• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluarga yang ibu bersalin meninggal dunia

Dalam dokumen TESIS. Oleh: ERNAWATI KOTO NIM (Halaman 119-141)

TEMUAN PENELITIAN

4.3 Temuan Penelitian

4.3.2 Deskripsi Informan Pendukung .1 Ibu Nifas Desa Singkohor.1 Ibu Nifas Desa Singkohor

4.3.2.6 Keluarga yang ibu bersalin meninggal dunia

Pak Pujianto, S.Pd adalah abang kandung dari Almh Eviana, SP yang pada saat itu sedang mengandung anak pertama. Almh. Eviana melahirkan di klinik bidan Desa Singkohor (Umdatul Muniroh, Amd. Keb) dan juga didampingi oleh dukun bayi mbah Parsiyem) sekitar Nopember 2014 tanggal pastinya tidak begitu diingat oleh informan. Proses persalinan hingga terjadi musibah yang terjadi pada adik beliau terlihat dari transkrip wawancara dibawah ini :

“Pada waktu dia merasakan sakit mau melahirkan itu sekitar pukul 20.00 wib, lalu kami bawalah kerumah bidan desa, selama menunggu proses persalinan dia didampingi oleh dukun bayi juga. Sekitar pukul 08.00 wib bayinya lahir tapi dalam keadaan meninggal dunia, kami keluarga tidak tau penyebabnya apa karena pada saat proses persalinan didalam kamar klinik cuma bidan dan dukun saja kami keluarga diluar. Kata mereka bayinya dari dalam kandungan juga sudah meninggal. Jadi kami sekeluarga sepakat untuk tidak memberitahukan kepada adik kami sampai pada masa kritisnya lewat. Pada saat ditanya kami cuma bilang karena bayinya kembar jadi harus dibawa ke Puskesmas Singkohor untuk dirawat, karena kan jarak rumah bidan ke Puskesmas cukup dekat jadi dia lumayan tenanglah dan beristirahat. Jadi setelah melewati masa kritis itu dan sempat lagi dia makan kami kasih tau lah bahwa bayi kembarnya telah meninggal pada saat itu adik saya langsung drop kondisinya dan kami larikan saat itu juga ke Puskesmas, sampai Puskesmas udah enggak ada lagi”.

Sewaktu peneliti tanya apa penyebab dari meninggalnya adik beliau, beliau tidak tau pasti karena menurut beliau proses medis memang sudah berjalan baik dan mereka hanya memasrahkan ini semua karena takdir dari Allah SWT yang mereka yakini bahwa sebelum 40 hari meninggal almarhumah menunjukkan gejala-gejala yang berbeda dari yang biasanya. Peneliti mencoba lagi bertanya apakah pada saat itu almarhumah dalam kondisi sehat-sehat saja, Jawab beliau :

“Memang waktu 2 hari dia ada keluhan sakit mulut, sebenarnya sudah saya mau bawa berobat ke Rimo cuma dianya enggak mau, baru anak pertama apalagi kembar maunya dibawa kerumah sakit, cuma kata bidan dan dukunnya ini bisa normal makanya enggak jadi di bawa”.

Lalu peneliti bertanya lagi apakah bidan dan dukun saling lempar tanggung Jawab, informan Jawab :

“Enggak kak, orang itu memang udah cocok dan klop lah kak jadi orang tu enggak ada saling menyalahkan lah, kamipun kemarin sudah percaya dengan ketrampilan mereka masing-masing maknya kami percaya lagipula selama ini memang tidak pernah terjadi apa-apa, jadi kamipun merasa ini sudah memang takdirnya kamipun enggak ada cari tahu kenapa lagi.

Lagipula bidannya pun juga termasuk saudara kamilah kak jadi enggak mungkin dia macam-macam kak”

Dari uraian – uraian yang disampaikan oleh para informan penelitian yang berupa penyajian data secara naratif ini akan dirangkum dan dikategorisasikan untuk memudahkan mendapatkan pola temuan pada penelitian ini. Rangkuman dan kategorisasi data informan bidan Desa dapat dilihat pada tabel 4.8 dan rangkuman dan Kategorisasi Data Informan dukun bayi dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini:

Tabel 4.8

Kategorisasi Data Informan Bidan Desa

No Temuan Penelitian Bidan Umdah Bidan Yuyun Bidan Jenni

A Motivasi

1 Alasan ikut dalam program kemitraan

Karena kemitraan adalah alih fungsi dukun bayi dari awalnya ditolong langsung oleh dukun bayi

