• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI BUDAYA ETNIK PESISIR DESA PASAR TERANDAM

2.4. Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan

Bentuk keluarga inti di Etnik Pesisir ini meliputi bapak, ibu dan anak. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing. Ada pembagian tugas yang tidak tertulis, tapi nyata dilakukan dalam tatanan keluarga.

Gambar 2. 16. Bentuk Keluarga Inti di Etnik Pesisir Desa Pasar Terandam Terdiri: Bapak, Ibu, dan Anak(Sumber: Dokumen Peneliti)

Untuk wilayah domestik, biasanya ditekankan pada tugas anak perempuan, seperti menyapu, mencuci dan memasak. Sedangkan anak laki-laki bertugas membantu bapaknya melaut atau mencari nafkah.

Pola penentuan jodoh dilakukan secara adat Sumando (lebih lanjut dijelaskan pada bab 4). Setelah menikah pasangan pengantin ini masih tinggal di rumah pengantin perempuan, makanya dalam adat perkawinan sumando yang menjadi pedoman adat Etnik Pesisir ini, setelah akad nikah harus dilakukan acara manjalang-jalang (memohon doa kepada orangtua laki-laki karena anak lelakinya akan tinggal di rumah mertuanya/rumah perempuan). Hal ini dilakukan sampai mempunyai anak pertama. Apabila setelah mempunyai anak

41 pertama, maka pasangan pengantin ini boleh membangun rumah sendiri.

Penentuan garis keturunan di Etnik Pesisir Tapanuli Tengah ini berdasarkan garis keturunan bapak (patrilineal). Adapun sistem kekerabatan di daerah Pesisir Tapanuli Tengah ini merupakan asimilasi dari istilah kekerabatan bahasa Melayu dengan istilah kekerabatan daerah lain. Istilah kekerabatan masyarakat Melayu didasarkan pada panggilan atau sapaan terhadap anak dalam keluarga.

Sebagai gambaran, seperti berikut ini:23

Anak pertama : ulung atau yung (berasal dari kata sulung). Anak kedua : ngah berasal dari kata tengah.

Anak ketiga : alang berasal dari kata kepalang. Anak keempat : uti berasal dari kata putih.

Anak kelima : andak berasal dari kata pandak atau pendek. Anak keenam : ude berasal dari kata muda atau mude. Anak ketujuh : anjang atau itam.

Anak kedelapan : ucu atau uncu berasal dari kata bungsu.

Penjabaran istilah kekerabatan Melayu ini, dapat kita lihat dalam sapaan berikut, yaitu: kak uti, pak uti, kak itam, pak itam, cek

itam, anga, cek anga, mak tanga, pak tanga, kak accu, accu, oncu, pak acu, pak oncu.

Lebih lanjut, untuk sapaan ajo, cek uning dan pak tuo merupakan istilah yang diserap dari bahasa Minangkabau. Sementara itu, panggilan kepada saudara ayah di Sumatera Barat adalah pak tuo,

pak adang, pak angah, pak kacciak dan pak oncu, uning, pak uning

dan mak uning. Di daerah ini, di samping panggilan berdasarkan posisi vertikal, dikenal juga panggilan berdasarkan penampilan fisik atau

23

Sjawal Pasaribu (2014), “Budaya dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga.” Tanpa nama penerbit.

42

mamak, yaitu: mak anjang (tinggi), mak apuk (gemuk), mak andah

(pendek), mak itam, mak uning (kuning), dan lainnya.

Sementara itu, daerah di Pesisir Tapanuli Tengah ada sedikit perbedaannya, diantaranya yaitu: kata mak uning adalah untuk saudara perempuan ibu dan warnanya tidak harus kuning. Tuan adi atau tunadik mungkin berasal dari kata tuan dan adik. Nadik adalah sebutan untuk saudara laki-laki di daerah Natal dan Sumatera Barat yang terdiri atas: uda, ajo, tuan, dan wan.

Hal lainnya, yang tidak kalah menariknya adalah istilah accik,

ecek, dan teta. Secara entomologis istilah ini diduga berasal dari kata

bahasa Sunda, yaitu: euceuk, ceuceuk, dan teteh. Betulkah demikian?

2.4.2. Sistem Kemasyarakatan dan Budaya Tetean

Matahari pagi mulai meninggi. Kaki ini melangkah pergi menelusuri lorong-lorong yang ada di Perkampungan Desa Pasar Terandam Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah.

