• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 3 - FGD dengan Lembaga Pelatihan Guru

Peserta: Staf Lembaga Pelatihan Guru termasuk Lembaga Pendidikan, LPMP, Balai Diklat dibawah Pemerintahan Daerah Provinsi.

Kode* Pertanyaan Komentar

Komponen 2: Melembagakan Pengarusutamaan Gender

2.1a Apakah ada dukungan kepemimpinan untuk PUG? Apakah ada kebijakan PUG di lembaga-lembaga pelatihan guru?

Ya. Dukungan kepemimpinan disediakan Oleh Rektor Univer-sitas Darma Karya (Undarma) Karena beliau adalah salah satu

gender focal point untuk Pengarusutamaan gender di NTT

Ada, dengan memasukkan kesadaran gender dalam setiap kegiatan “(Rektor Universitas Darma Karya)

“Ya. Dalam beberapa kesempatan Universitas Cendana (UNDANA) mengirim dosen ke berbagai organisasi perem-puan untuk berpartisipasi dalam pengarusutamaan gender, mereka melatih peserta pelatihan provinsi untuk mengurangi kesenjangan gender “(Dosen Bimbingan dan Konseling). “Pengarusutamaan gender penting bagi mahasiswa di per-guruan tinggi pendidikan. Setiap murid akan mendapatkan pengetahuan pengarusutamaan gender dan keterampilan selama program pra-pelayanan masyarakat/magang “(Wakil Dekan III, FKIP UNDANA).

2.1 Apa sumber daya yang tersedia di tempat untuk PUG di lembaga

Beberapa dosen sebelumnya terlibat dalam LSM berkomit-men untuk pelayanan terkait gender, seperti ‘Rumah Perem-puan’ “(Rektor Universitas Darma Karya).

“Dosen laki-laki dan perempuan telah dilatih pengarusu-tamaan gender di Padang, Jawa Barat, dibiayai oleh Direk-torat Jenderal Pendidikan Tinggi.” (Dosen Bimbingan dan Konseling)

“ “Pokja gender di Provinsi harus melatih Pokja gender di Kabupaten. Semua produk Pokja gender di Propinsi dan Ka-bupaten harus disosialisasikan ke kecamatan ke sekolah/ma-drasah. Pengarusutamaan gender perlu dimasukkan dalam program pelatihan sertifikasi guru. Pokja harus melatih dinas pendidikan kabupaten untuk menerjemahkan pengarusu-tamaan gender ke dalam dokumen perencanaan (RKAL dan RPJM). Lebih baik untuk melatih widya Iswara dari LPMP dan lembaga pelatihan lainnya untuk mengembangkan modul, kurikulum, silabus, dan semua materi pelatihan untuk pelak-sanaan pengarusutamaan gender di pembelajaran di kelas “(Bimbingan dan Konseling Dosen, UNDANA).

“Pada tahun 2009, beberapa staf dan widyaiswara dari LPMP berpartisipasi dalam pelatihan Pengarusutamaan Gender, dan kemudian juga melatih 40 peserta guru sekolah dasar. Pengarusutamaan gender tidak selalu diperlukan sebagai subjek eksklusif dalam program pelatihan di bawah program tahunan LPMP dan penganggaran. MGMP, KKG, M KS, MKKPS siap untuk membantu pengarusutamaan gender di semua tingkat dan jenis sekolah “(LPMP NTT).

Kode* Pertanyaan Komentar Komponen 2: Melembagakan Pengarusutamaan Gender

“LPMP tidak pernah menjalankan program pelatihan khusus tentang pengarusutamaan gender, termasuk bagaimana mengembangkan kurikulum sekolah dasar dan rencana pela-jaran responsif jender. LPMP bertugas membantu Pemerintah Kabupaten untuk memilih dan menguji calon kepala sekolah, pengawas, dan guru. Terkait dengan fungsi ini, LPMP dapat menerapkan kesetaraan jender terkait meritokrasi untuk pemilihan guru, kepala sekolah, dan pengawas “(LPMP NTT). LPMP dapat memperkenalkan manajemen basis sekolah yang responsive gender di daerah marjinal dan memperkuat interaksi belajar-mengajar responsif gender di dalam kelas “(LPMP NTT).

  “Kemenag percaya bahwa tiga lembaga - KKG, MGMP dan Pergakri - disediakan untuk kesadaran gender di sekolah. KKG untuk SD, MGMP untuk SMP; dan SMA tempat terbaik untuk mengarusutamakan gender dan mencapai 200 guru perem-puan di sekolah swasta setiap tahun “(Kantor Kemenag, NTT). “Di Universitas Kristen Karya Dharma, perguruan tinggi pendidikan memiliki sumber daya manusia, tapi manual, inst-rumen, bahan belajar tidak tersedia untuk menjalankan pen-garusutamaan gender.” (Sekolah Tinggi Pendidikan UKKD). Dewan Pendidikan, Penelitian Pelatihan, dan Pengembangan Provinsi mengatakan bahwa “tiga widya Iswara dilatih dalam Gender tetapi kurangnya dukungan kepemimpinan kepala lembaga untuk memasukkan PUG dalam kurikulum pelati-han.”

