• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan di Provinsi Gorontalo

Komitmen Pengarusutamaan Gender. Baik dewan eksekutif dan legislatif telah mendukung pelaksanaan pengarusutamaan gender. Gubernur Gorontalo dan Ketua DPRD sepakat untuk melembagakan PUG melalui pembentukan (a) Bidang Pemberdayaan Perempuan, (b) Perempuan dan Perlindungan Anak, dan (c) Bidang Sosial berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No 5/2007 tentang Organisasi dan Tata Kelola Organisasi dan Tata disebut Kerja (OTK) di Sekretariat Pemerintah Provinsi Gorontalo. Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi, sejak tahun 2008 Gubernur Gorontalo mengalokasikan dana dari APBD khusus dibuat untuk mendukung pemberdayaan perempuan dan pengarusutamaan gender melalui beberapa program meliputi PPAUD, Pendidikan Non Formal (NFE), dan pendidikan masyarakat yang dikelola oleh Kepala Sub-bagian Pendidikan Informal dan Non Formal (INFE). Gubernur Gorontalo kemudian mengeluarkan Keputusan Gubernur (SK) No 189/4/DIKPORA/1308/2010 tentang Kelompok Kerja Gender Pendidikan. Dalam Peraturan ini Kepala Dinas PPOR, Kepala Perencanaan Pembangunan Daerah, dan Kepala Biro Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Perempuan bertanggung jawab untuk PUG bidang pendidikan.

Kebijakan Pengarusutamaan Gender yang Diperbarui. Pada tahun 2012 Focal point untuk diperbarui dengan adanya Keputusan No.188.4/Dikpora/326/PNFI/2012. Focal Point memiliki tujuh kewajiban bagi PUG dalam Pendidikan: (1) mempromosikan PUG di Unit-unit Pendidikan, (2) memfasilitasi pengembangan perencanaan strategis sekolah yang responsif gender, dan (3) mengelola pelatihan, sosialisasi, advokasi dengan menargetkan manajer dan staf di sekolah, (4) melaporkan pelaksanaan PUG, (5) mendukung analisis gender untuk kebijakan pendidikan dan program, (6) mengembangkan data sekolah yang responsive gender, dan (7) mengelola koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan terkait PUG lainnya. Focal point PUG saat ini memiliki 9 anggota dan 2 penasehat di Dinas PPOR Provinsi.

Selamat Datang Kepemimpinan Perempuan. Kepala Pokja gender di Dinas Pendidikan Provinsi mengatakan bahwa kepemimpinan perempuan di pemerintahan provinsi selalu terbuka di beberapa posisi. Kita semua menyambut beberapa Sekretaris perempuan yang ditunjuk di Provinsi Gorontalo, Kabupaten Gorontalo dan Bualemo.

Program Dominan PUG dalam pendidikan. Dinas PPOR Provinsi telah menyelesaikan lima kegiatan utama PUG: (1) sosialisasi PUG dalam pendidikan, (2) anggaran, perencanaan, dan pelatihan yang responsif gender, (3) Diskusi Kelompok Terfokus untuk sekolah, (4) Lokakarya pengembangan pembelajaran bahan ajar yang responsif gender, dan (5) pelaksanaan PUG berbasis pengajaran mikro di masing-masing sekolah yang terpilih di Pohuwato dan Gorontalo utara sebagai kabupaten percontohan.

Penguatan Peran Pengambil Kebijakan Lokal PUG. Pengarusutamaan gender telah menjadi urusan setiap lembaga public yang bertanggungjawab di bidang pengembangan pendidikan. Tahun lalu, Pokja gender di Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi melaksanakan pertemuan pengembangan kebijakan lokal untuk penyegaran pentingnya PUG dalam sector pendidikan yang dihadiri supervisor program pendidikan, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Biro Statistik Provinsi, Biro Pemberdayaan Perempuan di Sekretariat Pemerintah Provinsi, dan Pusat studi Wanita di Universitas Negeri Gorontalo.

Mengembangkan Bahan Belajar yang Responsif Gender. Bertempat di Hotel Zanur Mega tiga pelatih utama dari PAUDNI (INFE) dan PSW - UNG melakukan Diskusi roundtable - Meja Bundar yang melibatkan 50 peserta termasuk manajer dan staf dari Dinas Pendidikan, Pengawas tingkat Provinsi, dan guru SD/MTs dan SMP/ MTs terpilih yang bertanggung jawab untuk mengajar pendidikan kewarganegaraan, pendidikan sosial, dan Bahasa Indonesia.

