• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Konseptual Sementara Efektivitas Sekolah, Tinjauan Pustaka ACDP 040 1. Mengajar yang efektif

Angka Mengulang per Kelas

Kotak 1. Kerangka Konseptual Sementara Efektivitas Sekolah, Tinjauan Pustaka ACDP 040 1. Mengajar yang efektif

1.1 guru yang paham cara mengajar literasi dan berhitung 1.2 penilaian kelas yang sering dan bersifat diagnostik/klinis

1.3 bahan kurikulum dan petunjuk yang dapat diakses/dipahami siswa dengan kemampuan belajar bervariasi; akses terhadap bahasa petunjuk/pengantar

1.4 iklim ruang kelas yang positif (termasuk dorongan supaya siswa aktif, dukungan bagi siswa yang kesulitan, petunjuk yang jelas serta pelajaran yang terencana dengan baik)

1.5 ukuran kelas yang tepat untuk belajar

2. Monitoring Belajar Mengajar oleh Kepala Sekolah dan Pengawas

3. Ketersediaan pelatihan

3.1 Pelatihan pengembangan profesi guru, termasuk pembinaan berbasis sekolah menyangkut strategi mengajar efektif

3.2 Kepala sekolah terlatih untuk memberi dukungan pada guru

4. Lama waktu belajar

3.1 Kehadiran guru di kelas 3.2 Kehadiran siswa di kelas 3.3 Panjangnya tahun ajaran

3.4 Tahun ajaran dan hari sekolah yang mulai tepat waktu 3.5 Supervisi terhadap kelas yang gurunya absen

5. Keterlibatan orang tua dalam pembelajaran

1.1 Interaksi guru dan orang tua terkait kemajuan belajar anak 1.2 Dukungan orang tua untuk pekerjaan rumah

1.3 Dukungan orang tua untuk membaca di rumah 1.4 Kesiapan anak belajar di sekolah

5.6 Kontak sekolah dengan orang tua terkait kemajuan anak

6. Fasilitas bangunan dalam keadaan baik

6.1 Listrik 6.2. Air

6.3 Jumlah toilet untuk laki-laki dan perempuan, berfungsi, bersih

6.4 Ruang kelas yang kondusif (cahaya, ventilasi baik, tidak ada resiko kerusakan struktur) 6.5 Meja & kursi

6.6. Papan yang bersih 6.7 Lemari penyimpanan

Dengan mengorganisir semua komponen penelitian dalam studi berdasarkan kerangka ini, akan dihasilkan koherensi dan dasar yang sistematis bagi pengembangan kebijakan.

Titik masuk kedua ke dalam Analisis Situasi adalah keprihatinan utama para pemangku kepentingan di Sumba dan di Provinsi NTT. Keprihatinan-keprihatinan inilah yang memicu studi ini dan perlu diperhatikan secara khusus berdasarkan Kerangka Acuan Studi. Setelah dimutakhirkan dan dipertajam melalui konsultasi selama periode awal program, keprihatinan-keprihatinan utama tersebut mengelompok di sekitar isu-isu tentang

ketersediaan guru yang berkualitas di sekolah negeri maupun swasta, kualitas mengajar dan kesiapan siswa SD untuk bersekolah.20

Terdapat kemiripan yang cukup tinggi antara kedua titik masuk sehingga dapat dikonsolidasikan dalam sebuah kerangka efektivitas sekolah yang berpusat pada unsur yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keprihatinan pemangku kepentingan terhadap isu-isu yang terkait dengan sistem memungkinkan adanya penekanan pada unsur dukungan sistem yang menunjang efektivitas sekolah.

Melalui konsolidasi ini dihasilkan analisis situasi yang lebih tersasar. Analisis situasi ini tidak mencakup semua komponen penyelenggaraan pendidikan. Terdapat penelitian lain tentang kualitas penyelenggaraan pendidikan, yang mengukur kualitas berdasarkan berbagai standar yang komprehensif. Salah satunya saat ini sedang dilakukan di beberapa kabupaten di Sumba.21 Analisis situasi ini dapat disebut komprehensif karena mencoba untuk secara menyeluruh mengidentifikasi dan menjelaskan faktor-faktor yang menurut pemangku kepentingan paling memprihatinkan dan yang berdasarkan penelitian paling berpengaruh terhadap hasil sekolah yang lebih baik.

Dengan demikian, berdasarkan gabungan antara keprihatinan para pemangku kepentingan dan ciri efektivitas yang diperoleh dari hasil penelitian, maka analisis situasi ini memberikan perhatian khusus pada:

• Mutu tenaga guru

• Mutu pengajaran

• Dukungan di sekolah serta oleh sistem belajar mengajar

• Faktor latar belakang dan lingkungan yang mempengaruhi kemampuan anak belajar.

Metodologi

Analisis situasi dilakukan melalui tiga bidang penelitian utama.

