Ibu-ibu di masyarakat sangat besar perannya dalam menangani masalah sampah. Foto: koleksi KPS Yogyakarta
Percik
Mei 2009
soalan den gan lebih efektif; (ii) teru- m u skan n ya alter n atif p en yelesaian m asalah yan g d ap at d iter im a secar a sosial; (iii) terbentuknya perasaan m em i- liki terhadap rencana dan langkah penye- lesaian, sehingga m em udahkan penerap- an (Mitchell, 1997).
Pen d ekatan p ar tisip atif d itu ju kan u n tu k m em bu at m asyar akat m en jad i pusat pem bangunan. Sasarannya untuk m engatasi pengasingan dari institusi dan str u ktu r m asyar akat u n tu k m en cap ai kead ilan sosial. Bah kan ban yak yan g m em aham i partisipasi sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi m anusia. Keterlibatan m asyar akat ber sifat su kar ela d alam m erubah lingkungan, dan kesejahteraan m ereka. Partisipasi dapat m enjadi sebuah str ategi pen gh idupan yan g m em ban tu m ereka m enghadapi kerasnya kehidupan dan m eningkatkan kesejahteraannya.
Pen d ekatan p ar tisip atif d iban gu n berdasar 2 (dua) ideologi utam a (i) par- tisip asi sebagai alat m en gim p lem en - tasikan kebijakan pem bangunan dan (ii) partisipasi sebagai tujuan akh ir. Pada pendekatan partisipasi sebagai alat, m eli- batkan pen er im a m an faat d ih ar apkan akan m eningkatkan efisiensi dan efektifi- tas p elaksan aan p em ban gu n an . Lebih jauh, m elibatkan m asyarakat akan m en- jam in keberlanjutan pelayanan. Kondisi ini tidak hanya berlaku terhadap institusi pem erintah tetapi juga LSM. Melalui pen- dekatan in i, kegiatan diran can g un tuk atau bersam a m asyarakat oleh organisasi dari luar m asyarakat, dalam bentuk kon- sultasi. Sem entara pem bangunan partisi- patif sebagai tujuan akhir m enekankan pem berdayaan m asyarakat. Pendekatan ini digunakan sebagai strategi untuk m en- cap ai m obilisasi sosial atau tin d akan bersam a dalam upaya m enjangkau ke- adilan sosial, kesetaraan, dan dem okrasi. Ber beda den gan pen dekatan (i), pen - dekatan (ii) terfokus pada pem bangunan yang dihasilkan oleh m asyarakat.
Dalam kerangka kedua pendekatan ini pen yebab kegagalan d apat d item u kan
pada dua hal yang berbeda. Pendekatan alat m elihatnya sebagai kendala opera- sion al sem en tar a p en d ekatan tu ju an m elihatnya sebagai ham batan struktural. Kesalahan operasional dapat diperbaiki m elalui aspek tekn is, pen didikan dan ad m in istr atif. Sem en tar a h am batan struktural, m asalah tim bul dari konflik sosial.
Partisipasi telah sering dikaitkan de- ngan beragam asum si naïf yang harus di- luruskan dalam rangka m encapai hasil p ositif d ar i p en d ekatan p ar tisip atif. Partisipasi m enekankan tindakan kom u- nitas yang didasarkan pada kepercayaan bahwa kom unitas hom ogen. Hanya sedi- kit perhatian diberikan pada perbedaan d alam kom u n itas. Mitos lain n ya d ikaitkan p ad a tin d akan in d ivid u . Diasum sikan bahwa sem ua orang akan berpartisipasi ketika diberi kesem patan baik un tuk alasan ekon om is ('ration al econom ic m an') atau dem i kem aslahatan kom u n itas ('socia l bein g '). Men u r u t Cleaver (1999), lebih realistis m elih at d alam sebu ah kom u n itas ter d ap at ber agam h al yan g ber tolak belakan g, seperti solidaritas dan konflik, dan keber- sam aan yang dinam is. Lebih jauh, batas ad m in istr atif kom u n itas tid ak h ar u s selalu sam a dengan batas sosial.
Pendekatan (i) berdasar pada prinsip m aksim alisasi utilitas (utility m axim iza- tion). Partisipasi didorong oleh kepen- tingan sendiri dan didasari pertim bangan rasional bahwa m anfaat lebih besar dari biaya. Pendekatan (ii), partisipasi dim oti- vasi oleh tanggungjawab sosial dan m en- jawab kepentingan kom unitas. Individu dipersepsikan sebagai bagian dari struk- tu r sosial d an p er ilaku n ya m en giku ti norm a sosial. Masyarakat akan m elaku- kan tindakan bersam a yang digerakkan oleh solid ar itas d an a lt r u ism . H an ya sedikit perhatian diarahkan pada perbe- daan m otif untuk berpartisipasi.
