• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUSTER MEDIOR PBHK DAERAH MALUKU DAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF

B. Kepemimpinan Transformatif

3) Kebiasaan Tinggal dalam Sabda Allah

Jika manusia hanya menggunakan Kitab Suci sebagai bahan kajian dan menerapkan hikmat praktisnya untuk berhubungan dengan orang lain dan mengatasi tantangan internal, Kitab Suci akan menjadi buku terbesar yang pernah ditulis. Tetapi Kitab Suci sekian banyak lebih daripada sekadar buku pegangan tentang bagaimana cara manusia berhubungan dengan orang lain; Kitab Suci merupakan satu surat cinta yang pernah ditulis kepada manusia dari Bapa. Seperti orang pernah mengatakan, BIBLE berarti Basic Instruction Before Leaving Earth (Ajaran Dasar Sebelum Meninggalkan Bumi), (Ken Blanchard, 2006 :219).

Melalui sabda dalam Kitab Suci, Allah mengundang manusia setiap hari untuk mengalami dimensi baru yang menggairahkan tentang cinta-Nya. Kitab Suci adalah Sabda suci dari Allah yang suci, yang diwartakan oleh orang suci, untuk mengajarkan kebenaran suci dan membuat orang menjadi suci. "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam

kebenaran. Dengan demikian tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik" (2Tim 3:16-17).

Perlu untuk diketahui bahwa Kitab Suci sendiri berguna, bisa diandalkan dan bernilai. Ada manfaat lain yang bisa peroleh dari Kitab Suci bagi kehidupan praktis. Kitab Suci hanya memberi manfaat bila dibaca bukan disimpan. Bagaimana bisa membuat Sabda Allah menjadi lebih efektif dalam hidup sebagai pemimpin?

Cara praktis untuk menumbuhkan kebiasaan mempelajari Kitab Suci mendengarkan, membaca, mengkaji, mengingat, dan merenungkan. Cara paling mudah untuk menerima Sabda adalah mendengarnya dari orang lain. Bahkan seorang anak kecil atau seseorang yang tidak dapat membaca bisa mendengar Kitab Suci. "Jika seseorang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar" (Mrk 4:23). "Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh Firman Kristus" (Rm 10:17).

Perumpamaan tentang penabur benih yang ditemukan dalam Mat 13:3-23, menjelaskan macam-macam pendengar Firman: Pendengar yang apatis mendengarkan Firman tetapi tidak siap menerima dan memahaminya (ay.19); pendengar yang dangkal menerima Firman sesaat setelah mendengarkan tetapi tidak membuatnya tertanam di hati (ay.20-21); pendengar gelisah menerima Firman tetapi membiarkan kekhawatiran akan hal dunia dan keinginan akan banyak hal lain menghimpitnya sampai mati (ay.22); dan pendengar yang

menghasilkan menerima Firman, memahaminya, memberikan buah, dan memberikan hasil (ay. 23).

Cara kedua untuk mempelajari Firman Allah adalah membacanya. "Berbahagialah yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat" (Why 1:3). Di bawah ini akan diberikan beberapa saran tentang bagaimana membaca Kitab Suci.

Luangkan waktu secukupnya untuk membaca Firman dan merenungkannya. Allah berbicara kepada Yosua, "Renungkanlah itu siang dan malam supaya engkau bertindak dengan hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung" (Yos 1:8).

Jangan membaca terlalu banyak Kitab Suci pada satu waktu. Kalau membaca terlalu banyak Kitab Suci pada satu waktu, manusia tidak dapat merenungkannya dan membiarkan Allah berbicara langsung. Mulai dengan satu dua perikop atau teks yang bisa dipahami dengan baik, seperti teks yang diambil dari Mzm 103, "Pujilah Tuhan, hai jiwaku, pujilah nama-Nya yang kudus hai seluruh batinku. Pujilah Tuhan hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikannya" (ay. 1-2).

Seimbang pembacaan anda atas Firman Allah. Yesus berkata, "Segala sesuatu harus terpenuhi apa yang tertulis dalam Hukum Musa, Kitab Para Nabi, dan Kitab-kitab Mazmur.” Lalu, Ia membuka pikiran mereka sehingga mereka

memahami Kitab Suci" (Luk 24:44-45); Tiga bagian Kitab Suci ini merupakan semua nasihat Allah yang tersedia bagi manusia.

Terapkan Firman itu dalam hidup sehari-hari. Untuk membawa masuk ke dalam hati, mintalah Allah untuk menunjukkan apa makna Firman-Nya bagi hidup. Yesus berjanji, "jika kamu taat kepada perintah-Ku, kamu akan tetap tinggal di dalam cinta-Ku, sama seperti Aku mengikuti perintah Bapa-Ku dan tetap tinggal di dalam cinta-Nya" (Yoh 15:10).

