• Tidak ada hasil yang ditemukan

Populasi dan Kepadatan Owa jawa

Siti Zulfah

A. Populasi dan Kepadatan Owa jawa

1. Keluarga dan Komposisi

Berdasarkan hasil penelitian di Bodogol panjang total jalur adalah 209.400 m. sembilan jalur yang dikelom-pokkan menjadi dua kelompok, yaitu; jalur A dan B. masing-masing jalur tersebut dilakukan pengulangan sebanyak: Kanopi (28 kali), Afrika (24 kali), Tepus (19 kali), rasamala (21 kali), Cipadaranten (23 kali), Cipan-yairan i (14 kali), CipanCipan-yairan ii (14 kali), Bambu-dam (16 kali) dan Tangkil (12 kali). Pada daerah jalur A dan B dengan menggunakan dua metode ditemukan sembilan kelompok keluarga owa jawa yang berjumlah 35 indi-vidu (tabel 1). sembilan kelompok keluarga owa jawa tersebut mempunyai karakter dan prilaku yang spesifik. Kelompok keluarga owa jawa yang terdapat di Bodogol masing-masing keluarga terdiri antara 2-6 individu dan 2-3 individu. rata-rata total keluarga terdiri atas 3-4 in-dividu. Kelompok tersebut adalah:

no Keluarga/jalur f m sA J i u Jumlah 1 rasamala 1 1 1 1 1 1 6 2 Afrika-Tepus 1 1 - - - - 2 3 Kanopi 1 1 1 1 - 1 5 4 Cipadaranten a 1 1 1 1 1 1 6 5 Cipadaranten b 1 1 1 - 1 - 4 6 Cipanyairan i 1 1 - - 1 - 3 7 Cipanyairan ii 1 1 - - 1 - 3 8 Bambu-dam - - - 3 3 9 Tangkil - - - 3 3 Total 7 7 4 3 5 9 35 Keterangan : f : female (Betina) m : male (Jantan) sA : sub Adult (remaja) J : Juvenile (Anak-anak) i : infant (Bayi) u : unknown

1,2,3,4,5 : Kelompok Keluarga di Jalur A 6,7,8,9 : Kelompok Keluarga di Jalur B

dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (1992) di TnGP resot Cibodas, Bodogol dan situ Gunung mengenai aspek ekologi owa jawa dan studi habitat, menyebutkan komposisi keluarga yang terdapat di resot Bodogol yaitu Tugu luhur; Bend-ungan; Tangkil dan Pasir manunggang, komposisi owa terdiri masing-masing: tiga individu, dua individu, em-pat individu, tiga individu dan emem-pat individu.

Balai Taman nasional Gunung Gede Pangrango (2002) menyebutkan komposisi keluarga yang terdapat di sub seksi Bodogol (Pos Bodogol, Pos Cisarua, Pos Cimande) yaitu: Cisuren terdiri atas tiga keluarga (tiga individu, dua individu, tiga individu), Pasir Buntung ada tiga keluarga terdiri atas (tiga individu, satu individu, satu individu), dam (dua individu) dan Pasir Peuteuy terdiri atas dua keluarga yang masing-masing terdiri atas dua individu.

Hasil tersebut diatas menunjukkan bahwa keluarga owa hidup dalam satu keluarga yang kecil, paling banyak enam individu dalam satu keluarga. sesuai dengan pernyataan napier & napier (1967) dalam ladjar (1996:12) bahwa, owa jawa umumnya be-ranggotakan dua sampai enam individu yang terdiri atas sepasang induk jantan dan betina dan individu anak, tetapi jumlah normal keluarga owa jawa tiga individu, sedangkan menurut nowak (1991) dalam Prasetyaning rum (1998:63) bahwa satu keluarga owa terdiri atas tiga atau empat individu tetapi tidak jarang juga individu soliter yang umumnya adalah individu pradewasa yang baru saja terpisah dari keluarganya dan belum mempunyai teritori sendiri, sedangkan pasangan yang tanpa anak adalah pasangan yang baru berkeluarga atau pasangan yang sudah menya-pih anaknya. Hal tersebut dapat dimengerti karena owa dari marga Hylobates lainnya menganut sistem monogami, yaitu hanya terdapat satu pasang jantan dan betina dewasa ditambah satu sampai tiga individu muda dalam keluarga (Tenaza, 1975:68).

