• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI BUDAYA ETNIK PESISIR DESA PASAR TERANDAM

2.5. Pengetahuan Tentang Kesehatan

Dalam masyarakat Etnik Pesisir Tapanuli Tengahini, konsep sehat sangat erat sekali kaitannya dengan daya kemapuan seseorang beraktifitas normal seperti biasanya. Misalnya, sehat bermakna seseorang itu bisa bekerja ke laut, badan nyaman, tidak panas dan dingin, badan terasa ringan untuk beraktifitas.

Menurut beberapa informan bahwa sehat memiliki makna yang tinggi dan nilai yang luar biasa, karena manusia yang dikaruniai sehat dapat beraktifitas sebagaimana biasa. Misalnya, mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mencari ikan ke laut dan aktifitas lainnya yang berguna bagi lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.

Sementara itu, konsep sakit sendiri bagi Etnik Pesisir Tapanuli Tengah dimakanai bila seseorang tidak bisa bekerja seperti mencari ikan ke laut. Penyebab orang sakit ini, menurut anggapan masyarakat Etnik Pesisir ini bisa macam-macam, diantaranya karena memang sakit akibat kecelakaan, karena diganggu oleh roh nenek moyang, atau ada yang mengguna-guna (kiriman orang) karena orang itu tidak suka sama kita.

Dengan demikian, derajat orang sakit ini, ada yang ringan, sedang, dan berat. Orang yang sakit ringan ini, biasanya bisa disembuhkan secara obat-obatan medis, sedangkan kalau yang sedang dan berat biasanya diobati melalui orang pintar (dukun). Pengobatannya pun dilakukan secara tradisional.

Mengenai orang yang sakit panas, terutama pada anak-anak kecil ini biasanya karena diganggu oleh roh-roh halus, seperti roh nenek moyangnya. Dalam pemahaman masyarakat Etnik Pesisir, hal ini merupakan bentuk kasih sayang nenek moyangnya dengan cara menegur si anak agar tidak bermain di tempat-tempat yang mereka terkena keteguran itu.

46

Gambar 2. 18. Potret Orang Sakit Jiwa (Gilo) Bagi Masyarakat Etnik Pesisir Tapanuli Tengah Bisa Disebabkan Karena Sijundei(Sumber: Dokumen Peneliti)

Untuk orang yang gilo(sakit jiwa), bagi masyarakat Etnik Pesisir Tapanuli Tengah ini bisa disebabkan karena sijundei26. Sijundai ini berwujud tindakan diluar batas kesadaran manusia. Bisa menangis, tertawa, tanpa sebab. Ada juga sebagaian masyarakat yang menyebutkan kalau sijundai ini bukan orang gila.

Perilaku aneh sijundai ini, biasanya menimpa anak gadis atau bujang. Erat kaitannya dengan hubungan percintaan. Baik karena hubungan tidak lancar atau kena tolak berupa cacian dan makian. Arti lainnya, menurut Safranjamil Marbun, selaku tokoh masyarakat Desa Pasar Terandam, adalah:

“Perilaku ini muncul karena ditolak, dicaci, atau dikhianati yang berujung pada dendam. Dendam yang tak terbalaskan, maka dengan cara inilah pelampiasannya. Akibatnya, orang

26

Sijundai dalam istilah yang dipahami masyarakat kebanyakan adalah mahluk halus pengirim guna-guna. Sijundai bisa juga untuk menyebut perilaku manusia yang hilang ingatan atau kesadaran.

47 dapat kiriman sijundai baik bujang atau gadis akan

berperilaku seperti orang gila, yaitu menangis, berteriak-teriak sendiri, menarik-menarik rambut, dan yang yang paling populer adalah memanjat dinding.”

2.5.2. Penyembuhan Tradisional

Masyarakat Etnik Pesisir Tapanuli Tengahdalam proses mencari kesembuhan penyakit yang dideritanya masih mencari cara penyembuhan dengan melalui pengobatan tradisonal dalam kehidupan sehari-harinya.

Gambar 2. 19. Tasapo Salah Satu Pengobatan Tradisional Yang Sering Digunakan Masyarakat Etnik Pesisir Barus (Sumber: Dokumen Peneliti)

Kegiatan penyembuhan tradisionaltersebut dilakukan ada yang di sekitar tempat tinggal mereka dan beberapa diantaranya mencari ke luar daerah tempat tinggalnya. Untuk pengobatan tradisionalyang sering digunakan oleh Etnik PesisirBarus ini berupa pengobatantasapo, ramuan tanaman, shambu-shambu, tampi sirih, dan pijit-urut.

Tasapo merupakan sebutan pada orang yang keteguran, diganggu makhluk halus atau roh orang yang telah meninggal. Proses pengobatan tasapooleh dukun menggunakan media kunyit yang dibelah menjadi dua. Ramuan tradisional yang sering digunakan ialah daun sikaduduk untuk mengobati luka dan patah tulang, dan ramuan ibu setelah melahirkan. Ada juga yang dinamakan dengan shambu-shambu. Fungsi shambu-shambu ialah sebagai pelindung diri dari dukun untuk

48

melindungi ibu yang sedang hamil dan anak-anak dari gangguan setan dan orang jahat.

