ny mengaku sengaja memilih put- rinya yang dia ingat demi meleng- kapi dokumen Ali Moertopo.
Menurut Jusuf, hal itu dilaku- kan karena Benny kepepet sewak- tu mengurus paspor kepergian Ali Moertopo ke luar negeri pada 1965. Sedangkan Ali selalu menja- wab tidak pernah tahu tanggal la- hir persis kecuali tahun dan tem- pat kelahirannya di Blora, Jawa Te- ngah. ”Akhirnya diambillah jalan
pintas itu,” kata Jusuf kepada Tem-
po, September lalu.
Sejak itulah tanggal lahir Ali 23 September 1924. Putri Benny, Ria Moerdani, tak pernah mendapat kisah ini dari bapaknya. Namun ia membenarkan itu memang tang- gal kelahirannya. ”Bapak tak per- nah bercerita soal ini,” kata Ria ke-
pada Tempo.
Ali dan Benny dipertemukan dalam operasi Trikora, pembebas- an Irian Barat dari Belanda pada 1962. Saat itu, Ali perwira yang di- tugasi sebagai komandan kesatu- an intelijen dengan tugas meng- atur penyusupan untuk menda- rat di Irian oleh Soeharto, Pangli- ma Mandala ketika itu. Sebelum operasi Trikora, Ali Asisten Intel Komando Tempur II Tjadangan Umum Angkatan Darat, cikal-ba- kal Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Benny waktu itu masih berga- bung dengan Resimen Para Ko- mando Angkatan Darat (RPKAD) dan memimpin Operasi Naga me- nyerbu Merauke. Dalam aksi ini, ia terjun bersama 215 gerilyawan dekat Merauke. Seluruh operasi Benny saat itu dalam pantauan Ali Moertopo. Benny sukses dan men- dapat anugerah bintang sakti dari Presiden Sukarno di Istana Merde- ka, Februari 1963.
Mereka bertemu lagi di Kostrad pada awal 1965 ketika Benny ter- lempar dari RPKAD setelah gagal menjadi panglima pasukan baret merah itu. Benny dirotasi ke Kos- trad sebagai perwira yang diper- bantukan pada biro operasi dan la- tihan. ”Saat itu, Benny kerjaannya hanya luntang-lantung di Kostrad,” kata Aloysius Sugiyanto, mantan perwira intelijen Kostrad. Sugiyan- to kemudian dikenal sebagai ta- ngan kanan Ali Moertopo di Opsus. Saat itu, Ali sedang bersiap atas tugas baru dari Soeharto: menor- malisasi konfrontasi dengan Malay- sia. Wakil asisten intelijen Kostrad ini mendengar Benny ada di Kos-
trad dan nganggur. Sadar betul ke-
mampuan Benny, Ali memasukkan namanya ke tim operasi khusus un- tuk menyusup ke Malaysia.
Singkatnya, sejak operasi khu- sus menormalkan konfrontasi In- donesia-Malaysia itulah karier Benny terentang. Ia diangkat seba- gai Asisten I Kopur II Kostrad di ba- wah pantauan Soeharto.
Mungkin karena pengalaman berurusan dengan Malaysia itu, Benny mendapat jabatan diplo-
Benny Moerdani (tengah) saat pembajakan pesawat Woyla di Bandara Dong Muang, Thailand, 1981.
A l i M o e r t o p o
Negara (Bakin). Di situ sudah ada Yoga Soegomo, yang ditarik pu- lang dari New York, Amerika Se- rikat, sebagai Kepala Bakin. Ali Moertopo sendiri menjadi Wakil Kepala Bakin.
Sejak itu, karier Benny kian me- lesat. Ia tak hanya menjadi pelaku, tapi juga sutradara sejumlah ope- rasi intelijen. Salah satunya pem- bebasan pesawat Woyla di Ban- dar Udara Dong Muang, Bangkok. Ia juga mereorganisasi badan inte- lijen dengan mengubah G-1 Han- kam menjadi Badan Intelijen Stra- tegis atau Bais.
