• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Pemilihan Pakan Dengan Kandun- Kandun-gan Nutrisi

Mayang Sari

C. Korelasi Pemilihan Pakan Dengan Kandun- Kandun-gan Nutrisi

Analisis proksimat untuk mengetahui kandungan kar-bohidrat, lemak, dan protein telah dilakukan di labora-torium ilmu dan Teknologi Pakan, fakultas Peternakan, institut Pertanian Bogor. data kandungan nutrisi yang didapatkan dari analisis kemudian dapat dihitung ka-dar energi yang terkandung dalam 100 gram pakan. dari kelima jenis pakan, manyal tidak dapat dianalisis karena ketidaktersediaan sampel dalam jumlah yang cukup untuk dilakukan analisis tersebut.

Peringkat jenis pakan berdasarkan kandungan karbo-hidrat, protein, lemak, dan energi. dari tabel terse-but dapat terlihat bahwa daun rasamala memiliki kandungan karbohidrat tertinggi di antara 4 jenis pakan dan menempati urutan kedua untuk kandun-gan protein, lemak, dan energi. sebaliknya, buah beunying menempati urutan pertama untuk kandun-gan protein, lemak, dan energi serta urutan kedua untuk kandungan karbohidrat. Buah afrika berada pada peringkat ketiga untuk kandungan karbohid-rat, protein, dan energi serta peringkat terakhir un-tuk kandungan lemak. sementara itu, buah walen menempati urutan ketiga untuk kandungan lemak serta urutan terakhir untuk kandungan karbohidrat, protein, dan energi.

Hasil olah statistik dengan uji korelasi Kendall (τ) an-tara peringkat pemilihan pakan dan kandungan nutri-si pakan menunjukkan tidak terdapat korelanutri-si antara peringkat pemilihan pakan dan peringkat kandungan nutrisi, baik karbohidrat, lemak, protein, maupun total energi dalam pakan. dengan demikian, hasil penelitian dapat mengindikasikan bahwa pemilihan pakan alami oleh owa jawa di JGC selama periode pengamatan tidak dipengaruhi oleh kandungan kar-bohidrat, lemak, protein, dan energi dalam pakan. salah satu faktor yang dapat memengaruhi pemilihan pakan adalah jenis pakan dan sejauh mana primata mengenali pakan. Visalberghi dkk. (2003: 343--347) melakukan penelitian pemilihan pakan oleh Cebus apella di penangkaran terhadap 7 jenis pakan yang belum pernah dikonsumsi atau dikenalkan pada pri-mata tersebut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan perbedaan urutan pemilihan pakan antara fase per-tama, yaitu saat pemberian pakan pada Cebus apella untuk pertama kalinya dan fase kedua, yaitu setelah semua jenis pakan dikonsumsi berulang kali. Pemili-han pakan fase pertama berkaitan dengan warna dan rasa pakan. menurut Visalberghi dkk. (2003: 347) rasa pakan merupakan faktor penting yang mengini-siasi pemilihan pakan oleh Cebus apella. sementara itu, pemilihan pakan fase ke-dua menunjukkan kore-lasi dengan kandungan energi total pada pakan. Tiga pasang owa jawa yang diamati merupakan in-dividu-individu yang lahir di alam, namun kemudian mengalami masa hidup di luar habitatnya atau dalam peliharaan manusia. dengan demikian owa jawa tersebut sudah tidak lagi mengonsumsi pakan alami selayaknya di alam. Prosedur pengayaan pakan yang termasuk dalam program rehabilitasi di JGC dirancang untuk mengenalkan dan membiasakan owa jawa untuk mengonsumsi pakan alami (Ario dkk. 2007: 57). owa jawa diadaptasikan dengan jenis pakan yang belum dikenali oleh individu-individu tersebut sebelumnya. Buah manyal, buah afrika, buah walen, buah beunying, dan daun rasamala merupakan beberapa jenis pakan alami yang disertakan dalam prosedur pengayaan pakan tersebut. Ketiadaan korelasi antara pemilihan pakan dan kandung an nutrisi secara keseluruhan dapat disebabkan oleh owa jawa belum teradaptasi terhadap jenis pakan alami yang digunakan. dengan demikian pola pemilihan pakan pada owa jawa terkait dengan kandu ngan nutrisi belum dapat terlihat dengan jelas.

