semua sektor dan mobilitas lahan terjadi di seluruh industri pertanian.

Untuk pendekatan model jangka pendek, enam rangkaian simulasi dilakukan untuk membedakan dampak dari perubahan harga berbagai komoditas maupun dampak dari perbaikan lingkungan investasi pertambangan. Guncangan-guncangan tersebut adalah:

1. Simulasi SR-1: Perubahan aktual pada harga energi internasional (khusus komoditas 1 sampai 3)

2. Simulasi SR-2: Perubahan aktual pada harga produk pertanian internasional (khusus komoditas 4 sampai 22)

3. Simulasi SR-3: Perubahan aktual pada harga produk pertambangan internasional (khusus komoditas 23 sampai 28)

4. Simulasi SR-4: Perubahan harga internasional aktual pada semua komoditas (SR-1 sampai SR-3 bersama-sama)

5. Simulasi SR-5: Kenaikan 98 persen pada Harga Produk Mineral (komoditas 23 sampai 28) 6. Simulasi SR-6: Simulasi SR-4 ditambah Simulasi SR-5, bersama-sama.

Untuk pendekatan model jangka panjang, ada enam simulasi. Guncangan-guncangan tersebut adalah:

1. Simulasi LR-1: Perubahan proyeksi pada harga energi internasional (komoditas 1 sampai 3) 2. Simulasi LR-2: Perubahan proyeksi pada harga produk pertanian internasional (komoditas

4 sampai 22)

3. Simulasi LR-3: Perubahan proyeksi pada harga produk pertambangan internasional (khusus komoditas 23 sampai 28)

4. Simulasi LR-4: Perubahan harga internasional proyeksi pada semua komoditas (LR-1 sampai LR-3 bersama-sama)

5. Simulasi LR-5: Kenaikan 98 persen pada Harga Produk Mineral (komoditas 23 sampai 28). 6. Simulasi LR-6: Simulasi LR-4 ditambah Simulasi LR-5, bersama-sama.

Lampiran Tabel 3.5 dan Lampiran Tabel 3.6 memberikan daftar terperinci dari guncangan-guncangan tersebut untuk masing-masing dari keenam simulasi jangka pendek maupun jangka panjang. Simulasi jangka pendek berlangsung berdasarkan dua skenario yang berbeda: tanpa bantuan langsung (transfer) tunai dan dengan bantuan langsung tunai kepada rumah tangga miskin. Hal ini memungkinkan kita memahami dampak tambahan dari bantuan langsung tunai yang diberikan Pemerintah terhadap perekonomian dan penduduk.

Pendekatan Model Jangka Pendek: Tanpa Bantuan Langsung Tunai

Semua asumsi utama dari pendekatan model diringkaskan dalam Lampiran Tabel 3.7. Dei sit neraca transaksi berjalan (current account) dianggap eksogen, yang berarti bahwa ukurannya tidak berubah dengan adanya dampak guncangan. Pendekatan ini tidak didasarkan

81

Perkembangan, Pemicu dan Dampak Harga Komoditas: Implikasinya terhadap Perekonomian Indonesia

Bab 4 Dampak Harga Komoditas Terhadap Perekonomian Indonesia

atas keyakinan atau asumsi bahwa neraca transaksi berjalan sebenarnya tidak akan dipengaruhi dalam jangka pendek oleh guncangan eksternal. Sebaliknya, tujuan dari pendekatan ini adalah agar peningkatan dei sit neraca transaksi berjalan, misalnya, mencerminkan peningkatan pinjaman dari luar negeri dan, oleh karena itu, kebutuhan untuk mengembalikan dana pinjaman tersebut di masa mendatang. Namun, model yang bersifat periode tunggal ini tidak memungkinkan penangguhan pengembalian pinjaman dan dampaknya di kemudian hari terhadap kesejahteraan ekonomi. Oleh karena itu, karena tujuannya adalah memperkirakan dampak guncangan terhadap kesejahteraan ekonomi maka asumsi neraca transaksi berjalan eksogen digunakan untuk mencegah munculnya dampak yang tidak diperhitungkan seperti ini.

