• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Kanopi

Perilaku Kelompok Owa Jawa

F. Penggunaan Kanopi

dalam melakukan aktivitas hariannya, yaitu makan, pergerakan, istirahat, aktivitas sosial dan bersuara, ke-lompok owa jawa di hutan rasamala menggunakan strata kanopi pohon yang berbeda pada setiap aktivita-snya. Aktivitas makan lebih sering dilakukan pada strata kanopi ii (54,3%), saat aktivitas pergerakan lebih sering menggunakan strata kanopi i (75,9%), untuk beristira-hat kelompok owa tersebut memilih untuk menggu-nakan strata kanopi ii (71,1%) dan untuk melakukan aktivitas sosial menggunakan strata kanopi ii (57,2%). Pada saat melakukan aktivitas makan, setiap indi-vidu menggunakan strata ketinggian yang berbeda di atas pohon. Jantan dewasa lebih sering meng-gunakan strata iii (58,7%), betina dewasa, individu remaja dan anak lebih sering menggunakan strata ketinggian ii. dalam melakukan aktivitas pergerakan, kelompok owa jawa di hutan rasamala lebih sering menggunakan strata kanopi i dan ii. Pada saat istira-hat semua individu lebih sering menggunakan strata kanopi ii daripada kelas strata lainnya.

PemBAHAsAn

Aktivitas harian owa jawa rata-rata dimulai pada pu-kul 05.30, namun kadang-kadang dimulai pada pupu-kul 06.00, dengan rata-rata lama waktu aktivitas 11,6 jam. di hutan Cikaniki, kelompok owa jawa mengawali ak-tivitas hariannya dengan bersuara pada pukul 04.20-05.15 dan mulai keluar dari pohon tidur pukul 06.20. namun tidak setiap hari aktivitas kelompok owa jawa diawali dengan bersuara (morning call) (ladjar 1996). Variasi waktu memulai aktivitas harian owa jawa di-pengaruhi kondisi cuaca waktu pagi hari. Beberapa hari pengamatan tercatat hujan dan mendung di pagi hari, terkadang berkabut, dengan kisaran suhu udara antara 20°-21°C. duma (2007) mencatat rata-rata waktu aktivi-tas harian kelompok kalawet (H. agilis) di Tn. sebangau adalah 10 jam 34 menit + 27 menit, sedangkan H. lar rata-rata aktif selama 8-9 jam per hari (Palombit, 1997). Kelompok owa jawa yang diamati mempunyai proporsi waktu aktivitas harian 41,2 % aktivitas makan, 13,9 %

aktivitas pergerakan, 37,1 % istirahat, 1,9 % aktivitas sos-ial dan 5,9 % bersuara. Keadaan ini berbeda dengan pro-porsi waktu aktivitas harian kelompok owa jawa yang ada di hutan Cikaniki, Tn. Gunung Halimun-salak. Kelompok owa tersebut mempunyai proporsi waktu 30,7% untuk aktivitas makan, 35,4% aktivitas bergerak, 33,3% istira-hat, 0,6% aktivitas sosial dan 0,31% aktivitas bersuara. Berdasarkan hasil uji t terhadap proporsi waktu ak-tivitas harian kedua kelompok owa tersebut, pola aktivitas harian kedua kelompok tersebut memper-lihatkan perbedaan yang nyata pada taraf uji 0,05 (t-Test(n=5) = 2,56 > t (0.05;df=4) = 2,13). Ke-lompok owa jawa di hutan Cikaniki berjumlah empat individu dengan komposisi satu jantan dewasa, satu betina dewasa, individu jantan pradewasa dan indivi-du anak. Hal yang menyebabkan perbedaan proporsi waktu aktivitas harian pada kedua kelompok owa tersebut antara lain komposisi pakan yang dikon-sumsi kelompok tersebut dan kelimpahan sumber pakan dalam habitatnya. Pola konsumsi dan kelimpa-han jenis pakan akan mempengaruhi pola pergerakan dan perilaku menjelajah (ranging behavior). Perubahan proporsi penggunaan waktu aktivitas harian dan ekologi makan merupakan respon pertama satwaliar terhadap perubahan, kerusakan dan fragmentasi habitat (umapa-thy and Kumar 2000). Hal tersebut antara lain disebab-kan perubahan komposisi jenis vegetasi, ketersediaan pakan, ukuran kelompok dan struktur habitat. fragmen-tasi dan perusakan habitat menyebabkan menurunnya kersediaan pakan (scott 1998).

Aktivitas harian pada dua kelompok owa jawa mem-perlihatkan adanya perbedaan yang nyata antara ke-lompok owa yang hidup pada habitat hutan primer (tidak terganggu) dengan yang hidup pada hutan yang terganggu. Kakati (2004) mencatat ada perbedaan proporsi penggunaan aktivitas harian pada kelompok-kelompok Hylobates hoolock di india yang hidup pada kondisi habitat yang berbeda. Pada kelompok yang tinggal di habitat yang terganggu dan terfragmenta-si, hampir sebagian waktu aktivitas hariannya (52%) digunakan untuk istirahat, 23,3% untuk pergerakan, 20,5% untuk makan dan hanya 0,4% waktu yang di-gunakan untuk melakukan aktivitas sosial. Hal terse-but disebabkan antara lain oleh perbedaan komposisi pakan yang dikonsumsi oleh kedua kelompok tersebut. Perilaku tersebut merupakan strategi adaptasi dalam menyiasati kondisi habitat yang miskin sumber pakan.

Aktivitas makan pada kelompok owa jawa di hutan rasamala mempunyai proporsi waktu 41,2% dari total aktivitas hariannya, dimulai sesaat setelah ke-lompok tersebut (jantan dewasa dan betina dewasa) melakukan aktivitas bersuara pagi (morning call). Ak-tivitas makan pertama dilakukan dengan memanfaat-kan sumber pamemanfaat-kan yang ada di pohon tidur. Aktivitas makan berlangsung sepanjang hari diselingi dengan aktivitas penjelajahan dan istirahat. Proporsi waktu makan pada kelompok owa di hutan rasamala lebih besar daripada proporsi waktu makan kelompok owa di hutan Cikaniki 30,7% (ladjar, 1999) dan owa jawa kelompok kanopi di hutan primer Bodogol (32%) (fithriyani 2007). Hal ini terkait dengan perbedaan komposisi pakan yang dikonsumsi oleh kedua ke-lompok owa tersebut. Keke-lompok owa di hutan rasa-mala lebih banyak mengkonsumsi daun sedangkan kelompok owa di hutan Cikaniki dan Bodogol lebih banyak mengkonsumsi buah. Komposisi pakan owa jawa di hutan rasamala adalah daun 48,52%. Bunga 43,15% dan buah 8,33%. sebagai satwa frugivo-rous, komposisi pakan tersebut diluar kebiasaannya. Hal ini berbeda dengan kelompok owa jawa di hutan Cikaniki lebih banyak mengkonsumsi buah (85,45%) selain daun (9,86%), epifit (2,8%), batang (1,5%), dan serangga (0,34%) (ladjar 1996), dan kelompok kanopi di hutan primer Bodogol 78% buah dan 22% daun (fithriyani 2007), sedangkan kelompok H. agi-lis di Tn. sebangau mengkonsumsi 73% buah, 16% daun, 10% bunga dan 1% komponen lainnya (duma, 2007). Kelompok H. hoolock di india mengkonsumsi 58% buah dan ficus, 29% daun, 5,4% bunga dan 6% hewan invertebrata (Kakati, 2004).

Terkait dengan pola makan satwa frugivorous, fleagle (1988) menyatakan bahwa sebagai satwa frugivorous, kelompok Hylobates mempunyai sistem pencernaan monogastrik, sehingga tidak mampu mencerna sumber pakan dengan kandungan serat yang tinggi. dengan demikian bagi kelompok owa jawa di hutan rasamala memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencerna pakannya yang berupa daun. Padahal untuk mendapat-kan energi secara cepat owa memerlumendapat-kan asupan kom-ponen pakan yang cepat diubah menjadi energi, yaitu buah (duma 2007). Proporsi penggunaan waktu aktivi-tas untuk melakukan pergerakan hanya 13,9%, sedang-kan proporsi waktu aktivitas pergerasedang-kan pada kelompok owa di hutan Cikaniki mencapai 35,4%.

