• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengumpulan Data

Gunung Gede Pangrango

C. Pengumpulan Data

metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menyiapkan suatu lembaran kertas isian (semacam Voucher) yang diberikan kepada inter-preter/teman alam yang akan membawa pengunjung kedalam hutan. Penggunaan kertas isian semacam ini bertujuan untuk memudahkan interpreter untuk mem-bawa dan mengisi kolom-kolom yang tersedia. metode ini dibuat sesederhana mungkin dengan tujuan untuk memudahkan bagi setiap orang (selain peneliti) untuk melakukan kegiatan ini.

Voucher tersebut dibawa interpreter sebelum inter-preter membawa pengunjung ke lokasi. Apabila pen-gunjung telah kembali, interpreter akan mengemba-likan kembali voucher tersebut.

untuk melihat bentuk lembar isian data dapat dili-hat pada contoh lembar isian data (voucher) seperti dibawah ini (bukan ukuran sebenarnya)

interpreter akan mencatat apa-apa yang dilihat sepanjang perjalanan, baik di jalur pendek/pendidi-kan (short track) maupun di jalur panjang/petualan-gan (long track). dalam melakukan pencatatan ini interpreter dilengkapi dengan teropong binokuler untuk memudahkan dalam melihat obyek.

untuk melihat dampak yang ditimbulkan pengunjung terhadap satwa, dibatasi 4 jenis primata yang menjadi target pengamatan yaitu: owa Jawa (Hylobates moloch), lutung hitam (Trachypitecus auratus), surili (Presbytis co-mata) dan monyet ekor panjang (macaca fascicularis).

interpreter : Jalur :

Jumlah tamu : Periode :

Hari/Tanggal : Group :

Jenis satwa Waktu

perjumpaan Jumlah lokasi Aktivitas respon tamu-satwa respon satwa-tamu

owa Jawa lutung hitam monyet ekor panjang surili

Ada beberapa pertimbangan mengapa hanya ke empat satwa tersebut yang dijadikan target dalam studi ini. selain karena daya tarik pengunjung terhadap satwa-satwa ini cukup besar, juga karena frekuensi perjump-aan keempat satwa ini lebih sering terlihat dibanding-kan jenis satwa lainnya sehingga dampak yang terjadi dapat terlihat.

Apabila terlihat satwa salah satu dari empat jenis pri-mata, interpreter akan mencatat waktu perjumpaan dengan satwa, jumlah satwa yang terlihat dan lokasi perjumpaan dengan satwa tersebut. untuk mencatat aktivitas satwa pada saat terlihat dibatasi dalam hal melompat, brakhiasi (gerak pindah dari satu dahan kedahan yang lain dengan menggunakan kedua tung-kai depan dan biasanya pergerakan ini dilakukan oleh keluarga Hylobates/owa), istirahat, makan dan sosial. untuk respon tamu ke satwa ditandai apakah respon tamu tersebut langsung bersuara karena senang atau-pun diam dan mengamati gerak-gerik satwa tersebut. untuk respon satwa ke tamu ditandai apakah satwa tersebut takut dan tidak takut. untuk respon takut, ketakutan satwa tersebut apakah ditandai dengan langsung lari menjauh ataupun diam dan bersembu-nyi. sedangkan untuk respon yang tidak takut ditandai apakah satwa tersebut pada saat terlihat oleh pen-gunjung diam saja dan terus melanjutkan aktivitasnya ataukah pada saat melihat tamu bergerak pindah (bu-kan melari(bu-kan diri)

selain itu dicatat juga waktu berkunjung, jumlah pen-gunjung yang dibawa interpreter, jika penpen-gunjung merupakan rombongan, maka rombongan keberapa interpreter tersebut membawa pengunjung, dan berapa kali interpreter membawa pengunjung masuk ke dalam hutan serta nama interpreternya sendiri juga dicatat. Voucher yang telah terkumpul kemudian di

Jenis primata Perjumpaan frekuensi %

owa jawa 40 0,43 43

lutung hitam 15 0,16 16

surili 3 0,03 3

monyet ekor panjang 2 0,02 2

Tidak ada perjumpaan 34 0,36 36

Total 94 1 100

analisis dengan merekapitulasikan dalam tabel-tabel dan kemudian dari hasil rekapitulasi data-data terse-but di analisis dengan melihat persentase-persentase setiap parameter.

