• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat dan Permasalahan Program PHBM di Kawasan Tahura WAR Program PHBM di kawasan Tahura WAR memberikan manfaat dan

AKSES MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM)

6.4 Manfaat dan Permasalahan Program PHBM di Kawasan Tahura WAR Program PHBM di kawasan Tahura WAR memberikan manfaat dan

permasalahan bagi masyarakat dan pihak UPTD Tahura WAR. Manfaat dan permasalahan dalam program PHBM di kawasan Tahura bisa terlihat dari Tabel 15 matriks berikut ini:

Tabel 15 Matriks manfaat dan permasalahan program PHBM di kawasan Tahura WAR

Petani Penggarap Lahan PHBM

Pihak UPTD Tahura WAR Manfaat dalam Program

PHBM

 Masyarakat mendapatkan akses untuk menggarap lahan di dalam kawasan Tahura WAR.

 Masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan hutandi kawasan Tahura WAR melalui program PHBM.

 Masyarakat mendapatkan keuntungan ekonomi berupa hasil panen dari menanam tanaman MPTS di dalam kawasan Tahura WAR.

 Munculnya sumber mata air baru untuk keperluan hidup masyarakat di sekitar kawasan Tahura WAR

Pihak UPTD dapat mengembalikan fungsi hutan secara optimal dan tidak ada lagi kerusakan serta perambahan hutan di Tahura WAR

Hutan di Tahura WAR menjadi rindang dan ekologis.

Terlaksananya kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan di Tahura WAR

Tidak terjadi kembali konflik antara pihak UPTD dengan masyarakat sekitar kawasan Tahura WAR.

Permasalahan Program PHBM

 Hasil panen dari tanaman MPTS yaitu getah karet tidak mulai tertampung dan terjual di pasaran.

 Hanya sedikit daya tampung dan pemasaran untuk getah karet yaitu dari PTPN VII serta perusahaan swasta.

 Masyarakat akan otomatis mengganti tanaman MPTS yaitu tanaman karet dengan tanaman

yang lebih

menguntungkan, jika tidak ada penambahan daya tampung getah karet.

Pihak UPTD khawatir dan takut jika hutan yang sudah rindang kembali ditebang oleh masyarakat karena kurangnya daya tampung dan pemasaran getah karet.

Akan hilang kembali fungsi hutan dan ekologi hutan, jika pemasaran dan daya tampung getah karet tidak ditambah.

Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa manfaat yang diperoleh dari program PHBM di kawasan Tahura WAR adalah kembalinya fungsi hutan secara optimal, berkurangnya kerusakan hutan, dan meningkatnya daya dukung lahan sebagai catchment area. Program PHBM yang dilakukan oleh pihak UPTD Tahura WAR kepada masyarakat di sekitar Tahura membuat terlaksananya kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan yaitu meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, sampai monitoring dan evaluasi dalam program PHBM.

Program PHBM dapat memberdayakan masyarakat karena masyarakat diajak partisipatif dalam menanam tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) untuk mengembalikan fungsi hutan secara optimal dan merehabilitasi hutan yang rusak. Masyarakat menanam tanaman MPTS di dalam kawasan hutan, agar kawasan hutan menjadi ekologi serta masyarakat mendapatkan hasil ekonomi dari tanaman MPTS yang ditanam. Tanaman MPTS yang ditanam masyarakat memberikan manfaat terhadap penghijauan di kawasan hutan, selain itu sebagai pengendali banjir serta sebagai sumber mata air bagi masyarakat di sekitar kawasan Tahura. Program PHBM menjalin hubungan yang baik antar pihak UPTD Tahura WAR dengan masyarakat sekitar kawasan Tahura WAR dan mencegah terjadinya konflik

Petani penggarap di kawasan Tahura sudah mulai merasakan manfaat yang diperoleh dari program PHBM. Manfaat yang diperoleh adalah hasil panen dari tanaman MPTS yang digarap oleh masyarakat yaitu berupa getah karet, biji kemiri, petai, dan buah durian. Hasil panen yang mereka peroleh dijual ke pasar, tengkulak, atau untuk dikonsumsi secara pribadi (kecuali getah karet). Penjualan hasil panen yang masyarakat peroleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan sebagai tabungan untuk keperluan lainnya.

Salah satu permasalahan dalam program PHBM bagi pihak petani yang menggarap PHBM dan pihak UPTD Tahura WAR terjadi di Desa Bogorejo, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. Permasalahan yang terjadi yaitu dimana pihak UPTD Tahura WAR cemas dan khawatir hutan yang sudah tingi dan rindang dari program PHBM akan kembali rusak. Akibat dari permasalahan daya tampung hasil produksi getah karat serta kurangnya pemasaran terhadap hasil panen getah karet. Otomatis membuat masyarakat akan mengganti dan menebang tanaman karet, kemudian mencari tanaman yang lebih menguntungkan dari tanaman karet, jika daya tampung hasil produksi getah karet dan pemasaran tidak ditambah lagi. Akhirnya hutan di Tahura WAR akan dirusak oleh masyarakat kemudian pohon yang tinggi dan rindang serta fungsi hutan secara ekologi akan hilang.