Aktivitas pergerakan dilakukan terutama bertujuan untuk mencari sumber pakan. mengingat sebaran sumber pakan owa yang lebih banyak mengkon-sumsi daun, di hutan rasamala tersebar merata, maka kelompok tersebut tidak perlu melakukan perjalanan yang jauh. selain itu, pakan daun memerlukan waktu lebih lama untuk dicerna dibandingkan dengan buah, sehingga mengurangi aktivitas pergerakan merupak-an pilihmerupak-an strategi dalam menyikapi sedikitnya pilihmerupak-an sumber pakan buah dan untuk menghemat energi. Panjang jelajah harian kelompok owa jawa yang dia-mati relatif pendek jika dibandingkan dengan pan-jang jelajah harian kelompok owa lainnya. rata-rata jelajah harian kelompok owa jawa di hutan rasamala adalah 645 meter, dengan jarak terpendek 240 meter dan terpanjang 861 meter. Kelompok owa jawa di hutan Cikaniki mempunyai rata-rata panjang jelajah harian 560 m. Jarak ini lebih pendek dari beberapa jenis Hylobates lainnya, yaitu H. lar 1,5 km; H. Agilis 1,3 km, dan H. agilis 0,9 km (Chivers, 2001). masa istirahat biasanya dilakukan karena beberapa alasan, yaitu untuk memberi kesempatan terjadinya proses fisiologis mencerna pakan yang dikonsumsi, dan kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, sep-erti saat panas matahari pada siang hari atau saat hujan turun. Kelompok owa jawa di hutan rasamala mempunyai proporsi waktu istirahat 37,1% dari total aktivitas hariannya, sedangkan owa jawa di hutan Ci-kaniki 33,3% (ladjar, 1996) dan kelompok owa jawa di hutan primer Bodogol 32% (fithriyani, 2007). Pada beberapa kelompok owa yang diamati memperlihat-kan proporsi waktu yang hampir sama bahmemperlihat-kan lebih besar dari kelompok owa di hutan rasamala. Pada kelompok hoolock di india yang hidup pada habitat sempit dan terfragmentasi, proporsi waktu istirahat-nya adalah 52% (Kakati, 2004), serudung (Hylobates lar) yang hidup di areal bekas tebangan di malay-sia dilaporkan menggunakan hanya sedikit proporsi waktu aktivitas hariannya untuk makan, bergerak dan aktivitas sosial, dan lebih banyak digunakan un-tuk istirahat (Johns 1981, 1986).

Besar-kecilnya proporsi waktu istirahat pada suatu kelompok primata antara lain dipengaruhi oleh pola konsumsi pakan setiap jenis. Berdasarkan hasil uji analisis korelasi spearman, ada korelasi negatif yang signifikan pada taraf uji 0,01 antara aktivitas makan

dengan istiahat (rs n=5 (0,01;df=16) = - 0,819). Artinya tingginya proporsi waktu aktivitas makan mempengaruhi proporsi waktu istirahat. Hal ini ter-kait dengan pola konsumsi pakan berupa daun yang proporsinya lebih besar daripada pakan buah. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa bila suatu jenis primata yang dalam komposisi pakannya lebih besar daun dari bagian pohon lainnya, maka waktu istirahatnya lebih lama (John, 1986; Kakati, 2004). mengingat proses mencerna pakan daun me-merlukan waktu lebih lama dan meme-merlukan energi yang lebih banyak (Chivers, 1998; Waterman dan Choo, 1981). Kakati (2004) menyebutkan bahwa pe-rubahan pada pola aktivitas ada hubungannya den-gan pola konsumsi pakan daun yang lebih banyak dari pada bentuk pakan lainnya. Pola konsumsi pada kelompok owa yang diamati juga berpengaruh pada proporsi waktu aktivitas sosial yang hanya 1,9% dari total aktivitas hariannya, namun tidak signifikan. dari aktivitas sosial yang dilakukan, proporsi waktu aktivitas bermain paling tinggi (91,18%) dibanding-kan dengan aktivitas social lainnya, yaitu berkutuan (5,88%) dan kawin (2,56%). Aktivitas bermain pada umumnya dilakukan oleh individu muda (anak dan remaja). Pada kelompok owa jawa di hutan Cikaniki, aktivitas bermain mempunyai proporsi waktu 15,09% dan berkutuan 16,98% (ladjar 1996). Pada kelompok Hylobates lar di Tn. Khao Yai, Thailand, aktivitas ber-main mempunyai proporsi waktu 29% dari total waktu aktivitas sosial dan dilakukan oleh individu anak dan remaja (Bartlett, 2003).