Program Pengembangan Kapasitas untuk PUG dalam Pendidikan. Dinas PPOR tingkat Provinsi melakukan program peningkatan kapasitas yang menargetkan 50 peserta termasuk Biro Perencanaan, Bagian PAUDNI (INFE), BPS Provinsi, Biro Pemberdayaan Perempuan, Pokja Gender Kabupaten, dan kepala sekolah SD/SMP. PUG dalam Pendidikan untuk Kabupaten Percontohan. Lokakarya ini dilakukan untuk mengembangkan alat pembelajaran yang responsif gender dengan menargetkan 50 peserta yang diundang dari 5 kabupaten dan 1 kota, didukung oleh pengawas dari Pemerintah provinsi dan Dinas Pendidikan.

Pemantauan PUG dalam Pendidikan. Pemantauan difokuskan pada kabupaten percontohan, Pohuwato dan Gorontalo Utara. Temuan utama adalah untuk menemukan model pembelajaran yang responsive gender yang memenuhi syarat untuk diseminasikan ke kabupaten lainnya. Semua laporan proyek percontohan disampaikan kepada Dirjen PPAUD melalui Sub Direktorat Program dan Evaluasi.

Data terpilah menurut gender pada tahun 2012. Data pendidikan dan informasi yang relevan dianggap sebagai faktor keberhasilan kunci penting terhadap perencanaan, pengorganisasian, penganggaran, pemantauan, dan pelaporan pendidikan. Setiap anggota Pokja Gender Provinsi menyadari kesulitan untuk mendapatkan data yang dapat dipercaya dan diperbarui. Pokja Gender Provinsi Gorontalo yang berada di bawah pimpinan bagian Pendidikan Non Formal dan Informal (INFE) telah berupaya untuk bekerja mempersiapkan Kertas Posisi sebagai langkah awal untuk mengembangkan kebijakan data yang terpilah menurut gender dan menyiapkan rancangan sistem manajemen data menurut jenis kelamin. Pengumpulan data akan dilakukan. Kemudian analisa data akan diselenggarakan untuk menyediakan data terpilah menurut jenis kelamin. Ringkasan Eksekutif tentang kesenjangan gender dan implikasinya terhadap pembangunan akan diberikan dan dibahas untuk rencana tindak lanjut. Penyajian temuan utama terkait dengan parapemangku kepentingan akan dilakukan dalam serangkaian lokakarya dan pertemuan konsultasi. Identifikasi kebutuhan prioritas dengan para pembuat kebijakan direncanakan. Elaborasi dan integrasi isu-isu gender dalam program yang ada atau mengembangkan program baru akan disinkronisasi. Kegiatan tindak lanjut dan anggaran akan dibahas dan disepakati dengan semua pihak yang terlibat. Program yang responsif gender dalam (SKPD) Unit Pelaksana Program. Pengarusutamaan gender adalah cross cutting isu – isu lintas sector sehingga geiatan PUG yang telah dilaksanakan tidak saja di sector pendidikan namun juga di sector pengembangan social ekonomi. Di Gorontalo, program yang responsif gender telah diterapkan di beberapa SKPD seperti:

1. Dinas Koperasi, Industri, dan Perdagangan tingkat Provinsi yang telah mengerjakan pengembangan kewirausahaan dan daya saing untuk Skala Bisnis Menengah.

2. Dinas Tenaga Kerja telah melakukan program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dan peningkatan pasar tenaga kerja.

3. Dinas Perikanan Provinsi telah melakukan program tentang mengoptimalkan produksi perikanan dan pemasaran.

4. Lembaga Pengembangan Masyarakat Pedesaan dan Pendidikan Keluarga Provinsi telah mengelola program penguatan peran perempuan di daerah pedesaan.

5. Dinas Pelayanan Kesehatan Provinsi telah mengelola program pada penurunan tingkat kematian ibu dan perlindungan anak.

6. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Sosial Tingkat Provinsi telah mengelola program keterampilan (life skill) dan perlindungan perempuan; meninjau konsistensi kebijakan untuk meningkatkan kualitas anak dan perempuan, peningkatan kapasitas kelembagaan untuk gender dan anak.

