• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Tahura Wan Abdul Rachman (Tahura WAR)

4.2 Sumberdaya Hutan

4.2.1 Pembagian wilayah kerja

Pengelolaan kawasan Tahura WAR merupakan organisasi berbasis teritorial, maka UPTD Tahura WAR telak mengefektifkan dengan membentuk satuan-satuan tugas Koordinator Wilayah (setingkat rayon) yang langsung bertugas di lapangan. Masing-masing rayon terdiri dari personil dengan kemampuan: Administrasi, Teknis Kehutanan, dan Pengamanan Hutan (Polisi Kehutanan: POLHUT). Tahura WAR dibagi menjadi enam sub rayon yaitu rayon Kedondong-Way Lima, rayon Gedong Tataan, rayon Bandar Lampung, rayon

Youth Camp, rayon Way Sabu, dan rayon Padang Cermin. Berdasarkan Tabel 3 data pembagian wilayah kerja dalam pelaksanaan PHBM di Tahura WAR sebagai berkut:

Tabel 4 Hasil pemaparan pelaksanaan tugas dan perencanaan kegiatan di kawasan Tahura WAR Tahun 2013

NO ASPEK RAYON Kedondong Gedong Tataan Bandar Lampung Youth Camp Way Sabu Padang Cermin Se- Tahura 1 Jumlah Gapoktan 7 8 5 7 4 4 35 2. Jumlah Anggota (orang) 708 2208 1551 1338 862 743 7222 3. Luas Garapan Gapoktan 686.00 2 554.40 1374.99 1746.50 1430.30 1087.75 8934.24

Sumber: UPTD Tahura WAR Tahun 2013

4.2.2 Pembagian Wilayah Berdasarkan Tujuan Pengelolaan

Untuk kepentingan pengelolaan, kawasan hutan di wilayah Tahura WAR dibagi menjadi empat blok pengelolaan yaitu blok pemanfaatan/ wisata alam, blok koeksi tanaman, blok perlindungan, dan blok lainnya (pendidikan dan PHBM). Kawasan hutan Tahura WARmemiliki luas 22249.31 ha. Berikut ini pembentukan pembagian blok-blok pengelolaan di Tahura WAR pada Tabel 5.

Tabel 5 Pembagian blok pengelolaan di kawasan Tahura WAR Tahun 2006-2012

No Nama Blok Pemanfaatan Luas (Ha) Persen (%)

1. Blok Pemanfaatan/ Wisata Alam 700.00 3.15

2. Blok Koleksi Tanaman 845.54 3.80

3. Blok Perlindungan 8 079.22 36.39

4. Blok Laninnya:

a. Blok Pendidikan 540.43 2.43

b. Blok Social Forestry/Hutan Kemasyarakatan (HKm)

12 066.12 54.23

Jumlah 22 249.31 100

Sumber: UPTD Tahura WAR 2006-2012

Pembagian blok pemanfaatan mempunyai bentuk pengelolaan masing- masing antara lain:

a. Blok Pemanfaatan/ Wisata Alam

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan, dan Pengunaan Kawasan Hutan, bahwa blok pemanfaatan adalah areal/wilayah di dalam kawasan Tahura yang dapat dimanfaatkan bagi kegiatan pariwisata alam termasuk pembangunan sarana dan prasarana wisata. Meskipun demikian dalam pengembangan wisata alam tidak bersifat kaku, tetapi dimungkinkan adanya pembangunan sarana dan prasarana wisata pada lokasi yang telah ditetapkan dengan tidak melebihi 10% dari luas blok pemanfaatan/wisata alam, menggunakan bangunan arsitektur budaya setempat dan tidak merubah bentang alam.