Perlakuan terhadap stok modal dan stok lahan pertanian: kami berasumsi bahwa mobilitas modal terbatas di sektor-sektor dan mobilitas lahan pertanian tidak terjadi dalam jangka pendek (lihat Struktur Teori Model dalam Lampiran III). Mobilitas masing-masing dari keempat kategori tenaga kerja terjadi di semua sektor, tetapi total stok tenaga kerja ditetapkan secara eksogen. Pengeluaran pemerintah dan realisasi pengeluaran investasi ditetapkan secara eksogen.

Perlakuan terhadap volume impor beras: volume impor beras ditetapkan secara eksogen sebesar 10 persen dari level sebelum diterapkannya larangan impor. Asumsi ini mencerminkan larangan resmi terhadap impor beras yang diterapkan pada tahun 2004 dan fakta yang diamati bahwa perkecualian dari larangan impor kadang-kadang diberikan sehingga terdapat sejumlah kecil impor beras. Untuk mencapai hasil ini, bea masuk endogen atas impor beras diterapkan, tarifnya disesuaikan untuk mencegah perubahan volume impor.

Perlakuan terhadap volume ekspor beras: dengan mengakui fakta bahwa kenaikan harga international beras dapat mendorong ekspor beras dan bahwa ekspor berasa saat ini dilarang maka volume ekspor beras dianggap ditetapkan dengan cara yang sama, melalui pajak ekspor yang disesuaikan secara endogen.Pendapatan yang diperoleh dari bea masuk beras yang implisit, sesuai dengan rente yang berakumulasi sampai terpenuhinya kuota 10 persen (larangan efektif 90 persen), didistribusikan dalam model kepada 1 persen rumah tangga perkotaan yang terkaya.

Perlakuan terhadap produk-produk bensin dan minyak bumi: harga bensin dan minyak bumi ditetapkan secara eksogen. Selama periode tahun 2005-08, harga minyak bumi dikendalikan oleh pemerintah tetapi tidak dianggap konstan secara nominal. Sebaliknya, ada kenaikan nominal yang besar sebagai akibat dari penyesuaian yang dibuat oleh Pemerintah. Kenaikan harga tersebut harus dilakukan karena lonjakan beban anggaran untuk subsidi sebagai tindakan pengendalian atas harga-harga internasional yang terus meningkat. Oleh karena itu, lonjakan beban anggaran untuk subsidi tidak terlepas dari kenaikan harga internasional yang menjadi fokus dari studi ini. Jadi, harga domestik minyak bumi dibatasi secara eksogen untuk bergerak pada nilai yang diamati, secara relatif terhadap dan Indeks Harga Konsumen (CPI), selama periode tahun 2005-08. Ini dicapai melalui subsidi yang jumlahnya meningkat selama periode tersebut karena harga domestik yang dikendalikan meningkat dengan nilai di bawah kenaikan dalam CPI.

Pendekatan model jangka pendek: dengan bantuan langsung tunai

Kelompok kedua dari hasil jangka pendek mengubah hasil distribusi jangka pendek di atas agar keberadaan sistem bantuan langsung tunai terhubung dengan kenaikan harga internasional. Pendekatan model jangka pendek dengan bantuan langsung tunai sama seperti yang diuraikan di atas, kecuali untuk perubahan ini. Karena harga internasional untuk produk-produk minyak bumi meningkat, maka Pemerintah merasa perlu untuk menaikkan harga yang dikendalikan

Bab 4

Dampak Harga Komoditas Terhadap Perekonomian Indonesia

tetapi pada saat yang sama melaksanakan program bantuan langsung tunai yang dirancang untuk memberikan kompensasi kepada konsumen miskin atas kenaikan harga nominal produk minyak bumi yang mereka hadapi.

Bantuan langsung tunai diberikan secara bulanan selama dua periode yang berbeda:

 Bantuan langsung tunai pertama: Rp 108.235 untuk setiap rumah tangga miskin per bulan selama 18 bulan sejak Maret 2005 dan seterusnya.

