• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesetaraan Kesempatan dan Hasil dalam Pendidikan

Satu Dasawarsa Terakhir

6.4 Kesetaraan Kesempatan dan Hasil dalam Pendidikan

Saran/Rekomendasi Penanggung

Jawab

Pendukung

1. Kemdikbud beserta Kemenag mengembangkan strategi dan rencana aksi kesetaraan gender dalam pendidikan (dengan masukan dari semua Direktorat Jenderal) agar Kemdikbud dan Kemenag dapat:

Merumuskan Anggaran Tanggap Gender dan Laporan Anggaran Gender.

Mendukung setiap Direktorat Jenderal dalam mengembangkan dan mengintegrasikan rencana aksi dan anggarannya untuk mencapai sasaran strategis dalam kesetaraan gender.

Mendukung pemerintah daerah dalam melakukan hal yang sama

Menjamin rencana strategis tersebut tidak hanya menyangkut kesetaraan kesempatan (akses) melainkan termasuk juga kesetaraan dalam proses belajar mengajar, dan hasil dan prestasi belajar. Biro Perencanaan Kemdikbud dan Kemenag Kementerian Keuangan dan seluruh Direktorat Jenderal Kemdikbud dan Kemenag

2. Menjamin bahwa semua kegiatan pengkajian ulang kurikulum untuk peningkatan mutu direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak menyertakan bias dan stereotip gender. Buku ajar baru perlu diperiksa/disaring sebelum diterbitkan untuk menjamin bahwa buku tersebut bebas dari bias dan stereotip gender. Penulis buku ajar perlu dilatih dan mendapatkan sertifikasi yang menjamin bahwa mereka tidak menggunakan gambar dan ilustrasi yang memperkuat stereotip gender. Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemdikbud dan Kemenag Sekretariat PUG dan Pokja Gender Kemdikbud dan Kemenag

3. Melakukan program pendidikan guru (pre-service) komprehensif termasuk kesetaraan gender pada semua perguruan tinggi dan lembaga pendidikan guru maupun tenaga kependidikan. Program tersebut dimaksud untuk secara bertahap meningkatkan keterampilan guru maupun calon guru searah dengan pendekatan tanggap gender dalam manajemen berbasis sekolah, pengembangan kurikulum, dan proses belajar mengajar yang menggunakan metode modern. Mengembangkan matakuliah model khas daerah di FKIP di setiap daerah. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Badan Pengembangan SDM dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kemdikbud dan Kemenag Semua Direktorat untuk Pengembangan Guru dan Tenaga Kependidikan Universitas, Pemerintah Kabupaten dan Sekolah

Saran/Rekomendasi Penanggung Jawab

Pendukung

4. Melaksanakan program pelatihan (in-service) komprehensif untuk pengawas dan kepala sekolah serta menggunakan pendekatan tanggap gender dalam manajemen berbasis sekolah, pengembangan kurikulum dan proses belajar mengajar yang menggunakan metode modern melalui:

a) Modul pelatihan untuk para pengelola/widyaswara/tutor LPTK, P4TK, LPPKS, LPMP dan Badan Diklat agar kesetaraan gender dapat dimasukkan ke dalam semua aspek i pelatihan. Mengkaji ulang (tinjauan) semua kursus yang sudah ada. Melatih widyaswara (Master Trainer) dalam penerapan pendekatan tanggap gender dalam semua aspek dan jenjang pendidikan. b) Bekerjasama dengan Pokja Daerah, LPMPs, LPTKs dan Balai

Diklat Kemenag untuk mengembangkan kemampuan dalam pelaksanaan kesetaraan gender di semua jenjang pendidikan. c. Di tingkat kabupaten/kota, melatih widyaswara (Master Trainer)

serta pelatih mata pelajaran dari sekolah inti (SD/MI), Sekolah Unggulan atau Sekolah Model (SMP/MTs/SMA/MA) untuk menggunakan pendekatan tanggap gender dalam semua komponen pendidikan. Menyebarluaskan bahan pelatihan kepada sekolah satelit.

d. Meningkatkan kapasitas KKG dan MGMP (jaringan pengembangan profesi guru) serta KKKS, MKKKS (jaringan pengembangan profesi kepala sekolah). Menyediakan dana untuk membiayai pertemuan berkala, termasuk fasilitator, alat-alat bantu praktik serta

penyebarluasan bahan.

e. Universitas Terbuka dan lembaga pendidikan lain yang

menyediakan program pendidikan jarak jauh berbasis ICT dalam mengkajiulang kursus/pelatihan guru untuk menjamin bahwa kurikulumnya searah dengan pendekatan tanggap gender yang lebih baik. Pendekatan tersebut termasuk manajemen berbasis sekolah, pengembangan kurikulum, dan proses belajar mengajar yang menggunakan metode modern.