Areal yang ditetapkan sebagai blok pemanfaatan/ wiasata alam meliputi ± 700 ha (3.15 persen) yang terpusat di wilayah Margodalam di sekitar hulu sungai Sabu, Youth Camp Centre di Kecamatan Padang Cermin, dan Air Terjun Wiyono, Kecamatan Gedong Tataan. Tahura WAR menyimpan potensi wisata yang sangat besar antara lain pesona air terjun yang tersebar di seluruh wilayah, Panorama Pantai Teluk Lampung, Obyek Wisata Batu Lapis, dan Sumber Air Panas alami. Blok Pemanfaatan/ Wisata Alam dimungkinkan untuk masuknya investor untuk berinvestasi dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata alam sesuai dengan potensi yang ada, mulai dari wisata alam hingga wisata ekologis terbatas, seperti golf, flying fox, dan outbond. Kegiatan wisata tersebut dimungkinkan dikembangkan di wilayah Tahura WAR selama tidak mengubah bentang alam secara mendasar, kemudian masuknya investasi tentunya diharapkan akan menunjang ekonomi daerah dan masyarakat yang berada disekitarnya.

b. Blok Koleksi Tanaman

Berdasarkan Nomor 34 Tahun 2002, blok koleksi tanaman diperuntukan bagi koleksi tumbuhan. Secara lebih luas, blok koleksi tanaman merupakan areal/wilayah di dalam kawasan Tahura yang berisikan berbagai jenis tumbuhan baik jenis asli maupun tidak asli (eksotik), langka maupun tidak langka yang perlu dilindungi dan dilestarikan serta dikembangkan sesuai fungsi kawasan Tahura. Areal blok koleksi tanaman seluas 845.54 ha (3.80%) dari daerah Hurun hingga Hanura. Blok koleksi tanaman Tahura WAR direncanakan untuk mengembangkan tanaman koleksi berbagai jenis kayu-kayuan asli maupun bukan asli termasuk kayu-kayuan yang berasal dari luar daerah.

c. Blok Perlindungan

Blok perlindungan ditetapkan pada areal-areal yang mempunyai kelerengan lebih besar dari 40 persen, daerah-daerah dengan keadaan vegetasi yang masih asli dengan komposisi tumbuhan sangat bervariasi. Berdasarkan PP Nomor 34 Tahun 2002, blok perlindungan diperuntukan bagi perlindungan jenis- jenis tumbuhan dan satwa dari pengaruh kegiatan eksploitasi. Blok perlindungan ini merupakan areal/wilayah di dalam kawasan Tahura WAR yang dilindungi, dijaga, dilestarikan untuk kepentingan masyarakat di masa kini dan masa yang akan datang dengan criteria sebagai sumber mata air, perlindungan flora dan fauna, rawan bencana alam dengan kemiringan lebih dari 40 persen, terdapat daerah aliran sungai dan masih hutan alami. Areal-areal yang ditetapkan sebagai blok perlindungan menyebar di dalam kawasan hutan, terutama daerah Gunung Betung, Gunung Pesawaran, Lereng Gunung Tangkit Ulu Padang Ratu, Gunung Ratai, dan daerah sekitarnya. Blok perlindungan mempunyai luas 8097.22 ha (36.39 persen).

d. Blok Pendidikan dan Blok Social Forestry/HKm

Blok pendidikan mengahampar di daerah Sumber Agung, Batu Putu, dan Beringin Raya sampai ke lereng dari Gunung Betung dengan luas blok seluas 540.43 ha (2.43 persen). Lokasi ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai areal pendidikan dari pemanfaatan sumber daya hutan yang ada di dalam Tahura WAR. Potensi yang ditemukan adalah terbinanya masyarakat melalui pengembangan kelmbagaan kemasyarakatan di dalam pengelolaan hutan, adanya berbagai ragam pemanfaatan lahan hutan dengan tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species), serta aksesibitas yang mudah dan dekat dengan pusat kota.

Blok Social Forestry/HKmdi Tahura WAR dikelilingi oleh desa-desa dengan tingkat kepadatan penduduk yang relative tinggi dan tingkat ketergantungan terhadap lahan hutan sangat tinggi.Blok Social Forestry/Hkm merupakan blok yang paling luas dari keempat blok pengelolaan lainnya yang tersebar dibeberapa wilayah di Tahura WAR. Namun sebagian besar terpusat di bagian Selatan Tahura WAR (Padang Cermin dan sekitarnya), selanjutnya wilayah-wilayah yang sesuai diperuntukan bagi blok Social Forestry/Hkm, antara lain:

 Wilayah Gedong Tataan: Sukadadi, Bogorejo, Wiyono, Kebagusan, dan Sungai Langka.