Ketika kaki ini mau melangkah menelusuri Perkampungan Nelayan di Desa Pasar Terandam, tiba-tiba ada kereta24milik Bapak Darmansyah lewat. Bapak Darmansyah ini, menawarkan pada peneliti untuk naik keretanya, karena jalan yang kita tuju adalah searah.

Dalam perjalanan tersebut, Bapak Darmansyah ini banyak bercerita, dimulai dengan peta politik. Beliau mengatakan bahwa Barus ini merupakan barometer kekuatan politik di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Cerita lainnya, adalah termasuk tentang pekerjaannya sebagai Bapak pembimbing masyarakat (Babinsa) dari Danramil Kecamatan Barus. Sebagai petugas Babinsa di Desa Pasar Terandam ini, dirinya telah mengabdi selama 20 tahun. Banyak suka dukanya selama bertugas, diantaranya dia sekarang sudah seperti saudara dekat dengan warga di Desa Pasar Terandam ini.

24

Kereta itu sebutan masyarakat Desa Pasar Terandam untuk menyebutkan kendaraan bermotor.

43 “Masyarakat kalau ada masalah. Biasanya tidak

sungkan-sungkan mengadu ke rumah saya untuk minta bantuannya menyelesaikan masalah yang telah dihadapi oleh masyarakat,” katanya.

Beliau dengan lincahnya membawa saya menelusuri lorong-lorong di Perkampungan Nelayan Desa Pasar Terandam, sambil sesekali menjawab sapaan warga masyarakat yang ditemui di jalanan yang dilalui kita berdua. Akhirnya, kami berhenti tepat di belakang Masjid Desa Pasar Terandam yang sedang di bangun itu. Saya melihat ada proses pengerjaan jembatan yang menghubungkan antara perkampungan nelayan dengan areal masjid. Sebab, selama ini bila mau pergi ke masjid desa itu, masyarakat di perkampungan nelayan ini harus memutar untuk dapat sampai ke masjid.

Sebenarnya, jembatan itu dulunya sudah ada. Namun karena besarnya terjangan banjir membuat jembatan itu hancur lebur dihantam derasnya laju air banjir dari sungai.

“Sebetulnya masyarakat di sini masih memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi. Misalnya takkala ada acara hajatan. Mereka saling membantu. Di sini, ada budaya Tetean25 sesama masyarakat. Contohnya, kalau ada hajatan, tuan rumah tidak sepenuhnya bisa mendatangkan orkes hiburan berupa organ tunggal. Maka dipelopori para pemuda melakukan Tetean untuk mendatangkan orkes hiburan itu, yaitu dengan cara menarik sumbangan secara suka rela. Nanti, dana yang terkumpul dikasihkan ke orang yang mau hajat. Dan selebihnya berupa kekurangannya nanti ditambahkan atau ditanggung oleh tuan rumah.” Ungkap Darmansyah sambil mengisap rokok.

25

Tetean ialah adat budaya masyarakat pesisir di Desa Pasar Terandam berupa perilaku saling membantu sesama anggota masyarakat yang membutuhkan.

44

Intinya, mereka saling membantu. Dalam konteks yang dicontohkan Bapak Darmansyah itu adalah mencari dana patungan secara bersama-sama sampai terkumpul sesuai dana yang dibutuhkan tersebut. Bila adat seperti Tetean itu bisa diberdaykan pada bidang positif lainya, tentu hasilnya akan luar biasa.

Gambar 2. 17. Tetean Ialah Adat Budaya Masyarakat Pesisir di Desa Pasar Terandam Berupa Perilaku Saling Membantu Sesama Angota Masyarakat Yang Membutuhkan(Sumber:

Dokumen Peneliti)

Namun, menurut Darmansyah yang sering jadi tumpuan masyarakat Desa Pasar Terandam ini bila ada masalah sosial masyarakat, mengungkapkan bahwa ada sisi kurang baiknya dari sifat masyarakat di Desa Pasar Terandam ini, yaitu sifat iri terhadap orang lain dan kurang bisa bekerjasama dengan sesama putra daerah kelahiran Desa Pasar Terandam lainnya yang sudah sukses merantau. Justru, yang ada dalam pikiran mereka adalah sikap saling menjatuhkan.

“Misalnya, ada putra daerah yang merantau dan telah berhasil maju. Lalu, ia berniat akan membangun daerahnya. Namun, ada saja dari anggota masyarakat di sini yang mencoba menghalang-halanginya.” Tutur Babinsa Desa Pasar Terandam ini.

45

2.5. Pengetahuan Tentang Kesehatan