Pen dekatan par tisipatif ju ga dapat m en jad i alat m an ip u lasi d itan gan p en gam bil kep u tu san yan g d ap at
m enyulitkan m asyarakat yang seharusnya d iber d ayakan . Pem er in tah d ap at ju ga m en ggu n akan p ar tisip asi sebagai alat legitim asi dihadapan m asyarakat. Ter- lepas dari kelebihan dan kelem ahannya, tidak ada alternatif lain selain m elibatkan m asyarakat dalam pelaksanaan pem ba- ngunan.
P a rtis ip a s i d a la m P e n ge lo la a n S a m - p a h
Pada tingkat individu, partisipasi m i- nim al berarti hanya dalam bentuk pe- ngum pulan sederhana berupa m enaruh sam pah di tem pat sam pah, m em isahkan sam pah organik dan anorganik, m enaruh sam pah pada waktu dan tem pat yan g tepat, m em bawa sam pah ke titik pe- ngum pulan sem entara, dan m em bersih- kan halam an rum ah. Pada tingkat kom u- nal, partisipasi berarti aktifitas yang lebih terorganisasi seperti pertem uan, pem ber- sihan saluran dan tam an, dan kam panye peningkatan kesadaran. Lebih jauh, par- tisipasi dapat berarti m em ulai proyek sam p ah atau ter libat d alam kegiatan bersam a pihak luar. Partisipasi juga dapat ber ar ti ter libat d alam p en gelolaan pengum pulan sam pah, bernegosiasi de- ngan pem erintah daerah, term asuk m o- bilisasi kom unitas m endorong pem erin- tah m enyediakan layanan m em adai dan sesuai kebutuhan m asyarakat.
Pem ban gu n an p ar tisip atif ser in g didasarkan pada in terpretasi rom an tik terhadap konsep kom unitas. Dalam so- siologi, anthropologi, dan ekonom i, ko- m un itas dipertim ban gkan sebagai un it yang alam iah, statis, hom ogen, dan har- m onis. Masyarakat diasum sikan berbagi solidaritas, kepen tin gan bersam a, n ilai dan kebutuhan.
Tantangan utam a kegiatan pengelo- laan sam pah adalah m em beri perhatian p ad a ken yataan p er bed aan kon d isi m asyarakat dan persepsi m asyarakat terhadap sam pah.
30
WAWA S A N
Percik
Secara um um , terdapat tiga kelom pok yang terlibat dalam inisiatif m asyarakat yaitu (i) rum ah tangga yang m em produk- si sam p ah ; (ii) p em u lu n g/ p en gu m p u l sam pah yan g m en gum pulkan sam pah , (iii) organisasi seperti LSM dan organisasi m asyar akat, yan g p er an n ya ber agam seperti fasilitator, atau yang ekstrim seba- gai kon traktor yan g m en gadakan ker- jasam a dengan rum ah tangga dan m em - pekerjakan pem ulun g/ pen gum pul sam - pah.
Ma n fa a t
Layanan pengum pulan sam pah yang diselenggarakan oleh organisasi m asya- rakat m em buka kesem patan kerja dan aktifitas m en gh asilkan p en d ap atan (in com e-g en er a t in g), yan g kem u d ian berkontribusi pada perbaikan kebersihan lin gku n gan . Efisien si yan g m em baik dalam layanan pengelolaan sam pah telah m enyum bang signifikan pada kebersihan lin gku n gan , kar en an ya m en in gkatkan kualitas hidup m asyarakat.
Pengalam an selam a ini m enunjukkan bahwa m elalui kesem patan kerja yan g ditawarkan m elalui pengum pulan sam -
pah dan aktifitas daur ulang m enawarkan peluang besar untuk m em perbaiki kon- disi lingkungan, m engurangi kem iskinan, khususnya bagi wanita dan kaum m uda, yan g m er u pakan kelom pok pen d u d u k dengan tingkat pengangguran tinggi.
Manfaat PSBM sebaiknya m enyang- kut m anfaat jangka pendek dengan m em - pertim bangkan m asyarakat yang bergulat dengan kebutuhan jangka sangat pendek sep er ti r u m ah , lap an gan ker ja, d an 'secure tenure'.
