• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mewuj udkan Kota Bersih dengan Mengolah Sampah

Pintu gerbang Kota Tarakan, Kalimantan Timur dihiasi tugu piala beragam penghargaan. Antara lain piala Adipura. Foto Bowo Leksono

Percik

Mei 2009

m elalui program KIPRAH (Kita Pro- Sampah). Sementara pilot project ada di em pat wilayah, yaitu RT 0 3 Kelurahan Karang Anyar, RT 16 Kelurahan Karang Anyar Pantai, Kelurahan Karang Rejo, dan Kelurahan Kampung Enam.

Pada prinsipnya, pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga atau komunitas adalah dengan pemilahan. Salah satunya dengan m elakukan pengelolaan sam pah berupa kom posting. "Sekarang ini di Tarakan ada sekitar 50 0 pejuang lingkungan yang m elakukan pengelolaan sam pah berupa kom posting di rum ah tangga dengan metode Takakura," ungkap Ibrahim.

Untuk terus memotivasi masyarakat dan memancing masyarakat lain dalam menge- lola sampah, DKPP bekerjasama dengan Radar Tarakan menggelar lomba Green and Clean setiap tahunnya. Tahun ini, lomba kebersihan tingkat RT dan kelurahan ini sudah memasuki tahun ketiga.

Setelah terseleksi menjadi 20 besar, un- tuk mendapatkan 10 besar, salah satu poin penilaian adalah bagaimana RT-RT tersebut melakukan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. "Itu bentuk dari sosialisasi dan kampanye kami untuk PSBM," jelas Ibra- him.

Untuk m engakom odasi kom itm en warga yang telah memilah sampahnya men- jadi 2 jenis, sampah organik dan anorganik, Pem erintah Kota Tarakan juga sudah m enyediakan truk pengangkutan yang sesuai. Truk warna kuning untuk sampah anorganik, truk warna biru untuk sampah organik dengan maskot Bekantan.

Pola untuk m em ancing m asyarakat berlomba-lomba dalam pengelolaan sampah tingkat rumah tangga dan komunitas, yang pertama menerapkan adalah Kota Surabaya di tahun 2005. Kota ini dinilai berhasil kare- na dukungan semua unsur, mulai dari Pemerintah Kota, swasta (Unilever P e d u l i ) ,

media massa (J awa Pos), LSM, institusi pen- didikan, dan tentunya m asyarakat Kota Surabaya.

Keberhasilan Kota Surabaya dalam mewujudkan kota yang bersih tidak hanya di jalur kota tapi masuk hingga ke kampung-

kampung menjadi contoh kegiatan serupa di kota-kota lain di Indonesia. Unilever Peduli, program Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Unilever TBK, terus mengawal program PSBM di kota-kota lain.

Strate gi Me n gatas i So al Sam pah Sampah adalah salah satu persoalan

rum it yang dim iliki setiap kota. Persoalan sampah

ini selalu menjadi PR yang tidak segera terse- lesaikan. Beragam strategi diterapkan, namun tidak membuahkan hasil yang mak- simal.

Anggaran dan sumber daya manusia yang terbatas jelas menjadi kendala dalam menyelesaikan soal sampah. Dan Surabaya, sebagai kota terbesar kedua di Indonesia mempunyai strategi yaitu dengan memper- baiki regulasi, menguasai teknologi dan me- nerapkannya, dan mengedukasi masyarakat.

Penerapan program Pengelolaan Sam- pah Berbasis Masyarakat (PSBM) adalah wujud dari edukasi masyarakat Kota Sura- baya. Hasilnya, ribuan kader lingkungan telah tercipta di setiap kelurahan. "Di- harapkan kader-kader peduli sampah ini akan meningkat menjadi peduli lingkungan. Mereka menjadi kader untuk dirinya sendiri dan untuk lingkungannya," tutur Walikota Surabaya Drs. Bambang Dwi Hartono, MPd. Kader-kader lingkungan di masyarakat ini mendapat bimbingan dari para fasilitator dan motivator. Puncak dari program PSBM adalah lomba Green and Cleanyang menda- pat dukungan penuh dari Pemerintah Kota Surabaya. Gem a dari lom ba kebersihan tingkat RT dan kelurahan ini mampu mem- pengaruhi hampir seluruh RT dan kelurahan yang ada di Kota Surabaya.

"Pada akhirnya, program PSBM ini tidak hanya menjadi milik Unilever Peduli atau milik Pemerintah Kota Surabaya semata. Ta- pi menjadi program bersama karena untuk kepentingan bersama," ungkap Koordinator Tim Yayasan Unilever Indonesia Nunuk Maghfiroh.

