• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media Konvensional: Mencapai titik nadir?

Regulasi Media

5. Media Konvensional: Mencapai titik nadir?

Centre for Innovation Policy and Governance

Memetakan Lanskap Industri Media Kontemporer di Indonesia 58

Inget nggak waktu dulu tiba-tiba ada banyak koran? Tapi sekarang [hampir semua] bangkrut, kenapa?

Karena tidak gampang untuk mempunyai dan me-manage [koran] itu menjadi sebuah produk yang

berkesinambungan. Nah … supaya itu berkesinambungan, itu butuh profit, dong? … Kalau menurut saya

yang penting … adalah interaksi antara modal dan pemiliknya … terus management yang mengolah, lalu

jurnalis sebagai ujung tombak. Iya kan?

(E. Sambuaga, Ex-CEO Beritasatu, wawancara, 10/10/2011, huruf miring ungkapan asli narasumber).

Media konvensional seperti media cetak, televisi dan radio tidak perlu dipertanyakan lagi relevansi dan kebutuhannya. Adanya media baru mungkin saja memiliki dampak terhadap jumlah pembaca media cetak, jumlah penonton televisi dan pendengar radio, namun mereka masih merupakan jenis media utama yang diakses oleh mayoritas warga negara. Konsentrasi kepemilikan dalam media konvensional juga ditemukan di sejumlah kota besar dan provinsi. Contohnya, Pikiran Rakyat di Bandung memiliki

Galamedia, Galura dan tiga surat kabar lain di bawah Kabar Group. Ada juga Ramako RadioGroup di Jakarta;

Casablanca Bali Radio Group dan meskipun stasiun radio dan televisi komunitas mulai bermunculan di

tingkat lokal, beberapa dari mereka merupakan bagian dari grup-grup yang lebih besar.

Di sini kami memetakan distribusi infrastruktur media konvensional untuk melihat bagaimana media- media tersebut terdistribusi di seluruh negeri. Saat ini, terdapat 351 transmitter dari 10 stasiun televisi bebas iuran, 1.248 stasiun radio, dan 1.076 publikasi media cetak yang tersebar ke 33 provinsi di seluruh Indonesia (Media Scene, 2011) Tabel 5.1 di bawah ini menunjukkan distribusi dari media-media tersebut.

No Provinsi Stasiun Televisi Stasiun Radio Media cetaka

1 Nanggroe Aceh Darussalam 6 61 19 2 Sumatra Utara 10 102 68 3 Sumatra Barat 10 25 26 4 Kepulauan Riau 8 27 12 5 Riau 10 7 59 6 Jambi 9 12 18 7 Bengkulu 8 15 6 8 Sumatra Selatan 10 41 17 9 Bangka Belitung 7 5 5 10 Lampung 10 45 28 11 DKI Jakarta 10 53 346

5. Media Konvensional: Mencapai titik

nadir?

Centre for Innovation Policy and Governance Memetakan Lanskap Industri Media Kontemporer di Indonesia 59

No Provinsi Stasiun Televisi Stasiun Radio Media cetaka

12 Banten 2 17 28 13 Jawa Barat 10 181 43 14 Jawa Tengah 10 178 37 15 Yogyakarta 10 38 19 16 Jawa Timur 10 146 70 17 Bali 10 37 26

18 Nusa Tenggara Barat 7 18 10 19 Nusa Tenggara Timur 7 19 13 20 Kalimantan Selatan 10 36 20 21 Kalimantan Barat 10 29 17 22 Kalimantan Tengah 8 22 26 23 Kalimantan Timur 9 27 31 24 Sulawesi Selatan 10 35 40 25 Sulawesi Tengah 7 15 12 26 Sulawesi Tenggara 4 5 13 27 Sulawesi Utara 10 16 17 28 Gorontalo 2 4 5 29 Sulawesi Barat 0 2 3 30 Maluku 8 8 10 31 Maluku Utara 2 2 12 32 Papua Barat 9 0 7 33 Papua 1 20 13

Tabel 5.1 Distribusi infrastruktur media konvensional di Indonesia: 2010. a Media cetak termasuk surat kabar harian, mingguan, tabloid dan majalah. Sumber: Penulis, diolah dari Media Scene (2011).

Ada kesenjangan yang mengejutkan dalam distribusi infrastruktur media antara provinsi-provinsi yang berkembang seperti Jawa-Bali dan beberapa bagian di pulau Sumatera dibandingkan dengan provinsi- provinsi yang kurang berkembang di bagian timur Indonesia. Apa yang tersirat dari fakta ini terhadap perkembangan media itu sendiri? Apa konsekuensinya bagi hak warga negara dalam bermedia? Bab ini akan melihat lebih detail lagi perkembangan dari masing-masing sektor media untuk melihat dinamikanya dari waktu ke waktu.

5.1. Televisi: Media yang Paling Berpengaruh

Sejak pertama kali ditemukan oleh Paul Gottlieb Nipkow, seorang mahasiswa 23 tahun dari Jerman pada tahun 1884, televisi telah berkembang secara luas baik sebagai teknologi maupun sebagai sektor media. Tidak diragukan lagi, penyiaran televisi telah memainkan peran penting dalam dinamika masyarakat di abad XX dan XXI. Dari sisi bisnis, kanal televisi merupakan pembeli iklan terbesar dan mendominasi share periklanan. Di Indonesia, belanja iklan televisi tetap lebih tinggi dibanding sektor media lain (61%) (Nielsen, 2011a).