f. Mengembangkan pedoman praktis (handbook) kesetaraan gender dalam pendidikan dengan menggunakan bahan pelatihan yang sudah ada. Pedoman tersebut berisikan alat bantu bagi kepala sekolah, pengawas, guru, petugas perpustakaan serta guru bimbingan dan konseling yang dapat mereka gunakan dalam pengembangan strategi sekolah secara utuh (whole school

strategy) demi kesetaraan gender.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Badan Pengembangan SDM dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Badan Diklat dan Direktorat terkait Kemdikbud dan Kemenag Badan Diklat Provinsi dan Kabupaten/ Kotadan Diklat Regional Kemenag

5. Meningkatkan alokasi anggaran untuk peralatan dan bahan habis pakai perpustakaan (termasuk bahan bacaan yang menarik / high

interest reading material) serta laboratorium (Ilmu Pengetahuan Alam

dan komputer) di sekolah agar mencapai kesetaraan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan dalam proses belajar mengajar di semua bidang ajar. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Direktorat Jenderal terkait Kemdikbud dan Kemenag dan Pemerintah Provinsi 6. Mewajibkan rektor di semua perguruan tinggi mengarusutamakan

kesetaraan gender di seluruh kegiatan, termasuk pelatihan bagi semua dosen dan tenaga kependidikan. Mengkaji ulang dan memperbaharui semua mata kuliah yang bermuatan bias dan

stereotip gender. Semua perguruan tinggi harus menghasilkan data

yang dipilah menurut jenis kelamin tentang mahasiswa maupun dosen di semua bidang (jumlah mahasiswa, jumlah lulusan).

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdikbud dan Kemenag Rektor, manajemen, dan staf

Saran/Rekomendasi Penanggung Jawab

Pendukung

7. Penelitian dan pengembangan dalam kesetaraan kesempatan mendatang termasuk :

• Apakah persepsi guru dan murid perempuan tentang kelemahan perempuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam menghalangi pencapaian prestasi belajar di sekolah menengah atas? Dan juga hal yang sama terkait persepsi untuk murid laki-laki dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Upaya ini juga termasuk analisis data PISA 2009 untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam antara laki-laki dan perempuan dari golongan sosio-ekonomi yang berbeda. Melakukan survei-survei tambahan, sebagai bahan masukan bagi pembaharuan kurikulum mendatang.

• Penelitian tentang perbedaan laki-laki dan perempuan dari golongan sosio-ekonomi yang berbeda dalam hal kebiasaan membaca, hal-hal yang dianggap menarik untuk dibaca serta sikap tentang membaca. Penelitian tersebut sebagai masukan dalam pembaharuan kurikulum bagian membaca dan menulis

(literacy). Menganalisis data survei PISA 2006 tentang perbedaan

sikap terhadap membaca antara laki-laki dan perempuan. Data nasional dari TIMMS dan PIRI mencakup hal yang serupa yang dapat dianalisis berdasarkan gender. Menganalisis data lain dari segi gender, termasuk survei-survei lain.

• Melakukan penelitian tingkat sekolah tentang kesetaraan kesempatan dalam bidang membaca dan menulis (literacy), termasuk ketersediaan sumber daya baca (reading resources) di perpustakaan yang dapat memenuhi kebutuhan yang berbeda di antara murid laki-laki dan perempuan untuk menumbuhkan kebiasaan membaca, jumlah waktu yang dialokasikan dalam kurikulum untuk membaca, pengembangan kemampuan membaca dan menulis, keterampilan guru, dan inisiatif yang telah dilakukan untuk mendorong minat baca murid laki-laki dan perempuan.

Balitbang Kemdikbud dan Kemenag Universitas, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan sekolah

8. Menyediakan insentif untuk murid laki-laki maupun perempuan yang menunjukkan perbaikan di sekolah (tidak hanya bagi murid yang menduduki peringkat tinggi di kelas).