7. Badan Pendidikan Keluarga Berencana Provinsi telah mengelola program pelatihan kecakapan (life skill).

8. Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi telah mengelola program tentang Perencanaan sosial budaya.

APBD untuk program Pendidikan Non Formal dan Informal (INFE) tahun 2011. Pengarusutamaan gender adalah salah satu urusan inti INFE di Provinsi Gorontalo. Didukung oleh APBD 2011 sebesar Rp 1.370.575.000 untuk, Dinas PPOR khususnya Bagian Pendidikan Informal dan Non Formal, mengelola program-program berikut yang ditujukan baik untuk murid laki-laki dan perempuan:

a. Program Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PPAUD) didukung dengan dana Rp 433.187.000 untuk memfasilitasi PPAUD dengan berkoordinasi dengan Bank Dunia (Rp 177.800.000) dan publikasi atau sosialisasi Hari Buku Nasional (Rp 255.387.000).

b. Program Pendidikan Non Formal (Kesetaraan) ini didukung dengan dana Rp 466.000.000, - untuk menjalankan Paket B (Rp 146.000.000, -), Paket C (Rp 199.100.000,-), dan Ujian Nasional untuk semua Paket A, B dan C (Rp 120.900.000,-).

c. Program Pendidikan Masyarakat dengan anggaran sebesar Rp 471.388.000,- mencakup pengembangan pendidikan keterampilan (life skill) (Rp 283.388.000,-) dan promosi hari Melek Duinia Internasional 2011 (Rp 199.100.000,-).

Tantangan PUG di sekolah. Beberapa masalah yang menantang untuk pelaksanaan PUG di sekolah diidentifikasi selama kunjungan lapangan di Kabupaten Gorontalo adalah sbb:

a. Kurangnya pemahaman tentang konsep-konsep gender, teknik analisis sederhana, dan aplikasi praktis PUG di setiap mata pelajaran untuk setiap tingkat dan jenis sekolah.

b. Bias gender terjadi di mana-mana di lingkungan sekolah termasuk infrastruktur sekolah dan fasilitas, dibutuhkan buku teks dan bahan pembelajaran, dan bahan belajar lainnya.

c. Secara sadar atau tidak sadar guru mempertahankan peran stereotip di sekolah dan begitu juga orang tua di rumah.

d. Mitos dan peran paternalistik yang masih hidup menghambat murid laki-laki dan perempuan untuk memahami kesetaraan gender dan keadilan.

e. Dalam kebanyakan kasus, banyak pembuat kebijakan pendidikan dan para pemangku kepentingan pendidikan tidak konsisten mengalokasikan anggaran dan menempatkan manajer PUG yang tepat untuk menilai dampak masa depan gender pada peningkatan kualitas pendidikan.

f. Kurangnya kapasitas kelembagaan untuk terus mengelola sistem pendidikan yang responsif gender dalam semua tingkat manajemen.

Kapasitas dari Pusat Studi Wanita. Personil baru yang bertugas untuk menggerakkan PSW -UNG didirikan pada Februari 2012. Rektor dan Dekan dari berbagai jurusan/ fakultas telah memberikan izin secara formal untuk para dosen individu untuk berpartisipasi dalam sosialisasi PUG, pelatihan, seminar, atau lokakarya di luar universitas. Dari 2009 hingga 2011, beberapa pelatih/penasehat pengarusutamaan gender telah terlibat dalam beberapa kegiatan PUG di kabupaten, provinsi, dan kegiatan nasional. Beberapa pelatih PUG berpengalaman dan peneliti yang telah pernah bekerja dengan Pokja provinsi mensosialisasikan PUG, membangun kapasitas PUG, mengelola materi pembelajaran yang responsif gender seperti kewarganegaraan, Ilmu Sosial, dan Bahasa Indonesia.