Pemilihan pakan oleh primata juga dipengaruhi oleh ke-butuhan energi atau tingkat aktivitas. Hasil olah statistik menunjukkan ketiadaan korelasi antara pemilihan pakan dan kandungan karbohidrat. selain itu juga tidak ditemu-kan pengaruh ditemu-kandungan energi dalam paditemu-kan terhadap pemilihan pakan. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Jildmalm dkk.(2008: 1543) bahwa kandungan energi tidak memengaruhi pemilihan pakan oleh Hylobates lar. sebelumnya laska dkk. (2000: 679) juga melaporkan kondisi yang serupa pada macaca nemestrina. Penelitian yang dilakukan oleh Jildmalm dkk. (2008: 1543) dan laska dkk. (2000: 679) dilakukan terhadap primata yang hidup di penangkaran. Kondisi di pen-angkaran, seperti struktur dan luas kandang, secara tidak langsung dapat memengaruhi pemilihan pakan primata yang hidup di dalamnya. sebagai contoh, luas kandang pasangan di JGC adalah 12 m2 dengan vol-ume 96 m3. ukuran tersebut tidak lebih dari 1/12500 dari luas jelajah harian owa jawa yang dapat men-capai 15 ha (napier & napier 1967, lihat mcConkey 2000: 13). ruang gerak yang sempit menyebab-kan aktivitas pergeramenyebab-kan menjadi terbatas. Aktivitas pergerakan yang rendah mengindikasikan kebutuhan energi yang tidak terlampau besar. dengan demikian, dapat menjadi salah satu penyebab owa jawa tidak teradaptasi untuk mencari dan memilih pakan yang mengandung kadar energi yang tinggi.

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat korelasi antara pemilihan pakan dan kandungan lemak serta kandungan protein pada pakan. Kondisi tersebut serupa dengan hasil penelitian Jildmalm dkk. (2008: 1543) pada pemilihan pakan oleh ungko lengan putih. Jildmalm dkk. (2008: 1543) menyatakan hal tersebut dapat terjadi karena sampel pakan yang digunakan berupa buah dan sayur. Buah dan sayur secara umum mengandung pro-tein dan lemak dalam kadar yang rendah (food standards Agency 2002, lihat Jildmalm dkk. 2008: 1543). Jika dibandingkan dengan hasil analisis proksimat pakan alami owa jawa di Taman nasional Gunung Halimun yang pernah dilakukan oleh farida & Harun (2000: 60), angka kandungan protein dan lemak yang didapatkan untuk keempat jenis pakan yang diamati, yaitu buah afrika, buah walen, buah beunying, dan daun rasamala tergolong rendah. Kisaran kandungan protein dan lemak dari 4 objek pengamatan adalah 4,26--7,97 gram% dan 0,07--2,52 gram%, sementara

rentang kandungan nutrisi protein dan lemak dalam pakan alami di Taman nasional Gunung Halimun (TnGH) sebesar 3,67--26,34 gram% dan 0,95--14,84 gram%. nilai yang tinggi (di atas 20,00 gram%) un-tuk kadar protein pakan alami di TnGH sebagian besar diperoleh dari sampel daun dan ranting. sementara kadar lemak tertinggi pakan alami di TnGH diperoleh dari sampel biji (farida & Harun 2000: 59--60). faktor lain yang dapat memengaruhi pemilihan terha-dap kombinasi biner pakan yang disediakan adalah ke-beradaan sumber pakan lain. selama masa pengamatan, owa jawa beberapa kali terlihat mengonsumsi dedaunan dari tumbuhan yang hidup di lantai hutan di dalam kan-dang atau dari ranting-ranting pohon yang tangkai daun-nya menjuntai ke dekat kandang. Hal tersebut dapat menyebabkan pola pemilihan terhadap lima jenis pakan yang diamati menjadi tidak terlihat jelas.

selama masa pengamatan, owa jawa jarang terlihat memeriksa pakannya dengan mencicipi terlebih dahu-lu. Kondisi tersebut berbeda dengan pernyataan Kap-peler (1984, lihat rahayu 2002: 27) bahwa owa jawa di alam terbiasa memeriksa makanan dengan cara tersebut sebelum memasukkannya ke dalam mulut. Prosedur rehabilitasi yang diterapkan di JGC juga memiliki pengaruh terhadap perilaku pemilihan pakan owa jawa. Penangkaran dan pusat rehabilitasi merupakan suatu sa-rana konservasi yang memiliki prosedur khusus terutama dalam pemberian pakan. Pakan yang disediakan baik berupa pakan pasar maupun pakan alami adalah pakan yang kualitasnya terkontrol atau mengikuti standar pe-milihan tertentu, seperti buah yang sudah masak, tidak busuk, dan tidak rusak serta sayur atau daun yang masih segar. Hal tersebut dapat menyebabkan primata men-jadi tidak terbiasa memilih pakan, sehingga tidak dapat terlihat pola pemilihan pakan alamiah. Berbeda dengan satwa di alam yang teradaptasi dengan strategi memilih pakan yang baik karena pakan di alam ditemukan dengan kualitas yang bervariasi (Jule dkk. 2008: 356).