Dengan kemitraan menjadi jelas fungsi dari bidan sebagai penolong kelahiran dan dukun bayi sebagai mitra dalam mendampingi dan merawat ibu dan bayinya

2 Manfaat dari program kemitraan Dengan kemitraan bidan lebih cepat mendapatkan informasi keberadaan ibu hamil dan ibu yang akan bersalin serta dilibatkan dalam proses persalinan dan perawatan

Dapat menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)

Dukun memberi motivasi kepada untuk melakukan pemeriksaan dan ibu hamil untuk melakukan persalinan di faskes

3 Dukungan dari masyarakat tentang kemitraan

Sangat mendukung karena kebutuhan masyarakat akan posisi dukun bayi, dukungan berupa pemberian honor dari dana desa sebesar Rp.

350.000,-/ bulan

Sangat mendukung karena masih banyak ibu hamil yang memeriksa kehamilan nya ke dukun bayi dan masyarakat mudah mendapatkan informasi karena bidan dan dukun bekerjasama

Sangat mendukung karena setiap persalinan mereka selalu nyaman bila didampingi oleh dukun bayi dengan kemitraan ini mereka mendapatkan pelayanan medis dan ketenangan spritual

B Pengetahuan

4 Cara mengumpulkan informasi dari dukun bayi 5 Darimana pengetahuan tentang Sekolah kebidanan di Akademi Sekolah kebidanan di Akademi Sekolah kebidanan di

menolong persalinan Kebidanan (Akbid) “Mona” di

Pertemuan berdua secara rutin dan formal tidak ada hanya pada saat di posyandu saja dan pertemuan yang diadakan

Kalau pertemuan tingkat desa ada yang di adakan oleh Kepala Desa yang dibahas mengenai tugas dan tanggung Jawab dan juga pelatihan dan pertemuan di Kantor Camat dan Dinas Kesehatan Singkil

Pertemuan rutin tidak ada kecuali bertemu di pustu atau di rumah pasien, kalau pertemuan dari tingkat Kecamatan dan Kabupaten pada saat kemitraan ini di sosialisikan dan di sepakati bersama

7 Apakah ada hambatan dalam menjalankan program kemitraan

Tidak ada hambatan karena dukun bayi dukun terlatih sehingga mudah di beri saran dan cepat mengerti dan masyarakat sudah ada kesadaran untuk melahirkan di faskes

Tidak ada hambatan karena walaupun dukun bayi bukan dukun terlatih tetapi dia mau menuruti apabila di beri saran dan pengertian

Tidak ada hambatan karena dukun bayi sudah terlatih dan mau menerima masukan dari bidan serta sarana dan prasarana seperti mobil ambulance selalu standbay C Ketrampilan

8 Bagaimana cara anda melakukan persalinan 9 Bagaimana ketrampilan mitra

anda dalam melakukan perawatan dan mengelus-elus perut ibu hamil dan melakukan ritual dalam menguburkan ari-ari

istighfar dan shalawat nabi doa (di tabas) dan terkadang kasih nya bawang putih

10 Apakah anda percaya dengan ketrampilan dukun bayi

Percaya karena selama ini masih kuatnya kepercayaan masyarakat terhadap dukun dalam mendampingi saat proses melahirkan dan ibu hamil merasa tenang dan merasa persalinannya lancar bila ada dukun bagi saya selagi masyarakat aman-aman aja ya enggak ada masalah

Percaya karena kesabaran dalam melakukan perawatan kepada ibu dan bayinya

Percaya bila hanya memberikan motivasi berupa istighfar dan menyebut nama Allah tetapi tidak percaya dengan pemberian air minum (tabasan) yang dapat melancarkan persalinan

11 Bagaimana pembagian tugas dalam program kemitraan ini

Bidan sebagai penolong kelahiran dan memberikan pertolongan secara medis dari hamil sampai dengan nifas sedangkan dukun bayi mendampingi dan memberi motivasi, saat masa hamil hingga masa bersalin dan melakukan perawatan hingga masa nifas

Kalau ibu hamil datang, saya saran dan saya antar ke faskes untuk melahirkan disana. Saat persalinan bidan sebagai penolong persalinan dan dukun melakukan perawatan dalam

