KAJIAN PUSTAKA
2.3 Uraian Teori
2.3.5 Kemitraan Bidan dan Dukun
Kemitraan bidan dengan dukun adalah bentuk kerjasama antara bidan dan dukun, di mana kerjasama ini harus saling menguntungkan kedua belah pihak dan atas dasar transparansi, kesamaan serta rasa saling percaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Peran bidan dalam bermitra adalah menolong kelahiran serta mengalihfungsikan dukun yang pada awalnya menolong persalinan menjadi rekan kerja untuk merawat ibu dan bayi (Depkes, 2008).
Kemitraan hanya dapat dibentuk bila ada lebih dari satu orang atau satu organisasi yang akan bekerjasama, dalam hal ini adalah bidan dan dukun bayi.
Bidan desa adalah individu yang sudah menempuh pendidikan di bidang
kebidanan dan telah diakui di negara tempat tinggalnya serta telah mendapatkan izin untuk melakukan praktek kebidanan (Myles, 2011).
Ciri-ciri khusus bidan dalam Narulita (2012: 4) adalah : 1. Seorang perempuan
2. Mengikuti dan menyelesaikan pendidikan formal kebidanan 3. Mempunyai registrasi, lisensi dan legislasi
4. Memiliki tugas, tanggung jawab dan kewenangan sesuai Permenkes RI No.
146/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan 5. Mengupayakan bantuan medis dan melaksanakan tindakan pertolongan
kegawatdaruratan dimana tidak ada tenaga medis lainnya.
6. Memiliki ruang lingkup tempat bekerja meliputi rumah, masyarakat, klinik (klinik umum dan klinik bersalin), rumah sakit dan pusat kesehatan lainnya.
Sedangkan dukun umumnya perempuan yang lebih tua, dan sangat dihormati ditengah masyarakat karena pengetahuan dan pengalaman mereka dalam hal membantu persalinan. Dukun adalah anggota masyarakat yang memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional yang diwariskan secara turun temurun atau melalui pelatihan (Depkes, 2008).
Dukun bayi memiliki beberapa ciri-ciri khusus yang dikemukakan Suparlan (1999) yaitu :
1. Pada umumnya terdiri dari orang biasa
2. Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf 3. Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi
karena “panggilan” atau melalui mimpi-mimpi, dengan tujuan untuk menolong sesama
4. Di samping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap.
Misalnya petani, atau buruh kecil sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan dukun hanyalah pekerjaan sambilan
5. Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari masing-masing orang yang ditolong sehingga besar kecil uang yang diterima tidak sama setiap waktunya.
6. Umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh yang berpengaruh, misalnya kedudukan dukun bayi dalam masyarakat.
2.3.5.1 Prinsip Kemitraan Bidan dan Dukun
Kemitraan hanya dapat dibentuk bila ada lebih dari satu orang atau satu organisasi yang bekerjasama, dalam hal ini adalah bidan dan dukun bayi. Untuk mencapai suatu kemitraan ada beberapa prinsip yang digunakan :
1. Kesetaraan
Kesetaraan yang dimaksud adalah saling menghargai pengetahuan, pengalaman, keberadaan dan keahlian mitranya. Jadi harus dimulai dari menerima mitra apa adanya setara dengan dirinya.
2. Keterbukaan
Keterbukaan yang dimaksud adalah kemauan bersama untuk menjelaskan perasaan dan keinginannya serta membicarakan persoalan masing-masing yang masih harus diuji kebenarannya. Antara bidan dan dukun bayi harus dibuat suasana yang tidak membuat satunya merasa lebih rendah, lebih pintar dan lebih mampu.
3. Saling menguntungkan
Kemitraan yang dimaksud adalah tidak ada yang kehilangan atau kerugian yang diterima pada salah satu pihak, tetapi terjadi sinergi dari para pihak.
Dengan demikian harus dicari hal apa yang dapat disinergikan dan menyebabkan keuntungan lebih besar untuk para pihak yang bermitra.
2.3.5.2 Ruang Lingkup Kemitraan Bidan dan Dukun
Ruang lingkup kegiatan kemitraan mencakup masukan, proses dan Output.
1. Input
Meliputi penyiapan tenaga, penyiapan biaya operasional, penyiapan sarana kegiatan bidan dan saran dukun, serta metode/ mekanisme pelaksanaan kegiatan.
2. Proses
Proses yang dimaksudkan adalah lingkup kegiatan kerja bidan dan kegiatan dukun. Kegiatan bidan mencakup aspek teknis kesehatan dan kegiatan dukun mencakup aspek non teknis kesehatan. Tugas dukun ditekan pada alih peran dukun dalam menolong persalinan menjadi merujuk ibu hamil dan merawat ibu nifas dan bayi baru lahir berdasarkan kesepakatan antara bidan dengan dukun.
3. Output
Kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target upaya kesehatan ibu dan anak antara lain meningkatkan dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatkan jumlah bidan dengan dukun yang bermitra, meningkatkan rujukan oleh dukun, meningkatkan cakupan pertolongan persalinan serta meningkatnya deteksi risti/ komplikasi oleh masyarakat.
