• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGGEMBOSI PARTAI ISLAM

Dalam dokumen POLITIK BISNIS RATU ATUT H A L A M A N 116 (Halaman 96-102)

ALI MOERTOPO ”MENGHABISI” SUARA PARTAI ISLAM LEWAT OPERASI

KHUSUS KOMANDO JIHAD. MEMBERI BISNIS—JUGA JANJI—KEPADA

PARA TOKOH EKS DI/TII YANG MAU BEKERJA SAMA.

Pangdam VI Siliwangi

Himawan Sutanto bersama anggota gerakan Komando Jihad, Haji Ismail Pranoto.

20 OKTOBER 2013 | | 97

A l i M o e r t o p o

total tak kurang dari 185 orang di- tangkap karena dituding terlibat gerakan ini, termasuk Hispran. Suasana menjadi genting karena beberapa pekan lagi akan digelar pemilihan umum ketiga. Akibat peristiwa ini, media ramai mem- beritakan kebrutalan kelompok Islam, dan memindahkan suara pemilih ke Golkar.

● ● ●

PADA 1962, gerakan Darul Is- lam/Tentara Islam Indonesia lumpuh setelah pemimpin mere- ka, S.M. Kartosoewirjo, tertang- kap. Beberapa orang dekatnya ti- dak ikut tertangkap dan bertahan di dalam hutan, di antaranya His- pran dan pasukannya. Pada 1962, pasukan DI/TII tersebut turun gu- nung dan berdamai dengan peme- rintah. Mereka menandatangani perjanjian dan bersumpah setia kepada Indonesia. Ali Moertopo, lewat anak buah kepercayaannya, Letnan Kolonel Pitut Soeharto dan Aloysius Sugiyanto, memim- pin operasi pembaiatan ini. ”Saya perwira penghubung Danu,” ucap Sugiyanto.

Saat itu, Ali Moertopo menguasai banyak kantong bisnis negara atas nama Operasi Khusus. Para ”alum- nus DI” tersebut kemudian dideka- ti dengan diberi berbagai proyek, seperti distribusi bahan bakar di desa serta membangun jalan pe- desaan dan pasar. Danu dan His- pran, kata Assegaf, turut keciprat- an bisnis ini. Mereka bahkan sudah dibaiat setia kepada Presiden Soe- harto dan lalu bergabung dengan Golkar. Itu sebabnya, Komando Ji- had dinilai hanya akal-akalan Ali Moertopo dan intel-intelnya. ”Ko- mando Jihad cuma gerakan jadi-ja- dian agar terkesan Islam itu berba- haya,” ujar Busyro Muqoddas, kini Wakil Ketua Komisi Pemberantas- an Korupsi.

Busyro empat tahun lalu mene- lusuri satu per satu mereka yang dituduh anggota Komando Jihad. Ia mengambil kisah gerakan Ko- mando Jihad sebagai penelitian untuk disertasinya di Universitas Islam Indonesia. Dari berbagai ke-

dan membaiat serta melantik pa- sukan selevel di bawah mereka di sekitar Jawa Tengah dan Timur.

Lalu ada dua versi dalam ki- sah ini. Kisah pertama, gerak- an Hispran dan Danu sudah di luar jangkauan Ali dan kelom- poknya. Ini terbukti dari berba- gai pertemuan rahasia mereka, yang diam-diam masih punya ke- inginan meneruskan perjuang- an NII. Kedua, pemerintah lewat Kopkamtib yang dipimpin Sudo- mo memberangus Hispran cs le- wat propaganda gerakan Koman- do Jihad yang didengungkan oleh Ali dan intel-intelnya. ”Hispran dan Danu dihabisi setelah tu- gas mereka selesai,” ujar Busyro. Di pengujung suratnya, Sudomo justru secara halus membantah tudingan bahwa Komando Jihad didalangi oleh Ali. Ia mengatakan, lewat Operasi Khusus, Ali dan Pi- tut justru berupaya mencegah ke- lompok radikal ini—atau kala itu disebut ”ekstrem kanan”—kemba- li hidup. Kepada Busyro, mantan Kepala Badan Komando Intelijen Sutopo Juwono menyatakan dia sudah menasihati Ali agar tidak bermain-main dengan Komando Jihad. ”Li, kalau kamu mau men-

cari muka kepada Pak Harto, mbok

ya jangan jadikan umat Islam kor- ban politik. Itu risiko sosial-poli- tiknya besar,” demikian menurut Sutopo seperti dikatakannya kem- bali kepada Busyro.

Kalimat Sutopo itu belakangan terbukti. Islam saat itu kemudian terpecah dengan timbulnya saling curiga antarkelompok. Keluarga Hispran pun merasa jadi korban. Slamet Dimyati, salah satu anak Hispran yang pernah ditemui Bu- syro, mengatakan Ali Moertopo telah membohongi ayahnya. Dia mendengar langsung janji Ali ke- pada sang ayah saat berkunjung ke rumah mereka di Brebes. ”Bapak (Hispran) meminta Ali agar mem- bantu suara Golkar di Jawa Tengah dan Timur. Diiming-imingi uang,” kata Slamet menceritakan janji Ali kepada ayahnya. Janji yang, menu- rut anak-anak Hispran, hanya ma-

nis di bibir. ●

terangan, diperoleh alasan bah- wa Ali memimpin Operasi Khusus untuk memberangus suara Partai Persatuan Pembangunan, yang kala itu mengancam eksisten- si Golkar. Isu makar itu berhasil. Perolehan suara PPP jeblok. ”Ge- rakan Komando Jihad ini rekayasa intel agar (perolehan) suara partai Islam anjlok,” tutur Busyro.

