• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR NAFKAH RUMAHTANGGA PETAN

8.3 Tingkat Kemiskinan Rumahtangga Petan

Garis kemiskinan mempunyai ukuran yang berbeda-beda tergantung pandangan siapa yang digunakan dalam mengukur tingkat kemiskinan tersebut, misalnya ukuran garis kemiskinan yang dikemukakan oleh Sajogyo, Badan Pusat Statistik (BPS), dan World Bank. Pada kasus rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo untuk mengetahui tingkat kemiskinannya, maka digunakan ukuran kemiskinan menurut World Bank dengan asumsi pendapatan yang diperoleh USD $2.00 per kapita per hari. Tabel 21 dan Gambar 10 berikut ini merinci rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani pada setiap kategori menurut lapisan pendapatan berdasarkan sumber pendapatan yang diperoleh dari sektor PHBM (hutan rakyat), sektor pertanian, dan sektor non-pertanian per tahun.

Tabel 20 Rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani menurut lapisan pendapatan berdasarkan sumber pendapatan PHBM (hutan rakyat), pertanian, dan non-pertanian pada Tahun 2012

Sumber pendapatan

Rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani/tahun (Rp) Petani Lapisan Atas Petani Lapisan

Menengah Petani Lapisan Bawah PHBM (Hutan rakyat) 2 690 000 1 633 854 537 454 Pertanian 8 378 812 2 317 400 948 986 Non-Pertanian 6 565 700 2 302 173 0 Total 17 634 512 6 253 427 1 486 440

Gambar 10 Rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani menurut lapisan pendapatan per tahun berdasarkan sumber pendapatan pada Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 20 dan Gambar 10 di atas dapat terlihat bahwa rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani menurut lapisan pendapatan per tahun berdasarkan sumber pendapatan yang diperoleh dari PHBM (hutan rakyat), sektor pertanian, dan sektor non pertanian dalam satu tahun yaitu tahun 2012. Lapisan pendapatan atas dari rata-rata pendapatan per kapita per tahun dari sektor PHBM (hutan rakyat) sebesar Rp2 690 000 yang terdiri dari 8 responden, kemudian dari sektor pertanian sebesar Rp8 378 812 yang terdiri dari 5 responden, dan dari sektor non-pertanian sebesar Rp6 565 700 yang terdiri dari 9 responden.

Lapisan pendapatan menengah dari rata-rata pendapatan per kapita per tahun dari sektor PHBM (hutan rakyat) sebesar Rp1 633 854 yang terdiri dari 16 responden, pada sektor pertanian sebesar Rp2 317 400 yang terdiri dari 19

2 690 000 1 633 854 537 454 8 378 812 2 317 400 948 986 6 565 700 2 302 173 0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 14.000.000 16.000.000 18.000.000 20.000.000

Atas Menengah Bawah

Non-Pertanian Pertanian PHBM

responden, dan dari sektor non-pertanian sebesar Rp2 302 173 yang terdiri dari 3 responden. Kemudian lapisan pendapatan bawah dari rata-rata pendapatan per kapita per tahun dari sektor PHBM (hutan rakyat) sebesar Rp537 454 yang terdiri dari 9 responden, dari sektor pertanian sebesar Rp948 986 yang terdiri dari 11 responden, dan dari sektor pertanian sebesar Rp0 yang terdiri dari 23 responden. Hal tersebut belum bisa mengetahui ukuran kemiskinan rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo apakah sudah berada di atas garis kemiskinan menurut World Bank yaitu $2.00 per kapita per hari atau ± Rp20 000 per kapita per hari.

Selanjutnya pada Tabel 22 dan Gambar 11 akan lebih merinci rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani menurut lapisan pendapatan per tahun menjadi rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani menurut lapisan pendapatan per hari berdasarkan sumber pendapatan yang diperoleh dari sektor PHBM (hutan rakyat), sektor pertanian, dan sektor non-pertanian dalam satu harinya di tahun 2012. Kemudian apakah dari rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani menurut lapisan pendapatan per hari sudah berada di atas garis kemiskinan menurut ukuran kemiskinan World Bank.

Tabel 21 Rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani menurut lapisan pendapatan per hari berdasarkan sumber pendapatan PHBM (hutan rakyat), pertanian, dan non-pertanian pada Tahun 2012

Sumber pendapatan

Rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani/hari (Rp) Petani Lapisan Atas Petani Lapisan Menengah Petani Lapisan Bawah PHBM (Hutan rakyat) 7 369 4 476 1 472 Pertanian 22 955 6 349 2 599 Non- Pertanian 17 988 6 307 0 Total 48 312 17 132 4 071

Gambar 11 Rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani menurut lapisan pendapatan per hari berdasarkan sumber pendapatan pada Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 21 dan Gambar 11 di atas dapat terlihat bahwa rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani menurut lapisan pendapatan per hari dari sumber pendapatan sektor PHBM (hutan rakyat) pada lapisan pendapatan atas sebesar Rp7 370. Dapat diketahui bahwa sumber pendapatan sektor PHBM pada lapisan pendapatan atas masih berada di bawah garis kemiskinan, kerena masih berada di bawah angka $2.00 per kapita per hari atau ± Rp20 000 per kapita per hari. Rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani per hari dari sumber pendapatan sektor pertanian pada lapisan pendapatan atas sebesar Rp22 950. Dapat diketahui bahwa sumber pendapatan sektor pertanian dari lapisan pendapatan atas sudah berada di atas garis kemiskinan, kerena telah berada di atas angka $2.00 per kapita per hari atau ± Rp20 000 per kapita per hari. Kemudian rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani per hari dari sumber pendapatan sektor non-pertanian pada lapisan pendapatan atas adalah sebesar Rp17 988. Dapat diketahui bahwa sumber pendapatan sektor non-pertanian dari lapisan pendapatan atas masih berada di bawah garis kemiskinan, kerena masih berada di bawah angka $2.00 per kapita per hari atau ± Rp20 000 per kapita per hari.

Selanjutnya rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani per hari dari sumber pendapatan sektor PHBM (hutan rakyat), sektor pertanian, dan sektor non- pertanian pada lapisan pendapatan menengah masing-masing sebesar Rp4 476 (PHBM), Rp6 349 (pertanian), dan Rp6 307 (non-pertanian). Dapat diketahui bahwa ke tiga sumber pendapatan tersebut dari lapisan pendapatan menengah masih berada di bawah garis kemiskinan, kerena karena masih berada di bawah angka $2.00 per kapita per hari atau ± Rp20 000 per kapita per hari.

Rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani per hari dari sumber pendapatan sektor PHBM (hutan rakyat) dan sektor pertanian pada lapisan pendapatan bawah masing-masing sebesar Rp1 472 (PHBM) dan Rp2 599 (pertanian). Dapat diketahui bahwa ke dua sumber pendapatan tersebut pada

7 370 4 476 1 472 22 955 6 349 2 599 17 988 6 307 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 50.000 55.000

Atas Menengah Bawah

Non-Pertanian Pertanian PHBM Rp : garis kemiskinan

lapisan pendapatan bawah masih berada di bawah garis kemiskinan, kerena masih berada di bawah angka $2.00 per kapita per hari atau ± Rp20 000 per kapita per hari. Sedangkan, rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani per hari dari sumber pendapatan sektor non-pertanian pada lapisan bawah tidak memberikan satu rupiah pun. Dapat diketahui bahwa sumber pendapatan sektor non-pertanian pada lapisan pendapatan bawah masih berada di bawah garis kemiskinan, kerena masih berada di bawah angka $2.00 per kapita per hari atau ± Rp20 000 per kapita per hari.

Berdasarkan Tabel 21 dan Gambar 11 dapat diketahui bahwa pada lapisan pendapatan menengah dan bawah masih di bawah garis kemiskinan menurut ukuran World Bank, kemudian pada lapisan pendapatan atas sudah berada di atas garis kemiskinan menurut ukuran World Bank. Selain itu, sumber pendapatan dari PHBM belum bisa membantu untuk keluar dari garis kemiskinan bagi lapisan pendapatan menengah dan lapisan pendapatan bawah. Sumber pendapatan dari PHBM juga semakin membantu meningkatkan rata-rata pendapatan per kapita per hari bagi lapisan pendapatan atas, sehingga menciptakan kesenjangan ekonomi dengan lapisan pendapatan bawah.

Kesenjangan ekonomi antara lapisan pendapatan atas dengan lapisan pendapatan bawah yaitu disebabkan dari diberikannya akses menggarap lahan di dalam kawasan Tahura WAR. Dimana lapisan pendapatan atas tetap mendapatkan akses lahan yang sama besarnya dengan lapisan pendapatan bawah untuk menggarap di dalam kawasan Tahura WAR, meskipun pendapatan yang diperoleh dari sektor pertanian dan non-pertanian sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini mengakibatkan akses yang diperoleh dari lapisan pendapatan bawah tetap saja dan tidak terlalu besar meningkatkan rata-rata pendapatan per kapita per hari. Kemudian bagi lapisan pendapatan bawah tidak bisa lepas dari tingkat kemiskinan, dikarenakan akses yang diberikan dalam menggarap lahan PHBM tidaklah lebih besar untuk membantu meningkatkan pendapatan. Hal ini mengindikasikan lapisan pendapatan atas semakin terbantu dengan diberikannya akses menggarap di lahan PHBM, sedangkan bagi lapisan pendapatan bawah semakin jauh jarak kesenjangan ekonomi dengan lapisan pendapatan atas.

Dari penjelasan data di atas dapat disimpulkan bahwa hanya ada satu kontribusi rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani per hari dari

sumber pendapatan di sektor pertanian pada lapisan pendapatan atas sebesar Rp22 950 sehingga berada di atas garis kemiskinan menurut World Bank, kerena

telah berada di atas angka $2.00 per kapita per hari atau ± Rp20 000 per kapita per hari. Meskipun demikian, tingkat pendapatan per kapita rumahtangga petani menengah dan bawah masih berada di bawah garis kemiskinan. Di sisi lain berprofesi sebagai petani tidaklah akan ditinggalkan, karena mata pencaharian sebagai petani merupakan aset utama yang telah diwariskan secara turun-menurun dan menjadi modal berharga untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kemudian, rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani per hari dari sumber pendapatan di sektor PHBM (hutan rakyat) pada semua lapisan pendapatan belum bisa memberikan kontribusi dan belum bisa menjadi solusi dalam mengurangi tingkat kemiskinan bagi rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo, karena masih berada di bawah garis kemiskinan menurut World Bank. Di sisi lain sumber pendapatan dari sektor PHBM merupakan suatu basis

nafkah untuk keberlangsungan hidup rumahtangga petani selain mengandalkan dari sektor pertanian.

Sedangkan, rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani per hari dari sumber pendapatan di sektor non-pertanian pada semua lapisan pendapatan masih belum bisa memberikan berkontribusi dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Melainkan dijadikan sebagai alternatif pekerjaan dalam menambah pendapatan rumahtangga petani untuk keperluan hidup apabila sewaktu-waktu terjadi gagal panen dan bencana alam serta tidak menentunya hasil panen yang diperoleh dari sektor PHBM dan sektor pertanian.

8.4 Ikhtisar

Struktur pendapatan adalah komposisi pendapatan rumahtangga petani dari berbagai aktifitas nafkah yang dilakukan oleh seluruh anggota rumahtangga. Pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo berasal dari sektor PHBM (hutan rakyat), sektor pertanian, dan sektor non- pertanian. Ketiga sektor tersebut saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari setiap rumahtangga petani. Hal ini bisa terlihat dari angka mutlak dan persentase struktur nafkah rumahtangga petani dari total pendapatan baik di sektor PHBM (hutan rakyat), sektor pertanian maupun sektor non- pertanian pada setiap lapisan pendapatan menurut jenis sumber pendapatannya.

Rumahtangga petani dengan lapisan pendapatan atas, sektor yang memberikan sumbangan terbesar dan persentase terhadap struktur nafkah rumahtangga petani adalah sektor pertanian, dengan pendapatan per tahun sebesar Rp26 812 200 dan persentase sebesar 62.6 persen. Pada rumahtangga petani dengan lapisan pendapatan menengah, sektor yang memberikan sumbangan terbesar dan persentase terhadap struktur nafkah rumahtangga petani adalah sektor pertanian, dengan pendapatan per tahun sebesar Rp7 647 421 dan persentase sebesar 45.3 persen. Kemudian pada rumahtangga petani dengan lapisan pendapatan bawah, sektor yang memberikan sumbangan terbesar dan persentase terhadap struktur nafkah rumahtangga petani adalah sektor pertanian, dengan pendapatan per tahun sebesar Rp2 467 363 dan persentase 64.7 persen. Hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh dari sektor pertanian memiliki banyak jenis hasil yang didapatkan, mulai dari tanaman perkebunan, tanaman pertanian, dari hewan ternak, dan bekerja sebagai buruh tani di lahan milik warga yang lebih luas.

Sumber pendapatan dari sektor pertanian memberikan pemasukan terbesar bagi sumbangan pendapatan dan persentase terhadap struktur nafkah rumahtangga petani, ini terlihat pada Tabel 18 dan Gambar 8 serta Tabel 19 dan Gambar 9 di atas dari setiap lapisan pendapatan dari yang atas, menengah, dan bawah. Sektor pertanian berpengaruh besar dalam memberikan sumbangan pendapatan dan persentase terhadap struktur nafkah rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo dibandingkan dengan sektor PHBM (hutan rakyat) dan sektor non- pertanian. Sumber pendapatan dari sektor PHBM tidaklah terlalu besar memberikan sumbangan pendapatan dan persentase terhadap struktur nafkah rumahtangga petani. Hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh dari sektor PHBM hanya memliki satu jenis hasil yang didapatakan dari menjual hasil panen tanaman MPTS/bertajuk tinggi, seperti karet, kemiri, petai, dan durian. Meskipun demikian, sumber pendapatan dari sektor PHBM (hutan rakyat) telah membantu

meningkatkan sumbangan pendapatan dan persentase terhadap struktur nafkah rumahtangga petani dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta untuk membiayai modal usahatani.

Sumber pendapatan dari sektor non-pertanian hanya memberikan sumbangan pendapatan dan persentase terhadap struktur nafkah rumahtangga petani pada lapisan pendapatan atas dan menengah saja. Sedangkan, pada lapisan pendapatan bawah tidak sedikit pun memberikan sumbangan pendapatan dan persentase terhadap struktur nafkah rumahtangga petani. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa rumahtangga petani yang berpendidikan rendah serta kurangnya keahlian sumberdaya manusia untuk mengakses pekerjaan di sektor non- pertanian. Selain itu, terdapat beberapa rumahtangga petani yang sudah tercukupi pendapatannya dari sektor PHBM (hutan rakyat) dan sektor pertanian, sehingga tidak perlu mencari alternatif pekerjaan dari sektor non-pertanian.

Kasus rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo untuk mengetahui tingkat kemiskinannya, maka digunakan rata-rata pendapatan per kapita per hari rumahtangga petani pada setiap lapisan pendapatannya terhadap garis kemiskinan menurut ukuran kemiskinan World Bank sebesar USD $2.00 per kapita per hari. Berdasarkan hasil data yang diperoleh bahwa rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani per hari dari sumber pendapatan sektor pertanian pada lapisan pendapatan atas sebesar Rp22 950. Dapat diketahui bahwa sumber pendapatan sektor pertanian dari lapisan pendapatan atas sudah berada di atas garis kemiskinan, kerena telah berada di atas angka $2.00 per kapita per hari atau ± Rp20 000 per kapita per hari.

Berdasarkan Tabel 21 dan Gambar 11 dapat diketahui bahwa pada lapisan pendapatan menengah dan bawah masih di bawah garis kemiskinan, kemudian pada lapisan pendapatan atas sudah berada di atas garis kemiskinan menurut ukuran World Bank. Selain itu, sumber pendapatan dari PHBM belum bisa membantu untuk keluar dari garis kemiskinan bagi lapisan pendapatan menengah dan lapisan pendapatan bawah. Sumber pendapatan dari PHBM hanya semakin membantu meningkatkan rata-rata pendapatan per kapita per hari bagi lapisan pendapatan atas saja dan mengurangi kemiskinan. Kemudian bagi lapisan pendapatan bawah belum bisa mengurangi kemiskinan yang ada semakin memperlebar kesenjangan ekonomi dengan lapisan pendapatan atas.

Kesenjangan ekonomi antara lapisan pendapatan atas dengan lapisan pendapatan bawah yaitu disebabkan dari diberikannya akses menggarap lahan di dalam kawasan Tahura WAR. Dimana lapisan pendapatan atas tetap mendapatkan akses lahan yang sama besarnya dengan lapisan pendapatan bawah untuk menggarap di dalam kawasan Tahura WAR, meskipun pendapatan yang diperoleh dari sektor pertanian dan non-pertanian sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini mengindikasikan lapisan pendapatan atas semakin jauh jarak kesenjangan ekonomi terhadap lapisan pendapatan bawah.

Rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani per hari dari sumber pendapatan di sektor non-pertanian pada semua lapisan pendapatan masih belum bisa memberikan berkontribusi dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Melainkan dijadikan sebagai alternatif pekerjaan dalam menambah pendapatan rumahtangga petani untuk keperluan hidup apabila sewaktu-waktu terjadi gagal panen dan bencana alam serta tidak menentunya hasil panen yang diperoleh dari sektor PHBM dan sektor pertanian.

BAB IX

PENUTUP

9.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan masalah penelitian yang telah disusun di pendahuluan, maka terdapat empat kesimpulan untuk menjawab masalah penelitian tersebut yaitu: Pertama, pengelolaan sumberdaya hutan secara manajemen kolaboratif merupakan suatu langkah perubahan status Tahura WAR yang sebelumnya berstatus hutan lindung menjadi taman hutan raya. Manajemen kolaboratif melalui program PHBM diinisatif oleh pemerintah agar hutannya lestari secara ekologis tetapi masyarakatnya sejahtera secara ekonomis. Hadirnya program PHBM memberikan solusi bagi permasalahan kerusakan hutan di Tahura WAR. Hal ini disebabkan sebelum tahun 1994 akses masyarakat di sekitar Tahura WAR masih dianggap sebagai perambah hutan, karena status hutan masih hutan lindung (state property). Kemudian pada tahun 1996 akses masyarakat telah mendapatkan izin untuk terlibat dalam mengelola dan memanfaatkan Tahura WAR melalui program PHBM, karena status hutan berganti menjadi taman hutan raya.

Keberhasilan program PHBM membutuhkan peran serta dari pemerintah dan masyarakat, agar keduanya bisa saling berkolaborasi untuk berkerjasama. Terlaksananya program PHBM memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, dimana masyarakat mendapatkan akses untuk bisa menggarap di dalam Tahura WAR dan manfaat ekonomi sebagai sumber penghidupan, sedangkan pemerintah mendapatkan kondisi hutan kembali secara optimal dan ekologis serta berkuranganya kerusakan hutan akibat perambahan liar.

Kedua, bentuk-bentuk strategi nafkah dari rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo terdapat empat bentuk strategi nafkah yaitu strategi ekstensifikasi lahan pertanian yang dilakukan dengan cara menambah dan memperluas areal lahan garapan pertanian ke lahan hutan ke dalam kawasan Tahura WAR. Strategi pola nafkah ganda dilakukan dengan cara mencari sumber pendapatan lain sebagai alternatif diluar dari PHBM (hutan rakyat) dan sektor pertanian. Strategi bermitra dengan Tahura WAR dilakukan dengan cara diikutsertakan dan dilibatkan pada setiap tahapan program secara partisipatif serta diberikan izin akses menggarap lahan di dalam kawasan Tahura WAR melalui program PHBM oleh pihak UPTD Tahura WAR. Strategi migrasi yang dilakukan dengan cara mobilisasi ke daerah lain di luar desanya untuk hidup menetap maupun sementara dengan tujuan agar memperoleh tambahan pendapatan di luar desa.

Ketiga, struktur nafkah adalah komposisi pendapatan rumahtangga petani dari berbagai aktifitas nafkah yang dilakukan oleh seluruh anggota rumahtangga. Pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo berasal dari sektor PHBM (hutan rakyat), sektor pertanian, dan sektor non- pertanian. Ketiga sektor tersebut saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari setiap rumahtangga petani. Sumber pendapatan dari sektor pertanian masih memberikan pemasukan terbesar bagi sumbangan pendapatan dan persentase terhadap struktur nafkah rumahtangga petani dibandingkan dari PHBM (hutan rakyat) dan sektor non-pertanian. Artinya program PHBM belum bisa

menjadi penyumbang yang terbesar terhadap struktur nafkah rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo, namun peran PHBM tetap penting dalam hal ini.

Sektor pertanian memiliki banyak jenis hasil yang didapatkan, mulai dari tanaman perkebunan, tanaman pertanian, dari hewan ternak. Kemudian dari sektor PHBM hanya memliki satu jenis hasil yang didapatakan dari menjual hasil panen tanaman MPTS/bertajuk tinggi, seperti karet, kemiri, petai, dan durian. Sedangkan, dari sektor non-pertanian hanya dijadikan sebagai alternatif pekerjaan dalam menambah pendapatan rumahtangga petani untuk keperluan hidup apabila sewaktu-waktu terjadi gagal panen dan bencana alam serta tidak menentunya hasil panen yang diperoleh dari sektor PHBM dan sektor pertanian.

Kontribusi dari sektor pertanian terhadap struktur nafkah rumahtangga petani di Dusun III, Desa Bogorejo telah mendominasi pada setiap lapisan pendapatan atas, menengah, dan bawah. Kemudian kontibusi dari PHBM dan sektor non-pertanian terhadap struktur nafkah belum terlalu bisa mendominasi pada setiap lapisan pendapatan atas, menengah, dan bawah. Melainkan dijadikan sebagai basis nafkah tambahan dan alternatif pekerjaan bagi rumahtangga petani sebagai pemenuh kebutuhan hidup serta modal usahatani.

Keempat, berdasarkan hasil data yang diperoleh bahwa rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga petani per hari dari sumber pendapatan sektor pertanian pada lapisan pendapatan atas sehingga sudah berada di atas garis kemiskinan, kerena telah berada di atas angka $2.00 per kapita per hari atau ± Rp20 000 per kapita per hari. Sedangkan, pada lapisan menengah dan bawah masih berada di bawah garis kemiskinan $2.00 per kapita per hari atau ± Rp20 000 per kapita per hari. Hal ini mengindikasikan sumber pendapatan dari PHBM dan sektor non-pertanian belum bisa membantu untuk keluar dari garis kemiskinan bagi lapisan pendapatan menengah dan lapisan pendapatan bawah. Melainkan hanya membantu meningkatkan pendapatan bagi lapisan pendapatan tinggi saja dan mengurangi kemiskinan serta mengurangi kesenjangan ekonomi degan lapisan pendapatan sedang. Dampak yang muncul adalah lebarnya jarak kesenjangan ekonomi antara lapisan tinggi dengan lapisan rendah, akibat dari diberikannya akses menggarap lahan di dalam kawasan Tahura WAR. Dimana lapisan pendapatan tinggi tetap mendapatkan akses lahan yang sama besarnya dengan lapisan pendapatan rendah untuk menggarap di dalam kawasan Tahura WAR.

9.2 Saran

Beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah perlunya rumahtangga petani bagi lapisan pendapatan bawah untuk diberikan akses yang lebih tinggi dalam program PHBM oleh pihak UPTD Tahura WAR. Diberikannya akses lebih tinggi, dikarenakan bisa mengurangi kemiskinan serta mengurangi kesenjangan ekonomi antara lapisan pendapatan menengah dan lapisan pendapatan atas. Selanjutnya, perlu dibatasinya akses rumahtangga petani bagi lapisan pendapatan atas oleh pihak UPTD Tahura WAR dalam program PHBM. Dibatasinya akses dalam program PHBM, supaya rumahtangga petani dengan lapisan atas tidak terlalu mendominasi dalam pengelolaan di Tahura WAR serta bisa berbagi keadilan dalam keuntungan ekonomi yang diperoleh rumahtangga petani lapisan pendapatan bawah. Hal ini akan membuat pemerataan

kesejahteraan ekonomi bagi rumahtangga petani pada lapisan pendapatan dalam program PHBM di Tahura WAR.