Tinjauan kebijakan dan peraturan yang mempengaruhi ketersediaan guru dan mutu belajar mengajar pada SD/MI di Sumba. Tinjauan ini merupakan sebuah proses berulang. Pemilihan kebijakan yang paling

berpengaruh terhadap situasi pendidikan di Sumba pada awalnya didasari pada identifikasi kebijakan yang telah mengakibatkan kesulitan dalam konteks Sumba oleh para pemangku kepentingan. Dua lokakarya konsultasi pada masa awal program menghasilkan fokus pada kebijakan-kebijakan nasional yang mengatur tentang ketersediaan guru PNS dalam konteks sekolah negeri dan swasta di Sumba; kualifikasi dan kemampuan mengajar guru SD; serta implikasi kebijakan nasional yang baru tentang pelayanan

20 Pilihan isu ini memiliki perbedaan dalam aspek tertentu dengan pilihan isu pada tahun 2013 ketika program diluncurkan. Fokus pemangku kepentingan pada perluasan penyediaan sekolah telah cukup memadai sehingga masalah akses tidak lagi dianggap prioritas.

pengembangan anak usia dini yang terintegrasi (PAUD) terhadap peningkatan kesiapan anak untuk belajar di kelas-kelas awal.22

Dokumen kebijakan utama kemudian dikaji. Untuk isu kepala sekolah dan pengawas, kebijakan yang dikaji termasuk Undang - Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun 2003, Undang - Undang tentang Guru dan Dosen tahun 2005, berbagai aturan terkait Standar Nasional Pendidikan dan Standar Pelayanan Minimal, seperti peraturan yang terkait dengan kenaikan pangkat dan pengembangan karier guru, serta yang terkait dengan kebijakan pegawai negeri yang menyangkut guru. Untuk pendidikan usia dini, peraturan utama yang dikaji adalah Undang - Undang tentang Desa tahun 2006 serta Peraturan Presiden tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif.

Untuk memahami dasar berpikir undang-undang dan peraturan-peraturan tersebut dalam rencana jangka panjang Indonesia untuk pendidikan sekolah dan pengaruhnya terhadap pengembangan pendidikan sejak ditetapkannya Sisdiknas, maka dipelajari pula pustaka-pustaka analitis yang relevan. Pustaka-pustaka dimaksud merupakan studi yang terkait dengan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-19 dan studi analitis tentang ketidakhadiran guru, pengembangan profesi kepala sekolah, bahasa pengantar dan inovasi pelatihan guru di Tanah Papua, kurikulum dan reformasi kebijakan penilaian dan pendidikan anak usia dini.23

Melacak pernyataan kebijakan yang sebenarnya berdasarkan kesimpulan yang ditarik para pemangku kepentingan di Sumba; dan berdasarkan dampaknya dalam konteks Sumba, menjadi bagian utama dalam analisis terhadap tiga ranah kebijakan. Metode yang digunakan menyelidiki dampak kebijakan serta persepsi dan pengambilan keputusan pemangku kepentingan Sumba adalah melalui diskusi kelompok terarah terkait masing-masing tema. Secara keseluruhan diadakan empat diskusi kelompok terarah, yaitu satu kali di setiap kabupaten bersama responden yang relevan, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Diskusi Kelompok Terarah Kebijakan dan Kelompok Peserta

Diskusi Kelompok

Terarah (FGD) Responden

Kelompok 1:

Ketersediaan guru Pejabat pendidikan di kabupaten: Kepala Dinas, Kepala Bidang Pendidikan Dasar,

Kepala Bidang Ketenagaan, dan Kepala Bidang Perencanaan • Bappeda Kabupaten: Kabid Sosbud

• Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) • Perwakilan Yayasan Kristen, Katolik, dan Islam

• Perwakilan MK3S

22 Lokakarya konsultasi dimaksud adalah konsultasi perdana tingkat provinsi tentang relevan tidaknya masalah yang diangkat pada Kerangka Acuan yang disusun tahun 2014 untuk penelitian ini (19 Februari, Kupang) dan Lokakarya Laporan Awal seluruh Kabupaten di Sumba (23 Maret, Sumba Barat).

Diskusi Kelompok

Terarah (FGD) Responden

Kelompok 2: Mutu

Mengajar Pejabat pendidikan di kabupaten: Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Korwas

• Kepala program pendidikan guru STIKIP, Sumba Barat Daya • Perwakilan Dewan Pendidikan Kabupaten

• Kelompok Kerja Kepala Sekolah • Perwakilan Kepala Sekolah • Perwakilan guru SD

• Para guru yang mengikuti pendidikan di Universitas Nusa Cendana dan Universitas Terbuka untuk mendapatkan kualifikasi S1

• Penasihat pelatihan guru Save the Children di Sumba

Kelompok 3: