• Tidak ada hasil yang ditemukan

Industri Media di Indonesia: Beberapa Studi Terdahulu

Media: Perspektif Politik dan Ekonom

2.5. Industri Media di Indonesia: Beberapa Studi Terdahulu

Sebelum kami menampilkan riset kami mengenai lanskap industri media di Indonesia, kami merasa berkewajiban untuk sedikit menyampaikan studi-studi sebelumnya dengan topik yang sama, serupa, atau topik yang masih berkaitan. Hal ini penting bukan hanya agar kami tak mengulangi apa yang sudah dilakukan dalam penelitian yang lain tetapi juga untuk membantu kami menempatkan riset kami di dalam kerangka yang sudah ada.

Namun, setelah melakukan pencarian yang teliti, kami menemukan bahwa riset yang secara menyeluruh dan spesifik melihat dinamika industri media di Indonesia, dan kemudian menawarkan analisa mendalam, ternyata sangat langka, jika tidak bisa dikatakan tidak ada. Apa yang kami dapatkan adalah beberapa studi, akademik maupun non-akademik, yang berusaha memotret sektor media di Indonesia dari berbagai perspektif yang berbeda tetapi tidak saling berkaitan. Hasilnya, ketika kami mendapati beberapa ‘rumor’, cukup sulit bagi kami untuk membangun sudut pandang komprehensif mengenai perkembangan sektor media di Indonesia dari literatur yang ada. Hal ini sangat dapat dipahami, karena di masa demokrasi yang masih dini ini, media akan mengalami perubahan secara terus menerus. Oleh sebab itu, kami tidak bermaksud untuk mengkritik atau membuat analisa komprehensif untuk mengaitkan studi-studi yang sudah ada, tetapi lebih kepada menggunakannya untuk memposisikan studi ini di dalam konteks yang sama.

Pertama-tama kami menjelaskan serangkaian laporan mendalam mengenai perkembangan industri media di Indonesia yang dipublikasi oleh SatuDunia, sebuah organisasi masyarakat sipil (CSO) yang bergerak dalam isu-isu ICT dan media. Laporan-laporan ini mencoba untuk melihat konglomerasi media serta kepemilikan-silang, dan bagaimana para warga dikooptasi di dalam struktur industri media yang ada sekarang (Cahyadi, 2011a; 2011b; Surbakti, 2011). Mengambil konteks kapitalisasi dan konglomerasi media di Indonesia, laporan-laporan ini juga menonjolkan ketidakhadiran negara dalam mengatur sektor media. Dengan tersedianya kesempatan bagi CSO lain untuk ikut terlibat dalam diskusi mengenai industri media di Indonesia, ada banyak aspek dalam laporan ini yang dapat kami gunakan untuk selanjutnya mengelaborasi penelitian kami lebih jauh lagi.

Centre for Innovation Policy and Governance

Memetakan Lanskap Industri Media Kontemporer di Indonesia 22

Riset kedua adalah Media, Culture and Politics in Indonesia dari David T. Hill dan Khrishna Sen (Hill dan Sen, 2000). Studi ini adalah yang pertama dan mungkin yang paling banyak dikutip tentang media di Indonesia pasca-reformasi 1998. Setelah rezim Soeharto berkuasa, buku ini mencerminkan apa yang terjadi di dunia pers, media mainstream dan budaya populer di Indonesia selama periode Orde Baru ketika rezim otoriter menentang kebebasan pers. Sebagai kontribusi terhadap studi ini, Hill dan Sen memaparkan catatan yang komprehensif tentang perkembangan media di Indonesia mulai dari masa awal kemunculan media hingga era pasca-reformasi.

Publikasi internasional lainnya yang memberi banyak informasi untuk riset kami adalah sebuah tulisan dari Amelia Arsenault dan Manuell Castells, yakni The Structure of Dynamics of Global Multi-Media Business

Networks (Arsenault dan Castells, 2008). Meskipun tidak secara khusus mendiskusikan mengenai

Indonesia, tulisan ini memaparkan sejumlah pemahaman tentang bagaimana industri media telah berkembang menjadi sebuah struktur bisnis baru dan bagaimana korporasi-korporasi media tertaut secara global. Lebih penting lagi, tulisan ini menyajikan paparan yang cukup rinci mengenai bagaimana jaringan global media mengemuka, dampak apa yang dimiliki oleh jaringan ini pada media global, dan bagaimana kerumitan sistem digital dan multimedia saat ini berpengaruh terhadap warga.

Yang terakhir, kami mencatat bahwa Aliansi Jurnalis Independen (AJI) setiap tahun mengeluarkan laporannya mengenai dinamika pers dan media di Indonesia (yakni AJI, 2009, terbit tahunan). Laporan- laporan ini menyoroti keprihatinan-keprihatinan khusus mengenai kebebasan pers dari sudut pandang wartawan (Manan, 2010 dalam laporan tahunan). Laporan AJI memberikan pemahaman mengenai bagaimana komunitas pers menghadapi masalah yang datang baik dari sisi industri/bisnis dan dari sisi pemerintah. Selain dari AJI dan SatuDunia, hanya segelintir CSO (Organisasi non-Pemerintah) di Indonesia, jika ada, yang telah membuat riset dan laporan tentang dinamika industri media –terutama dikaitkan dengan hak warga. Kami melihat hal ini sebagai sebuah kesempatan bagi kami untuk mengisi kekosongan yang ada.

Setelah mengamati secara singkat kajian-kajian di atas, secara rendah hati kami menyadari bahwa laporan kami bukanlah sama sekali baru—terlepas dari, mungkin, data terbaru tentang industri media di Indonesia. Dalam laporan ini, kami mempertajam argumen dari riset-riset sebelumnya dengan analisis terhadap data-data yang baru dari industri media di Indonesia dan menempatkannya dalam sebuah perspektif hak warga negara dalam bermedia. Berangkat dari gagasan yang diajukan Joseph (2005), kami memfokuskan tiga aspek hak dalam riset ini: (i) hak warga negara untuk mengakses infrastruktur media, (ii) hak warga negara untuk mengakses konten media yang dapat dipercaya, (iii) hak warga negara untuk mengakses proses pembuatan kebijakan media.11 Walaupun perspektif ini kemudian

terbukti amat relevan untuk memahami dinamika industri media di Indonesia, namun perspektif ini ternyata jarang sekali digunakan dalam riset-riset media sebelumnya di tanah air.

Sebelum menampilkan temuan-temuan kami, kami akan terlebih dahulu memaparkan metode penelitian ini dalam bab berikut.

11 Tentu saja, ketika kebutuhan untuk melihat ketiga perspektif ini lebih didorong oleh praktik (dan bukan oleh teori), berdasarkan pengalaman kami (para penulis) dalam berhubungan dengan sektor media, kami berusaha untuk tidak mengabaikan hal-hal lain yang serupa. Sebagai contoh, apa yang juga telah dipelopori oleh UNESCO. Lihat juga: http://www.unesco.org/new/en/communication-and-information/flagship-project-activities/world-press- freedom-day/previous-celebrations/worldpressfreedomday200900/themes/empowering-citizenship-media-dia- logue-and-education/

3. Mengkaji Industri