Setiap menerapkan Firman Allah dalam hidup, semakin bertumbuh dekat dengan-Nya. Setiap kali gagal menerapkannya, menjauhi Firman, seperti benih yang berserakkan di pinggir jalan di mana iblis mencurinya. Begitu mendengar Firman-Nya, manusia dipersiapkan untuk menanggapi dalam doa dan ketaatan. Yesus berkata, "Barangsiapa mencintai Aku, dia akan taat pada ajaranKu, Bapa-Ku akan mencintainya, dan kami akan datang kepadanya, dan diam bersama-sama dengan Dia" (Yoh 14:23).

Dengan belajar Kitab Suci, manusia dapat menyelami maknanya dan penerapannya. "Orang-orang Yahudi di Berea lebih baik hatinya daripada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerendahan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian" (Kis 17:11).

Dengan mengkaji Kitab Suci, manusia mulai memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mehamami Firman. Kajian Kitab Suci merupakan suatu usaha untuk mehamai Kitab Suci secara lebih mendalam, untuk belajar dan menemukan

lebih daripada yang dilihat selama ini dengan tinjauan singkat atau dalam bacaan perayaan. Kajian itu menyangkut usaha untuk membandingkan apa yang Kitab Suci katakan dalam satu perikop dengan perikop lainnya dalam seluruh Kitab Suci. Kajian atas Kitab Suci mulai dengan pertanyaan yang mendorong untuk mempelajari Kitab Suci untuk mendapatkan jawabannya.Usaha ini menyangkut perolehan informasi tambahan melalui komentar dan bantuan studi.

Cara yang lebih dalam untuk memasukkan Kitab Suci dalam hati adalah menghafalkannya. Ketika mengingat Firman, Firman itu sungguh hidup dalam diri manusia, dan manusia hidup di dalam Firman dan janji-janji Allah menjadi kekayaan seperti kata Pemazmur berikut: Dengan apa seorang pemuda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan Firman-Mu dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau (Mzm 119:9, 11).

Ada beberapa alasan untuk menghafal Kitab Suci. Dalam catatan tentang pencobaan terhadap Yesus di padang gurun (Mat 4:1-11),Yesus menunjukkan satu contoh. Dia menggunakan Kitab Suci sebagai pedang Roh melawan iblis, sekalipun iblis mencoba menyalahgunakan Kitab Suci sebagai bagian dari usaha pencobaannya. Menghafal Kitab Suci membantu manusia meraih kemenangan atas iblis. Menghafal Kitab Suci membantu memberi jawaban ketika orang-orang mempersoalkan iman. Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggung jawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungjawaban dari kamu tentang penghargaan yang ada padamu (1 Ptr 3:15).

Mampu mengutip Kitab Suci langsung dari ingatan membantu manusia merenungkannya dan memberi arah bagi hidup sehari-hari pada setiap saat. Di atas semuanya, manfaat terbesar dari penghafalan kitab suci muncul dari ketaatan untuk melaksanakan apa yang Tuhan perintahkan. "Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini, haruslah engkau perhatikan" (Ul 6:6).

Pimpinan pelayanan Memimpin Seperti Yesus, Phyllis Hendry, yang berbagi kesaksian pribadinya tentang bagaimana menghafal Kitab Suci, telah membantunya memimpin seperti Yesus. Ketika ia berusia delapan tahun, sekelompok orang berkunjung ke sekolahnya dan menawarkan para siswa di kelasnya kesempatan untuk pergi berkemah musim panas selama dua minggu yang diisi dengan kegiatan renang, bermain tenis, dan banyak kegiatan lainnya yang menggembirakan hati mereka. Gratis. Apa yang harus mereka lakukan adalah menghafal tiga ratus ayat Kitab Suci.

Phyllis muda tertantang dengan hal itu, sehingga ia bertekad untuk menghafal ayat-ayat kitab suci itu. Dia bangun pukul 06.00 setiap pagi, mengingat satu ayat, dan membacanya di depan ayahnya sebelum pergi ke sekolah. Setiap pagi, ayahnya berdoa, "Tuhan, bantulah dia menghafal ayat-ayat kitab suci itu, dan tanamkanlah semuanya itu sebagai benih itu dalam hatinya." Pada akhir setiap minggu, dia mempresentasi tujuh ayat di depan ayahnya, yang akan memberi tanda untuk menyatakan dukungan bahwa ia sudah menghafalnya dengan baik (Ken Blanchard, 2006 :231).