• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR DAN STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI MELALUI PROGRAM PHBM (PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA

DAFTAR PUSTAKA

STRUKTUR DAN STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI MELALUI PROGRAM PHBM (PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA

MASYARAKAT) Di BOGOREJO

(Studi Kasus: Dusun III, Desa Bogorejo, Kecamatan Gedung Tataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung)

Masyarakat terhadap hutan rakyat melalui pola PHBM 1. Sejak kapan hutan rakyat melalui pola PHBM diterapkan disini?

2. Bagaimana sejarah terbentuknya pola PHBM di Tahura Wan Abdul Rachman?

3. Mengapa pola PHBM dibentuk di Tahura Wan Abdul Rachman?

4. Apakah masyarakat sebelumnya tahu tentang hutan rakyat melalui pola PHBM?

5. Apakah masyarakat memiliki peran utama dalam proses PHBM atau hanya sebagai bagian dari pola PHBM?

6. Bagaimana sosialisasi hutan rakyat melalui pola PHBM pada saat ini? 7. Apakah masyarakat dilibatkan dalam perencanaan hutan rakyat melalui

pola PHBM?

8. Apakah masyarakat dilibatkan dalam bagi hasil dalam hutan rakyat melalui pola PHBM?

9. Apakah Masyarakat dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam hutan rakyat melalui pola PHBM?

10. Apa yang dirasakan masyarakat setelah adanya hutan rakyat melalui pola PHBM?

11. Apakah masyarakat diuntungkan atau dirugikan setelah adanya hutan rakyat melalui pola PHBM?

12. Bagaimana pengaruh penetapan hutan rakyat melalui pola PHBM terhadap tingkat pendapatan masyarakat?

13. Bagaimana pola penanaman yang dilakukan masyarakat dalam mengelola lahan dari hutan PHBM?

14. Apakah masyarakat boleh menjual hasil yang berada di dalam hutan PHBM (buah-buahan, ranting kayu, kayu-kayuan)?

15. Apakah terjadi perubahan-perubahan mata pencaharian dalam tingkat pendapatan masyarakat setelah penetapan hutan rakyat melalui pola PHBM di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman?

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

Balai Desa Bogorejo

Monografi Desa Bogorejo

Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman

Kelompok Tani Wana Karya

Lampiran 7. Hasil Pengolahan Data dengan Tabel Frekunsi

jumlah tanggungan rumahtangga petani

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1-2 17 48.6 48.6 48.6

3-4 15 42.9 42.9 91.4

>4 3 8.6 8.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

kepemilikan hewan ternak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ayam 16 45.7 45.7 45.7

Kambing 4 11.4 11.4 57.1

ayam dan kambing 11 31.4 31.4 88.6

ayam, kambing, dan sapi 1 2.9 2.9 91.4

tidak memiliki 3 8.6 8.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

pengelompokkan usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 18-30 3 8.6 8.6 8.6

31-55 23 65.7 65.7 74.3

>55 9 25.7 25.7 100.0

tingkat pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak sekolah 3 8.6 8.6 8.6

SD 25 71.4 71.4 80.0

SMP 6 17.1 17.1 97.1

SMA 1 2.9 2.9 100.0

Lampiran 8. Catatan Harian

No : 1

Waktu : 10.00-11.00 wib Tanggal : 1 April 2013

Tempat : Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Lampung Informan : Pak Wiyogo (WYG), Kepala UPTD Tahura WAR Sejarah awal terbentuknya PHBM di Tahura WAR

Pak WYG mengatakan “bahwa terbentuknya PHBM di Tahura WAR pada

tahun 1995 awalnya dari HKm kemudinan karena hasil evaluasi pembangunan terhadap rehabilitasi hutan masih belum baik, sehingga keadaaan hutan di Tahura bukan semakin baik tetapi malah semakin menurun, sehingga terbentuklah

PHBM”. Rupanya saat hasil mengevaluasi pembangunan terhadap rehabilitasi

hutan masih banyak kerusakan hutan serta pembalakan liar oleh masyarakat

sekitar kawasan Tahura WAR. Kata Pak WYG “akhirnya pihak Dinas Kehutanan

Provinsi Lampung merancang ulang rehabilitasi hutan di Tahura WAR dengan program PHBM dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan serta partisipasi masyarakat. PHBM juga bisa melihat permasalahan yang ada di masyarakat. Pelaksanaan program PHBM selama ini berjalan kosisten dan terus berkembang, seperti pada tahun 1998 pada saat krisis moneter program PHBM tidak mengalami masalah dan gejolak kepada masyarakat, hal itu dikarenakan adanya konsiten program PHBM dalam pelaksanaannya. Pada tahun 2006 program PHBM di Tahura semakin berkembang dengan dibuatnya Master Plan, sehingga

program PHBM semakin baik bagi masyarakat”.

Program PHBM di Tahura WAR, Lampung

“Program PHBM di Tahura WAR mempunyai tujuan untuk membentuk

tajuk hutan secara ekologis dan ada juga nilai ekonomisnya. Masyarakat sekitar hutan Tahura WAR diberikan pelatihan (pemahaman tentang hutan, pemahaman tentang organisasi, pemahaman tentang menghadapi permasalahan), penyuluhan, dan pendampingan serta pembentukan kelompok sesuai dengan aturan PHBM yang telah dibuat. Program PHBM yang dibuat tersebut intinya mengawal masyarakat agar bisa memanfaatkan hutan secara baik dan bijaksana, kemudian untuk mengubah perilaku masyarakat dan pemahaman terhadap hutan agar hutan tidak rusak tetapi harus dilindungi dan dijaga dengan baik. Program PHBM memberikan lahan untuk digarap oleh masyarakat seluas 0.5 ha-3 ha, kemudian bibit yang diperoleh masyarakat berasal dari pihak pelasksana program PHBM. Hasil dari penen dari lahan yang mereka garap sepenuhnya untuk masyarakat

tidak ada sistem bagi hasil dengan pihak dinas kehutanan”.

Pak WYG mengatakan “dalam proses pembentukan PHBM terhadap

masyarakat sekitar hutan Tahura WAR banyak mengalami kendala, mulai dari masih belum menerimanya keberadaan program PHBM serta diancanmnya para pelaksana program PHBM dengan golok, parang, dan celurit oleh masyarakat, tetapi karena kekonsistensinya pihak pelaksana program PHBM akhirnya masyarakat perlahan-perlahan mulai bisa menerima dan terbuka terhadap PHBM”.

Provinsi Lampung belum ada payung yang jelas dalam mewadahi PHBM, tetapi melalui adopsi UU 41 tahun 1999 dengan dimodifikasi dan mengadopsi dari undang-undang tersebut”. Pak WYG mengatakan “lahan yang digarap oleh masyarakat di kawasan Tahura tidak meliputi coklat, kopi, pisang, dan palwija, tetapi ada juga ditanam MPTS (Multi Purpose Tree Species) seperti pohon pete,

pohon alpukat, dan pohon durian”.

Manfaat adanya Program PHBM bagi masyarakat

Pak WYG mengatakan “manfaat yang diterima dari keberadaan program

PHBM bagi masyarakat di sekitar kawasan Tahura WAR yaitu sudah mulai sejahtera masyarakat yang awalnya mereka tidak memiliki lahan untuk menggarap dan mencari sumber penghidupan, kemudian sudah mulai paham dalam memanfaatkan hutan dari sisi ekologi dan ekonominya, masyarakat sudah menjalin komunikasi yang baik dengan pihak PHBM serta sudah terjalin ikatan yang baik. Manfaat lainnya yaitu dimana adanya sumber mata air baru di luar kawasan Tahura WAR, hal ini membuat masyarakat tidak mengalami kekeringan

dan krisis air bagi kehidupan mereka”.

Kesimpulan

Program PHBM yang berada di Tahura WAR Lampung berbeda dengan program PHBM yang berada di Pulau Jawa. Program PHBM di Tahura belum ada paying yang jelas dalam mewadahinya, tetapi program PHBM tersebut mengadopsi dan memodifikasi dari UU 41 tahun 1999 tentang kehutanan. Sedangkan program PHBM yang berada di Pulau Jawa berasal dari Pihak Perhutani (BUMN) yang mengusahakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Sistem bagi hasil program PHBM tidak ada yang ada hasil dari panen lahan yang digarap murni semuanya untuk masyarakat yang bergabung dalam PHBM Tahura WAR. Berbeda dengan program PHBM dari pihak Perhutani yang menggunakan sistem bagi hasil 75 persen untuk perusahaan Perhutani dan 25 persen untuk masyarakat yang bergabung dengan PHBM. Manfaat dengan adanya program PHBM di Tahura memberikan masyarakat kemudahan dalam mengakses dan meamanfaatkan hutan secara baik dan bijaksana, dimana masyarakat ikut andil (partisipatif) dalam perencanaan sampai dengan evaluasi dalma program PHBM di Tahura. Program PHBM di Tahura WAR (Wan Abdul Rachman) mengurangi dalam kerusakan hutan serta mengurangi kemisklinan pada masyarakat sekitar hutan, dimana masyarakat sudah dapat memperoleh sumber pendapatan dari hasil garapan di lahan Tahura WAR melalui program PHBM, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

No : 2

Waktu : 09.30-10.30 wib Tanggal : 5 April 2013

Tempat : Kantor Kecamatan Gedong Tataan, Kab. Pesawaran Informan : Pak Hendro Wiyadi, Sekcam Gedong Tataan

Kemiskinan Desa Bogorejo

Pak HDR menceritakan “bahwa di Desa Bogorejo sebelum tahun 2000an

merupakan desa impres (tertinggal), tingkat kemiskinan di desa tersebut sangat tinggi disebabkan banyak masyarakatnya hanya bekerja sebagai buruh tani atau

buruh upah”. Kemudian pak HRD juga menyatakan “masyarakat di Desa

Bogorejo banyak memiliki rumah yang tidak layak, karena rumah yang dimiliki hanya terbuat dari pilah-pilah bambu. Sebelum masuknya program PHBM dari Dinas Kehutanan Provinsi Lampung ke Desa Bogorejo kebanyakan masyarakat sekitar kawasan Tahura Wan Abdul Rachman banyak yang merambah ke kawasan dengan menebang pohon untuk di ambil kayunya serta untuk dijadikan lahan pertanian dan perkebunan sebagai sumber pendapatan mereka untuk hidup sehari- hari. Akibat terbatasnya mata pencaharian masyarakat, akhirnya masyarakat melakukan hal tersebut dengan merusak hutan Tahura Wan Abdul Rachman agar

bisa mendapatkan uang”. Selain itu, akibat dari rusaknya hutan di Tahura Wan Abdul Rachman di Desa Bogorejo menjelaskan “terjadi banjir dan tanah longsor untuk di daerah Kecamatan Gedong Tataan, banyak rumah yang hancur dan

tertutupnya akses jalan untuk transportasi juga”.

PHBM di Desa Bogorejo

Pak HRD menceritakan “program PHBM di Desa Bogorejo dibentuk pada

tahun 2000, untuk menangani masalah perambahan hutan di Tahura Wan Abdul Rachman, program tersebut membentuk kelompok tani yaitu kelompok Tani Wana Karya yang berperan dalam merehabilitasi hutan menjadi lestari, setiap anggota kelompok tani memperoleh lahan untuk digarap dan dijaga di dalam kawasan Tahura Wan Abdul Rachman. Kemudian masyarakat Desa Bogorejo menyambut baik dengan adanya program PHBM karena sebagai jalan masuk untuk memperoleh sumber pendapatan dan lahan pertanian. Rupanya dengan ada program tersebut dapat mengurangi tingkat kemiskinan di Desa Bogorejo. Masyarakat dibina dan diajarkan tentang melestarikan hutan tetapi juga ada sisi ekonominya. Adanya program PHBM membuat peningkatan sumber pendapatan dari bidang pertanian. Selain itu dengan telah dilaksanakan program PHBM tidak ada lagi musibah banjir dan tanah longsor, meskipun pada tahun 2004 ada bencana alam banhir akibat masih belum rehabilitasi hutan secara maksimal tetapi untuk saat ini bencana alam dan kerusakan hutan sudah tidak terjadi lagi karena masyarakat sudah menjaga hutan dengan baik dan lestari”.

Program-program Kecamatan untuk Desa Bogorejo

Pak HRD menceritakan “untuk menyuksekan program PHBM terutama

dalam hasil panen yang diperoleh masyarakat yang ikut kelompok Tani Wana Karya, pihak Kecamatan melakukan proposal bantuan alat transportasi ke Dinas Perhubungan Kabupaten Pesawaran. Bantuan yang diperoleh pada tahun 2011, merupakan satu buah truck yang digunakan untuk kegiatan kelompok Tani Wana

Karya. Kemudian pihak kecamatan melakukan pelatihan-pelatihan UKM kepada masyarakat dalam hal kerajinan hasil pertanian dan pembentukan karang taruna. Tahun 2006 lewat pihak Kabupaten Pesawaran memberikan bantuan rumah sehat kepada masyarakat di Desa Bogorejo sebesar 150 juta rupiah, bantuan tersebut bertujuan untuk menjadi contoh rumah yang sehat, bersih, dan nyaman”.

No : 3

Waktu : 10.30-12.00 wib Tanggal : 11 April 2013

Tempat : Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Lampung

Informan :Pak Ronald Pandjaitan,Staf Ahli UPTD Tahura WAR Landasan Aturan PHBM di Tahura

Pak RNL mengatakan “bahwa landasan dibentuknya PHBM di Tahura

Wan Abdul Rachman tidak mengacu pada aturan dari Perhutani yang sebagaimana rata-rata pengelolaan hutan bersama masyarakat kebanyakan. Landasan yang digunakan dalam PHBM di Tahura Wan Abdul Rachman mengacu pada UU. No 5 Tahun 1990, UU. No 41 Tahun 1999, dan PP No 28 Tahun 2011. PHBM di Tahura Wan Abdul Rachman merupakan sebuah tatanan dengan model seperti HKm, Hutan Lindung, Agroforestry, SHK, akan tetapi dalam penyelenggaraan hutan yang baik dan berhasil harus melibatkan masyarakat serta para stakeholder yang ada. PHBM bukanlah bahasa secara

arfiah, tetapi filosofi dalam pembangunan hutan yang baik dan bijak”.

Program PHBM di Tahura

Tata cara pengelolaan PHBM dengan masyarakat yaitu dari tahap perencanaan sampai dengan evaluasi, dimana masyarakat ikut berpartisipatif dalam program tersebut. Kemudian dibentuk kelompok untuk menaungi aspirasi anggota serta tindakan yang dilakukan oleh anggota dalam mengelola lahan garapan di kawasan hutan. Bibit yang akan ditanami adalah bibit tanaman MPTS (pohon yang bertajuk tinggi) seperti pohon cempaka, medang, dan damar serta lahan yang diterima masyarakat dalam program PHBM sebesar 0,5 ha-3 ha. Hasil dari pohon yang sudah panen murni 100 % untuk masyarakat yang mengelola dari program PHBM, selain itu dengan program tersebut pemerintah memberikan kepercayaan kepada masyarakat dalam pengelolaan hutan di Tahura Wan Abdul Rachman yang fungsinya untuk kemandirian masyarakat dalam memahami dengan bijak dalam pengelolaan hutan”.

Pak RNL memberikan contoh dalam program PHBM “contoh dalam

pemberian bibit untuk di tanami masyarakat di kawasan, masyarakat diajak mulai dari perencanaan untuk mengusulkan pohon atau tanaman apa yang baik untuk sisi ekologi dan menguntungkan dari sisi ekonomi bagi masyarakat ke pihak UPTD Tahura atau Korwil UPTD. Setelah diusulkan barulah ada pertimbangan yang tepat dari pihak UPTD jenis bibit pohon apa yang ditanami oleh masyarakat, bibit yang sudah diterima dan ditanami hingga panen oleh masyarakat akan terus dipantau oleh pihak UPTD dan kelompok tani sampai dengan tahap evaluasi. Tahap evaluasi disini adalah dimana setiap anggota kelompok tani melaporkan ke petugas UPTD Tahura untuk bibit yang sudah diterima dan ditanami di dalam

kawasan Tahura, kemudian petugas UPTD mendata hasil dari yang dilaporkan oleh anggota kelompok tani. Harapan dibentuknya program PHBM di Tahura Wan Abdul Rachman untuk menunjukan bukti dan kemauan masyarakat di sekitar kawasan Tahura untuk menjaga hutan beserta hasil-hasilnya dan mau mengikuti aturan-aturan yang berlaku”.