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota Direktorat Jenderal terkait Kemdikbud dan Kemenag 9. Mendorong pemerintah daerah agar bekerjasama dengan sekolah dan

LSM serta melatih pengawas, kepala sekolah, guru dan murid untuk mengembangkan strategi untuk mengurangi:

a) perilaku tidak manusiawi, (termasuk penyadaran tentang dampak yang timbul dari bullying dan pelecehan seksual) serta bekerjasama dengan Komisi Nasional Perlindungan Anak

b) mendorong kesadaran gender serta menyebarluaskan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di pendidikan menengah atas (lihat pada butir Kode Etik) berkerja sama dengan Kementerian Kesehatan. Komisi Nasional untuk Perlindungan Anak; LSM Kemenkes, BKKBN KPPPA ; Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Dinas Pendidikan Kabupaten’Kota

10. Kemdikbud dan Kemenag menyediakan dana untuk membiayai penelitian partisipatif serta studi lacak (tracer study) tentang semua indikator partisipasi dan pencapaian hasil. Penelitian tersebut sebagai masukan dalam penetapan strategi bagi murid laki-laki dan perempuan dalam hal kesempatan, prestasi belajar serta pengembangan karir.

Balitbang Kemdikbud dan Kemenag

KPPPA dan sektor usaha

11. Untuk kesetaraanhasil dalam hal di luar pendidikan (eksternal), mengkaji ulang (tinjauan) kebijakan pasar tenaga kerja dari segi gender, terutama proses dan strategi pengembangan karyawan dari sisi upah/gaji, status/jabatan, tunjangan, kenaikan pangkat dan umur pensiun.

Kemnakertrans KPPPA dan sektor Usaha

ADB (2006) Indonesia: Country Gender Assessment. Manila. ADB

ADB (2012). Madrasah Education Development Project (MEDP) Gender Action Plan Implementation Review: Special Review Mission Draft Report (13-18 May 2012).

ADSRI. 2011. Policy Brief No. 5 Reproductive Health Services for Single Young Adults. I. D.Utomo, P. Macdonald, A. Reimondos, T. Hull, A Utomo, Australian National University. Canberra

AIBEP/Pemerintah Kabupaten Kupang. 2010. Modul Pengarusutamaan Gender Pada Satuan Pendidikan di Kabupaten Kupang.

AusAID/Universitas Indonesia. 2011. Study of Knowledge Needs & Supply Constraints for Gender Research in Indonesia’s Knowledge Sector. Final Report. Jakarta.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana: BNPB (2008), “Himpunan Peraturan Perundangan Tentang Penanggulangan Bencana”

Iwu Dwisetyani Utomo & Peter Macdonald (2011) Gender Depiction in Indonesian Primary and Secondary Textbooks: The Way Forward. BAPPENAS/ANU/ADSRI

BPS Statistics Indonesia (2010), “Hasil Sensus Penduduk 2010 Data Agregat Per Provinsi” BPS Statistics Indonesia (2009), “Statistical Yearbook of Indonesia 2009 (Government)” BPS Statistics Indonesia (2009), “Trends of the Socio-Economic Indicators of Indonesia 2009” BPS Statistics Indonesia (2009), “Welfare Indicators 2009”

ILO (2009), “Labor and Social Trends in Indonesia 2009: Recovery and beyond through decent work” CIDA (2010) Education Gender Equality. Canada

Clark, C. & Foster, A. (2005). Children’s and young people’s reading habits and preferences: The who, what, why, where and when. London: National Literacy Trust.

Diarsvitri, W., I.D. Utomo, T.Neeman, A. Oktavian, 2011. Sexuality among senior high school students in Papua and West Papua Provinces & implications for HIV prevention. http://dx.doi.org/10.1080/13691058.2011.5 99862

Hunt, F. (2008). ‘Dropping out from school: A cross-country review of literature.’ CREATE Pathways to Access No 16. Consortium for Research on Educational Access, Transitions and Equity: University of Sussex.

Ida Rosyidah & Iwu D. Utomo. 2011. Policy Brief No.4 Gender in Islamic Studies Textbooks. Gender and Reproductive Health Survey. Australia National University/ADSRI-ANU

Iwu. D. Utomo & P. McDonald. 2011. Policy Brief No.1. Gender Depiction in Indonesian Primary and Secondary School Textbooks: The Way Forward. Gender and Reproductive Health Survey. Australia National University/ADSRI-ANU

JICA (2011) Country Gender Profile: Indonesia. Final Report

Lewin, K.M. (2007). ‘Improving Access, Equity and Transitions in Education: Creating a Research Agenda.’ CREATE Pathways to Access Series, No 1. Brighton: University of Sussex.

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, (2009), “Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Data Gender dan Anak”

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia (2008), “Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan”

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia (2008), “Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Perempuan”

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia (2008),” Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelakisanaan Perlindungan Anak”

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia (2008), “Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Di Bidang Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak” Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Dalam Negeri Dan Menteri Pendidikan Nasional

(2005), “Nomor 17/Men.PP/Dep.II/VII/2005, Nomor 18A Tahun 2005, Nomor 1/PB/2005” MONE. 2010. Satu Dasawarsa Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan, Jakarta MORA. February 2011. Quality of Education in Madrasah Study. Final Report.