Ada 10 televisi swasta yang bersiaran secara nasional di Indonesia dan 1 stasiun televisi publik –

Centre for Innovation Policy and Governance

Memetakan Lanskap Industri Media Kontemporer di Indonesia 60

mengalami banyak masalah internal yang membuat perkembangannya tertinggal dibandingkan stasiun televisi lain. Sepuluh stasiun televisi lainnya, di sisi lain, berusaha untuk mempertahankan dan mengembangkan bisnis mereka dengan menciptakan kanal-kanal baru serta mengadopsi teknologi- teknologi baru. Stasiun-stasiun televisi ini tergabung dalam sejumlah kecil kelompok yang diperlihatkan sebagai berikut.

No Televisi Grup Keterangan

1 RCTI MNC Group MNCTV sebelumnya bernama TPI, dan berubah namanya menjadi MNCTV pada 20 Oktober 2010

2 MNCTV MNC Group 3 Global TV MNC Group

4 SCTV EMTEK EMTEK, perusahaan induk SCTV, mengakuisisi Indosiar secara resmi pada bulan Juli 2011 5 Indosiar Visual Mandiri EMTEK

6 Trans TV CT Group Pada bulan September 2011, CT Group juga membeli detik.com, perusahaan media online

terbesar di Indonesia 7 Trans 7 CT Group

8 ANTV Visi Media Asia Visi Media Asia meluncurkan IPO secara resmi pada November 2011

9 TVOne Visi Media Asia 10 Metro TV Media Group

Tabel 5.2 Kelompok Televisi Nasional free-to-air.

Sumber: Penulis,

Tabel ini menunjukkan bahwa satu grup dapat memiliki lebih dari satu stasiun televisi yang beroperasi secara nasional; kenyataanya MNC Group memiliki tiga stasiun televisi, belum lagi kanal-kanal media lainnya. Beberapa group juga memiliki stasiun televisi lokal sendiri, contohnya MNCGroup memiliki

SunTV Network, dan EMTEK memiliki O-Channel. Semua kelompok-kelompok ini terkonsentrasi di Pulau

Jawa, dengan kantor pusat dan pusat produksinya berlokasi di Jakarta.

Walapun demikian, meskipun saat ini terdapat sebelas stasiun televisi bebas iuran, jaringan siarannya belum mencapai semua wilayah; beberapa daerah bahkan hanya memiliki akses minimal – itupun jika ada – untuk siaran televisi nasional. Terlebih lagi, beberapa wilayah tersebut terletak dekat dengan perbatasan negara lain, sehingga mereka lebih memiliki akses pada siaran luar negeri dibanding siaran televisi nasional. Menurut laporan BPPT, pada tahun 2007 sinyal siaran televisi nasional diterima di 50.767 desa (73%) sementara sisanya (19.888 desa) tidak terpapar sinyal sama sekali (BPPT, 2008). Provinsi Papua dan Maluku merupakan yang paling sedikit aksesnya; hanya 12% desa di Papua dan hanya 5%desa di Maluku yang dapat menangkap siaran televisi nasional.23 Namun di tahun 2011,

Kementerian Komunikasi dan Informasi melakukan survei yang menunjukan 100% rumah tangga di Maluku dan 92,75% rumah tangga di Papua sudah dapat menerima siaran televisi (Kominfo, 2011). Lihat Gambar 5.1.

23 Sensus ini dilakukan oleh BPPT pada tahun 2007 meliputi 69,995 desa, tidak termasuk desa yang terkena tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias (BPPT, 2008).

Centre for Innovation Policy and Governance Memetakan Lanskap Industri Media Kontemporer di Indonesia 61

65.92% 92.75% 94.98% 96.81% 97.02% 97.99% 98.91% 100.00% 100.00% Lombok Papua Sulawesi Java Sumatra Bali Kalimantan Maluku Riau Island

Gambar 5.1 Jumlah rumah tangga dengan televisi.

Sumber: Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kominfo, 2011).

Statistik ini menunjukkan bahwa televisi tetap merupakan medium yang paling populer. Namun, kepemilikan televisi tidak menjamin warga negara secara otomatis dapat menangkap sinyal siaran televisi dengan baik, ataupun menjamin warga negara dapat menonton acara-acara televisi nasional. TVRI, sebagai satu-satunya stasiun televisi publik dan satu-satunya yang memiliki jangkauan siaran terluas di Indonesia, sebetulnya telah menjangkau seluruh wilayah pedesaan, namun kemudian, manajemen infrastruktur dan operasional mereka telah menjadi penghambat bagi mereka sehingga tidak dapat beroperasi secara maksimal. Menurut laporan BPPT (BPPT, 2008), pada tahun 2007 jumlah stasiun televisi lokal meningkat menjadi 132, di mana 110 diantaranya merupakan stasiun televisi swasta dan 22 lainnya milik TVRI.