selain aktivitas bermain, tercatat pula aktivitas berkutuan dan kopulasi. Kedua aktivitas tersebut mempunyai pro-porsi waktu yang kecil, masing-masing hanya 1,2% dari total aktivitas sosial. rendahnya aktivtas sosial pada ke-lompok owa jawa mengindikasikan rendahnya tingkat interaksi sosial antar individu kelompok. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh kondisi habitat yang mempu-nyai potensi sumber pakan yang rendah dan banyaknya gangguan dari luar, seperti aktivtas manusia. studi yang dilakukan pada tiga jenis owa, yaitu H. agilis (Gittins an reamakers, 1981); H. klossi (Whiten, 1984) dan H. agilis (leighton, 1987) tidak mencatat adanya aktivitas sosial pada ketiga jenis tersebut (Bartlett, 2003). Bersu-ara pagi (morning call) dilakukan sejak pukul 05.30 pagi dengan proporsi waktu 5,9% dari total waktru aktivitas

hariannya. namun jika cuaca mendung dan kabut tebal, morning call baru dilakukan pada pukul 06.00-07.00. Pada kelompok owa jawa di hutan Cikaniki morning call dilakukan pada pukul 04.20 hingga pukul 05.15 (lad-jar 1996). namun tidak setiap hari aktivitas harian di-awali dengan aktivitas bersuara. faktor cuaca pagi yang kadang-kadang hujan, dan juga suhu udara pagi yang berkisar antara 20oC-21oC turut mempengaruhi waktu awal melakukan aktivitas bersuara. Pada kalawet yang hidup di habitat hutan gambut dilakukan lebih awal, yaitu pada pukul 05.00 (duma 2007).

Perilaku bersuara selain berfungsi sebagai penan-daan wilayah jelajah suatu kelompok, juga sebagai tanda (alarm) apabila kelompok tersebut mendapat ancaman bahaya atau bila kelompok tersebut berte-mu dengan kelompok lain. naberte-mun dalam penelitian-nya (usman 2007) menyebutkan bahwa respon awal kelompok owa jawa di daerah dengan tingkat aktivi-tas tinggi terhadap gangguan dan kehadiran manu-sia lebih rendah. Habitat owa jawa di hutan rasamala termasuk ke dalam daerah dengan aktivitas tinggi. mengingat daerah tersebut merupakan jalur wisata yang sering dikunjungi manusia. Terkait dengan ren-dahnya frekuensi aktivitas bersuara, usman (2007) juga mencatat bahwa respon owa yang terdapat di daerah dengan aktivitas tinggi terhadap gang-guan lebih banyak diam (62,35%) atau melarikan diri tanpa bersuara (18,62%) dan hanya 1,21% ke-lompok tersebut merspon gangguan dengan cara berlari sambil bersuara. dalam melakukan aktivitas makan jantan dewasa lebih sering menggunakan strata kanopi iii, sementara individu lainnya lebih sering menggunakan strata kanopi ii. Hal tersebut merupakan strategi jantan dewasa agar lebih cepat mendeteksi kehadiran pemangsa atau kelompok lain yang akan datang mendekat.