owa-owa yang tidak terbiasa dengan kehadiran peneliti, jantan dewasa akan mengeluarkan suara diikuti oleh anggota keluarga lainnya sambil berayun-ayun kebatang pohon yang lain sampai tidak terlihat lagi, sedangkan jantan dewasa tetap mengawasi ke-mudian mengambil jalan pintas dan menghilang.

owa-owa yang tidak teridentifikasi adalah owa-owa muda yang sedang mencari pasangannya atau tidak teridentifikasi karena gerakan mereka yang cepat, se-hingga agak sulit untuk dapat melihat jenis kelamin. Berdasarkan bentuk badannya jenis kelamin owa su-lit dibedakan antara jantan dan betina (marshall & soegardjito, 1968: 140).

2. Kepadatan

Kepadatan total owa jawa yang diperoleh dari hasil penelitian disembilan jalur penelitian adalah seban-yak 21 individu/km² (0,21 individu/ha), jika diband-ingkan kepadatan masing-masing kelompok jalur ter-lihat ada perbedaan. Pada keluarga jalur A sebanyak 14 individu/km² (0,14 individu/ha) dan jalur B seban-yak 7 individu/km² (0,07 individu/ha).

Penelitian Purwanto (1992), tidak menyebutkan ke-padatan populasi di resot Bodogol dan selabintana, hanya komposisi populasi saja, namun pada pene-litian Balai TnGP (2002) menyebutkan bahwa ke-padatan populasi di resot Bodogol sebanyak 0,551 individu/ha dengan jumlah populasi sebanyak 32 individu dengan jumlah keluarga terdiri 2-4 individu. data yang didapatkan BTnGP (2002) berbeda diband-ingkan dengan hasil penelitian, walaupun penelitian pada tempat yang sama yaitu resot Bodogol namun peneliti hanya melakukan di kawasan Bodogol ter-masuk didalamnya PPKAB sedangkan penelitian yang dilakukan BTnGP (2002) mencakup tiga pos jaga yaitu Pos Bodogol, Pos Cimande dan Pos Cisarua maka dapat dilihat perbedaan luas didaerah yang diteliti, selain itu perbedaan tersebut terjadi karena hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah kepadatan lokal individu/km² (0,07 individu/ha).

Kepadatan owa jawa yang diperoleh dari hasil pene-litian secara tidak langsung berdasarkan suara dis-embilan jalur penelitian didapatkan titik keberadaan owa jawa terbanyak terdapat dikelompok jalur A. owa pada kelompok jalur A, kepadatan dan titik keberadaannya lebih tinggi walaupun pada jalur ini merupakan jalur yang mempunyai aktivitas pengun-jung yang tinggi, tidak mempengaruhi keberadaan owa jawa. owa jawa pada jalur ini cenderung

terbia-sa dengan kehadiran manusia maka tidak mengalami kesulitan dalam penghitungan jumlah individu. se-lain itu vegetasi juga sangat mendukung keberadaan owa jawa. Vegetasi pada kelompok keluarga jalur A sangat mendukung dengan banyak tersedia pohon pakan. Berdasarkan penelitian usman (2003:31) mengenai perilaku kewaspadaan owa jawa di ka-wasan Bodogol menyebutkan bahwa jalur aktivitas tinggi kehadiran peneliti tidak membuat owa jawa meningkatkan perilaku kewaspadaan dan deteksi awal yang terjadi cenderung lebih rendah. Habituasi owa jawa diduga karena kunjungan manusia di jalur tersebut bukan suatu ancaman yang menyebabkan kematian bagi owa jawa.