3.2a Apakah dosen dilatih kesadaran gender Setiap dosen, termasuk beberapa guru SMP dan SMA, belajar untuk gelar master di Undarma mengambil Pengarusu-tamaan Gender sebagai subjek utama selama satu semester.” (Rektor Universitas Darma Karya).

“Dosen yang bertanggungjawab untuk Bimbingan dan Kon-seling dilatih oleh tim khusus dari PKK, program kesejahter-aan keluarga.” (Bimbingan dan Konseling)

“Sudah saatnya untuk mengusulkan Gender sebagai subyek yang terpisah sendiri dalam setiap program studi ilmu sosial di tingkat universitas.” (Universitas Kristen, NTT)

“Salah satu isu menantang adalah rotasi staf dan manajer dari satu ke posisi lain yang dapat mencegah kebijakan dan program yang konsisten untuk menjalankan pengarusu-tamaan gender. BP4D mengikuti LAN (Lembaga Administrasi Nasional) di Jakarta.

Pelatihan kurikulum dan silabus terdiri dari 14 program dan tidak ada cara untuk memasukkan gender dengan lembaga pelatihan lokal.”(Titik, BP4D, NTT)

3.2a Sampai sejauh mana kurikulum pelatihan guru responsif gender? Apakah kurikulum ditinjau dari perspektif gender?

“Peran dan manfaat pemahaman gender harus digunakan untuk mengevaluasi kurikulum pelatihan.” (Rektor Universitas Darma Karya).

“Hanya beberapa guru telah dilatih tentang analisis gender.” (Bimbingan dan Konseling)

Kode* Pertanyaan Komentar Komponen 2: Melembagakan Pengarusutamaan Gender

3.2a Apakah komponen ada kesadaran gender dalam kurikulum pelatihan guru?

“Mahasiswa sarjana dan pascasarjana perlu memahami peran yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.” (Rektor Uni-versitas Darma Karya).

“Komponen Terbatas disediakan dalam kurikulum.” (Bimbin-gan dan Konseling)

“Jender harus dimasukkan sebagai bagian dari konten dalam kurikulum pelatihan dan setiap mata pelajaran untuk maha-siswa di setiap program studi.” (Fakultas Pendidikan Universi-tas Cendana)

3.2a 3.2c

Apakah guru dilatih untuk mengidenti-fikasi dan mengkaji teks, tes, penilaian dan bahan untuk menentukan apakah contoh dan bahasa yang digunakan bebas dari bias gender dan stereotip dan memastikan bahwa contoh mencermin-kan keseimbangan pengalaman anak perempuan dan laki-laki.

“Beberapa dosen dilatih tetapi tidak pernah tahu apakah mereka mempraktekkan pengarusutamaan gender dalam ruang kelas belajar.” (Rektor Universitas Darma Karya). “Hanya beberapa dosen memiliki pengetahuan yang cukup dan keterampilan untuk mengidentifikasi kesenjangan gen-der dalam buku-buku teks, tes, evaluasi.” (Fakultas Pendidikan Universitas Cendana)

3.2a 3.2c

Apakah guru dilatih tentang pendeka-tan untuk mengatasi gaya belajar yang berbeda/kebutuhan anak laki-laki dan perempuan?

“Hanya beberapa focal point dapat menerapkan kesadaran gender dalam pengembangan belajar dan gaya mengajar di ruang kelas untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan.” (Rektor Universitas Darma Karya).

3.2a 3.2d

Apakah murid diajarkan manajemen berbasis kelas yang responsif gender dan pentingnya akses yang sama dalam semua kegiatan ekstra kurikuler.

“Pada dasarnya setiap mahasiswa diperlakukan sama oleh dosen. Pengamatan lebih lanjut dan tinjauan mendalam diperlukan untuk meningkatkan kinerja sekolah “(Fakultas Pendidikan Universitas Cendana).

3.2 Tampilkan salinan peserta FGD tentang panduan ‘Berwawasan gender ‘ untuk sekolah dasar, menengah pertama dan menengah atas dan tanyakan berapa banyak peserta telah melihat salinan pedoman tersebut digunakan sebagai alat referensi dalam kurikulum pelatihan guru - catat respon peserta dari masing-masing institusi

“Ya, dia tahu manual ini.” (Rektor Universitas Darma Karya). “Murid belajar mengajar lebih banyak daripada pengajaran berbasis gender.” (Bimbingan dan Konseling)

““Kita semua tiga wakil di sini dan belum pernah melihat manual ini.” (Kantor Kemenag, Kupang).

3.2a Apakah guru dilatih untuk memahami bagaimana persepsi atau harapan murid mereka laki-laki dan perempuan dapat mempengaruhi bagaimana mereka menilai kemajuan murid, menandai ujian, dan memberikan umpan balik.

“Ya, guru membutuhkan program Pelatihan Gender.” (Rektor Universitas Darma Karya).

“Saya berharap analisis gender untuk dimasukkan dalam Pra pelatihan sertifikasi Guru bagi semua guru.” (Bimbingan dan Konseling)

Dokumen terkait