dalam melakukan pergerakan, kelompok owa jawa di hutan rasamala owa jawa lebih sering menggunakan strata i dan ii. Hal tersebut terkait dengan struktur per-cabangan dan lebar tajuk pohon rasamala yang men-dominasi habitatnya. lebar tajuk pohon rasamala pada umumnya tidak terlalu lebar dibandingkan dengan jenis pohon lainnya. lebar tajuk maksimal yang tercatat antara 7-8 meter dengan struktur percabangan yang tidak ter-lalu horizontal. menurut Kappeler (1984) salah satu syarat habitat owa adalah dalam habitatnya terdapat

pohon-pohon yang mempunyai percabangan yang horizontal. Berdasarkan hasil penelitian, usman (2007) mencatat bahwa dalam melakukan aktivitasnya kelompok owa jawa yang terdapat di jalur aktivitas tinggi maupun yang terdapat di jalur aktivitas rendah sama-sama menggu-nakan strata kanopi tengah (51,61% dan 45,83%). Hal tersebut mengindikasikan bahwa owa jawa lebih memilih menghindar dengan cara berpindah ke pohon lain secara horizontal. Pemilihan kanopi tengah juga karena perger-akan perger-akan lebih mudah dilakukan pada bagian kanopi tersebut. selain itu juga ketersediaan sumber pakan lebih banyak terdistribusi di bagian tengah.

KesimPulAn

1. dari analisis total aktivitas harian yang tercatat, disimpulkan bahwa pola aktivitas harian kelom-pok owa jawa di hutan rasamala berbeda dengan pola aktivitas kelompok owa jawa yang terdapat di habitat hutan primer (Cikaniki dan Bodogol). 2. Perbedaan pola aktivitas harian tersebut

disebab-kan antara lain oleh kondisi habitat yang meru-pakan hutan homogen, yang didominasi oleh jenis tumbuhan rasamala (Altingia excelsa) serta distribusi dan variasi sumber pakan yang tersedia. 3. Komposisi pakan owa jawa di hutan rasamala ter-diri dari daun 48,52%. Bunga 43,15% dan buah 8,33%.

4. Pola aktivitas makan mempengaruhi pola akti-vitas lainnya, yaitu istirahat,bergerak, dan sos-ial. Proporsi waktu istirahat ternyata berkorelasi negatifsecara signifikan dengan aktivitas makan. Hal tersebut disebabkan oleh polakonsumsi pak-an owa ypak-ang lebih bpak-anyak mengkonsumsi daun. 5. Pola penggunaan strata kanopi dipengaruhi

oleh tingkat gangguan dan sebaran sumber pakan. Hal tersebut merupakan strategi dalam merespon gangguan.

sArAn

1. Perlu dilakukan penelitian dengan waktu lebih lama lagi untuk mengetahui sosio-ekologi kelom-pok owa jawa di habitatnya, baik yang di hutan alam maupun pada habitat hutan rasamala. 2. Terkait dengan rencana pengelolaan habitat

sat-waliar di dalam kawasan taman nasional, perlu upaya menata ulang kawasan hutan yang telah

ditetapkan sebagai bagian dari Tn. Gunung Gede Pangrango sehingga dapat berfungsi sebagai habitat satwa yang ideal. Kawasan hutan produksi yang menjadi areal perluasan taman nasional diu-sulkan agar ditetapkan sebagai zona rehabilitasi. dengan demikian pada kawasan hutan tersebut dapat dilakukan kegiatan pembinaan habitat. dAfTAr PusTAKA

Altmann, J. 1974. observational study of behavior; sampling method. Behavior 49: 227-267. Bartlett, T.Q., 2003. intragroup and intergroup social

interactions in whitehanded gibbon. interna-tional Journal of Primatology 24. no.2. Chivers, d.J. 1998. measuring food intake in wild

ani-mals: primates. Proceedings of the nutrition society 57: 321-332.

Chivers, 2000. The swinging singing apes: fighting for food and family in fareast forest. http://www. brookfieldzoo.org/pagegen/inc/ACchivers.pdf departemen Kehutanan, 1999. Peraturan pemerintah no.

7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbu-han dan satwaliar. http://www.dephut.go.id duma, Y. 2007. Kajian habitat, tingkah laku dan

pop-ulasi kalawet (Hylobates agilis albibarbis) di Taman nasional sebangau, Kalimantan Ten-gah. disertasi doktor (s3). sekolah Pascasar-jana, institut Pertanian Bogor.

fithriyani, u. 2007. Variasi pola pakan antar kelom-pok owa jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Bodogol, Taman nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. dalam: Aryo, A. (ed.). Konservasi owa Jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Taman nasional Gunung Gede Pangrango. Conservation international-departemen Kehutanan, Jakarta. Pp.61-76. fleagle, J.G., 1988. Primate Adaptation and

evolu-tion. new York; Academic Press. Harcout Brace and Company.