 Bantuan langsung tunai kedua: Rp 300.000 untuk setiap rumah tangga miskin per bulan selama 8 bulan sejak Mei 2008 dan seterusnya.

Bantuan langsung tunai tersebut mencapai total Rp 4.348.246 selama periode 2005-08 untuk setiap rumah tangga miskin. Karena semua perhitungan dilakukan secara bulanan dalam bab ini, maka transfer dana dianggap bernilai Rp 90.588 per bulan untuk setiap rumah tangga yang awalnya berada di bawah garis kemiskinan resmi. Jika semua rumah tangga miskin mempunyai jumlah anggota yang sama sebagai ukuran rumah tangga rata-rata Indonesia, maka ini akan sama dengan transfer per kapita bulanan bruto rata-rata kepada setiap anggota rumah tangga yang awalnya berada di bawah garis kemiskinan sebesar Rp 22.534.

Namun, Pemerintah harus membiayai transfer tersebut. Analisis ini berasumsi bahwa pengeluaran publik menyusut cukup besar untuk membiayai beban anggaran atas bantuan langsung tunai. Penyusutan pengeluaran publik tersebut dianggap sebanding dengan transfer negatif kepada setiap warga negara Indonesia yang nilai totalnya sama dengan beban anggaran atas bantuan langsung tunai. Hal ini berarti transfer netto positif kepada setiap warga negara Indonesia yang menjadi anggota rumah tangga yang awalnya berada di bawah garis kemiskinan sekitar Rp 22.534 – 3.993 = Rp 18.825 per orang per bulan, sedangkan setiap warga negara Indonesia lain menerima transfer netto negatif sebesar Rp 3.993. Perhitungan terperinci, yang memungkinkan adanya perbedaan ukuran keluarga dalam kelompok-kelompok sosial ekonomi, diringkaskan dalam (Lampiran Tabel 3.8) Lampiran III.

Karena kesulitan teknis dalam menentukan model transfer yang ditujukan kepada jenis rumah tangga tertentu, perhitungan perubahan pada distribusi pengeluaran atas program bantuan langsung tunai diadakan di luar model sebagai perhitungan add-on spreadsheet. Perhitungan ini mengasumsikan bahwa meskipun transfer mengubah distribusi pendapatan rumah tangga namun transfer tidak secara signii kan mengubah alokasi sumber daya. Karena di sini diasumsikan bahwa skema transfer ditargetkan kepada rumah tangga miskin tanpa kesalahan maka hal itu dapat diasumsikan bahwa skema transfer berhasil mengurangi insiden kemiskinan. Namun, hal itu masih harus ditentukan sampai seberapa jauh.

Pendekatan model jangka panjang

Untuk alasan-alasan yang disebutkan di atas maka pendekatan model jangka panjang juga mengasumsikan bahwa neraca transaksi berjalan harus berimbang. Pada saat yang sama, pendekatan ini mengasumsikan l eksibilitas yang jauh lebih besar dalam penyesuaian di Indonesia dengan guncangan harga komoditas internasional, yang juga kurang signii kan dibandingkan dengan pendekatan jangka pendek. Dalam jangka panjang, mobilitas modal diasumsikan terjadi di semua sektor di dalam negeri, tetapi total stok modal masih ditetapkan secara eksogen. Mobilitas lahan pertanian juga terjadi di sektor-sektor pertanian, yang berarti bahwa petani dapat mengalokasikan kembali lahan mereka untuk keperluan pertanian yang berbeda, tetapi total stok lahan ditetapkan secara eksogen. Impor dan ekspor beras masih ditetapkan secara eksogen, tetapi pengendalian harga minyak bumi beserta subsidi yang terkait, dan bantuan langsung tunai diasumsikan tidak ada.

83

Perkembangan, Pemicu dan Dampak Harga Komoditas: Implikasinya terhadap Perekonomian Indonesia

Bab 4 Dampak Harga Komoditas Terhadap Perekonomian Indonesia

4.3 Hasil dan Pembahasan

Dalam dokumen Perkembangan Pemicu dan Dampak Harga Kom (Halaman 95-99)

Dokumen terkait