Ta n ta n ga n / Ke n d a la
Kelom p ok m asyar akat kh u su sn ya pen dapatan ren dah m em pun yai keter- batasan ter h ad ap akses p ad a su m ber p em biayaan . Pem biayaan ser in gkali ber gan tu n g p ad a su m ber lu ar u n tu k penyediaan peralatan dasar untuk m enye- len ggar akan p elayan an p er sam p ah an . Bank dan fasilitas kredit form al lainnya m enolak m enyediakan pinjam an karena ketidaktersediaan aset.
S ya ra t Ke b e rh a s ila n
Dar i ber bagai liter atu r d item u kan bah wa PSBM serin g m en galam i kega- galan disebabkan oleh rendahnya partisi- pasi rum ah tangga. J ika pengelolaan sam - pah tidak m enjadi sebuah kebutuhan, ini akan berdam pak pada tingkat partisipasi d an kein gin an m em bayar . Disep akati bahwa kebutuhan m en jadi persyaratan utam a keberhasilan pelaksanaan PSBM, seh in gga m em ban gkitkan kesad ar an m asyarakat adalah lan gkah awal m en - dorong tim bulnya kebutuhan m asyarakat.
Selain itu, dari studi yang dilakukan oleh Mockler (1998 ) terhadap 15 kegiatan daur ulang oleh kom unitas di J akarta, ditem ukan hanya 4 (em pat) yang tetap berjalan. Kegagalan ini disebabkan tidak cu ku p m em ad ain ya ju m lah sam p ah organik yang dapat didaur ulang m enjadi kom p os, seh in gga p en d ap atan yan g diperoleh juga kurang m em adai. Insentif finansial dari kegiatan daur ulang kem u- d ian d ian ggap tid ak m en ar ik bagi m asyarakat.
Sentuhan dari pihak luar juga dapat m en jadi salah satu faktor yan g m en - dor on g keber h asilan PSBM. Pelatih an baik inform al m aupun form al oleh insti- tusi eksternal m em pengaruhi keinginan m asyarakat untuk m em bayar. Pelatihan ini m encakup pem aham an m enyeluruh ten tan g m an faat d an keu n tu n gan pe- n gelolaan sam p ah bagi m asyar akat. Nam un dem ikian perlu disadari bahwa intervensi dari pihak luar hanya sebagai pem icu dan bersifat sem entara, sehingga rasa m em iliki dari m asyarakat m enjadi persyaratan penting lainnya.
Men yad ar i bah wa kom u n itas beragam , karenanya tidak tersedia satu jawaban yang dapat m engatasi m asalah persam pahan . Men gabaikan perbedaan m ungkin akan m engakibatkan pem ber- dayaan m asyarakat kurang berhasil. Perlu dicatat juga bah wa partisipasi sen diri bukan m erupakan sebuah panacea (obat bagi sem ua pen yakit) bagi pen capaian p en gelolaan sam p ah ber kelan ju tan . Mem elihara dan m endorong partisipasi m em erlukan kerja terus m enerus m elalui pen in gkatan kesadaran dan kapasitas. Lebih jauh, kem itraan antara beragam aktor diperlukan untuk m enjam in keber- lanjutan dari sistem pengelolaan persam - pahan.
PSBM tid ak ber kelan ju tan tan p a hubun gan yan g kuat an tara organ isasi m asyar akat d an p em er in tah d aer ah . Pem er in tah d aer ah sebaikn ya m en g- hasilkan kerangka kerja yang disepakati antara pem erintah daerah dan organisasi m asyarakat. Khusus untuk kasus Indo- n esia, ber d asar h asil stu d i PSBM d i Su r abaya, Yogyakar ta, Makassar , d an Padang oleh Yayasan Dian Desa dan Mary J udd, disim pulkan bahwa keberlanjutan dan replikasi hanya akan berhasil jika m endapat dukungan penuh dari pem erin- tah daerah term asuk ketersediaan regu- lasi. Dukungan pem erintah
daerah sangat ter- lihat dalam b e n -
31
WAWA S A N
Dua orang ibu sedang meraj ut tas dari bahan dasar sampah plastik. Foto Bowo Leksono
Percik
Mei 2009
tuk pengangkutan sam pah dari kom uni- tas ke tem pat pem buangan/ pengolahan akhir (TPA). Kesepakatan terhadap tang- gung jawab, batas wilayah, dan kom itm en sangat diperlukan.
Secara alam iah, pengelolaan sam pah d ian ggap kotor d an ku r an g n yam an , m asyarakat perlu dididik tentang pen- tingnya sistem pengelolaan sam pah ter- padu dan dam paknya.
Ru m ah tan gga m em bayar biaya layanan ke pengum pul sam pah per hari. Ini lebih sesuai di daerah pendapatan ren- dah yang penduduknya m em peroleh pen- dapatan setiap hari.