owa jawa pada kelompok jalur B, kepadatan dan titik keberadaannya cenderung sedikit. Kelompok keluarga jalur B ini sangat sulit ditemukan dan bila bertemu sulit juga mengidentifikasinya karena owa jawa di jalur ini tidak terbiasa dengan kehadiran peneliti. Berdasarkan penelitian usman (2003:33) menyebutkan bahwa owa jawa yang berada pada jalur aktivitas rendah cernderung lebih waspada terhadap peneliti dibandingkan owa jawa yang be-rada pada jalur aktivitas tinggi. Hal ini diduga karena tingkat kunjungan masih relatif rendah sehingga ke-hadiran peneliti dianggap sebagai gangguan besar

no Jalur Pohon rata-rata buah (%)

Tinggi rendah

1 Afrika Afrika (maeopsis emini) 50

leungsir (Pometia pinnata) 27,6

Kokosan monyet (dysoxylum aliaceum) 10

Kopo (eugenia densiflora) 10

2 Kanopi Kihaji (dysoxylum macrocarpum) 20,5

leungsir (Pometia pinnata) 60

saninten (Castanopsis argentea) 29,5

leungsir (Pometia pinnata) 18,5

3 Cipadaranten Kopeng (ficus ribes) 57

Kopeng (ficus ribes) 15

manggong (m. rizonoides) 42

manggong (m. rizonoides) 30

Tabel 2 : Sensus jalur pakan yang terdapat dijalur A

yang mengancam hidup owa jawa. nijman (2001) dalam usman (2003:33) menyebutkan respon yang biasanya terjadi jika owa bertemu manusia adalah melarikan diri.

selain itu berdasarkan analisa vegetasi yang dilaku-kan oleh diarto (2003) dalam penelitian mengenai vegetasi pakan surili di stasiun Penelitian Bodogol menyebutkan bahwa vegetasi pada kelompok jalur B didominasi oleh pohon masa depan yang sebanyak (51,21%), kemudian pohon masa lalu (31,4%), dan pohon masa kini (17,39%). Tingginya persentase po-hon pakan yang termasuk kedalam kategori popo-hon masa depan menguatkan hasil analisa vegetasi bah-wa ketersediaan pohon pakan obah-wa dimasa depan masih terjamin. namun jika habitat di kawasan ini terus dijaga dari kerusakan dan penyusutan habitat, maka dapat diperkirakan pakan dimasa depan bagi owa dihutan Bodogol akan tersedia dalam jumlah yang cukup banyak.

dalam analisa dinamika struktur hutan dan komposisi pohon, Halle et al (1976) dalam diarto (2003) meng-golongkan pohon berdasarkan penampakan arsitek-turnya, ukuran dan sifat penampilan (fisiognomi). membagi pohon-pohon menjadi tiga, yaitu pohon masa mendatang, pohon masa kini dan pohon masa

lalu. Pohon masa depan adalah pohon yang mempu-nyai potensi untuk berkembang lebih lanjut. Pohon masa kini adalah pohon yang sedang berkembang secara penuh dan pohon masa lalu merupakan po-hon yang sudah melewati masa dewasa dan berang-sur-angsur mengalami kerusakan.

Pohon masa depan (Tree of the future) mempunyai percabangan terendah dibawah dari setengah tinggi total tegakkan. sebagian besar pohon-pohon terse-but masih belum dapat menghasilkan buah. Pohon masa kini (tree of the present) sudah mengalami per-tumbuhan lagi atau perper-tumbuhan sudah melambat. Pohon-pohon masa kini berada dalam fase sejarah hidupnya yang paling penting untuk berbunga dan berbuah. Pohon masa lalu mencakup pepohonan yang hampir mati hingga yang sudah mati. mempu-nyai tajuk yang datar dan batang bebas cabang yang tinggi, sistem percabangannya mulai mengalami pembusukan dan komunitas epifitnya sedang dalam tahapan tertinggi pada perkembangannya.