• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaman Jenis Pohon Pakan dan Pohon Tidur

Sofian Iskandar

D. Keragaman Jenis Pohon Pakan dan Pohon Tidur

selama pengamatan, owa jawa hanya mengkonsumsi tiga jenis pohon pakan, yaitu rasamala (86,23%), puspa (2,04%), dan afrika (11,74%). Komposisi pakan kelompok owa jawa tersebut adalah daun 48,52%, bunga 43,15% dan buah 8,33%. Berdasarkan jenis-nya, kelompok owa jawa mengkonsumsi pakan daun yang berasal dari tumbuhan rasamala sebesar 96,73% dan puspa 3,27%, sumber pakan bunga diperoleh dari rasamala 100% dan sumber pakan buah dari tumbu-han afrika (100%). selain sebagai pohon pakan, rasa-mala juga digunakan sebagai pohon tidur.

Berdasarkan analisis vegetasi, kerapatan pohon rasamala adalah 133 pohon per hektar dengan nilai dominansi relatif 89,08%, puspa 7 pohon per hektar dengan nilai dominansi relatif 9,34% dan pohon af-rika 4 pohon per hektar dengan nilai dominansi relatif 3,66%. Pada tingkat semai, jenis rasamala mempu-nyai indeks nilai Penting (inP) 14,18% dan pada tingkat tiang 11,81% (Tabel 3).

PemBAHAsAn

Primata menempati beragam relung habitat, dimana setiap jenis menempati relung yang berbeda tergan-tung dari berbagai kebiasaan hidup dan pola makan (diet). secara ekologis, kebutuhan akan habitat di-dasarkan pada strategi untuk menghindar pemangsa

dan mendapatkan sumber pakan (Cowlishaw dan dunbar, 2000). owa jawa merupakan jenis primata arboreal pemakan buah yang dalam kehidupan-nya sangat dipengaruhi oleh kondisi habitat seperti tegakan vegetasi, kerapatan pohon, variasi jenis pak-an dpak-an penutuppak-an kpak-anopi (Kakati, 2004).

Keanekaragaman jenis tumbuhan di hutan rasamala sangat rendah jika dibandingkan dengan habitat owa jawa di hutan primer Bodogol, Tn. Gunung Gede Pan-grango, Cikaniki dan Gn. Kendeng, Tn. Gunung Hali-mun-salak, dan Tn. ujung Kulon. Pada habitat owa jawa di Gunung Kendeng, Tn. Gunung Halimun-salak dijumpai sejumlah total 64 jenis tumbuhan tingkat pohon (suryanti, 2006) dan di hutan Cikaniki 26 jenis tumbuhan (iskandar, 2007), sedangkan pada habitat owa jawa di hutan primer Bodogol tercatat 38 jenis tumbuhan (fitrhiyani 2007), dan pada dua habitat owa jawa di Tn. ujung Kulon teridentifikasi 55 jenis tumbu-han tingkat pohon di hutan Cikacang (rinaldi, 1999). Tingginya kerapatan pohon di suatu habitat hutan sangat menguntungkan bagi populasi owa jawa, teru-tama untuk melakukan pergerakan serta ketersediaan sumber pakan. seperti diketahui owa jawa merupakan primata arboreal, dimana keberadaan pohon sangat diperlukan untuk melakukan aktivitas hariannya. nilai Penting (nP) suatu jenis tegakan dapat digu-nakan untuk menentukan tingkat peranannya dalam suatu komunitas yang ditetapkan berdasarkan kelas nilai Penting sutisna, 1988, yaitu:

nama jenis Tiang Pancang semai

K (Pohon/ha) inP (%) K (Pohon / ha) inP (%) K (Pohon / ha) inP (%)

rasamala 20 11,81 -- -- 250 14,18

Puspa 40 22,98 -- -- 500 22,43

Afrika -- -- -- -- --

--Tabel 3. Kondisi tingkat pertumbuhan tiang, pancang dan semai jenis sumber pakan owa jawa

Kelas Tingkat dominansi selang nilai Penting Tingkat Peranan

i sangat Tinggi V4 – HV

ii Tinggi V3 – V4 sangat menonjol

iii sedang V2 – V3 menonjol

iV rendah V1 – V2

V sangat rendah lV – V1 Kurang menonjol

dimana:

HV = High Value; V4 = lV + 4/5 (HV-lV); V3 = lV + 3/5 (HV-lV) V2 = lV + 2/5 (HV-lV); V1 = lV + 1/5 (HV-lV); lV = low Value

Berdasarkan kelas nilai Penting tersebut, maka pada tingkat pohon hanya jenis tumbuhan rasamala mem-punyai tingkat peranan sangat menonjol (Tabel ii.2.). nilai Penting jenis rasamala adalah 212,79 masuk dalam selang nilai penting V4-HV (171,04-212,79), sedangkan jirak (symplocos fasciculatus) merupakan jenis dengan nilai Penting paling rendah (4,05) ma-suk ke dalam selang nilai Penting lV-V1 (45,80-4,05). Peran menonjol jenis tersebut adalah sebagai sumber pakan, yaitu 96,73% pakan daun dan 100% bunga yang dikonsumsi oleh owa jawa di hutan rasamala berasal dari pohon rasamala.

menurut Kappeler (1984), habitat yang ideal bagi owa jawa adalah :

1. Hutan yang kurang lebih tajuknya tertutup. 2. Tajuk pohon tersebut mempunyai cabang yang

kurang lebih horizontal.

3. owa jawa membutuhkan makanan berupa buah dan daun yang tersedia sepanjang tahun dan sangat bervariasi di daerah jelajahnya yang stabil.

Berdasarkan pengamatan secara visual dan hasil analisis vegetasi, kondisi habitat owa jawa di hu-tan rasamala, Tn. Gunung Gede Pangrango sangat miskin sumber pakan dibandingkan dengan habitat owa jawa di beberapa habitat lainnya (Tn. Gunung Halimun-salak, Tn. ujung Kulon dan hutan primer Bodogol). rendahnya kelimpahan jenis pohon sum-ber pakan, terutama sum-berupa buah dan sumsum-ber pakan lainnya akan berpengaruh terhadap pola aktivitas dan perilaku harian kelompok owa jawa tersebut. menurut Primack et al (1998) ancaman utama ter-hadap kelestarian keanekaragaman hayati adalah perusakan habitat, fragmentasi habitat, introduksi jenis asing dan penyebaran penyakit. daun dan bunga rasamala merupakan sumber pakan utama bagi kelompok owa jawa di habitat hutan rasama-la, selain puspa dan buah afrika, terlebih pada saat tidak musim buah. di hutan Tn. Gunung Halimun-salak, rasamala juga merupakan salah satu sumber pakan owa jawa. Jenis tersebut tersebar merata di beberapa habitat owa jawa, seperti hutan Cikaniki, Citarik, Cibeureum dan Cisalimar (iskandar, 2007). di hutan Cikaniki, kelompok owa jawa mengkonsumsi buah walen (ficus ribes), darangdan (ficus sinatua), rasamala (Altingia excelsa), kihiur (Castanopsis accu-minatissimma) dan kiseueur (Antidesma montanum)

(Pahlana, 2002). Kelimpahan pohon pakan pada habitat owa jawa sangat menunjang bagi pertumbu-han populasi jenisnya.

Profil vegetasi habitat owa jawa memperlihatkan bahwa jenis rasamala tersebar merata di daerah jela-jah kelompok tersebut. Hal ini memperlihatkan domi-nansi jenis tersebut dalam habitat owa jawa. rasa-mala merupakan jenis tumbuhan bernilai ekonomi. di indonesia rasamala tersebar di Pulau sumatera dan bagian Barat Pulau Jawa pada habitat dengan ketinggian antara 600-700 meter di atas permukaan laut. di Jawa tumbuhan tersebut dikembangkan dan ditanam untuk tujuan reforestasi hutan yang rusak. di alam tinggi pohon rasamala dapat mencapai 50-60 meter dengan kisaran diameter antara 80-150 cm dan batang pohonnya relatif lurus dengan tajuk yang tidak terlalu lebar (soerianegara dan lemmens, 1996).

