• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Sejenis Terdahulu

Dalam dokumen TESIS. Oleh: ERNAWATI KOTO NIM (Halaman 30-42)

KAJIAN PUSTAKA

2.2 Penelitian Sejenis Terdahulu

Terdapat beberapa kajian terdahulu yang relevan dengan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dan menjadi sumber rujukan bagi peneliti, Pertama penelitian yang dilakukan oleh Anggorodi (2009) dengan judul Dukun Bayi Dalam Persalinan oleh Masyarakat Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam. Informan yang dipilih adalah dukun bayi, bidan dan ibu yang melahirkan dengan pertolongan dukun bayi dan ibu yang melahirkan dengan pertolongan bidan. Lokasi penelitian

dilaksanakan di tiga desa di Kabupaten kendari (Sulawesi Tenggara) dan di tiga desa di Kabupaten Cirebon (Jawa Barat).

Hasil penelitian yang didapat adalah sebagian masyarakat lebih memilih bidan sebagai penolong persalinan dengan selalu memeriksakan persalinannya ke bidan dan bila situasi kehamilan darurat bisa langsung dilarikan dan senang ditolong oleh bidan karena selalu memeriksakan

Kedua, penelitian oleh Nova Nanur (2015) dengan judul Kemitraan Dukun Dengan Bidan Dalam Pertolongan Persalinan di Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur Provinsi Nusa tenggara Timur. Penelitian ini ingin mengetahui gambaran dan hambatan dalam pelaksanaan kemitraan dukun dengan bidan di Kabupaten Manggarai Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana dan prasarana penunjang kemitraan belum memadai, dana yang disediakan belum cukup untuk membiayai pelaksanaan kemitraan sehingga tidak ada pertemuan rutin antara bidan dan dukun, serta koordinasi yang dilakukan hanya bersifat insidental. Meskipun pembagian peran dalam penanganan persalinan sudah jelas, banyak hambatan yang ditemukan yaitu hambatan transportasi, ekonomi dan masih ada dukun yang tidak mau bermitra.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Budiyono, dkk (2012) dengan judul

“Kemitraan Bidan dan Dukun dalam Mendukung Penurunan Angka Kematian Ibu di Puskesmas Mranggen I Kabupaten Demak”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan kemitraan dukun dan bidan diwilayah kerja Puskesmas Mranggen I, Kabupaten Demak. Jenis penelitian ini adalah observasional kualitatif dengan pendekatan cross sectional, dengan cara melakukan indepth interview terkait pendapat keberadaan dan peran dukun dan bidan, potensi

dukungan responden terhadap kemitraan bidan dan dukun, termasuk dari para stakeholder.

Hasil penelitian didapatkan bahwa semua dukun setuju dengan keberadaan bidan demikian halnya bidan juga menyetujui adanya keberadaan dukun, termasuk jika menjalin kerjasama. Bidan rela membagikan sebagian pendapatannya untuk dukun bayi dan bentuk dukungan yang diberikan dukun adalah memberikan informasi tentang keberadaan ibu hami dan kondisi dari ibu hamil tersebut. Dukun juga rela mengeluarkan biaya untuk transportasi mengantar ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan (bidan atau rumah sakit).

Para stakeholder (camat, kepala desa, tokoh masyarakat) sangat setuju dan mendukung adanya kemitraan antara bidan dan dukun. Bentuk dukungan yang diberikan yaitu memberikan sosialisasi dan pengarahan melalui musyawarah berupa edukasi secara intensif kepada masyarakat tentang persalinan/ kehamilan termasuk tidak meminta persalinan pada dukun dan juga melakukan mediasi antara dukun dengan bidan.

Keempat penelitian oleh Nuraeni, dkk (2012) dengan judul “Perilaku Pertolongan Persalinan oleh Dukun Bayi di Kabupaten Karawang Tahun 2011”.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat secara mendalam perilaku pertolongan persalinan oleh dukun bayi, dengan menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini adalah dukun bayi, ibu yang melahirkan dengan pertolongan dukun bayi dan keluarga.

Dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa hampir semua informan percaya dan yakin dengan kemampuan dukun bayi dalam menolong persalinan karena dianggap memiliki kekuatan spritual yang dapat diandalkan, dukun mampu

merawat ibu hamil tidak hanya sebatas bersalin tetapi sampai pada perawatan baik kepada ibu bersalin maupun kepada bayinya, selain itu kemudahan dalam membayar jasa dukun. Sebaliknya pelayanan bidan dianggap tidak memuaskan, bidan dianggap kurang proaktif. Hal ini disebabkan karena bidan desa masih terlalu muda dan kebanyakan belum menikah juga belum memiliki pengalaman dalam melahirkan sehingga mengurangi kepercayaan masyarakat dalam memilih pertolongan persalinan. Kebanyakan dari bidan desa juga belum dikenal oleh masyarakat setempat dan membutuhkan waktu untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan budaya dan adat istiadat masyarakat.