HAsil dAn PemBAHAsAn

Berdasarkan voucher yang terkumpul selama lebih kurang 16 bulan, dan setelah direkapitulasikan di-dapat hasil-hasil analisa seperti dibawah ini. 1. laju Keberhasilan Pengunjung dalam melihat em-pat Jenis Primata di PPKA Bodogol.

Berdasarkan tabel 1. Terlihat bahwa dari keempat je-nis primata yang dijumpai dilokasi, owa Jawa yang memiliki persentase tertinggi (43%) dalam perjump-aan oleh interpreter dan pengunjung. sedangkan je-nis satwa yang paling jarang terlihat yaitu monyet ekor panjang (2%).

dengan lebih seringnya owa Jawa terlihat dapat diartikan bahwa tingkat keberhasilan pengunjung dalam melihat owa jawa cukup tinggi. Keberhasilan ini juga dapat dikarenakan karena jalur yang digu-nakan untuk kegiatan di PPKA Bodogol juga meru-pakan area beberapa kelompok owa Jawa. Primata yang jarang dijumpai adalah monyet ekor panjang (macaca fascicularis), karena memang setelah dilaku-kan survei keberadaan primata di dalam studi area PPKA Bodogol, keberadaan satwa ini sangat jarang dijumpai. Tetapi ada kemungkinan areal yang digu-nakan untuk kegiatan PPKA Bodogol bukan meru-pakan areal satwa ini dalam melakukan aktivitasnya. lebih sering terlihat monyet ekor panjang meman-faatkan kawasan hutan Perhutani yang berbatasan langsung dengan Taman nasional.

dalam setiap kunjungan, tidak selalu interpreter dan pengunjung berjumpa dengan satwa-satwa terse-but. Apabila dilihat dari persentase tidak berjumpa-nya pengunjung dengan satwa cukup tinggi (36%). Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi. Pertama, pengunjung biasanya datang dalam jumlah yang cukup besar. interpreter akan membagi pengunjung yang masuk ke lokasi kedalam beberapa kelompok. Kelompok pertama yang masuk kedalam hutan kemungkinan untuk berjumpa den-gan satwa cukup besar dibandingkan kelompok yang masuk berikutnya. Hal ini disebabkan apabila satwa-satwa tersebut bertemu dengan kelompok pertama, maka ada kemungkinan satwa-satwa tersebut akan pergi menjauh sehingga kelompok kedua dan seter-usnya tidak dapat menjumpainya. faktor kedua ialah faktor cuaca. Cuaca yang cerah kemungkinan berjum-pa dengan satwa cukup besar. Tetapi aberjum-pabila cuaca hujan kemungkinan perjumpaan akan kecil.

2. lokasi Perjumpaan empat Jenis Primata di PPKA Bodogol

Ada beberapa lokasi yang merupakan daerah yang sering digunakan oleh keempat jenis primata untuk melakukan aktivitasnya. lokasi-lokasi tersebut ada yang berada di jalur short track dan ada yang dijalur long track. Jika dilihat pada tabel 2. Ada beberapa simbol lokasi yang digunakan, seperti m50 kanan, m250 kanan dll, ini berarti lokasi tersebut berada di meter ke 50 dan 250 meter dari pusat sebelah kanan. lokasi yang paling sering digunakan berdasarkan ta-bel 2 ialah daerah kanopi. Penamaan daerah kanopi disebabkan karena daerah tersebut kebetulan

me-Jenis primata m50 lokasi perjumpaan

Kanan m250 kanan m600 kiri m650kiri m800kiri Kanopi bambuHutan Jumlah

owa jawa 1 3 1 10 2 22 1 40

lutung - 2 1 1 - 11 - 15

surili 3 - - - - - - 3

monyet ekor panjang - - 1 - 1 - - 2

Jumlah 4 5 3 11 3 33 1 60

frekuensi 0,06 0,08 0,05 0,19 0,05 0,55 0.02 1

% 6 8 5 19 5 55 2 100

Tabel 2. Persentasi Lokasi Perjumpaan Empat Jenis Primata di PPKA Bodogol

mang daerah lokasi jembatan kanopi. owa Jawa dan lutung hitam sering terlihat didaerah tersebut. daerah kanopi berdasarkan pengamatan memang merupakan daerah yang sering digunakan khususnya oleh owa Jawa dan lutung hitam untuk melakukan aktivitasnya. selain karena cukup banyak makanan yang tersedia juga karena daerah tersebut merupak-an daerah Core area dari owa Jawa.