Ali, lewat Operasi Khusus, ke- mudian memanfaatkan jaringan Danu dan Hispran. Keduanya ”di- kompori” Ali dan Pitut bahwa per- lu ada gerakan jihad mengingat ko- munis akan bangkit kembali. Alas- an Ali menggunakan DI/TII, kata Busyro, karena kelompok ini pa- ling potensial dan sudah dikenal sebagai pemberontak penguasa. ”Kelompok lain, seperti Muham- madiyah, tidak bisa digunakan karena labih rasional,” ucapnya.

Eks DI/TII membenci komunis, sementara kondisi luar negeri saat itu sedang panas karena Amerika Serikat tengah berperang di Viet- nam, yang dianggap simbol ko- munis baru. Sudomo, dalam wa- wancara tertulis dengan Busyro pada 6 Oktober 2009, mengakui gerakan Ali Moertopo pada perte- ngahan 1970-an berupaya meng- hidupkan DI untuk menggembosi suara PPP. ”Sejumlah tokoh DI me- respons gagasan Moertopo,” kata Sudomo di dalam suratnya kepa- da Busyro.

Dalam berita acara pemeriksa- an Danu Muhammad Hasan pada Juli 1977, saat diperiksa atas ke- terlibatan dengan DI/TII, ia tidak menyebut ada perintah Ali dalam membangun Komando Jihad. Di dalam pemeriksaan yang diduga di bawah tekanan itu, Danu men- ceritakan, pada awal 1975, para se- sepuh DI/TII berkumpul di Tasik- malaya, di rumah Adar Jaelani, bekas sekretaris Kartosoewirjo.

Di sana Adar membaiat His- pran, Danu, Ateng Jaelani, dan Zainal Abidin untuk menghidup- kan kembali Komandemen Wila- yah Pertempuran Besar (KWPB). Danu menjabat Panglima KWPB Jawa-Madura. Hispran menjabat wakil Danu. Tugasnya: merekrut

Kartosoewirjo DOK. TEMPO

e d i s i k h u s u s

a l i d a n k e l u a r g a

petempur

dari blora

M A N G K Y O A L I M O E R T O P O, BEG I T U D I A D IK E N A L O L E H K E L U A RG A N YA .

I A BE R T E MP U R S E J A K M U D A . K E BE R A NI A NN YA D I G A R I S D E PA N

B A N YA K T E R D E N G A R . S A AT A L I BE R A D A D I P U S A R A N K U A S A P U N

P E R T E MP U R A N S EO L A H - O L A H TA K HE N T I I A H A D A P I . B A N YA K O R A N G

ME MBE N C IN YA , TA P I TA K S E D IK I T YA N G ME M U J A .

A L I K E M U D I A N BE RG U L AT D E N G A N P E N YA K I T J A N T U N G. T I G A K A L I

D I A BE R H A S IL ME N G A L A HK A NN YA . N A M U N I A ME N Y E R A H PA D A

S E R A N G A N K E E M PAT.

Bersama istrinya, Wastoeti, di Slawi, Tegal, Jawa Tengah, 1956.

Bersama anggota Banteng Raiders di Tegal,

24 Desember 1950.

R

UMAH berdinding kayu jati itu berdi- ri kokoh di tepi Ja- lan RA Kartini, Kun- den, Blora, Jawa Te- ngah. Pohon nangka dan mangga

menaungi dua unit rumah punjer

rumah berjejer milik keluarga be- sar. Di rumah inilah Ali Moertopo lahir pada 1924. Ali sebenarnya tak tahu persis kapan ia lahir. Tanggal 23 September yang tercantum se- bagai tanggal lahirnya merupakan tanggal rekaan Leonardus Benja-

min Moerdani, belakangan menja- di Panglima ABRI.

Ali putra ketiga dari sembilan anak Raden Karto Prawiro dan Ra- den Ng Soekati. Karto Prawiro ada- lah agen mesin jahit Singer sekali- gus penjahit. Adik Ali Moertopo, Ali Moersalam, mengatakan ayah mereka masih keturunan Pange- ran Diponegoro. Sedangkan kakek Ali dari pihak ibu, Harun Parto- koesoemo, tokoh masyarakat Blo- ra asal Solo.

Sejak bayi, Ali Moertopo diasuh

kakak tertua ibunya, Ali Rahman Sastrokoesoemo. Sewaktu Ali la- hir, ibunya sakit-sakitan. Hampir bersamaan dengan lahirnya Ali Moertopo, istri Ali Rahman juga melahirkan. ”Namun bayi itu me- ninggal,” kata Faturakhman, cucu Ali Rahman. Bersama Ali, adik- nya, Estri Utami (nomor enam), ikut keluarga Ali Rahman. Adapun Moersalam serta dua kakaknya, Ali Moerdijat (nomor empat) dan Pranti Sayekti (nomor lima), ikut pakde yang lain, yakni Ali Moerni Partokoesoemo, di Desa Kraton, Pekalongan.

Semasa kecil, Ali biasa dipanggil Mangkyo oleh keluarganya. Nama panggilan ini, menurut Moersa- lam saat ditemui medio Septem- ber lalu, diambil dari lagu yang di- sumbangkan Sultan Surakarta Ha- diningrat kepada Wilhelmina ke- tika Ratu Belanda itu melahirkan Putri Juliana. Dibesarkan oleh Ali Rahman, Ali Moertopo tumbuh di kalangan pedagang keturunan

DARI PEKALONGAN

Dalam dokumen POLITIK BISNIS RATU ATUT H A L A M A N 116 (Halaman 96-102)

Garis besar

Dokumen terkait