2.3.5.3 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Kemitraan Bidan dan Dukun
Pihak-pihak yang terlibat dalam kemitraan bidan dan dukun bayi bukan saja pihak di desa atau kelurahan, namun juga pihak-pihak terkait di tingkat Kabupaten/ Kota dan Kecamatan. Berikut pihak tersebut dan perannya:
1. Tingkat Kabupaten
a. Dinas Kesehatan sebagai koordinator dalam program kemitraan bidan dan dukun bayi.
b. Dalam program ini juga dilibatkan peran multi pihak seperti SKPD yang terkait urusan kesehatan (Dinas Kesehatan, RSUD, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa), tim penggerak PKK tingkat Kabupaten, Organisasi Profesi Kesehatan, Akademisi, Perguruan Tinggi, LSM yang bergerak di bidang kesehatan, serta yang tak kalah penting adalah melibatkan DPRD (khususnya komisi yang membidangi kesehatan).
c. Dinas Kesehatan akan membentuk tim yang berdiri dari berbagai pihak tersebut diatas. Tim tersebut akan bertugas memberikan pembinaan, pengawasan dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan program ini.
2. Tingkat Kecamatan
Pada skala kecamatan akan di dampingi oleh Camat, Kepala Puskesmas, PKK tingkat Kecamatan dan Kelompok Kerja (Pokja) Desa Siaga Tingkat Kecamatan. Kerjasama tersebut untuk mendamping, mengawasi dan evaluasi program kemitraan bidan dan dukun bayi secara berkala di tingkat kecamatan.
3. Tingkat Desa/ Kelurahan
Pada skala Desa/ Kelurahan maka Kepala Desa/ Lurah, bersama dengan kelompok PKK, Pengurus Desa Siaga, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat akan mendampingi, memberikan pembinaan dan melakukan evaluasi proses kemitraan secara berkala di tingkat Desa/ kelurahan bersama bidan dan dukun bayi.
2.3.5.4 Peran Bidan dan Dukun dalam pelaksanaan Kemitraan
Peran bidan dan dukun dalam pelaksanaan program kemitraan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
1. Periode Kehamilan
Tabel 2.3
Peran Bidan dan Dukun Dalam Masa Kehamilan
1.
Melakukan pemeriksaan ibu hamil (keadaan umum, menentukan taksiran partus, menentukan keadaan janin dalam kandungan, pemeriksaan laboratorium yang diperlukan)
Melakukan tindakan pada ibu hamil (pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe, pemberian pengobatan atau tindakan apabila ada komplikasi)
Memberikan motivasi ibu hamil untuk periksa ke bidan
Mengantar ibu hamil yang tidak mau periksa ke bidan
Membantu bidan pada masa pemeriksaan ibu hamil
Melakukan penyuluhan pada ibu hamil dan keluarga
Memotivasi ibu hamil dan keluarga tentang KB
Melakukan ritual yang berhubungan dengan adat dan keagamaan
Melakukan motivasi pada saat rujukan diperlukan
Melaporkan ke bidan apabila ada ibu hamil baru
Sumber : Depkes, 2008
2. Periode Persalinan
Tabel 2.3
Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Persalinan
1. persalinan aman dan alat resusitasi bayi baru lahir
Memantau kemajuan persalinan sesuai dengan partograf
Melakukan asuhan persalinan Melakukan inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI segera dari 1 jam
Injeksi vit K1 dan salep mata antibiotik pada bayi baru lahir Melakukan perawatan bayi baru lahir
Mengantar calon ibu bersalin ke bidan
Mengingatkan keluarga menyiapkan alat transportasi untuk pergi ke bidan ata memanggil bidan
Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman seperti air bersih dan kain bersih
Mendampingi ibu saat bersalin
Membantu bidan saat proses persalinan
Melakukan ritual (jika ada atau perlu) Membantu bidan dalam merawat bayi baru lahir
Membantu bidan dalam inisiasi menyusu dini kurang dari 1 jam Memotivasi rujukan jika diperlukan Membantu bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah persalinan Sumber : Depkes, 2008
3. Periode Nifas
Tabel 2.4
Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Nifas
1.
Melakukan kunjungan neotal dan sekaligus pelayanan nifas
Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu dan keluarga (tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, tanda-tanda bayi sakit, kebersihan pribadi dan lingkungan, kesehatan dan gizi, ASI Eksklusif, perawatan tali pusat, KB setelah melahirkan)
Melakukan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan tentang (tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, tanda-tanda bayi sakit, kebersihan pribadi dan lingkungan, kesehatan dan gizi, perawatan tali pusat dan perawatan payudara)
Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-KB setelah melahirkan
Melakukan ritual agama (jika ada atau perlu)
Memotivasi rujukan bila diperlukan Melaporkan ke bidan apabila ada calon akseptor KB
Sumber : Depkes, 2008
Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara bidan dengan dukun perlu disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara mereka. Meskipun mekanisme sangat beragam tergantung keadaan, tetapi beberapa hal penting yang harus disepakati (dituangkan secara tertulis dalam nota kesepakatan antara bidan dan dukun) yaitu mekanisme rujukan informasi ibu hamil, mekanisme rujukan kasus persalinan, mekanisme pembagian biaya persalinan dan jadwal pertemuan rutin bidan dengan dukun.