Kelima, penelitian selanjutnya oleh Sofyan, dkk (2015) dengan judul

“Peran Dukun dalam Implementasi Kemitraan Bidan dan Dukun di Wilayah Kerja Puskesmas Bangsalsari Kabupaten Jember”. Penelitian ini bertujuan menggambarkan peran dukun dalam implementasi kemitraan bidan dan dukun bayi pada periode kehamilan dan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Bangsalsari Kabupaten Jember. Jenis penelitian kualitatif dengan 11 informan ditentukan secara Purposive.

Hasil penelitian menunjukkan dukun bayi sudah melakukan sebagian perannya pada periode kehamilan dan persalinan. Dukun bayi telah memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya ke bidan serta menyarankan ibu hamil untuk melakukan persalinan ke bidan. Namun pada periode persalinan masih ada peran yang belum diimplementasikan oleh dukun meliputi mengantar ibu hamil yang tidak mau periksa ke bidan, membantu bidan pada saat pemeriksaan ibu hamil, melakukan penyuluhan pada ibu hamil dan keluarga, dan melaporkan ke bidan apabila ada ibu yang hamil. Pada periode persalinan juga

dukun bayi belum mengimplementasikan perannya meliputi mengantar calon ibu bersalin ke bidan, mengingatkan keluarga untuk menyiapkan alat transportasi untuk pergi ke bidan/ memanggil bidan, mempersiapkan sarana dan prasarana persalinan aman seperti air bersih dan kain bersih, membantu bidan pada saat proses persalinan, membantu bidan dalam perawatan bayi lahir, dan membantu bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah persalinan. Bahkan dukun bayi masih menolong persalinan karena sebagian masyarakat meminta dan memaksa dukun untuk menolong persalinan.

Keenam, penelitian oleh Putra (2013) dengan judul “Analisis Praktek Bidan pada Pelayanan Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh praktek bidan di wilayah kerja Puskesmas Alahan Panjang terhadap pelayanan ibu bersalin dan bayi baru lahir pasca persalinan.

Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif diskusi kelompok terarah, wawancara mendalam dan observasi.

Hasil penelitannya masih ada praktek yang tidak sesuai dengan Standar Pelayanan Kebidanan. Praktek atau tindakan bidan mengenai kebersihan pada persalinan dan proses sesudah persalinan, tidak dilakukan dengan benar karena hanya dengan membakar peralatan dan bak instrumennya dengan menggunakan alkohol tanpa melakukan sterilisasi. Selain itu, sewaktu dilakukan observasi asisten bidan tidak menggunakan sarung tangan sewaktu merawat bayi baru lahir, kejadian tersebut dalam penelitian ini dianggap masih beresiko pada terjadinya infeksi. Tidak semua bidan dapat melakukan penyuluhan dengan menjelaskan semua tanda bahaya pada ibu pasca persalinan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Supervisi yang dilakukan pimpinan dan koordinator program

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas Alahan Panjang masih kurang karena hanya bersifat insidentil yang dilakukan pada saat pelaksanaan posyandu.

Ketujuh, penelitian oleh Fretes, dkk (2016) dengan judul Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Bidan dan Dukun Ditinjau Dari Aspek Input, Proses dan Output di Wilayah Dinas Kesehatan kabupaten Fak-Fak Papua Barat.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang disajikan secara deskriptif eksploratif melalui wawancara mendalam. Subjek penelitian adalah bidan dan dukun bayi yang bermitra. Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis isi.

Hasil penelitian yang ditinjau dari aspek Input yaitu 1) Tenaga pelaksana, pengetahuan yang dimiliki bidan dan dukun baru sebatas pada kerjasama dalam menolong persalinan, bidan dan dukun belum memahami prinsip keterbukaan, kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi juga mereka belum memahami tujuan dari kemitraan; 2) Alokasi dana khususnya program kemitraan belum disediakan, saat ini menggunakan dana BOK namun belum mencukupi karena penentuan jumlah anggaran tidak didasari oleh jumlah rujukan dukun pada tahun sebelumnya tetapi berdasarkan pada alokasi dana yang tersedia; 3) Sarana khusus program belum ada, saat ini menggunakan sarana prasarana puskesmas dan polindes namun mengalami keterbatasan. Ditinjau dari aspek Proses 1) Perencanaan program, bidan dan dukun melakukan pendataan bumil, bulin, bufas dan jumlah dukun; 2) Pelaksanaan belum berjalan baik karena bidan yang selalu tidak berada ditempat bila dihubungi oleh dukun dan akses yang sulit karena harus menyeberangi lautan. Sosialisasi lintas sektor dan magang dukun belum dilakukan karena keterbatasan dana; 3) tidak dilakukan pencatatan dan pelaporan khusus kegiatan kemitraan, selama ini menggunakan format yang

