• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALI MOERTOPO DIPERCAYA SEBAGAI TOKOH YANG BERJASA MEMBUKA JALAN UNTUK KARIER BENNY MOERDANI AKHIRNYA TERLEMPAR DARI PUSAT KEKUASAAN.

Dalam dokumen POLITIK BISNIS RATU ATUT H A L A M A N 116 (Halaman 82-84)

ny mengaku sengaja memilih put- rinya yang dia ingat demi meleng- kapi dokumen Ali Moertopo.

Menurut Jusuf, hal itu dilaku- kan karena Benny kepepet sewak- tu mengurus paspor kepergian Ali Moertopo ke luar negeri pada 1965. Sedangkan Ali selalu menja- wab tidak pernah tahu tanggal la- hir persis kecuali tahun dan tem- pat kelahirannya di Blora, Jawa Te- ngah. ”Akhirnya diambillah jalan

pintas itu,” kata Jusuf kepada Tem-

po, September lalu.

Sejak itulah tanggal lahir Ali 23 September 1924. Putri Benny, Ria Moerdani, tak pernah mendapat kisah ini dari bapaknya. Namun ia membenarkan itu memang tang- gal kelahirannya. ”Bapak tak per- nah bercerita soal ini,” kata Ria ke-

pada Tempo.

Ali dan Benny dipertemukan dalam operasi Trikora, pembebas- an Irian Barat dari Belanda pada 1962. Saat itu, Ali perwira yang di- tugasi sebagai komandan kesatu- an intelijen dengan tugas meng- atur penyusupan untuk menda- rat di Irian oleh Soeharto, Pangli- ma Mandala ketika itu. Sebelum operasi Trikora, Ali Asisten Intel Komando Tempur II Tjadangan Umum Angkatan Darat, cikal-ba- kal Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).

Benny waktu itu masih berga- bung dengan Resimen Para Ko- mando Angkatan Darat (RPKAD) dan memimpin Operasi Naga me- nyerbu Merauke. Dalam aksi ini, ia terjun bersama 215 gerilyawan dekat Merauke. Seluruh operasi Benny saat itu dalam pantauan Ali Moertopo. Benny sukses dan men- dapat anugerah bintang sakti dari Presiden Sukarno di Istana Merde- ka, Februari 1963.

Mereka bertemu lagi di Kostrad pada awal 1965 ketika Benny ter- lempar dari RPKAD setelah gagal menjadi panglima pasukan baret merah itu. Benny dirotasi ke Kos- trad sebagai perwira yang diper- bantukan pada biro operasi dan la- tihan. ”Saat itu, Benny kerjaannya hanya luntang-lantung di Kostrad,” kata Aloysius Sugiyanto, mantan perwira intelijen Kostrad. Sugiyan- to kemudian dikenal sebagai ta- ngan kanan Ali Moertopo di Opsus. Saat itu, Ali sedang bersiap atas tugas baru dari Soeharto: menor- malisasi konfrontasi dengan Malay- sia. Wakil asisten intelijen Kostrad ini mendengar Benny ada di Kos-

trad dan nganggur. Sadar betul ke-

mampuan Benny, Ali memasukkan namanya ke tim operasi khusus un- tuk menyusup ke Malaysia.

Singkatnya, sejak operasi khu- sus menormalkan konfrontasi In- donesia-Malaysia itulah karier Benny terentang. Ia diangkat seba- gai Asisten I Kopur II Kostrad di ba- wah pantauan Soeharto.

Mungkin karena pengalaman berurusan dengan Malaysia itu, Benny mendapat jabatan diplo-

Benny Moerdani (tengah) saat pembajakan pesawat Woyla di Bandara Dong Muang, Thailand, 1981.

A l i M o e r t o p o

Negara (Bakin). Di situ sudah ada Yoga Soegomo, yang ditarik pu- lang dari New York, Amerika Se- rikat, sebagai Kepala Bakin. Ali Moertopo sendiri menjadi Wakil Kepala Bakin.

Sejak itu, karier Benny kian me- lesat. Ia tak hanya menjadi pelaku, tapi juga sutradara sejumlah ope- rasi intelijen. Salah satunya pem- bebasan pesawat Woyla di Ban- dar Udara Dong Muang, Bangkok. Ia juga mereorganisasi badan inte- lijen dengan mengubah G-1 Han- kam menjadi Badan Intelijen Stra- tegis atau Bais.