di daerah kanopi juga terdapat satu pohon yang sering digunakan untuk pohon tidur dan sebagai pohon pak-an oleh owa Jawa maupun oleh lutung hitam terse-but. Pohon tersebut merupakan pohon Kiara Payung (ficus procera) dan pohon ini merupakan salah satu pohon pengikat dari jembatan kanopi. Pohon terse-but sering digunakan oleh owa Jawa maupun lutung hitam sebagai lokasi pohon tidur, karena selain pohon tersebut sebagai pohon pakan dari kedua satwa terse-but, juga pohon tersebut tidak memiliki tajuk yang ber-kesinambungan. Primata umumnya memiliki strategi pemilihan pohon tidur yang tidak memiliki tajuk yang berkesinambungan salah satunya yaitu untuk menghi-dari menghi-dari predator (pemangsa).

selain buah ficus yang menjadi makanan owa Jawa, ada juga buah Kihaji (dysoxylum macrocarpum) yang merupakan salah satu buah kesukaan dari satwa ini. Pohon tersebut banyak dijumpai didaerah kanopi. Kadang-kadang terlihat apabila satu kelompok owa Jawa melakukan aktivitas di daerah tersebut maka kelompok owa Jawa yang lain akan menggunakan juga daerah tersebut. dan apabila kelompok tersebut telah pergi dari areal tersebut, maka kelompok yang lain akan masuk kedalam areal tersebut.

Karena cukup banyak pohon-pohon yang memiliki tajuk berkesinambungan didaerah tersebut, sangat memudahkan owa Jawa melakukan pergerakan. umumnya owa Jawa dalam melakukan pergerakan-nya sangat mengandalkan kedua tungkai depan untuk pindah dari satu dahan ke dahan yang lain. Pergerakan semacam ini dinamakan Brachiasi. didaerah hutan bambu jarang ditemukan satwa primata. selain karena habitat tersebut tidak cocok untuk satwa primata, juga karena jalur tersebut me-mang jarang digunakan dalam kegiatan studi ini. 3. Waktu Perjumpaan empat Jenis Primata di PPKA Bodogol

Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa waktu perjump-aan keempat jenis primata tersebut terjadi pada siang hari (antara pukul 10:00-12:00). Waktu tersebut bukan merupakan waktu yang dijadikan patokan untuk melihat satwa. Pengunjung biasanya datang dan melakukan ke-giatan masuk ke lokasi dimulai pukul 09:00 WiB. Karena waktu yang digunakan pengunjung untuk masuk hutan pada waktu tersebut, ada kemungkinan waktu perjump-aan pada satwa terjadi pada siang hari.

sesungguhnya waktu yang paling tepat untuk melihat satwa ialah pada pagi dan sore hari, karena waktu-waktu tersebut merupakan puncak dari aktivitas satwa di hutan. umumnya satwa primata untuk melakukan aktivitasnya di mulai pagi hari dan biasanya pula ak-tivitas yang dilakukan ialah makan. Pada siang hari umumnya istirahat dan sore hari aktivitasnya menin-gkat terutama dalam mencari makan. sore hingga menjelang senja hari, aktivitas makan meningkat,

karena dibutuhkan energi yang cukup selama istirahat (tidur) sampai keesokan harinya.

Jadi ada kemungkinan waktu antara pukul 11:00-13:00 merupakan waktu istirahat dari empat jenis primata tersebut. Tetapi karena kehadiran pengun-jung di hutan, mengakibatkan satwa-satwa tersebut bergerak pindah dan ada kemungkinan mengganggu aktivitasnya, khususnya waktu istirahat.