Keterlibatan m asyarakat yan g terus m en erus dibutuhkan den gan m em per- tim bangkan prinsip pengelolaan sam pah ber kelan ju tan (Van d e Klu n d er t an d Anschütz, 20 0 1) yaitu (i) sistem pengelo- laan sam pah sebaiknya disesuaikan kon- disi setem pat seperti budaya; (ii) kem i- tr aan an tar a ber agam p elaku sep er ti m asyarakat, pem erintah dan LSM m eru- pakan keniscayaan; (iii) m elibatkan lim a dim en si keberlan jutan secara bersam a yaitu sosial, politik, lingkungan, ekonom i dan fisik (Van de Klundert andAnschütz, 20 0 1)
Anschütz (1996) m enyatakan bahwa penyediaan insentif yang tepat penting adanya. Sebagai ilustrasi, di Kathm andu, Nepal pen duduk dididik ten tan g pen - tingnya pengelolaan sam pah m elalui pen- jelasan di kelas. Nam un, perubahan sikap terjadi ketika disediakan tem pat sam pah dan penyelenggaraan kom petisi kom uni- tas terbersih. Di Pilipina, rum ah tangga didorong untuk m elakukan daur ulang den gan m en yalurkan hasil daur ulan g m ereka. Di Rio, sam pah ditukar dengan tiket bus atau parsel m akanan. Sem entara di Meksiko m enunjukkan bahwa m anfaat ekonom i lebih berdam pak dibanding pen- didikan lingkungan terhadap perubahan kebiasaan . Men u r u t Mikkelsen (1995) solusi pendidikan, keuangan dan teknis digunakan untuk m enghilangkan kendala operasional, walaupun dianggap belum m em adai untuk m endorong partisipasi.
P rin s ip D a s a r D e s a in P S B M
Walau p u n belu m m en jad i su atu kesep akatan n am u n beber ap a p r in sip d asar d esain PSBM d apat d ir an gku m sebagai berikut. Pertam a. Batas wilayah yang jelas. Pem batasan wilayah ini m en- jadi pen tin g un tuk m en en tukan jan g- kauan pelayanan dan kem udian batas wi- la ya h kegia t a n p en a gih a n . Ked u a . Ke- seim b a n ga n a n t a r a Ma n fa a t d a n Bia - ya . Prinsip ini pada dasarnya m em ban- dingkan retribusi atau biaya dengan jum - lah tim bulan sam pah. Sem akin banyak tim bulan sebuah rum ah tangga, sem akin besar biaya yang harus ditanggungnya. Ketig a . Pelibatan Masyar akat. Masya- rakat diperkenankan dan didorong untuk berpartisipasi dalam keseluruhan proses, m em beri m asukan bagi pen gelola dan m em inta bantuan jika m enghadapi m a- salah. Keem pat. Pem antauan. Masyara- kat d iber i p elu an g u n tu k m em an tau pelaksanaan kegiatan, term asuk m elapor- kan p elan ggar an yan g ter jad i sep er ti m em buang sam pah sem barangan. Keli- m a.Sanksi. Barang siapa yang m elanggar kesepakatan dan atau tidak m em bayar r etr ibu si, bah kan tid ak ber p ar tisip asi akan dikenai sanksi sesuai kesepakatan. Keenam .Hak untuk berorganisasi.
Masyarakat diperkenankan untuk m em - bentuk organisasi sepanjang tidak berten- tangan dengan aturan yang berlaku. Ta n ta n ga n Re p lika s i
Disadari bahwa kegiatan berskala proyek percontohan sangat berbeda dengan ketika dilakukan replikasi. Beberapa faktor penting perlu diperhatikan diantaranya (i) setiap intervensi yang baru harus dimulai secara berbeda tergantung pada faktor geografis, komposisi masyarakat dan kategori penda- patan. Walaupun pengalaman sebelumnya dapat dijadikan sebagai panduan; (ii) perubahan lokasi bahkan jika m asih di dalam daerah adm inistrasi yang sam a m ungkin m em peroleh perlawanan. Mi- salnya usulan yang sama tidak disetujui oleh pemerintah desa di tempat yang baru; (iii) lingkungan berbeda membutuhkan pen- dekatan berbeda. Misalnya institusi pen- didikan, kom pleks perum ahan pribadi, mempunyai peraturan yang berbeda.
Selain itu, menghadapi ketergantungan finansial dapat disikapi dengan mendorong penanganan keuangan melalui ske- ma usaha kecil bagi pengelo- laan sampah domestik. (OM dari berbagai sumber).
