• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memaknai Randei Sebagai Petala Langit dan Bumi

BAB IV RANDEI, PETALA MANUSIA BARUS (AFIRMASI ADAT

4.2. Memaknai Randei Sebagai Petala Langit dan Bumi

Etnik Pesisir Tapanuli Tengah ini kaya akan seni tari. Hal ini dapat dilihat pada adat Sumando yang merupakan sebuah wadah, di mana semua bentuk kegiatan kesenian yang bersifat budaya, adat-istiadat yang mengatur tata cara dan tahapan-tahapan pelaksanaan pernikahan pada Etnik Pesisir, mulai tahapan marisik sampai tahapan

manjalang-jalang.

Pada acara pelaksanaan perkawinan itu ada beberapa macam tarian yang memiliki maknnya masing-masing, seperti Tari Saputangan, Tari Payung, Tari Adok, Tari Sampaya, Tari Sikambang Botan (Pedang) Tari Perak-perak, Tari Ceksiti, Tari Piring, Tari Anak, sampai acara mengarak pengantin pria dengan sambutan gelombang dua belas, dilanjutkan ke acara Tari Dampeng (Randei).

Jadi, Randei ini nama sebuah tarian dalam adat perkawinan Etnis Tapanuli Tengah. Tarian Randei ini, menurut pengakuan Sjawal Pasaribu, menyebutkan bahwa selain sebagai sebuah seni pertunjukan bela diri, tarian ini teradaptasi dari unsur gerak silat yang dibawa oleh

69

Claude Guillot. Lobu Tua Sejarah Awal Barus. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; 2001.

70

Claude Guillot, dkk. Barus Seribu Tahun yang Lalu. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia); 2007.

128

para pendatang ke daerah pesisir. Dari keindahan gerak yang ada dalam setiap tarian, maka tarian tersebut menjadi salah satu khazanah keanekaragaman tari dalam kesenian Pesisir Tapanuli Tengah. wajar bila dikatakan bahwa setiap tarian yang ada dalam Etnik Pesisir mempunyai eksistensi dan makna simbolik dalam gerak langkah maju mundurnya kebudayaan Etnik Pesisir Tapanuli Tengah.

Proses tarian Randei ini, terlihat tidak begitu rumit. Setelah upacara penerimaan pengantin pria dengan gelombang dua baleh, maka kedua kelompok pesilat gelombang (kelompok pesilat yang menerima pihak pengantin wanita), kelompok yang diterima berjumlah tujuh orang tersebut membuat lingkaran. Pada tengah lingkaran tersebut diletakkan jambangan yang penuh dengan bermacam-macam bunga (bungo limou/sunting).

Adapun alat-alat yang dipergunakan dalam Tarian Randei ini, meliputi sebagai berikut:

1. Empat orang laki-laki memakai pakaian silat pembawa tabir (sampangan).

2. Tujuh orang laki-laki memakai pakaian silat membawakan Tari Randei.

3. Satu orang perempuan membawa (menjunjung jambangan bungo

limou).

4. Jambangan.

5. Dua helai tabir (sampangan).

6. Tujuh macam bunga (bunga longging, cimpago, puding dengan dua warna, pagaran, sari kayo, rampei, dan simbalik angin).

Kalau kita renungi, dalam Tarian Randei (Dampeng) Etnik Pesisir Tapanuli Tengah ini sangatlah nyata adanya makna simbolik yang terkandung di dalam tarian tersebut. Makna itu telihat dari pantun yang diucapkan saat menggelar tarian sampai makna alat-alat (properti) yang digunakan.

129

Limau purut digenggam ampet Sisa balimu di ate lamari Pasang surut ombaknya rapet Tarimo haluan biduk kami

Berikut ini penjelasan pantun yang digunakan tersebut (Sjawal Pasaribu; 2014)71, yaitu: Jeruk purut adalah buah asam yang selalu digunakan Etnis Pesisir untuk bahan wewangian saat menjelang masuknya Ramadhan. Digenggam oleh empat orang berarti bahwa hanya empat macam tatanan manusia yang hidup dipermukaan bumi ini, yakni bayi, anak, orang dewasa, dan orangtua.

Pasang surut berarti manusia selalu dalam posisi yang lemah di sisi Allah. Ombaknya rapat artinya selama menjalani kehidupan di dunia ini, jika keluar dari ajaran agama akan banyak cobaan yang dihadapi bahkan akan menemui banyak halangan dan rintangan.

Tujuh penari Randei berarti tujuh petala langit dan tujuh petala bumi, yaitu adanya tingkatan tata cara berpikir manusia di permukaan bumi ini. Pertama, tidak berakal bearti bayi baru lahir. Kedua, ada akal maksudnya anak balita. Ketiga, mulai berakal berarti remaja. Keempat, sempurna akal berarti orang dewasa. Kelima, berlebih akal berarti orang-orang tua. Keenam, kurang akal berarti orangtua yang mulai ujur. Ketujuh, tidak berfungsi akal berarti sudah uzur.

Selain itu, berikut ini makna dari ketujuh macam bunga yang digunakan pada peralatan Tarian Randei, yaitu:72

1. Bunga Longging. Bunga yang selalu disukai setiap orang karena memiliki aroma yang harum baunya. Bunga ini ditanam di sudut

71Sjawal Pasaribu. Budaya dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Medan: 2014.

72

Sjawal Pasaribu. Budaya dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Medan: 2014.

130

halaman rumah. pohonya tidak terlampau tinggi, biasanya hanya tiga meter dari permukaan bumi. Bunga ini tidak pernah berhenti berbunga. Bentuk bunganya mengembang berwarna putih mempunyai tangkai bercabang. Buahnya berbentuk bulat lonjong bisa dijadikan obat penawar racun. Keberadaan bunga ini melambangkan orangtua yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayang dan perlindungan kepada anak-anaknya.