12 Apakah mendukung kemitraan selanjutnya

Mendukung Mendukung Mendukung

13 Upaya yang dilakukan Tetap menjalin komunikasi dengan baik

Dengan berkomunikasi dengan baik dan menjalin silaturahmi sehingga hubungan tidak terputus

Berkomunikasi dan tetap menjaga tugas masing-masing

Tabel 4.9

Kategorisasi Data Informan Dukun Bayi

No Temuan Penelitian Dukun Parsiyem Dukun Imronah Dukun Asiah

A 1

Motivasi

Alasan ikut dalam program kemitraan

Iya karena dengan kemitraan kalau ada kesulitan apa-apa enggak bingung lagi, takut terjadi pendarahan yang mengakibatkan kematian ibu dan bayinya

Karena sudah dibilangin harus bekerjasama, dukun enggak boleh nolong lahiran kalau siap lahiran ngusuk boleh, jadi aku manut-manut aza kalau melanggar nanti aku ya kena hukum

Iya sekarang kan dukun enggak boleh lagi nolong sendiri karena udah ada bidan jadi kalau bermitra ada apa-apa dengan pasien cepat di tangani secara medis, entah di suntik kalau ibu kan enggak bisa suntik

2 Manfaat dari program kemitraan Karena sudah Bertambah pengalaman, pengetahuan tambah persaudaraan

Kalau ada apa-apa aku enggak di salahkan kalau berdua kan resiko ditanggung bersama

Iya kalau ada apa-apa cepat dilarikan ke Rumah Sakit dan ibuk tidak di salahkan walaupun selama ini saya menolong tidak pernah ada apa-apa, Alhamdulillah selamat semua

3 Dukungan dari masyarakat Mendukung sekali karena mereka mungkin masih membutuhkan saya

Mendukung karena mereka tetap butuh tenaga saya untuk kusuk ibu, bayi dan anak-anaknya

Mereka mendukung sekali karena masih ada yang jemput ibuk kalau ada yang bersalin setelah panggil ibuk mereka tetap minta izin manggil Jenni B Pengetahuan

4 Cara mendapatkan informasi dari Dari ibu hamil yang datang ke Dari ibu hamil yang kusuk ke Hampir semua warga sini yang

ibu hamil saya untuk memeriksakan

5 Darimana pengetahuan tentang menolong persalinan

Dari keturunan, eyang buyut, eyang dan orangtua semua dukun bayi di Jawa

Dari mertua saya karena nenek dan bibi Mairoh 2 orang dukun bayi di Jawa sampai sekarang

Dari mamak ibuk, waktu berangkat ke Aceh untuk transmigrasi adik ibu lagi hamil katanya untuk jaga-jaga kalau nanti disini enggak ada dukun bayi harus aku yang nolong nanti

6 Apakah ada pertemuan membahas tentang kemitraan

Paling pertemuan di posyandu, kadang aku di bawa ke Kecamatan sama ke Kabupaten sama Umdah ikut pelatihan dan pertemuan kemitraan

Formal khusus berdua enggak ada cuma ngobrol biasa aja dirumah kalau pertemua di Kecamatan dan di Kabupaten aku selalu di bawa bidan Yuyun

Paling kalau di pustu pas nunggu lahiran kita cerita-cerita kalau pertemuan formal biasa nya Jenni ajak ibu ke Kecamatan dan ke Kabupaten 7 Apakah ada hambatan dalam

menjalankan program kemitraan

Enggak ada saya udah biasa sama Umdah jadi saya udah mengerti apa-apa saja yang harus saya lakukan dan tidak pernah berbeda pendapat

Enggak ada aku manut aja kalau aku dia bilang “biar aku sama Mairoh yang nolong” bibik nantinya kusuk pas lahiran ya

8 Bagaimana cara anda melakukan perawatan dalam kemitraan

Kalau pas hamil dan persalinan saya pegang perut ibu hamil katanya kalau saya pegang katanya enak “dingin” dan kalau nolong aku enggak suka

Kalau pas lahiran aku bersih-bersih kain kotornya bekas darahnya, ngurus ari-arinya mulai dari nanam dan merawat ibu dan bayinya sampai 40 hari

Kalau lahiran, ya ibuk dampingi sambil ibuk bacakan ayat kursi, ayat 5, ayat 15 ya dari Alquran semua, kalau payah ibu kasih minum yang

buru pulang aku tungguin sampai melahirkan

udah ibu bacakan (tabas) kalau susah juga ya dikasih bawang putih suruh makan ibu hamil 9 Bagaimana ketrampilan mitra

anda dalam melakukan perawatan

Umdah itu orangnya cekatan, kalau ada apa-apa udah berani, kalau ari-ari lengket dia udah berani tarik dan alat persalinannya lengkap