Agaknya catatan prestasi pan- jang itulah yang mengantarkan Benny menjadi Panglima dan Panglima Kopkamtib pada 1983. Padahal ia tak pernah menjadi komandan komando resor mili- ter dan panglima komando dae- rah militer, jenjang normal dalam struktur kepemimpinan Angkat- an Bersenjata Republik Indonesia. Menurut Harry Tjan, karib Ben- ny, keberhasilan Benny lebih ka- rena kemampuan pribadinya dan bukan faktor Ali Moertopo. Meski Ali kerap mengajaknya berdisku- si, itu lebih bersifat memotivasi. ”Benny sesungguhnya orang luar biasa dengan talenta dan kecer- dasannya,” ujar Harry. Mereka,
menurut Harry, adalah dua orang yang berbeda tapi saling meleng- kapi. ”Mereka dekat sekali dan sa- ling menghormati,”
Karier Benny yang meroket ber- banding terbalik dengan Ali, yang kian jauh dari kekuasaan. Ali, yang di akhir masanya menjabat Men- teri Penerangan dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung, me- rasa ditinggalkan. Kepada Halim, Ali mengungkapkan rindu disku- si dengan Benny. ”Mau dibilang apa lagi, Benny saat itu ada di pu- sat kekuasaan dan sibuk sekali,” kata Halim.
Ali mulai tak nyaman terhadap perilaku dan bisnis anak-anak Soeharto. Karena itu, suatu ketika kepada Jusuf Wanandi, Ali memin- ta Benny menyampaikan kritik- nya terhadap bisnis keluarga dan anak-anak Presiden Soeharto yang bisa merusak kepemimpinan sang Presiden. ”Kritik itu saya sampai- kan kepada Benny,” kata Jusuf. Dua hari setelah itu, Ali Moertopo terkena serangan jantung dan me- ninggal.
Jusuf menyampaikan pesan ter- sebut ke Benny, yang kemudian meneruskannya kepada Soeharto saat itu. Setelah itu, Benny terde- pak dari kumparan kekuasaan.
●
20 OKTOBER 2013 | | 83
matik sebagai kepala perwakilan,
lalu minister counselor di Keduta-
an Besar Republik Indonesia Kua- la Lumpur. Benny kemudian men- jadi konsul jenderal di Seoul, Ko- rea Selatan (1971-1974).
Diplomat Benny sesungguhnya kerap menerima perintah lang- sung dari Ali, yang jelas-jelas bu- kan atasan struktural. Saat itu, Ali ditugasi Soeharto sebagai pelak- sana aneka operasi khusus. Ben- ny ditugasi mempelajari kondisi keamanan di Kamboja, Vietnam, dan negara anggota ASEAN keti- ka itu. ”Benny selalu menjadi an- dalan Pak Ali setiap ada penuga- san operasi ke luar negeri,” kata Joseph Halim, dokter tentara yang juga perwira Opsus.
Menurut Halim, sejak awal Ali Moertopo terlihat menyiapkan Benny Moerdani. Dari pilihan tu- gas yang diberikan, Benny sela- lu menjadi prioritas bahkan lakon utama. Cerita serupa disampaikan Agum Gumelar, ajudan Ali Moerto- po semasa menjadi asisten priba- di Soeharto dan Komandan Opsus. Benny termasuk yang paling sering dikontak Ali Moertopo jika ada tu- gas penting di luar negeri. ”Kalau keduanya bertemu, itu bisa ber- jam-jam,” Agum mengenang.
Boleh jadi karena itu, ketika peta politik di Indonesia berubah dan posisi Ali Moertopo tersing- kir pascaperistiwa Malari pada 15 Januari 1974, Ali menyodorkan nama Benny ke Presiden Soehar- to untuk menangani intelijen. Ali menelepon Benny di Korea Sela- tan agar segera pulang. Ali Moer- topo pula yang mengantar Ben- ny menghadap langsung Soehar- to. Benny diserahi jabatan seba- gai Komandan Satuan Tugas Intel Komando Operasi Pemulihan Ke- amanan dan Ketertiban (Kopkam- tib) merangkap Asisten Intelijen Pertahanan dan Keamanan meng- gantikan Mayor Jenderal Kharis Suhud enam bulan kemudian. Ar- tinya, Benny bertugas mengenda- likan seluruh aparat intelijen Ang- katan Darat dan Kepolisian RI.
Selain itu, Benny ditugasi mem- bantu Badan Koordinasi Intelijen
Ali (kanan), Benny Moerdani, Roeslan
Abdulgani (ketiga dari kiri), dan Tan Sri Ghazali Shafi e (kiri) di kediaman Roeslan di Jakarta.
Ali hampir tidak pernah melepas kacamata gelapnya,
meski di dalam ruangan. Selain pertimbangan gaya, kacamata hitam itu melindungi mata Ali yang sensitif terhadap sinar.