Peran PSW dalam program pengarusutamaan gender. Pada tahun 2005, PSW telah bergabung di program-program berikut:

a. Sosialisasi hasil penelitian tentang analisis gender dalam sektor pendidikan yang disponsori oleh Direktorat Pendidikan Non Formal dan Informal (NFE).

b. Menyiapkan proposal penelitian tentang analisis gender dalam sektor pendidikan di Provinsi Gorontalo disponsori oleh Dir.Pendidikan Non Formal dan Informal (NFE).

c. Rapat koordinasi untuk menyelesaikan proposal penelitian yang disponsori oleh Pemerintah Provinsi.

d. Pertemuan nasional dengan Pemimpin Opini Perempuan yang disponsori oleh KPP.

e. Pertemuan koordinasi dengan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang disponsori oleh KPP.

f. Seminar Internasional tentang Pemberdayaan Perempuan dan Tantangan Nasional disponsori oleh KPP.

g. Lokakarya-lokakarya lainnya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, kekerasan dalam rumah tangga, keluarga berencana, dll

Kesiapan Widyaiswara untuk mendukung PUG di sekolah. LPMP memiliki 9 Widyaiswara dan siap untuk mengikuti pelatihan PUG untuk pelatih untuk melaksanakan kegiatan PUG di masa datang, termasuk lokakarya lokal, program pelatihan, seminar, dan tinjauan kegiatan PUG di Sekolah Pelatihan manajemen. Fasilitas dan infrastruktur yang tersedia untuk mendukung program pelatihan PUG. Tidak tersedia dana untuk pengintegrasian gender pada program pelatihan di LPMP. Semua program pelatihan di LPMP tidak ditinjau dengan menggunakan perspektif PUG. Namun, beberapa topik dalam program pelatihan tertentu mungkin memiliki konten yang spesifik secara tidak langsung terkait dengan isu gender.

Memperkuat kerjasama antara PSW -UNG dan Pokja gender Provinsi. PSW -UNG memiliki beberapa ahli gender dan mereka siap membantu Pokja gender provinsi dalam berbagai program, termasuk penelitian dan pengembangan, pengembangan keluarga dan masyarakat, dan pelatihan dan pendidikan. Kebanyakan program saat ini tergantung pada anggaran yang dialokasikan oleh APBN dan APBD. Peran utama untuk PSW-UNG dalam jumlah program yang terbatas adalah sebagai nara sumber, penasihat, peneliti, dan pelatih. Program yang responsif gender dalam sektor pendidikan harus dikembangkan berdasarkan data yang diperbarui dan bergerak dari program tahunan sampai program jangka menengah yang memungkinkan kontribusi lembaga (bukan individual) dan dampak yang lebih besar untuk penyediaan layanan pendidikan publik.

Penguatan kerja sama antara PSW -UNG dan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi

(BPP-KB). BPP-KB adalah salah satu lembaga di garis depan untuk PUG yang berada di bawah Sekretariat Pemerintah

Provinsi dan mendapat dukungan sumber daya keuangan yang teratur untuk melakukan PUG dengan target pendidikan keluarga. Selain program pendidikan perencanaan kesehatan keluarga yang terintegrasi, pelatihan keterampilan industri rumah, dan kampanye gizi untuk anak, BPP-KB akan memperkenalkan program baru pendidikan lingkungan untuk keluarga yang disebut Bina Lingkungan Keluarga. PSW-UNG dapat berkontribusi untuk melakukan survei baseline keluarga untuk memastikan sasaran penerima manfaat, perencanaan, pengorganisasian, dan pengukuran hasil yang tepat. Penelitian aksi partisipatif untuk mengembangkan kesejahteraan keluarga dapat dikelola oleh anggota PSW-UNG dengan dukungan BPP-KB dan mitra nasional lainnya.

Memperkuat hubungan antara PSW dan Fakultas Pendidikan. Ditemukan bahwa PUG di di UNG tidak efektif dan secara internal dilakukan oleh PSW-UNG. Kebanyakan penasihat/konsultan PUG yang tergabung dalam PSW berdasarkan komitmen pribadi, bukan komitmen kelembagaan. Jasa konsultasi dari PSW telah dilakukan untuk

memfasilitasi mitra di luar UNG (outward looking) dan kurangnya upaya untuk mengajak kolega dan para dosen

lainnya di UNG itu sendiri (inward looking). Temuan fakta yang teridentifikasi menunjukkan bahwa PSW harus

menanggapi kebutuhan PUG secara internal untuk para dosen dari setiap jurusan di UNG khususnya jurusan

pendidikan yang bertanggung jawab untuk pelatihan pre-service bagi guru saat ini dan masa dating di semua

jenis dan tingkat sekolah.

Dokumen terkait