Bidan Yuyun itu sangat lihai, sangat piawai menolong persalinan dan alat-alat juga lengkap karena melahirkan di Pustu

Jenni itu orangnya terampil, sigap kalau menolong pasien, alat-alatnya juga lengkap dan Jenni tidak malu untuk minta saran ibuk kalau dia bingung 10 Apakah anda percaya dengan

ketrampilan dukun bayi

Percayalah maka nya kalau Umdah bilang enggak bisa ya aku nurut, Umdah aja yang udah sekolah bidan dan selalu pelatihan enggak bisa apalagi aku yang cuma dua kali selama ini

Percaya karena dia kan udah sekolah khusus kebidanan sedangkan saya berdasarkan pengalaman dan Mairoh sejak ikut sama dia udah berani nolong lahiran walaupun tetap di dampingi bidan Yuyun

Percaya karena dia udah sekolah khusus kalau ibu cuma pelatihan sebentar 20 hari ke Banda Aceh, cucu ibu juga sekolah bidan sekarang udah tamat

11 Bagaimana pembagian tugas dalam program kemitraan ini

Udah tau tugas masing, Umdah bagian nolong lahiran kalau aku memotivasi sambil saya bantu pijat-pijat dengan bantu memberikan minum bila di butuhkan ibu hamil sedangkan yang menolong persalinan sampai selesai itu bidan nanti setelah selesai saya bersihkan/

lap ibu bersalain

Kalau ada yang melahirkan, aku bilang ayok kita antar ke Pustu kalau pas lahiran ibuk diatas dia di bawah tapi kalau dia payah. Ibuk ke bawah lihat juga, biar sama-sama yakin gitu

D Upaya-Upaya

12 Apakah mendukung kemitraan Mendukung kalau ada Mendukung Mendukung karena dengan

selanjutnya kemitraan kami merasa terus di libatkan di hargai posisi kami sebagai dukun bayi

kemitraan ini kita masih di libatkan dalam menolong, tapi ibu sudah sakit kaki jadi jarang ikut bantu bersama tapi kalu di rumah ibu masih kusuk juga 13 Upaya yang dilakukan Hubungan baik, aku enggak

pernah menjelekkan bidan satu dengan yang lain.

Menjaga hubungan aja, apa yang di sarankan dia kita ikut aja karena dia kan orangnya kesehatan pasti sudah paham

Menjaga hubungan dengan silaturahmi mungkin ya, karena ibu udah sakit kaki, iya Jenni lah yang maen-maen k rumah karena ibuk enggak punya HP

Sumber : Temuan Peneliti, Tahun 2017.

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Proses Komunikasi Antarbudaya

Bidan desa dan dukun bayi yang menjadi informan dalam penelitian ini mempunyai tujuan yang sama yaitu menolong ibu dalam masa kehamilan, masa bersalin dan masa nifas. Dengan adanya kemitraan ini pembagian peran dan tugasnya sudah diatur secara jelas, bidan berperan sebagai penolong ibu saat persalinan sedangkan dukun bayi bertugas untuk mendampingi dan memberikan motivasi kepada ibu. Tentu dalam menjalankan kemitraan ini dibutuhkan proses komunikasi yang baik, sehingga peran dan tugasnya dapat dilakoni sebagaimana mestinya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap proses komunikasi antara informan pada proses kemitraan ini terjadi secara interaktif, transaksional dan dinamis (Liliweri, 2003: 24-26).

1) Secara interaktif, komunikasi bidan desa dan dukun bayi ini dilakukan secara interaktif/ dua arah (two way communication) karena dengan kemitraan ini menuntut mereka untuk saling berkomunikasi satu sama lainnya.

2) Transaksional, dalam kemitraan ini ada beberapa landasan yang harus dipenuhi oleh bidan desa dan dukun bayi yaitu “enam saling” yaitu saling memahami kedudukan tugas dan fungsi, saling memahami kemampuan masing-masing, saling menghubungi, saling mendekati, saling bersedia membantu dan dibantu dan saling mendorong dan mendukung.