Gittins, s.P. & reamakers, J.J., 1981. siamang, lar and agile gibbons. in malayan forest Primates: Ten year’s study in tropical rain forest (ed. d.J. Chivers), pp 63-105. Plenum Press. new York and london.

John, A.d., 1981. The effects of tropical forest timber exploitation on animal communities. sum-mary of research.

John, 1986. effects of selective logging on the behav-ioural ecology of West malaysian Primates. ecology 67(3):684-694.

Kakati, K, 2004. impact on forest fragmentation on the hoolock gibbon in Assam, india. Ph.d diser-tation. departemen of Anatomy, university of Cambridge, Cambridge, The uK.

Kappeler, m, 1984. diet and feeding behavior of the moloch gibbon. dalam Preuschoft, H. et. al. (eds): evolutionary and behavioural Biology. edinburgh university Press.

Kappeler, K. 1984. The Gibbon in Java. dalam Preus-choft, H. et. al. (eds): evolutionary and be-havioural Biology. edinburgh university Press. ladjar, l.n. 1996. Aktivitas harian dan penggunaan

habitat pada keluarga owa jawa (Hylobates moloch AudeBerT, 1798) liar di Cikaniki, Ta-man nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. skripsi sarjana Biologi. fakultas Biologi, uni-versitas nasional Jakarta.

leighton, m. 1987. Gibbons; Teritoriality and monog-amy. dalam smuts et. al. (eds.) Primate soci-eties. Chicago and london; The university of Chicago Press.

nijman, V. 2001. forest (and) Primate: Conservation and ecology of the endemic primate of Java and Borneo, Kalimantan. Tropenbos, series 5 Palombit, r.A., 1997. inter and intraspecific variation in the diets of sympatric siamang (Hylobates syndactylus) and lar gibbons (Hy-lobates lar). folia Primatol. 68: 321-337. reichard, u. 1998. sleeping sites, sleeping places,

and preesleep behaviour of gibbons (Hylo-bates lar). Am. J. Primatol. 46: 35-62. stier, K.B. 2000. Primate Behavioral ecology. Allyn

and Bacon; A Pearson education Company. Boston, usA. Pp. viii + 392

supriatna, 2006. Conservation programs for the en-dangered Javan Gibbon (Hylobates moloch). Primate Conservation 21: 155-162.

supriatna, J., Tilson, r. Gurmaya, J.K., manangsang, J., Wardoyo, W., sriyanto,A., Teare, A., Castle, A and seal, u. (eds.) 1994. Javan gibbon and-Javan langurs population and habitat viability analysis report. iuCn/ssC ConservationBreed-ing specialist Group. Apple Valley, minnesota. supriatna, J. J. manangsang, l. Tumbelaka, n. An-dayani, m. indrawan, l. darmawan, s.m. leksono, djuwantoko, u. seal, and o. Bryers. 2001. Conservation Assessments and man-agement Plan for the Primates of indonesia: final report. Conservation Breeding special-ist Group (ssC/ iuCn), Apple Valley, mn. umapathy, G. & A. Kumar. 2000. The occurrence of

arboreal mammals in the rain forest frag-ments in the Anamalai Hills, south india. Bio-logical Conservation 92: 311-319.

usman, f. 2007. Perilaku kewaspadaan owa jawa (Hy-lobates moloch Audebert 1798) di kawasan bodogol, Taman nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. dalam: Ario, A.(ed.). Konservasi owa Jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Taman nasional Gunung Gede Pangrango. Conservation international-departemen Kehutanan, Jakarta. Pp.61-76. Waterman, P.G. & G.m. Choo. 1981. The effects of

digestibility-reducing on food selection by some colobines. malaysian Applied Biology 10: 147-162. Whitten, A.J. 1984. The trill-ing handicap in Kloss gibbons. in Preuschoft, H., Chivers, d.J., Brockelman, W.Y. & Creel, n. (eds.), The lesser apes. evolutionary and behavioural biology, edinburgh university Press, edinburgh, pp. 416-419.

Pola Aktivitas Harian Owa Jawa