Kecemasan bagi masyarakat di Desa Bogorejo adalah akan rendahnya harga getah karet serta adanya monopoli perdagangan dalam pemasaran getah karet, kemudian tidak akan memberikan keuntungan bagi petani penggarap di kawasan Tahura. Dampaknya masyarakat merasa dirugikan apabila tidak ditambahnya daya tampung dan pemasaran getah karet dan secara otomatis akan menebang dan mencari komoditas hasil produksi baru yang lebih menguntungkan. Hal ini akan merusak kembali kawasan Tahura yang sudah lestari dari program PHBM. Paling penting fungsi hutan secara ekologis akan kembali rusak serta menurunnya daya dukung hutan sebagai catchment area, sehingga keadaan hutan

akan kembali seperti dahulu kala. Seperti yang disampaikan oleh seorang responden berikut ini:

“Permasalahan yang paling berbahaya adalah terjadinya

kerusakan hutan kembali oleh masyarakat yang menggarap di kawasan Tahura, apabila hasil produksi komoditi tanaman karet dari kawasan ataupun dari luar kawasan tidak tertampung lagi oleh PTPN atau perusahaan swasta.Sehingga harga karet turun drastis dari harga pasaran yang ada.Secara otomatis membuat petani menjadi rugi serta hutan tidak memberikan keuntungan kepada petani untuk sumber pendapatan mereka, pada akhirnya masyarakat akan menebang hutan yang sudah rindang dan tinggi menjadi rusak

kembali.” (AMD, 52 tahun)

Hasil produksi getah karet menjadi komoditas yang paling diunggulkan oleh masyarakat di Desa Bogorejo, karena dalam penjualan sangatlah berpontesi dan menguntungkan dengan harga yang diberikan oleh pasar. Pihak UPTD Tahura melakukan antisipasi permasalahan tersebut dengan melakukan pengembangan jejaring pemasaran, agar hasil produksi yang diperoleh masyarakat tidak ada yang

over produksi dan ada jejaring usaha yang siap menampung hasil produksi. Antisipasi yang dilakukan oleh pihak UPTD Tahura WAR adalah membantu dalam mengajarkan pada masyarakat di Desa Bogorejo melewati Gapoktan untuk melakukan pelatihan membuat proposal pengajuan tempat pengolahan getah karet baru di desa tersebut. Proposal yang dibuat akan diajukan kepada Dinas Perkebunan Provinsi Lampung atau pihak swasta, agar pihak terkait mau memberikan bantuan pengolahan getah karet baru supaya daya tampung hasil produksi getah karet di Desa Bogorejo tetap terjaga serta kerusakan hutan di dalam kawasan Tahura WAR tidak terjadi kembali.

6.5 Ikhtisar

Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman (WAR) merupakan suatu solusi dalam mencegah kerusakan hutan yang dilakukan oleh masyarakat. Program PHBM memberikan izin akses menggrap lahan dengan pola penguassan lahan melalui pinjam-pakai terhadap masyarakat di sekitar kawasan Tahura WAR. Sejarah menceritakan bahwa sebelum adanya program PHBM di kawasan Tahura WAR masyarakat sekitar kawasan banyak sekali yang melakukan kerusakan hutan secara berlebihan, sehingga fungsi hutan tidaklah optimal sebagai penjaga ekosistem lingkungan. Masyarakat menganggap lahan di kawasan Tahura WAR merupakan lahan tidak bertuan, sehingga bisa diakses dan dimanfaatkan sebagai sumber nafkah bagi kehidupan.

Hutan yang terus dirusak oleh masyarakat di dalam kawasan Tahura WAR mengalami kegundulan yang menyebabkan daya serap air berkurang, akibatnya menimbulkan terjadinya bencana alam berupa banjir bandang di sekitar kawasan Tahura WAR. Masyarakat pun masih belum sadar apa yang mereka lakukan telah membawa dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya. Pihak UPTD Tahura WAR melakukan suatu program untuk mengembalikan fungsi hutan

secara optimal dan keberlanjutan dengan melibatkan peran serta masyarakat di sekitar kawasan Tahura WAR. Program tersebut adalah program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), program tersebut ditujukan kepada masyarakat sekitar hutan untuk tidak merusak hutan kembali dan mengembalikan fungsi lingkungan secara ekologis.

Cara yang dilakukan dalam program PHBM untuk merayu dan mengajak masyarakat di sekitar kawasan Tahura WAR adalah dengan melibatkan keikutsertaan dan partisipatif masyarakat dalam program PHBM. Masyarakat dilibatkan dalam keikusertaan program PHBM yaitu dari mulai tahap perencanaan, pelatihan, pembentukan kelembagaan, pelaksanaan pengembangan kawasan hutan, pendampingan, dan evaluasi. Selain itu, masyarakat mendapatkan akses izin untuk menggarap lahan seutuhnya di dalam kawasan Tahura WAR sesuai dengan aturan (undang-undang) dan sanksi yang berlakuk.