umumnya dalam dunia primata, aktivitas istirahat ber-langsung pada siang hari. selain digunakan untuk tidur juga digunakan untuk melakukan aktivitas sosial antar individu dalam kelompok. Aktivitas sosial yang dilaku-kan dapat berupa perilaku grooming (menelisik/mencari dan megambil sesuatu dari kulit). Perilaku tersebut me-nyerupai jika seseorang mencari kutu. selain itu aktivitas sosial yang dilakukan ialah kopulasi (kawin), Agonistik (bentuk emosional yang ditimbulkan dan ditujukan dari satu individu terhadap individu lainnya,atau dari satu kelompok dengan kelompok lain. Bentuknya dapat berupa kontak langsung seperti memukul, mencakar dll dan dapat juga tanpa kontak, seperti bersuara dan dengan mimik. Aktivitas sosial lainnya yaitu bermain. ini biasanya dilakukan oleh individu tingkatan anak. 4. Jumlah Pengunjung ideal untuk dapat melihat empat Jenis Primata

salah satu tujuan yang akan dicapai didalam studi ini yaitu melihat keberhasilan pengunjung di dalam melihat satwa di Pusat Pendidikan Konservasi alam Bodogol. untuk dapat menjawab ini tentunya hal ini berhubungan dengan jumlah pengunjung yang ideal untuk masuk kedalam hutan.

Jenis primata Waktu Perjumpaan

06-08 08-10 10-12 12-14 14-16 16-18 Jumlah

owa jawa 3 12 15 7 2 1 40

lutung 1 3 4 4 2 1 15

surili - 2 - - - 1 3

monyet ekor panjang 1 - 1 - - - 2

Jumlah 5 17 20 11 4 3 60

frekuensi 0,08 0,28 0,34 0,18 0,07 0,05 1

% 8 28 34 18 7 5 100

untuk mengetahui jumlah pengunjung ideal yang ber-hubungan dengan keberhasilan tamu melihat satwa, dikelompokkan kedalam 3 kelompok yaitu pengunjung yang berjumlah 1-5 orang, 5-10 orang dan 10-15 orang. Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa jumlah pengunjung yang ideal apabila pengunjung untuk melihat satwa ialah 1-5 orang. Ada beberapa faktor penyebab jumlah 1-5 orang pengunjung sukses melihat satwa. Jumlah pen-gunjung 1-5 orang dalam 1 kelompok setiap kunjun-gan merupakan jumlah yang sangat dianjurkan didalam pengelolaan pengunjung di PPKA Bodogol. selain karena dalam penyampaian materi pendidikan konservasi lebih efektif, tingkat kebisingan pengunjung yang dapat me-nyebabkan takutnya satwa di lokasi dapat ditekan. satwa yang paling sering dijumpai pengunjung yaitu owa jawa. Hal ini sesuai dengan tabel 1. Bahwa berdasarkan tase perjumpaan, satwa ini memang paling besar persen-tasenya dibandingkan jenis primata lainnya.

5. respon Pengunjung terhadap empat Jenis Primata dan respon Primata terhadap Pengunjung.

Jenis primata Jumlah tamu Jumlah

1-5 5-10 10-15

owa jawa 27 12 1 40

lutung 13 2 - 15

surili 3 - - 3

monyet ekor panjang 1 - 1 2

Jumlah 44 14 2 60

frekuensi 0,74 0,23 0,03 1

% 74 23 3 100

Tabel 4. Persentase Jumlah Pengunjung Ideal Untuk Dapat Melihat Empat Jenis Primata di PPKA Bodogol

dalam mengetahui apakah ada dampak yang ditim-bulkan oleh kehadiran pengunjung ke PPKA Bodogol dapat dilihat dari respon satwa terhadap kehadiran pengunjung. disini akan dibahas mengenai respon pengunjung yang diam apabila melihat satwa dan bagaimana respon dari satwa tersebut, apakah takut atau tidak. Begitu pula apabila pengunjung bersuara apakah membuat takut atau tidak.

untuk respon pengunjung yang diam terdiri dari diam karena terpesona atau diam karena mengamati obyek. respon pengunjung bersuara terdiri dari ber-suara karena terkejut atau berber-suara karena meng-ganggu satwa. untuk respon satwa yang takut dapat diartikan takut sembunyi atau takut melarikan diri. dan respon satwa tidak takut dapat diartikan satwa tersebut pada saat terlihat oleh pengunjung akan diam saja dan tetap melakukan aktivitasnya atau karena satwa tersebut tidak melihat kehadiran pengunjung. Berdasarkan tabel 5, terlihat bahwa respon pengun-jung yang diam (17%) pada saat melihat keempat