3) Dinamis, proses kemitraan ini berjalan secara dinamis karena proses ini diharapkan berlangsung secara terus menerus dan berkembang ke arah yang lebih baik dengan peningkatan hubungan antara bidan desa dan dukun bayi sehingga tujuan dari kemitraan ini dapat tercapai.

Proses penyampaian informasi terkadang dilakukan secara langsung dengan bersilaturahmi dengan dukun bayi ke rumahnya bahkan mengundang dukun bayi untuk terlibat pada kegiatan posyandu desa, atau melalui saluran komunikasi yaitu handphone.

Berdasarkan wawancara peneliti hubungan antara bidan desa dan dukun bayi sudah lama terjalin sebelum program kemitraan ini disepakati secara tertulis.

Hal ini terlihat dari jawaban informan pada saat peneliti menanyakan sudah berapa kali mereka melakukan persalinan bersama. Semua informan serempak menjawab bahwa persalinan bersama sudah lama mereka lakukan bahkan hampir seluruh persalinan dilakukan bersama. Hambatan dalam proses komunikasi hampir tidak ada karena dalam melakukan komunikasi mereka berbahasa jawa karena sebagian besar informan adalah suku jawa dan semua informan bisa bahasa indonesia.

5.2 Kompetensi Komunikasi Antarbudaya

Kompetensi komunikasi Antarbudaya yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori kompetensi yang dikemukakan oleh Spitzberg dan Cuppach.

Menurut Spitzberg dalam Samovar (2010: 460) bahwa kompetensi komunikasi antarbudaya adalah perilaku yag pantas dan efektif dalam suatu konteks tertentu.

Selain itu, Young Yun Kim (2003) mengajukan sebuah definisi kompetensi komunikasi antarbudaya sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk

mengelola seluruh aspek-aspek komunikasi antarbudaya yang meliputi perbedaan budaya, sikap in-group dan tekanan-tekanan. Dari definisi yang diajukan Kim, diperoleh pengertian bahwa peserta komunikasi antarbudaya disebut kompeten apabila mereka mampu mengelola segala faktor penghambat komunikasi antarbudaya. Untuk mencapai tujuan tersebut, kecakapan dalam melakukan komunikasi menjadi unsur yang sangat penting. Hal ini terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan kedua bidan desa tersebut. Bidan Umdah mengatakan bahwa sebagai seorang bidan muda yang menjalin hubungan dengan dukun bayi yang sudah cukup tua harus mampu membawa diri dalam menjalin komunikasi yang baik walaupun harus sedikit mengalah itu dilakukannya yang terpenting baginya komunikasi tidak terputus. Lain hal nya dengan bidan Jenni, pendekatan komunikasi dilakukannya dengan memberikan fasilitas pengobatan gratis kepada mitra nya (dukun bayi) pada saat ibu Asiah sakit seperti demam, batuk dan merangkul dengan menghargai posisi nek Asiah sebagai dukun bayi sehingga menimbulkan kedekatan hubungan mereka berdua. Dengan demikian nek Asiah selalu menyarankan keluarga pasien untuk memanggil bidan Jenni pada saat proses persalinan.

Spitzberg dan Cuppach berpendapat kompetensi komunikasi perlu memiliki 2 kriteria : ketepatan dan efektivitas. Untuk bertindak secara tepat dan efektif kita harus memiliki 3 (tiga) komponen kompetensi komunikasi, yaitu motivasi, pengetahuan dan ketrampilan. Motivasi terkait dengan keinginan kita untuk mempelajari cara berinteraksi dengan orang yang berbeda budaya. Pengetahuan mengenai pemahaman tentang kesiapan kita untuk berkomunikasi secara tepat dan

efektif. Ketrampilan berkaitan dengan kemampuan perilaku yang tepat dan efektif dalam kontek komunikasi.

a. Motivasi

Komunikasi dapat terjalin karena adanya motivasi masing-masing peserta komunikasi untuk melakukannya. Demikian pula halnya dengan komunikasi antarbudaya yang terjalin karena motivasi-masing anggota kelompok budaya untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok budaya lainnya.

Motivasi seringkali terkait dengan kesediaan seseorang untuk mendekati atau menghindari interaksi dengan yang lain. Kebanyakan penelitian komunikasi masuk dalam kerangka karakteristik, seperti rasa takut atau rasa malu. Jadi, sebagai komunikator yang penuh motivasi, adanya sikap ketertarikan, berusaha untuk berbicara serta mengerti, dan menawarkan bantuan. Selanjutnya, menunjukkan keinginan berhubungan dengan orang lain dalam tingkat personal ketika berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda budaya.