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa hal yang dapat direkomendasikan untuk meningkatkan efek-tivitas prosedur rehabilitasi di JGC antara lain program pengayaan pakan alami sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan serta menggunakan pakan dengan kualitas yang bervariasi. dengan demikian, diharapkan strategi pemilihan pakan, yang harus dimiliki oleh owa

jawa di alam, dapat berkembang dengan baik pada owa jawa di JGC. selain itu, pemilihan jenis pakan, yang digunakan dalam program pengayaan pakan alami, se-baiknya dititikberatkan pada jenis pakan yang terdapat di area tujuan pelepasan. Hal tersebut perlu dilakukan untuk memudahkan owa jawa mengenali pakan alami yang terdapat di habitat barunya, sehingga owa jawa yang baru dilepas dapat bertahan hidup dengan jenis pakan yang terdapat di area tersebut.

KesimPulAn dAn sArAn

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian pemilihan pakan alami oleh owa jawa berturut-turut adalah buah manyal (medinilla sp.)(32,22%), buah afrika (mae-sopsis eminii)(28,33%), buah walen (ficus ribes) (17,22%), buah beunying (ficus fistulosa)(15%), dan daun rasamala (Altingia excelsa)(7,22%). 2. selama periode pengamatan tidak ditemukan

korelasi antara pemilihan pakan alami dan kandungan nutrisi pakan owa jawa (Hylobates moloch Audebert) di Pusat Penyelamatan dan rehabilitasi owa Jawa, Javan Gibbon Center, Taman nasional Gunung Gede Pangrango.

B. Saran

1. Penggunaan jumlah jenis pakan untuk bahan pene-litian perlu ditingkatkan untuk mendapatkan skoring pemilihan pakan dan data statistika yang lebih baik. 2. Karakteristik pakan yang dapat memengaruhi

pemilihan pakan selain kandungan nutrisi perlu dihomogenkan untuk mendapatkan analisis ko-relasi pemilihan pakan dan kandungan nutrisi yang lebih akurat.

dAfTAr ACuAn

Agetsuma, n. 1995. dietary selection by Yakushima ma-caques (macaca fuscata yakui): The influence of food availability and temperature. international Journal of Primatology 16(4): 611--627. Ario, A. 2007. Pemantauan owa jawa (Hylobates

moloch Audebert, 1798) di Bodogol Taman

nasional Gunung Gede Pangrango. dalam: Ario, A. 2007. Konservasi owa jawa (Hylo-bates moloch AudeBerT 1978) di Taman nasional Gunung Gede Pangrango. Conser-vation international indonesia - departemen Kehutanan ri, Bogor: v + 275 hlm.

Ario, A. & i.Y.. masnur. 2007. Perkembangan perilaku owa jawa (Hylobates moloch AudeBerT 1978) pada masa rehabilitasi di Pusat Peny-elamatan dan rehabilitasi owa Jawa (Javan Gibbon Center). dalam: Ario, A. 2007. Kon-servasi owa jawa (Hylobates moloch Aude-BerT 1978) di Taman nasional Gunung Gede Pangrango.Conservation international indo-nesia bekerja sama dengan departemen Ke-hutanan ri, Bogor: v + 275 hlm.

Backer, C.A. & Bakhuizen van den Brink Jr. 1963. flora of Java. Vol. 1. n.V.P. noordhof-Gronin-gen, netherlands: xxii + 648 hlm.

Burton, f. 1995. The multimedia guide to the non human primates. Prentice Hall Canada inc, ontario: 298 hlm.

Cheyne, s.m. 2004. Assessing rehabilitation and rein-troduction of captive-raised gibbons in indone-sia. Phd Thesis. faculty of Anatomy. university of Cambridge, Cambridge: xvii + 231 hlm. Conklin-Brittain, n.l., C.d. Knott, r.W. Wrangham. 2000.