ada di laporan KIA. Aspek Output masih terdapat 195 (85%) dukun belum bermitra dari 219 dukun yang ada. Cakupan K1, K4 dan persalinan oleh tenaga kesehatan dari 2011 ke 2012 cenderung menurun.

Kedelapan, penelitian yang relevan lainnya yaitu penelitian Maria (2015) dengan judul “Sikap dan Komunikasi Bidan Terhadap Tingkat Kepuasan Ibu Hamil Pada Pelaksanaan Antenatal Care”. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan sikap dan komunikasi bidan dengan tingkat kepuasan ibu pada pelaksanaan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Sungai Durian, Kabupaten Kubu Raya.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara sikap bidan dengan tingkat kepuasan responden, ibu hamil merasa puas terhadap pelayanan ANC yang diberikan. Mereka menilai sikap bidan saat pemberian pelayanan baik bahkan memuaskan. Begitu juga dengan komunikasi bidan bahwa secara statistik juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara komunikasi bidan dengan tingkat kepuasan ibu hamil, ibu hamil merasa puas terhadap pelayanan ANC yang diberikan oleh bidan. Mereka menilai bahwa komunikasi bidan saat pemberian pelayanan ANC jelas.

Kesembilan, penelitian oleh Amalia (2012) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemilihan Persalinan”. Jenis penelitian yang digunakan adalah survai analitik dengan rancangan Cross Sectional Study.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan dan terintegrasi di Wilayah Kerja Puskesmas Molopatudo pada tahun 2011 sebanyak 180 orang dan sampel sebanyak 123 orang. Analisis data adalah analisis bivariat dan untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji Chi-Square (x2). Faktor-faktor yang

diuji adalah tingkat pendidikan, pengetahuan ibu, jarak ke tempat pelayanan kesehatan, sosial budaya dan pendapatan keluarga.

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pendidikan dan pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan. Pendidikan sangat penting bagi seseorang dimana pendidikan formal akan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan, teori dan logika. Responden dengan tingkat pendidikan rendah lebih memilih dukun sebagai penolong persalinannya, tetapi responden dengan tingat pendidikan tinggi memilih pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Pada waktu memilih dukun bayi, jarak dari rumah ke tempat dukun tersebut sangat mempengaruhi. Lebih nyaman melahirkan di rumah sendiri dengan memanggil dukun bayi. Rumah dukun bayi yang dekat sehingga lebih cepat datang daripada harus ke tempat lain yang lebih jauh. Dari segi sosial budaya masyarakat khususnya di daerah pedesaan, kedudukan dukun bayi lebih terhormat, lebih tinggi kedudukannya dibanding dengan bidan sehingga mulai dari pemeriksaan, pertolongan persalinan sampai perawatan pasca persalinan banyak yang meminta pertolongan dukun bayi. Bila dilihat dari segi pendapatan keluarga, masyarakat dengan pendapatan tinggi cenderung lebih memilih bidan sebagai penolong persalinan dibanding dukun bayi, sedangkan masyarakat dengan pendapatan rendah lebih memilih dukun. Hal ini karena masyarakat mempunyai persepsi bahwa pertolongan persalinan pada bidan mahal dan masyarakat kurang percaya terhadap pelayanan kesehatan bidan di desa, karena bidan terlalu muda dan belum menikah sehingga belum mempunyai pengalaman terutama persalinan ibu melahirkan.

Kesepuluh, penelitian oleh Sukmono, dkk (2016) dengan judul

“Kompetesi Komunikasi Multikultural Tenaga Kesehatan di daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa tengah” (Studi Kasus pada Bidan di Yogyakarta dan Sragen). Penelitian ini ingin mendalami bagaimana sebenarnya kompetensi komunikasi multikultural yang dimiliki tenaga kesehatan, hal ini dikarenakan masyarakat atau pasien yang dihadapi beragam dari latar belakang budaya yang berbeda-beda. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus yaitu kasus yang terjadi di Yogyakarta dan Sragen, dengan teknik pengambilan data menitikberatkan pada wawancara mendalam. Informan yang dipilih merupakan bidan-bidan senior yang sudah puluhan tahun melayani masyarakat.