Bagi masyarakat Kota Surabaya, teknolo- gi yang diandalkan dan sudah diterapkan di banyak kota adalah keranjang Takakura untuk mengelola sampah menjadi kompos di tingkat rumah tangga.

Sementara peraturan daerah terbaru di Kota Surabaya, terkait pelanggaran mem- buang sampah sembarangan yang masih digodok adalah yang menerapkan sanksi berupa pemblokiran KTP. Sanksi yang sa- ngat tegas bagi pelanggarnya.

Bowo Leksono

56

P R A K T E K U N G G U L A N

Seorang ibu rumah tangga di Kota Tarakan secara sederhana membuat kompos dari

sampah dapur. Foto Bowo Leksono

Percik

Mei 2009

S

alah satu komitmen dan kepedulian suatu perusahaan atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang sosial dan lingkungan, mewujud dalam ben- tuk Corporate Social Responsibility (CSR) yang memang sudah diatur dalam undang- undang. Saat ini, perusahaan atau korporasi seperti berlomba-lomba menjalankan CSR- nya sebagai upaya memberikan kontribusi pada pembangunan bangsa.

Selain bidang sosial, pendidikan, dan kesehatan, bidang lingkungan kerap menjadi tujuan penerapan CSR. Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia hidup tak lepas dari lingkungannya, karena itu dimana kita berada harus selalu menjaga kelangsungan hidup lingkungan sekitar.

PT Unilever Indonesia, Bank Danamon, PT Telkom, dan PT Tetra Pak adalah contoh korporasi yang telah menerapkan pertang- gungjawaban sosialnya di bidang ling- kungan. Dengan membentuk divisi tersen- diri berlabel 'peduli', para korporasi itu su- dah menjalankan kepeduliannya hampir ke seluruh wilayah Nusantara.

Ke pe dulian Ko rpo ras i

Berkaitan dengan kepedulian terhadap lingkungan, m erujuk Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah pada Pasal 14 dikatakan, "Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang berhubungan dengan pengu- rangan dan penanganan sam pah pada kemasan dan/ atau produknya". Sementara Pasal 15 berbunyi, "Produsen wajib mengelo- la kemasan dan/ atau barang yang dipro- duksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam".

Pada Pasal 15, yang dimaksud dengan m engelola kem asan adalah berupa penarikan kembali kemasan untuk didaur ulang dan/ atau digunakan ulang. Salah satu perusahaan yang produknya sudah berwa- wasan lingkungan yaitu dengan kemasan yang ramah lingkungan adalah produk Bo- dyshop.

Dalam memanfaatkan dana CSR, tam- paknya para korporasi sudah menyadari bahwa m asyarakat tidak akan m em pan hanya sekedar diberi bantuan dan setelah itu

ditinggalkan. Pola sinterklas yang hanya membagi-bagikan barang atau uang, jelas sudah tidak sesuai dengan kondisi masya- rakat saat ini.

Karena hasilnya bisa dipastikan, bila dalam bentuk bantuan barang atau bangun- an, tidak akan difungsikan sebagaimana mestinya. Sementara masyarakat akan kem- bali m elakukan kebiasaan hidup buruk sehari-hari.

Meskipun tetap dengan perjuangan, m em biasakan m asyarakat untuk hidup bersih dan sehat dengan mengelola sampah, adalah dengan pola edukasi melalui pember- dayaan masyarakat agar mengelola sampah dengan jalan memilah dan mendaur ulang.

PT Unilever Indonesia, yang sebagian besar produknya menguasai konsumen di Indonesia, lewat Unilever Peduli-nya pada 2005 masuk ke Kota Surabaya, tepatnya di salah satu RT di Kelurahan J ambangan sebagaipilot project.

"Kuncinya adalah m em berdayakan m asyarakat untuk m engelola sam pah mandiri, karena masyarakat adalah agen perubahan," tutur Nunuk Maghfiroh, koor- dinator tim Yayasan Uni Peduli Surabaya.

Strategi edukasi melalui pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah kelu- arga yaitu memilah untuk kemudian diolah, ternyata berhasil m engurangi persoalan sampah kota secara signifikan. Dan yang lebih penting adalah Unilever Peduli yang didukung penuh pemerintah kota dan media massa setempat, mampu secara sporadis m em pengaruhi m asyarakat untuk sadar lingkungan dengan program utama lomba Green and Clean tiap tahunnya.

Setahun keberhasilan Unilever Peduli membangun kebersihan Kota Sura- baya dan terus berlanjut

hingga saat ini.

57

P R A K T E K U N G G U L A N

Membiasakan masyarakat membuat kompos di rumah tangga merupakan upaya Yayasan Unilever Peduli pada program PSBM. Foto koleksi Uli Peduli