Aspek-aspek motivasi yang dikemukakan oleh Jonathan H. Turner dalam Gudykunst (2003: 276) dapat dirincikan menjadi beberapa kebutuhan dasar manusia untuk berkomunikasi dengan anggota budaya yang lain, diantaranya kebutuhan rasa aman, kebutuhan berbagi pengalaman, kebutuhan untuk menjauhi kecemasan dan kebutuhan mempetahankan konsep diri.

Kebutuhan rasa aman, kebutuhan berbagi pengalaman dan kebutuhan untuk menjauhi kecemasan terlihat motivasi para bidan dan dukun ikut dalam program kemitraan ini. Menurut para bidan seperti yang diungkapkan oleh Bidan Umdah kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap dukun dan kedekatan dukun dengan masyarakat sehingga mudahnya masyarakat berbagi masalah kehamilan

dengan dukun, dengan kemitraan selain mendapatkan informasi mengenai keberadaan ibu hamil dan kesehatannya juga terjadi alih fungsi dimana awalnya dukun sebagai penolong kesehatan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayinya, lain hal dengan bidan Yuyun juga berharap dengan kemitraan ini tidak ada lagi ibu hamil yang di tolong utuh (sendiri) oleh dukun bayi sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat di tekan. Hal ini juga di amin kan oleh bidan Jenni, dengan kemitraan ini dukun bayi dapat melibatkan bidan untuk bersama-sama menolong persalinan.

Hal ini juga di ungkapkan oleh para dukun, Dukun Parsiyem berharap dengan ada nya kemitraan beliau tidak lagi bingung bila menghadapi persalinan yang tidak normal seperti terjadi pendarahan hebat pada ibu hamil. Begitu juga dengan dukun Asiah, beliau ikut dalam kemitraan ini apabila terjadi hal-hal yang tidak di inginkan selama proses persalinan ibu hamil bisa segera di berikan pengobatan secara medis oleh bidan bahkan bisa secepatnya di larikan ke Rumah Sakit. Lain halnya dengan Ibu Imronah alasan beliau bermitra karena sudah di sarankan atau di sosialisasi oleh Pihak yang berwenang dalam kemitraan ini bahwa dukun bayi tidak boleh menolong persalinan, tugas dukun bayi hanya merawat apabila diminta oleh pasien seperti mengurus ari-ari dan mengusuk ibu nifas dan bayinya. Manfaat yang di harapkan dari ketiga dukun ini adalah dengan kemitraan bertambah pengalaman, pengetahuan dan juga perasaan aman apabila terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Dengan bermitra ada perasaan aman yang dirasakan oleh dukun bayi, hal ini diungkapkan dukun Imronah dengan kemitraan tanggung jawab kematian tidak ditanggungnya sendiri dan dukun Parsiyem

merasa aman dan terlindungi dari hukuman yang di tanggungnya apabila dia masih tetap menolong kelahiran sendiri.

Penelitian Anggorodi (2009) di Sulawesi Tenggara dan Cirebon Jawa Barat membuktikan bahwa peran dukun bayi di masyarakat masih cukup signifikan. Hal ini terjadi karena besarnya kepercayaan masyarakat akan pertolongan para dukun. Kepercayaan masyarakat terhadap dukun ini hendaknya ditanggapi oleh para bidan untuk melakukan kerjasama dengan para dukun dalam menangani persalinan. Sejalan juga dengan penelitian Nuraeni, dkk (2012) di Kabupaten Kerawang bahwa hampir semua masyarakat percaya dan yakin dengan

Penelitian Anggorodi (2009) di Sulawesi Tenggara dan Cirebon Jawa Barat membuktikan bahwa peran dukun bayi di masyarakat masih cukup signifikan. Hal ini terjadi karena besarnya kepercayaan masyarakat akan pertolongan para dukun. Kepercayaan masyarakat terhadap dukun ini hendaknya ditanggapi oleh para bidan untuk melakukan kerjasama dengan para dukun dalam menangani persalinan. Sejalan juga dengan penelitian Nuraeni, dkk (2012) di Kabupaten Kerawang bahwa hampir semua masyarakat percaya dan yakin dengan

Dalam dokumen TESIS. Oleh: ERNAWATI KOTO NIM (Halaman 119-141)