Hasil penelitian didapat bahwa pentingnya bagi para bidan menguasai kompetensi komunikasi multikultural saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien agar tidak terjadi kesalahpahaman. Walaupun keempat bidan yang menjadi informan berasal dari etnis jawa, namun ternyata dalam pengalaman komunikasi multikulturalnya memiliki pengalaman yang berbeda. Pengalaman kultural dengan budaya lokal memperlihat kan adanya keunikan tradisi dan mereka menganggap bahwa banyaknya tradisi dimasyarakat harus dihormati tetapi bila membahayakan bagi kesehatan ibu dan janin, bidan harus melarang dengan menjelaskan dan memberi pemahaman kepada ibu dengan cara penyampaian yang baik dan sesuai dengan perasaan. Penguasaan bahasa lokal sangat penting karena dengan menggunakan bahasan lokal maka makna dalam komunikasi bisa bersifat mindfulness, hal ini menyangkut dengan bagaimana membahasakan/ menerjemahkan istilah medis diperlukan pada saat bidan

menerjemahkan istilah medis ke dalam bahasa yang mudah dipahami masyarakat dalam bahasa setempat yang lebih populer di masyarakat.

Sebelas, penelitian oleh Mahyuni, dkk (2014) dengan judul penelitian

“Karakteristik Dukun Bersalin Tentang Kemitraan dengan Bidan di Wilayah Puskesmas Mataraman Kabupaten banjar”. Penelitian kualitatif deskriptif ini memberikan hasil bahwa karakteristik dukun bersalin di wilayah puskesmas mataraman, yaitu sebagian besar tingkat pendidikan dukun bersalin adalah tingkat pendidikan dasar atau berpendidikan SD dengan usia rata-rata 50-54 tahun dan juga memiliki pengetahuan yang kurang. Sebagian besar dukun bersalin tidak mau bermitra dengan bidan karena merasa mereka mampu menolong persalinan tapa didampingi oleh bidan dan juga merasa lebih berpengalaman dalam menolong persalinan daripada bidan desa.

Hasil uraian review penelitian sejenis dapat dilihat pada matrik dibawah ini: mereka juga berharap dukun tetap mendampingi untuk

kebutuhan saja. ekonomi dan masih banyak dukun yang belum mau dukun dan dukun bersedia memberikan informasi keberadaan ibu hamil dan kondisinya kepada bidan bayi terkadang masih mau menolong persalinan karena

Masih ada praktek atau tindakan bidan mulai persalinan sampai pada perawatan serta penyuluhan sebagian besar tidak merujuk dan tidak sesuai dengan

Standar Pelayanan

Kebidanan. Supervisi yang dilakukan atasan hanya bersifat insidentil pada saat pelaksanaan posyandu

Ditinjau dari aspek Input : 1) belum terpenuhinya prinsip kemitraan antara dukun dan bidan desa, 2) alokasi dana belum tersedia, 3) sarana khusus program belum ada.

Aspek Proses 1) Perencanaan terdapat dukun yang tidak mau bermitra dan semakin menurunnya cakupan K1, K4 dan persalinan oleh tenaga kesehatan. bermakna antara sikap dan komunikasi bidan terhadap jarak ke tempat pelayanan kesehatan , sosial budaya dan pendapatan berpengaruh terhadap ibu hamil dalam menentukan pilihan penolong rata-rata 50-54 tahun dengan tingkat pengetahuan yang

Mataraman Kabupaten Banjar

sectional masih rendah. Sebagian besar dukun tidak mau bermitra dengan bidan karena merasa

mampu dan lebih

berpengalaman dalam menolong persalinan dibandingkan dengan bidan Sumber: Temuan Peneliti, Tahun 2017

Perbedaan dari sebelas penelitian sejenis terdahulu dengan penelitian ini adalah dari ke sebelas penelitian di atas belum ada yang membahas mengenai kemampuan dari bidan desa dan dukun bayi dalam berkomunikasi padahal kita tahu bahwa komunikasi adalah hal yang penting dalam membangun sebuah kemitraan. Selain itu yang akan diteliti oleh peneliti bukan sekedar berkomunikasi namun lebih ke kompetensi komunikasi kemitraan bidan desa dan dukun bayi.

Dalam dokumen TESIS. Oleh: ERNAWATI KOTO NIM (Halaman 30-42)