 Wilayah Kedondong-Way Lima: Sinar Harapan, Pesawaran, dan Tempel Rejo.

 Wilayah Bandar Lampung: Sumber Agung, Batu Putu, Sukaharum, Tanjung Agung.

 Wilayah Padang Cermin: Hurun, Hanura, Padang Cermin, Gebang, Margodalem, dan Kubang Badak.

Wilayah-wilayah tersebut memberikan gambaran adanya aktivitas pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM). Luas blok Social Forestry/Hkm mempunyai luas 12 066.12 ha (54.23 persen). Tingkat penutupan lahan blok

Social Forestry/Hkm adalah 1387.00 ha berupa hutan sekunder, 814.36 ha berupa lahan terbuka/perladangan, dan 98 464.76 ha berupa kebun campuran. Blok Social Forestry/Hkm perlu diperhatikan kondisinya dengan melakukan pembinaan berupa merehabilitasi lahan dengan cara melakukan pengkayaan jenis tanaman,

sehingga dominasi tanaman tidak hanya dari tanaman perkebunan seperti coklat, namun juga adanya tanaman kayu-kayuan dari berbagai jenis, atau dapat juga diganti dengan tanaman MPTS yang mempunyai sifat produksi tidak hanya buah- buahan atau getah-getahan atau hasil hutan non kayu tetapi tanaman hutan myang bias menghasilkan kayu-kayuan.

Pola penggunaan lahan dan mata pencaharian masyarakat di daerah sekitar Tahura WAR tersaji pada tabel 6 dan 7, berikut ini.

Tabel 6 Pola penggunaan lahan di sekitar kawasan Tahura WAR

Peruntukan % (persentase)

Pemukiman 10.17

Ladang 11.99

Hutan 60.49

Lain-lain 0.03

Sumber: Data sekunder 2012

Tabel 7 Mata pencaharian di sekitar kawasan Tahura WAR

Mata Pencaharian % (persentase)

Petani dan buruh tani 90.15

Pedagang 4.98

Aparatur Negara 1.64

Lain-lain 3.23

Sumber: Data sekunder 2012

Berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8, terlihat bahwa masyarakat yang ada di sekitar hutan Tahura WAR yang produktif (bekerja) kurang lebih sebanyak 90.15 persen (bekerja sebagai petani dan buruh tani). Hal ini diduga ada kaitannya dengan tingkat pendidikan masyarakat yang mengenyam SLTA atau Perguruan Tinggi hanya 6.57 persen. Selain itu, lingkungan biofisik yang ada di sekitar masyarakat didominasi oleh hutan, maka interaksi masyarakat terhadap hutan relatif tinggi. Disamping pekerjaan pokoknya sebagai petani atau buruh tani, sebagian masyarakat juga melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan hutan, diantaranya pemanfaatan lahan di dalam kawasan Tahura WAR (tanaman karet, durian, kemiri, coklat kopi, petai, dammar dan pengambilan rumput untuk pakan ternak) serta kegiatan lain yang terkait dengan pengelolaan hutan. Laju pertumbuhan penduduk ± 0.58 persen per tahun memberikan tekanan yang cukup besar terhadap hutan. lahan pertanian berupa sawah dan tegalan yang ada di sekitar wilayah kerja Tahura WAR luasnya sangat terbatas, maka lahan hutan menjadi tempat garapan (mata pencaharian) guna mencukupi kebutuhan ekonomi. Interaksi negatif sering muncul, yang pada akhir-akhir ini sangat dirasakan dampaknya dan merupakan ancaman terhadap keberadaan kawasan hutan yaitu perambahan hutan dan kerusakan vegetasi di kawasan hutan. Salah satu solusi yang dikembangkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Lampung dari UPTD Tahura WAR adalah pengelolaan hutan melalui pola kemitraan untuk mengembalikan fungsi hutan kebentuk semula dan menjaga hutan secara ekologis tetapi memperhatikan sisi ekonomi dari hasil tanaman yang ditanam di dalam kawasan Tahura WAR (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat = PHBM).

4.3 Gambaran Umum Desa Bogorejo