Ministry of National Development Planning/National Development Planning Agency (BAPPENAS) (2010), “A roadmap to accelerate achievement of the MDGs in Indonesia”

Ministry of National Development Planning/National Development Planning Agency, “Report on the Achievement of the Millennium Development Goals Indonesia 2010”

Nadya Fouad. 2008.Tracking the Reasons Why Many Girls Avoid Science and Mathematics. University of Wisconsin-Milwaukee. USA.

OECD (2010) PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics & Science (Volume 1), OECD, Paris

OECD (2011), Report on the Gender Initiative: Gender Equality in Education, Employment and Entrepreneurship. OECD, Paris. www.oecd.org/gender

Oxfam. 2005. “Beyond access for girls and boys: How to achieve good-quality, gender-equitable education.” Education and Gender Equality Series, Programme Insights. London: OXFAM.

Presiden Republik Indonesia (2000), Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutmaan Gender Dalam Pembangunan Nasional”

Republic of Indonesia (2010), “Implementation of the Convention on the Elimination of all Forms of Discrimination Against Women in INDONESIA During 2004 – 2009”

Republic of Indonesia (2010), “Regulation on the President of the Republic of Indonesia Number 5, 2010 Regarding The National Medium-Term Development Plan 2010-2014. Book I: National Priority”

Smeru. 2011. “Qualitative Impact Study for PNPM-Generasi and PKH on the Provision and the Utilization of the Maternal and Child Health Services and Basic Education Services in the Provinces of West Java and East Nusa Tenggara.” Research Report. Jakarta: The Smeru Institute.

State Minister for National Development Planning/Head of National Development Planning Agency “Decree No KEP.30/M.PPN/HK/03/2009 Regarding The Establishment of The Steering Committee and The Technical Team for Gender Responsive Planning and Budgeting”

State Ministry For Women’s Empowerment And Child Protection Republic Of Indonesia (2008), “State Ministry for Women’s Empowerment and Child Protection “

Suharti. 2012. Schooling and Destiny:The Influences of Student, School, and District Characteristics on Education Performance in Indonesia. Working paper for PhD thesis, Australian Demographic and Social Research Institute, Australian National University.

Suharti. 2010. Are Indonesian Girls Left Behind? The Evolution of Gender Gaps in Education. Presented at the 10th International Conference on Women in Asia, Canberra, 30 September, 2010

Presidential Instruction Republic of Indonesia Number 9 the Year 2000 on Gender Mainstreaming in National Development and Minister Of Home Affairs Regulation Number 15 Year 2008 on General Guidelines For in the Regions”

Sziraczki, G. and A. Reerink (2004) Report of survey on the school-to-work transition in Indonesia, GENPROM Working Paper No. 14. Geneva: ILO.

Tim PSW UIN Sunan Kalijaga, Kesenjangan Gender pada Kualitas Akademik dan Kemampuan Manajerial Staf Pengajar IAIN Sunan Kalijaga. (Jakarta: PSW UIN Yogyakarta, unpublished, 2000).

Topping.T. 2012. What Kids are Reading: The Book Reading Habits of Students in British Schools. University of Dundee. Scotland. UK

UNDP Human Development Report 2010 & 2011

UNDP 2009. Assessing Gender Responsive Local capacity Development in Indonesia. UNDP Bangkok

United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). 2004. Education for all: The quality imperative. Paris: UNESCO.

UNESCO (2009). Education for All Global Monitoring Report – Overcoming inequality: why governance matters. Paris: UNESCO.

UNESCO/UNGEI (2005). Scaling Up Good Practices in Girls’ Education. Paris: UNESCO. UNESCO. 2009. Promoting Gender Equality in Education: GENIAToolkit. UNESCO Bangkok.

UNICEF (2009) EFA Mid-Decade Assessment: Gender Equality in Education. East Asia and Pacific. Bangkok. UNDP (2010), “Women’s Participation in Politics and Government in Indonesia”

UNIFEM (2009), “Gender Equality Laws: Global Good practice and a review of five Southeast Asian countries” USAID (2008). “Education from a Gender Equality Perspective. Washington DC: USAID Office of Women in

Development.”

USAID DBE3. Analysis of the current Situation of Islamic Formal Junior Secondary Education in Indonesia World Bank. April 2012. Indonesia Economic Quarterly: Redirecting Spending. Jakarta.

87

Lampir

Dokumen terkait