2. Bunga Cimpago. Sebuah bunga yang berbunga satu kali dalam setahun. Biasanya bunga ini mulai berbunga pada saat menjelang bulan puasa. Aromanya harum, biasanya bunganya selalu diselipkan di antara lipatan baju dalam lemari pakaian. Buahnya bulat panjang dan setelah cukup tua, buah itu akan terbelah dua. Buahnya dapat dipergunakan sebagai obat penurun panas bagi anak-anak. Pohonnya berdiameter lebih kurang satu meter, tingginya bisa mencapai sepuluh meter dari permukaan bumi. Bentuk bunganya seperti guntingan kertas terkesan merundukkan kuncupnya, berwarna lembayung bertangkai tunggal. Bunga ini melambangkan anak perawan (gadis) yang pemalu dan selalu mengutamakan keindahan, selalu jadi idaman pria.

3. Bunga Puding. Sebuah bunga yang ditanam di sekitar sumur. Bunga ini tidak memiliki kuncup bunga. Keindahannya hanya dilihat dari warna daunya yang berwarna-warni, yaitu warna hijau, kuning, dan dibalik daunya terdapat warna merah saga. Besar batangnya hanya sebesar ibu jari, sedangkan tingginya hanya lebih kurang satu meter dari permukaan bumi. Bunga ini tidak memiliki buah dan selalu ditanam di pusara makam. Menurut Nabi Muhammad saw, bunga puding ini dapat menjadi penyejuk bagi mayit yang ada dalam makam tersebut. Bunga ini melambangkan seorang ulama yang selalu memberikan ceramah sebagai penyejuk umat.

131 4. Bunga Pagaran. Bunga ini biasanya tumbuh di lereng perbukitan dan dapat ditanam di pagar-pagar rumah. bentuknya berakar dan menjalar mengitari setiap sudut pagar. Bentuk daunya seperti jarum dan bunganya mengembang bentuknya kecil dengan warna berubah-ubah. Saat mulai mengembang warnanya merah, setelah beberapa hari warna merahnya berubah menjadi warna putih. Buahnya seperti buah kacang panjang, tetapi tidak sebesar kacang panjang. Buahnya bisanya digunakan untuk pengharum masakan, seperti rendang daging dan gulai ikan. Bunga ini melambangkan pemuda yang menjadi pelopor pemersatu dan pemrakarsa. Lebih dari itu, pemuda adalah menjadi pagar bagi sebuah desa di mana pemuda tersebut berada.

5. Bunga Sari Kayo. Saat ini tidak dijumpai lagi di daerah Pesisir Tapanuli Tengah. menurut cerita, bunga ini berbentuk pohon kayu biasa, tingginya bisa mencapai sepuluh meter, bentuk daunya seperti daun beringin, bentuk buahnya seperti buah kari, bila buahnya matang dapat dimakan, dan rasanya sangat enak dan manis. Bunganya berbentuk kuncup dan tidak pernah mengembang, berwarna putih beraroma harum dan mudah sekali gugur sebelum menjadi buah. Bunga ini mudah terserang penyakit tanaman apabila tidak di rawat dengan baik. Bunga ini melambangkan anak balita yang selalu membutuhkan siraman kasih sayang dari setiap orang dan harus selalu dijaga serta dirawat.

6. Bunga Rampei. Sebuah bunga yang biasanya ditanam di pekarangan rumah. bentuknya hampir sama dengan bunga Longging. Bentuk bunganya menjulai ke bawah berbentuk opal berwarna kuning dan beraroma harum, biasanya bunga tersebut dicampur bedak pendingin wajah dijemur bersamaan dengan bedak tersebut sehingga apabila sudah kering menjadi harum.

132

Bunga ini memiliki buah bertandan seperti buah langsat, bentuk buahnya bulat lonjong. Besar batangnya hanya berdiameter setengah meter dan tingginya hanya mencapai tiga meter. Buahnya dapat digunakan sebagai pengobatanbara (kanker). Bunga ini melambangkan para tokoh masyarakat yang selalu menjadi panutan dan tempat mengadukan masalah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

7. Bunga Balik Angin. Sebuah bunga yang tumbuh di tengah padang tempat gembala kerbau atau kambing. Bentuk daunnya sebelah atas berwarna hijau, sebelah bawah berwarna merah, tetapi apabila daunnya mengering warna sebelah atas akan berubah menjadi hitam dan sebelah bawah akan berubah menjdi putih, memiliki bunga mengembang kecil-kecil berwarna lembayung dan tidak memiliki aroma. Bentuk buahnya bulat kecil dan beraroma kurang sedap. Tinggi pohonnya hanya berkisar satu meter dari permukaan bumi. Biasanya daunnya yang sudah kering ditaruh di atas kusen pintu depan rumah karena ditakini dapat menangkal makhluk jahat yang dapat disuruh oleh orang yang memelihara makhluk tersebut. Bunga ini melambangkan orang pintar (paranormal) yang selalu menjadi tempat berobat bagi masyarakat pada waktunya itu. Aamiin....!

Akhirnya, setelahnya kita mengetahui makna Randei sebagai petala langit dan bumi, tentu isi makna-makna yang terkandung tersebut sejalan dan menjiwai terhadap rangkaian adat-adat yang ada di Etnik Pesisir Tapanuli Tengah, seperti AdatSumando, Tasapo,

Shambu-Shambu, Kampi Sirih, Khusuk, Manyonggod, dan Turun Karai.

133