The feeding ecology of apes. dalam: Conklin-Brittain, n.l., C.d. Knott, r.W. Wrangham. 2000. The Apes Challenges for the 21st Century. Chi-cago Zoological society, ChiChi-cago: 167--174. farida, W.r. & Harun. 2000. The diversity of plants as

feed resources for the java gibbon (Hylobates moloch), grizzled langur (Presbytis comata), and silver langur (Trachypitecus auratus) in Gunung Halimun national Park. Jurnal Pri-matologi indonesia 3 (2): 55--61.

Ganas, J., s. ortmann. & m.m. robbins. 2008. food preferences of wild mountain gorillas. Ameri-can Journal of Primatology 70: 927--938. Garber, P.A. 1987. foraging strategies among living

primates. Annual reviews Anthropology 16: 339--364.

Gautier-Hion, A, J.m. duplantier, r. Quris, f. feer, C. sourd, J.P. decoux, G. dubost, l. emmons, C. erard, P. Hecketsweiler, A. moungazi, C. roussilhon, & J.m. Thiollay. 1985. fruit characters as a basis of fruit choice and seed dispersal in a tropical forest vertebrate com-munity. oecologia 65: 324--337.

Geissmann, T. 2003. symposium on gibbon diver-sity and conservation: Concluding resolution. Asian Primates 8 : 28--29.

indrawan, m., r.B. Primack, & J. supriatna. 2007. Biologi konservasi. Yayasan obor indonesia, Jakarta: xviii + 626 hlm.

Jildmalm, r., m. Amundin, & m. laska. 2008. food preferences and nutrient composition in captive white handed gibbons, Hylobates lar. interna-tional Journal of Primatology 29: 1535--1547. Jolly, A. 1985. The evolution of primate behavior. 2nd ed.

macmillan Canada, new York: xvii + 526 hlm. Jule, K.r., l.A. leaver, & s.e.G. lea. 2008. The

ef-fects of captive experience on reintroduction survival in carnivores: A review and analysis. Biological Conservation 141: 355--363. Kappeler, m. 1981. The silvery gibbon (Hylobates lar

moloch): ecology and behaviour. disertation. Zoological institute of Basel university, swit-zerland: 69 hlm.

laska, m., l.T.H. salazar, & e.r. luna. 2000. food pref-erences and nutrient composition in captive spider monkeys, Ateles geoffroyi. international Journal of Primatology 21(4): 671--683. mcConkey,K.r. 2000. Primary seed shadow generated

by gibbons in the rain forests of Barito ulu, Central Borneo. American Journal of Primatol-ogy 52:13--29.

mcConkey, K.r., f. Aldy, A. Ario, & d.J. Chivers. 2002. selection of fruit by gibbons (Hylobates muelleri

x agilis) in the rain forests of central borneo. in-ternational Journal of Primatology 23: 123--145. nijman, V. 2004. Conservation of the javan gibbon Hy-lobates moloch: Population estimates, local ex-tinctions, and conservation priorities. The raffles Buletin of Zoology 52(1): 271--280.

nijman, V. & s. van Balen. 1998. A faunal survey of the dieng mountains, Central Java, indone-sia: distribution and conservation of endemic primate taxa. oryx 32: 113--126.

nio, o.K. 1992. daftar analisis bahan makanan. fakultas Kedokteran universitas indonesia, Jakarta: vii + 53 hlm.

rahayu, n. 2002. Variasi perilaku makan dan pe-milihan jenis pakan owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) berdasarkan be-berapa parameter struktur populasinya di Cikaniki, Taman nasional Gunung Halimun. skripsi. Jurusan Konservasi sumber daya Hu-tan. fakultas Kehutanan. institut Pertanian Bogor. Bogor: viii + 46 hlm.

rhee, s., d. Kitchener, T. Brown, r. merrill, r. dilts, & s. Tighe. 2004. report on Biodiversity and Tropical forest in indonesia. Jakarta: xx + 38 hlm. rinaldi, d. 2003. The study of javan gibbon

(Hylo-bates moloch AudeBerT) in Gunung Hali-mun national Park (distribution, population, and behavior). research and Conservation of Biodiversity in indonesia 11: 30--48. supriatna, J. 2006. Conservation programs for the

en-dangered javan gibbon (Hylobates moloch). Primate Conservation 21: 155--162. supriatna, J. & e.H. Wahyono. 2000. Panduan

lapang an primata indonesia. Yayasan obor indonesia, Jakarta: xxii + 332 hlm.

Visalberghi, e., G. sabbatini, m. stammati, & e. Addessi. 2003. Preferences towards novel foods in Ce-bus apella: The role of nutrients and social influ-ences. Physiology & Behavior 80: 341--349.

Pengamatan Aktivitas Harian