Jenis primata respon pengunjung respon satwa Jumlah

diam Bersuara Takut Tidak takut

owa jawa 14 25 17 21 77

lutung 5 10 12 3 30

surili 1 2 3 - 6

monyet ekor panjang - 2 1 1 4

Jumlah 20 39 33 25 117

frekuensi 0,17 0,34 0,28 0,21 1

% 17 34 28 21 100

Tabel. 5. Respon Pengunjung terhadap Empat Jenis Primata dan Respon Keempat Jenis Primata terhadap Keha-diran Pengunjung di PPKA Bodogol

jenis primata menunjukkan respon satwa yang takut lebih besar persentasenya (28%). Hal ini menunjuk-kan walaupun pengunjung tidak bersuara, tetapi dengan hanya kehadiran pengunjung dapat mem-pengaruhi satwa, hal ini ditandai dengan masih ta-kutnya satwa apabila berjumpa dengan manusia. meskipun pengaruhnya tidak terlalu besar (berdasar-kan persentasenya). Hal ini kemungkinan disebab(berdasar-kan karena memang kehidupan dari satwa tersebut liar dan apabila berjumpa dengan manusia mereka akan takut. Tetapi untuk jenis owa jawa yang terlihat di ta-bel 5, walaupun pengunjung bersuara tetapi satwa tersebut tidak takut (dilihat dari persentasenya). Hal ini menunjukkan satwa ini memang sudah sedikit terbiasa dengan kehadiran manusia. Karena kebetulan pula jalur yang sering di pergunakan pengunjung melewati core area owa Jawa, jadi ada kemungkinan perjump-aan dengan satwa ini akan lebih sering terjadi. Apabila pengunjung bersuara berdasarkan tabel 5, respon satwa takut (28%) lebih besar dibandingkan respon satwa yang tidak takut (21%). ini menunjuk-kan bahwa dengan keributan yang ditimbulmenunjuk-kan oleh pengunjung pada saat kunjungan menimbulkan pen-garuh yang berarti terhadap keempat satwa primata di PPKA Bodogol.

secara garis besar dapat dikatakan bahwa perilaku pengunjung yang memasuki kawasan hutan ma-sih besar persentase ributnya (34 %) dibandingkan dengan diamnya (17 %), sehingga persentase pri-mata lebih cenderung merasa takut akan lebih besar (28%) dibandingkan dengan yang merasa tidak takut (21%). Hal ini jelas bahwa dengan perilaku-perilaku pengunjung semacam itu dapat mempengaruhi akti-vitas primata-primata tersebut.

KesimPulAn dAn sArAn

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan persentase perjumpaan, pengun-jung lebih sering menjumpai owa Jawa diban-dingkan ketiga jenis primata lain yang ada di PPKA Bodogol.

2. dari ke tujuh lokasi yang dipergunakan keem-pat jenis primata untuk melakukan aktivitasnya,

daerah kanopi yang lebih sering dimanfaatkan oleh primata khususnya owa Jawa dan lutung hitam dalam melakukan aktifitasnya.

3. selama studi dilakukan, ternyata waktu per-jumpaan terhadap keempat jenis primata, lebih banyak berlangsung antara pukul 10:00 –12:00. Waktu ini sangat berpengaruh terha-dap waktu kunjungan ke PPKA Bodogol. 4. Jumlah pengunjung ideal yang memiliki

kesem-patan terbesar untuk menjumpai satwa ialah dengan jumlah pengunjung antara 1-5 orang dalam setiap kelompok.

5. secara umum dapat dikatakan bahwa respon yang ditimbulkan oleh kehadiran pengunjung ke dalam hutan mempengaruhi aktivitas keem-pat jenis primata di PPKA Bodogol.

B. Saran

1. Perlu dilakukan studi jangka panjang (moni-toring) untuk mengetahui bentuk dan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan program di PPKA Bodogol.

2. Perlu dilakukan pengaturan jumlah dan waktu bagi pengunjung untuk setiap kelompok yang masuk kedalam hutan.

3. Peraturan-peraturan yang diberlakukan kepada pengunjung, seperti setiap kunjungan ke PPKA Bodogol suara-suara yang ditimbulkan pengun-jung dapat diminimalkan.

4. untuk memaksimalkan peran PPKA Bodogol, maka perlu diadakan stasiun Penelitian yang programnya dapat bersinergis dengan kegiatan-kegaitan yang dilakukan di PPKA Bodogol.

Studi Pemilihan Pakan Alami dan