rasamala juga digunakan sebagai pohon tidur oleh kelompok owa jawa. Bagi kelompok tersebut tidak banyak alternatif pohon tidur yang dapat dipilih, wa-laupun tajuknya tidak lebar namun pohon rasamala cukup tinggi, sehingga dapat menjamin keselamatan dari ancaman pemangsa. reichard (1998) me-nyatakan bahwa pemilihan pohon tidur yang rindang bertujuan untuk menghidar dari tekanan pemangsa dan berlindung dari perubahan cuaca. di hutan Cita-rik, Tn. Gunung Halimun-salak, tercatat owa jawa menggunakan 11 pohon tidur dan di hutan Cibeu-reum 8 pohon tidur (iskandar, 2007).

dari uraian di atas, dapat difahami bahwa habitat owa jawa di hutan rasamala bukan merupakan habi-tat yang ideal jika dibandingkan dengan habihabi-tat owa jawa di Tn. Gunung Halimun-salak dan Tn. ujung Kulon. rendahnya keragaman jenis pohon yang tumbuh di hutan tersebut mengakibatkan rendahnya keragaman jenis sumber pakan yang dapat dijadikan pilihan, demikian pula untuk pohon tidurnya. namun letak hutan rasamala yang berdekatan dengan hutan primer Bodogol, dapat menjamin ketersediaan sum-ber pakan bagi kelompok owa di hutan rasamala. Beberapa jenis tumbuhan yang dijumpai di hutan rasamala juga dijumpai di hutan primer Bodogol. letak kawasan hutan rasamala yang berbatasan dengan lahan masyarakat serta intensitas aktivitas masyarakat, baik masyarakat sekitar hutan maupun

pengunjung ekowisata dapat mengganggu aktivi-tas harian owa jawa. mengingat saat ini kawasan tersebut merupakan bagian dari Tn. Gunung Gede pangrango, maka pengelola taman nasional dapat merencanakan program pembinaan habitat untuk memulihkan dan mengembalikan kondisi tersebut. Kawasan tersebut dapat ditetapkan sebagai zona rehabilitasi, sehingga pengelola dapat menata ulang hutan tersebut sesuai dengan peruntukannya seb-agai habitat satwaliar.

KesimPulAn

1. Habitat owa jawa di hutan rasamala mempun-yai keragaman jenis tumbuhan yang rendah jika dibandingkan dengan habitat owa jawa di hu-tan primer Bodogol, Cikaniki dan ujung Kulon, yaitu 13 jenis pada tingkat pohon dan didomi-nasi oleh jenis rasamala (Altingi excelsa), 25 jenis pada tingkat tiang, 23 jenis pada tingkat pancang dan 15 jenis pada tingkat semai. 2. letak hutan rasamala yang berdekatan dengan

hutan primer Bodogol dapat menjamin keterse-diaan pakan bagi kelompok owa jawa, karena beberapa jenis tumbuhan yang dijumpai di hutan rasamala juga terdapat di hutan primer Bodogol.

3. letak hutan rasamala yang berdekatan dengan lahan masyarakat dan tingginya aktivitas manu-sia di sekitarnya, dikhawatirkan akan mengang-gu.fungsi hutan tersebut sebagai habitat owa jawa dan primata lainnya.

sArAn

1. mengingat letak hutan rasamala berbatasan langsung dengan lahan masyarakat dan ber-potensi mendapat gangguan dari aktivitas manusia, maka untuk menjamin kelangsungan fungsi hutan tersebut sebagai habitat satwaliar, khususnya primata, maka diperlukan program pengamanan kawasan intensif. selain itu perlu meningkatkan program pendidikan lingkungan dan penyuluhan terhadap masyarakat sekitar hutan.

2. untuk meningkatkan peran ekologis hutan rasa-mala sebagai habitat satwaliar, maka hutan rasamala perlu ditetapkan sebagai zona

reha-bilitasi kawasan Tn. Gunung Gede Pangrango. dengan status zona rehabilitasi, maka dapat dilakukan upaya pembinaan habitat.

dAfTAr PusTAKA

Alikodra, H.s. 2002.Pengelolaan satwaliar Jilid i. Yayasan Penerbit fakultas Kehutanan, iPB. Bogor.