2.5.3. Pengetahuan Penyembuhan Tradisional dan

Biomedikal

Masyarakat Etnik Pesisir Barus ini dalam memperoleh pengetahuan penyembuhan tradisional didapat secara turun menurun. Selain itu, bisa jadi disebabkan karena di daerah Barus ini banyak tumbuh tanaman-tanaman yang bisa dijadikan sebagai ramuan obat-obatan. Apalagi, nenek moyang kita dulu proses pengobatan penyakit masih dilakukan secara tradisional, sehingga mereka mencari dan mencoba-coba tanaman-tanaman obat tertentu untuk mengobati aneka penyakit yang diderita pasiennya.

Proses penerimaan informasi pengetahuan tentang tanaman obat-obatan ini kebanyakan dilakukan secara turun temurun melalui cara memperhatikan orangtua mereka pada waktu mengobati pasiennya. Apalagi, saat itu budaya tulisan sungguh masih sangat minim dokumentasi, sehingga resep obat tradisional ini tersebar hanya terbatas pada lingkungan keluarga sang tabib pengobatan tradisional tersebut.

Sementara itu, masyarakat Etnik Pesisir Barus ini juga sudah mengenal beberapa obat pabrikan atau kimia yang dijual secara bebas di pasaran (toko dan warung) yang ada di masyarakat. Misalnya obat deman, batuk, pilek, sakit kepala (mixagrip, paramex dan bodrex).

Masyarakat di sini, memperoleh informasi obat-obatan biomedikal tersebut bisa lewat media televisi, koran dan internet. Cara memperolehnya pun begitu mudah, karena ada fasilitas pasar dan warung-warung yang tersebar di kampung-kampung yang menjual obat-obat pabrikan tersebut.

49

2.5.4. Pengetahuan Makanan dan Minuman

Terkait pengetahuan makanan dan minuman ini, mereka kebanyakan hanya memakan dengan ikan dan sedikit sayuran. Hampir setiap hari menunya menggunakan ikan. Mereka pun masih minim pariasi pengolahan ikan yang dimasak.

Minimnya masakan yang menggunakan sayur-syuran ini, sebenarnya bukan karena tidak ada sayur-sayuran. Tetapi, keluarga di sini masih sedikit yang memasak secara variasi dari bahan-bahan sayuran yang ada.

Selain menu makanan yang terbatas variasinya dalam keluarga. Ana-anak di sini juga biasa jajan makan-makanan ringan di warung-warung atau kedai yang menjajakan makanan ringan yang dijual bebas dan kondisinya banyak yang menggunakan bahan tambahan makanan secara berlebihan. Hal ini terlihat dari warna makanan yang disajikan di warung-warung atau kedai-kedai yang hampir tersebar di lorong-lorong Desa Pasar Terandam.

Masyarakat di Etnik Pesisir Barus ini, mengenal makanan pokok, makanan adat, makanan minuman untuk pengobatan. Untuk makanan pokok ini, kebanyakan mereka masak sekali pada pagi hari daan digunakan sama dengan dihangatkan untuk siang dan malam hari. Artinya, variasi menunya hampir sama untuk makan hari itu.

Gambar 2. 20. Kue Itak-Itak Merupakan Makanan Adat Saat Pelaksanaan Adat Turun Karai di Masyarakat Etnik Pesisir Barus(Sumber: Dokumen Peneliti)

50

Sementara itu, untuk cara memasak mereka sudah banyak menggunakan alat-alat modern seperti di perkotaan dengan menggunakan bahan bakar utama adalah kompos gas. Pada masyarakat di Etnik Pesisir Barus ini juga tidak membedakan makanan untuk anak-anak, orang dewasa dan orangtua. Mereka memakan dengan jenis menu dan porsi yang sama.

2.5.5. Pengetahuan Pelayanan Kesehatan

Secara umum masyarakat Etnik Pesisir Desa Pasar Terandam Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengahini, tidak sulit memperoleh pelayanan kesehatan, baik pengobatan secara formal dan tradisional. Sebab, pelayanan kesehatan secara formal di Desa Pasar Terandam ini memiliki fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau, mulai dari Posyandu, Polindes, Poskesdes dan Puskesmas. Sedangkan jumlah tenaga medis yang tinggal di Desa Pasar Terandam adalah 2 orang Bidan Desa.

Gambar 2. 21. Fasilitas Kesehatan (Posyandu, Polindes, Poskesdes dan Puskesmas) Yang Digunakan Masyarakat Etnik Pesisir Barus(Sumber: Dokumen Peneliti)

Demikian juga, untuk pengobatan tradisional. Secara budaya, Etnik Pesisirini telah memiliki tradisi pengobatan secara tradisional, baik lewat ramuan tumbuh-tumbuhan maupun lewat pengobatan adat yang sampai sekarang masih terpelihara dengan baik dan masih diyakini masyarakatnya.

51 Pengetahuan pelayanan masyarakat didapatkan secara turun menurun, baik pelayanan kesehatan modern maupun pelayanan kesehatan secara tradisional.Untuk pengobatan modern, biasanya didapatkan ketika berobat ke puskesmas, poskesdes, polindes, dan posyandu. Sementara itu, untuk pengobatan tradisional mereka mengenal pelayanan tersebut didapatkan secara turun menurun sejak jaman orangtuanya.