32
WAWA S A N
Jej aring AMPL mengadakan diskusi membahas rancangan peraturan pemerintah terkait pengelolaan sampah. Foto Bowo Leksono
Percik
Mei 2009
P e n ge rtia n
P
en gelolaan Sam p ah Ber basis Masyarakat atau disingkat PSBM adalah sebuah kegiatan pengelo- laan sam pah yang dilakukan oleh m a- syarakat berdasarkan keinginan, m inat, kem au an ser ta in isiatif m asyar akat sendiri. Kegiatan PSBM harus dibedakan dengan pengelolaan sam pah oleh swasta kar en a ber bed a, ter u tam a d alam h al m odal.Kegiatan PSBM di In don esia sebe- narnya sudah cukup lam a dilakukan di beberapa kota. Sebut saja m isalnya Ibu Bam ban g H arin i di Ban jarsari-J akarta, Pak Iswanto di Sukunan-Yogyakarta, Pak Warjim an di Cibangkong-Bandung, un- tu k m en yebu t beber ap a n am a saja. Kegiatan in i kem u d ian m ar ak m u lai tahun 20 0 7-an dan terdapat ham pir di sem ua kota baik m etropolitan, kota besar m aupun kota kecil.
Kegiatan yang m ereka lakukan bia- sanya m urni berdasarkan kem auan m a- syarakat sendiri dan bersifat v oluntarily (ker elawan an ), bah kan boleh d ibilan g "tanpa m odal", sehingga aspek kepelo- poran (cham pionship) seseorang m enjadi san gat dom in an . Meskipun juga tidak sedikit yang m em ulainya dari sebuah pro- gram / proyek yang dibiayai oleh pem erin- tah, swasta m aupun LSM.
Mereka biasanya m ulai dari tingkat r u m ah tan gga sen dir i kem u dian bar u m enyebar ke rum ah tangga yang lain, dan ada juga yang berdasarkan kesepakatan warga di tingkat RT atau bahkan tingkat RW. Um um n ya m ereka m ulai den gan kom posting kem udian pengelolaan sam - pah daur ulang dengan dijual atau dibuat produk baru seperti kertas daur ulang, tas dari lim bah plastik dan lain sebagainya.
J ika d ilih at p er kem ban gan n ya, m aka sekarang ini m odel-m odel PSBM sudah banyak sekali dan am at beragam sesuai dengan latar belakang dan kondisi m a- sing-m asing.
Dam pak dari kegiatan PSBM ini sebe- narnya cukup signifikan, sebagai contoh di kota Surabaya berdasarkan laporan telah terjadi penurunan volum e sam pah yang dibuang ke TPA sebesar 10 persen. Hal ini terutam a disebabkan karena ibu- ibu sudah m ulai rajin m engelola sam pah organiknya untuk dibuat pupuk kom pos d en gan m etod e takaku r a. J ika ben ar dem ikian m aka ten tu biaya un tuk pe- ngelolaan sam pah sem akin bisa ditekan. Caranya adalah dengan sem akin m eng- galakkan PSBM di setiap wilayah.
Nam u n yan g ter jad i d i lap an gan tidaklah dem ikian. Berdasarkan penga- m atan, kegiatan PSBM di banyak kota m asih bersifat sporadis, m asing-m asing berjalan sendiri bahkan ham pir-ham pir tidak ada dukun gan sam a sekali dar i
pem er in tah kota/ kabu paten . Seh in gga dam pakn ya terhadap pen guran gan vo- lum e sam pah yang harus dibuang ke TPA belum bisa dirasakan secara m aksim al. P e lo p o r vs S is te m
Dalam rangka m eningkatkan m anfaat dan dam pak PSBM terhadap persoalan p er sam p ah an d i In d on esia, m u n gkin p en d ekatan kep elop or an h ar u s m u lai dirubah ke atau dilengkapi dengan pen- dekatan sistem .
Salah satu kelem ah an p en d ekatan kepeloporan, seperti yang banyak terjadi sekaran g, adalah sulitn ya m en em ukan seorang tokoh di m asyarakat kota seperti Ibu Bam bang di J akarta atau Pak Iswanto di Yogyakarta. Sebagai con toh , dalam ban yak p elatih an kad er p er sam p ah an yang diselenggarakan yang peser- tanya bisa m encapai 40 -
60 orang, sering
33
WAWA S A N
Warj iman, berdiri di depan tumpukan sampah rumah kompos di Kelurahan Cibangkong, Kota Bandung. Perj uangan warga Cibangkong luput dari perhatian Pemkot Bandung. Foto Bowo Leksono