Asquith, n.m., martarinza & sinaga r.m. 1995. The Javan Gibbon i (Hylobates moloch): status and conservation recommendation. Tropical Biodiversity 3; 1-14.

Cowlishaw, G & r. dunbar, 2000. Primate conserva-tion biology. The university of Chicago Press. Chicago dan london.

departemen Kehutanan, 2004. Keputusan menteri Kehutanan no. 174?Kpts- ii/2003 tentang Perubahan dan Penunjukan kawasan Cagar Alam, Taman Wisata Alam, Hutan produksi, Hutan Produksi Terbatas pada Kelompok Hu-tan Gunung Gede Pangrango seluas 21.975 hektar menjadi Taman nasional Gunung Gede Pangrango. http://www.dephut.go.id. duma, Y. 2007. Kajian habitat, tingkah laku dan

pop-ulasi kalawet (Hylobates agilis albibarbis) di Taman nasional sebangau, Kalimantan Ten-gah. disertasi doktor (s3). sekolah Pascasar-jana, institut Pertanian Bogor

iskandar, e. 2007. Habitat dan populasi owa jawa (Hylobates moloch) di Taman nasional Gu-nung Halimun-salak, Jawa Barat. Tesis dok-tor. sekolah Pascasarjana iPB, Bogor. Kakati, K. 2004. impact on forest fragmentation on

the hoolock gibbon in Assam, india. Ph.d disertation. departemen of Anatomy, univer-sity of Cambridge, Cambridge, The uK. Kappeler, K. 1984 The Gibbon in Java. dalam

Preus-choft, H. et. al. (eds): evolutionary and be-havioural Biology. edinburgh university Press nijman & van Balen, 1998. A faunal survey

of dieng mountain, Central Java indonesia. distrbution and conservation of endemic primate in Java. in: nijman, V.2001. forest (and) primates; Conservation and ecology of the endemic primates of Java and Borneo. Tropenbos-Kalimantan series 5.

Pahlana, u.W. 2002. studi populasi dan habitat owa jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di blok hutan Cikaniki resort Gunung Kend-eng, Taman nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. skripsi. fakultas Kehutanan, universi-tas nusa Bangsa, Bogor. Pp. 67 + ix. Primack, r.B., J. supriatna, m. indrawan, P.

Kramadi-brata. 1998. Biologi konservasi. Yayasan obor indonesia. Jakarta.

reichard, u. 1998. sleeping sites, sleeping places, and preesleep behaviour of gibbons (Hylo-bates lar). Am.J.Primatol. 46: 35-62. rinaldi, d. 1999. food preferences and habitat

uti-lization of javan gibbon (Hylobates moloch AudeBerT) in ujung Kulon national Park, West Java, indonesia. m.sc. Thesis. faculty of forestry and ecology. Georg- August univer-sity, Gottingen, Germany.

soerianegara & indrawan, 1988. ekologi Hutan in-donesia. fakultas Kehutanan iPB, Bogor. soerianegara, i. & r.H.m.J. lemmens, 1996. Timber Trees: major commercial timber. Plant resources of south-east Asia no.5(1). Prosea, Bogor.

supriatna, J., Tilson, r. Gurmaya, J.K., manangsang, J., Wardoyo, W., sriyanto, A., Teare, A., Cas-tle, A and seal, u. (eds.) 1994. Javan gibbon and Javan langurs population and habitat viability analysis report. iuCn/ssC Conserva-tionBreeding specialist Group. Apple Valley, minnesota.112 pp.

suryanti, T. 2006. ekologi lansekap dalam manaje-men dan konservasi habitat owa jawa (Hy-lobates moloch AudeBerT, 1798) di Taman nasional Gunung Halimun Jawa Barat.

Te-sis doktor. Program Pascasarjana fakultas matematika dan ilmu Pengetahuan Alam, universitas indonersia, depok.

Whitten, A.J., soeriaatmadja, r.e. dan Afiff, s.A. 1996. The ecology of Java and Bali. The ecol-ogy of indonesia series. Vo. ii. Periplus edi-tion. singapore.