Agaknya catatan prestasi pan- jang itulah yang mengantarkan Benny menjadi Panglima dan Panglima Kopkamtib pada 1983. Padahal ia tak pernah menjadi komandan komando resor mili- ter dan panglima komando dae- rah militer, jenjang normal dalam struktur kepemimpinan Angkat- an Bersenjata Republik Indonesia. Menurut Harry Tjan, karib Ben- ny, keberhasilan Benny lebih ka- rena kemampuan pribadinya dan bukan faktor Ali Moertopo. Meski Ali kerap mengajaknya berdisku- si, itu lebih bersifat memotivasi. ”Benny sesungguhnya orang luar biasa dengan talenta dan kecer- dasannya,” ujar Harry. Mereka,

menurut Harry, adalah dua orang yang berbeda tapi saling meleng- kapi. ”Mereka dekat sekali dan sa- ling menghormati,”

Karier Benny yang meroket ber- banding terbalik dengan Ali, yang kian jauh dari kekuasaan. Ali, yang di akhir masanya menjabat Men- teri Penerangan dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung, me- rasa ditinggalkan. Kepada Halim, Ali mengungkapkan rindu disku- si dengan Benny. ”Mau dibilang apa lagi, Benny saat itu ada di pu- sat kekuasaan dan sibuk sekali,” kata Halim.

Ali mulai tak nyaman terhadap perilaku dan bisnis anak-anak Soeharto. Karena itu, suatu ketika kepada Jusuf Wanandi, Ali memin- ta Benny menyampaikan kritik- nya terhadap bisnis keluarga dan anak-anak Presiden Soeharto yang bisa merusak kepemimpinan sang Presiden. ”Kritik itu saya sampai- kan kepada Benny,” kata Jusuf. Dua hari setelah itu, Ali Moertopo terkena serangan jantung dan me- ninggal.

Jusuf menyampaikan pesan ter- sebut ke Benny, yang kemudian meneruskannya kepada Soeharto saat itu. Setelah itu, Benny terde- pak dari kumparan kekuasaan.

20 OKTOBER 2013 | | 83

matik sebagai kepala perwakilan,

lalu minister counselor di Keduta-

an Besar Republik Indonesia Kua- la Lumpur. Benny kemudian men- jadi konsul jenderal di Seoul, Ko- rea Selatan (1971-1974).

Diplomat Benny sesungguhnya kerap menerima perintah lang- sung dari Ali, yang jelas-jelas bu- kan atasan struktural. Saat itu, Ali ditugasi Soeharto sebagai pelak- sana aneka operasi khusus. Ben- ny ditugasi mempelajari kondisi keamanan di Kamboja, Vietnam, dan negara anggota ASEAN keti- ka itu. ”Benny selalu menjadi an- dalan Pak Ali setiap ada penuga- san operasi ke luar negeri,” kata Joseph Halim, dokter tentara yang juga perwira Opsus.

Menurut Halim, sejak awal Ali Moertopo terlihat menyiapkan Benny Moerdani. Dari pilihan tu- gas yang diberikan, Benny sela- lu menjadi prioritas bahkan lakon utama. Cerita serupa disampaikan Agum Gumelar, ajudan Ali Moerto- po semasa menjadi asisten priba- di Soeharto dan Komandan Opsus. Benny termasuk yang paling sering dikontak Ali Moertopo jika ada tu- gas penting di luar negeri. ”Kalau keduanya bertemu, itu bisa ber- jam-jam,” Agum mengenang.

Boleh jadi karena itu, ketika peta politik di Indonesia berubah dan posisi Ali Moertopo tersing- kir pascaperistiwa Malari pada 15 Januari 1974, Ali menyodorkan nama Benny ke Presiden Soehar- to untuk menangani intelijen. Ali menelepon Benny di Korea Sela- tan agar segera pulang. Ali Moer- topo pula yang mengantar Ben- ny menghadap langsung Soehar- to. Benny diserahi jabatan seba- gai Komandan Satuan Tugas Intel Komando Operasi Pemulihan Ke- amanan dan Ketertiban (Kopkam- tib) merangkap Asisten Intelijen Pertahanan dan Keamanan meng- gantikan Mayor Jenderal Kharis Suhud enam bulan kemudian. Ar- tinya, Benny bertugas mengenda- likan seluruh aparat intelijen Ang- katan Darat dan Kepolisian RI.

Selain itu, Benny ditugasi mem- bantu Badan Koordinasi Intelijen

Ali (kanan), Benny Moerdani, Roeslan

Abdulgani (ketiga dari kiri), dan Tan Sri Ghazali Shafi e (kiri) di kediaman Roeslan di Jakarta.

Ali hampir tidak pernah melepas kacamata gelapnya,

meski di dalam ruangan. Selain pertimbangan gaya, kacamata hitam itu melindungi mata Ali yang sensitif terhadap sinar.

ALI MOERTOPO,

Dalam dokumen POLITIK BISNIS RATU ATUT H A L A M A N 116 (Halaman 82-84)

Garis besar

Dokumen terkait