Hadirnya program PHBM di kawasan Tahura WAR memberikan manfaat bagi masyarakat dan pihak UPTD Tahura WAR. Manfaat bagi masyarakat dalam program PHBM adalah masyarakat bisa memanfaatkan hasil panen secara penuh dari lahan yang mereka garap di dalam kawasan. Masyarakat mendapatkan akses lahan secara cuma-cuma tanpa harus bayar biaya sewa serta tidak illegal loging

lagi dalam menggarap di dalam kawasan. Masyarakat bisa menjadikan lahan di kawasan Tahura WAR sebagai basis nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Manfaat bagi pihak UPTD Tahura WAR dengan hadirnya program PHBM adalah mengembalikan kembali fungsi hutan secara optimal, lestarinya lingkungan secara ekologis, dan meningkatnya daya serap air di dalam kawasan. Hadirnya program PHBM merupakan suatu solusi bagi kondisi sosial-ekonomi masyarakat dan pihak UPTD Tahura WAR.Kondisi sosial memberikan solusi terhadap masyarakat dan pihak UPTD Tahura WAR, dimana tidak terjadinya konflik kembali dalam permasalahan akses lahan di kawasan Tahura WAR serta terjalinnya komunikasi yang baik antar ke dua belah pihak. Kondisi ekonomi memberikan solusi bagi masyarakat berupa penambahan pendapatan dan sumber nafkah baru bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka, kemudian bagi pihak UPTD Tahura WAR berupa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dari tingkat kemiskinan.

BAB VII

STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI

Dharmawan (2007) menyatakan bahwa basis nafkah adalah segala aktivitas ekonomi pertanian dan ekonomi non-pertanian, di mana setiap individu atau rumah tangga dapat memanfaatkan peluang nafkah dengan “memainkan”

kombinasi “modal-keras” (tanah, finansial, dan fisik) dan “modal-lembut” berupa intelektualitas dan keterampilan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia, untuk menghasilkan sejumlah strategi-penghidupan (livelihoods strategies). Pekerjaan sebagai petani memiliki pendapatan yang tidak menentu dan basis nafkah terbatas mengakibatkan para petani melakukan strategi nafkah.

Dharmawan (2007) menyatakan bahwa strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok untuk mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial dan sistem nilai budaya yang berlaku. Untuk menjelaskan strategi nafkah yang dilakukan oleh rumahtangga petani sebagai petani di Dusun III, Desa Bogorejo, maka subbab berikut ini kan menjelaskan strategi nafkah yang dilakukan oleh rumahtangga petani untuk memperoleh pendapatan dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

7.1 Strategi Ekstensifikasi Lahan Pertanian

Pertanian berbasis lahan merupakan mata pencaharian utama bagi rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo. Pertanian dengan komoditas utama coklat dan karet dikelola secara komersial. Hasil dari produksi coklat dan karet dijual kepada tengkulak atau ke pabrik pengelolaan seperti PTPN VII, uang hasil penjualan digunakan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari serta biaya untuk usaha tani dan ditabung sebagai aset di masa depan. Selain hasil produksi pertanian dari coklat dan karet, ada juga hasil produksi pertaniannya seperti pepaya, kangkung, bayam, cabai, tomat, dan singkong, akan tetapi hasil pertanian tersebut hanya digunakan untuk dikonsumsi sendiri tidak dijual ke tengkulak atau pasar.

Selain lahan pertanian berupa tegalan atau ladang yang rumahtangga petani garap dan kelola, terdapat pula lahan hutan milik UPTD Tahura Wan Abdul Rachman (WAR) yang digarap oleh rumahtangga petani dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Ketentuan dan peraturan dibuat oleh UPTD Tahura WAR dengan melibatkan masyarakat secara partisipatif dengan dibentuknya kelompok tani dan Gapoktan yang mewakili aspirasi anggota kelompok. Ketentuan dan pertauran yang dibuat oleh UPTD Tahura WAR yaitu dengan pemberian materi tentang peraturan dalam mengelola dan menggarap di dalam kawasan hutan Tahura WAR serta pemberian pelatihan bagaimana dalam mengelola dan meggarap di dalam kawasan hutan Tahura WAR dengan baik dan bijak. Jumlah luas lahan pertania di kawasan Tahura WAR yang dapat dikelola oleh rumahtangga petani, tergantung dari kesediaan atau kesanggupannya untuk mengelola lahan. Selain itu tergantung pula dengan ketersediaan lahan yang diperkenakan untuk digarap. Lahan di kawasan Tahura WAR yang akan digarap oleh rumahtangga petani adalah tanaman yang bertajuk tinggi berupa, karet, damar, durian, kemiri, petai, dan medang.