• Tidak ada hasil yang ditemukan

Capital Assets

3.1.3 A Minimal Model

Model minimal digunakan untuk mengukur keberlanjutan pengelolaan SDL untuk kegiatan wisata bahari di Gugus Pulau Kaledupa. Model ini didasarkan pada tiga komponen sistem, yaitu: wisatawan, lingkungan alami, dan modal. Analisis yang digunakan berdasarkan kasus, dengan asumsi yang bersifat umum mengenai ketiga komponen sistem tersebut. Asumsi ini digunakan untuk memprediksi dampak ekonomi dan lingkungan dari suatu kebijakan. Pendekatan ini serupa dengan yang digunakan oleh Anderies (1998, 2000) diacu dalam Casagrandi dan Rinaldi (2002), yang menganalisis dinamika agro-ekosistem.

Model minimal yang digunakan sangat sederhana karena tidak dapat mewakili sistem spesifik tertentu secara detil. Namun, model ini berisi fitur-fitur utama dari beberapa sistem. Model ini menunjukkan suatu lokasi generik dan hanya memiliki tiga variabel yaitu: wisatawan,T(t) yang berada dalam suatu area pada waktu t, kualitas lingkungan alam E(t) dan modal C(t) yang ditujukan sebagai struktur untuk aktivitas wisatawan. C(t) menunjukkan aset nyata (berupa investasi) dan tidak digabung dengan jasa pelayanan yang disediakan bagi wisatawan. Meskipun pilihan ketiga komponen ini agak kurang jelas, definisinya menggunakan suatu variabel tunggal yang akan memiliki beberapa masalah. Faktanya, kita mungkin menghindari untuk mengagregatkan variabel wisatawan (menjadikan wisatawan bersifat homogen), dan menjadi variabel tunggal dari wisatawan, yang pada kenyataannya memiliki perbedaan pendapatan, gaya hidup, dan latar belakang sosial budaya, atau infrastruktur seperti taman, fasilitas olah raga dan sistem transportasi. Hal yang sama berlaku untuk kualitas lingkungan, yang merupakan gabungan beragam indikator seperti kualitas udara, air, keragaman hayati, dan kehidupan liar serta konservasi landscape. Tetapi proses agregasi ini diperlukan karena kita harus menjaga jumlah variabel dan

parameter tetap sedikit agar permasalahannya dapat dibahas. Pengaruh musim tidak diperhitungkan dalam model karena yang diperhitungkan hanyalah pada perilaku jangka panjang dari sistem. Interaksi antara tiga komponen dalam model minimal ini ditampilkan pada Gambar 6 berikut ini.

Gambar 6 Interaksi antara ketiga komponen dalam model minimal (Casagrandi dan Rinaldi 2002).

Dari gambar di atas, menunjukkan bahwa wisatawan (T) dan fasilitas bagi wisatawan (C) berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan (E), tetapi kualitas lingkungan dan infrastruktur menarik bagi wisatawan. Panah positif dari TkeCmenunjukkaninvestasi dari bagian keuntungan yang diperoleh dari wisatawan digunakan untuk menambah fasilitas baru bagi pengunjung. Uraian dari masing-masing komponen dalam model minimal, dijabarkan dibawah ini secara lebih mendetil.

1) Wisatawan

Misalkan wisatawan diminta untuk melaporkan daya tarik (A), dari lokasi yang pernah mereka kunjungidan diasumsikan bahwa laporan tersebut mempengaruhi keputusan pengunjung potensial baru (informasi dari mulut ke mulut, Morley 1998 diacu dalam Casagrandi dan Rinaldi 2002). Dengan mengukur (A) dalam unit yang sesuai, kita dapat menuliskan laju perubahan wisatawan pada lokasi tertentu sama dengan produk TA yaitu:

Tentu saja, (A) adalah daya tarik relatif, yaitu selisih antara daya tarik absolut ( ), dari lokasi tertentu (dimana informasi mengenai T, E, dan C tersedia) dan suatu nilai referensi ( ), yang dapat dipandang sebagai daya tarik yang diharapkan dari suatu lokasi generik (yaitu nilai rata-rata daya tarik dari semua lokasi wisata potensial). Jadi :

A(T.E,C)= (T,E,C) -

dimana ( ) dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk harga (biaya) dari lokasi alternatif. Dalam konteks sederhana ( ) adalah suatu ukuran kompetisi yang dilakukan oleh lokasi wisata alternatif terhadap lokasi yang dikaji. Daya tarik ( ) yang diterima oleh wisatawan, tergantung pada budaya wisatawan dan, khususnya pada kepekaannya terhadap kualitas lingkungan alam dan kemampuannya untuk mendeteksinya. Ini adalah jumlah aljabar dari tiga notasi, karena wisatawan dapat peka terhadap kualitas lingkungan, ketersediaan fasilitas, dan kemacetan. Daya tarik lingkungan dapat dimodelkan sebagai fungsi meningkat dan jenuh dari E. Ini ditunjukkan dengan fungsi Monod:

Dimana (µE) adalah E → ∞ daya tarik yang berhubungan dengan kualitas lingkungan yang tinggi, dan (ϕE) adalah konstanta separuh titik jenuh (half

saturation constant), yaitu kualitas lingkungan dimana kepuasan wisatawan adalah setengah dari nilai maksimum. Jadi, wisatawan akan memberikan nilai (ϕE) rendah jika kualitas lingkungan rendah, karena mereka tidak dapat

menikmati objek wisata jika kualitas lingkungannya buruk. Misalnya, seorang wisatawan yang tidak dapat merasakan apakah sungai terpolusi atau tidak, akan berasosiasi dengan daya tarik konstan (µE) dengan sungai tersebut bagaimanapun kualitas airnya karena:

Komponen kedua dari daya tarik, yaitu berhubungan dengan infrastruktur, juga dapat dimodelkan dengan fungsi Monod untuk estimasi fasilitas yang tersedia per kapita :

C/(T+1)

(3.3.2)

(3.3.3)

(3.3.4)

yaitu :

Perhatikan bahwa daya tarik yang berhubungan dengan lingkungan alam adalah fungsi dari E dan bukan dari E/(T+1) seperti yang digambarkan dalam teori barang publik dan penggunaan non-konsumtif (Herfindahl dan Kneese 1974 diacu dalam Casagrandi dan Rinaldi 2002). Sebaliknya, fasilitas adalah hal yang digunakan oleh wisatawan, dan oleh karenanya daya tarik yang berhubungan dengannya adalah fungsi dari persamaan (3.3.5) di atas.

Terakhir, jika kita mengasumsikan bahwa kemacetan (congestion) adalah proporsional terhadap T dan bahwa daya tarik menurun secara linier dengan kemacetan, maka kita sampai pada formula untuk yaitu:

Dimana lima parameter (µE, ϕE, µC, ϕC, α) mengidentifikasi budaya dari populasi

wisatawan. Perlu diperhatikan bahwa daya tarik absolut ( ), dari suatu lokasi yang tidak dieksploitasi untuk kegiatan pariwisata (C = T = 0) adalah positif dan dapat lebih besar dari daya tarik referensinya ( ). Ini berarti bahwa daya tarik relatif (A), dapat positif bahkan jika C = T = 0. Ini menjelaskan fase awal fenomena yang oleh Butler (1980) diacu dalam Casagrandi dan Rinaldi (2002) disebut sebagai "tourist-area cycle of evolution."

2) Lingkungan

Kualitas lingkungan E(t), jika tidak ada wisatawan dan modal, maka fungsi kualitas lingkungan ditunjukkan oleh persamaan logistik klasik yaitu:

Dimana laju peningkatan kualitas lingkungan(net growth rate) atau r, dan daya dukung (carrying capacity) atau K, dipengaruhi oleh semua aktivitas kecuali yang berhubungan dengan industri pariwisata. Dengan kata lain, nilai K adalah nilai yang berada dalam kondisi keseimbangan, dimana semua aktivitas penduduk dan kegiatan industri (kecuali pariwisata) yang berada pada lokasi yang dikaji. Jika dimasukkan variabel wisatawan dan keberadaan fasilitas yang (3.3.6)

(3.3.7)

memberi dampak negatif terhadap lingkungan, maka dinamika lengkap dari E(t)adalah :

dan D(T(t),C(t),E(t)) menunjukkan aliran kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan pariwisata. Secara umum, aliran ini berkorelasi positif dengan wisatawan dan modal. Kerusakannya akan lebih besar jika lingkungan tersebut sebelumnya belum tereksploitasi. Bentuk fungsional paling sederhana adalah:

D = E(βC+γT)

Kedua parameter β dan γ adalah positif. Misalnya, pemanas hotel yang berdampak pada polusi udara merupakan komponen pertama yang pada dasarnya merupakan variabel independen dari jumlah wisatawan (ruang yang hangat, cafetaria, ruang istrahat dan sebagainya) dan komponen kedua yang proporsional terhadap jumlah pengunjung (pemanas ruang tamu). Hal ini sangat konsisten dengan persamaan (3.3.10). Hal yang sama berlaku untuk beberapa fasilitas wisatawan lainnya, seperti lift dan diskotik (polusi suara), jasa bus (polusi udara), fasilitas salju buatan (polusi air bagian hilir), dan sebagainya. Konsekuensi dari persamaan (3.3.10), adalah jika T dan C

konstan, maka lingkungan masih dapat ditunjukkan dengan suatu persamaan logistik:

dengan

dan

Dengan kata lain, jika β dan γ bernilai positif, kegiatan pariwisata (C dan T) mereduksi daya dukung dan tingkat pertumbuhan bersih (net growth rate) dari lingkungan dengan proporsi yang sama.

(3.3.9)

(3.3.10)

(3.3.11)

(3.3.12)

3) Modal

Komponen terakhir dalam model minimal adalah komponen modal. Tingkat perubahan modal merupakan selisih antara investasi (I), dan nilai penyusutan, yang proporsional terhadap C, yaitu:

Parameter δ harus sangat kecil karena degradasi struktur wisatawan sangat lambat. Fakta bahwa konstanta waktu dari komponen sosial ekonomi adalah lebih panjang dari komponen lingkungan telah ditekankan dalam Carpenter et al. (1999) diacu dalam Casagrandi dan Rinaldi (2002). Dalam simulasi, δ adalah besaran ordo satu dan lebih kecil dari r, yang merupakan net growth rate lingkungan. Fungsi I dapat dispesifikasikan dalam beberapa cara untuk menginterpretasikan beragam kebijakan investasi. Bahkan, kendala khusus dapat diberlakukan pada fungsi tersebut untuk menghindari degenerasi dinamikanya, seperti yang dilakukan oleh Rinaldi et al. (1996) dalam studi kontrol polusi. Alternatifnya, struktur dari fungsi I (T ,E, C) dapat diturunkan menggunakan argumen optimasi, seperti dalam Gatto et al. (1991); Shah (1995) atau Carpenter et al. (1999) diacu dalam Casagrandi dan Rinaldi (2002). Disini, diasumsikan bahwa investasi adalah suatu proporsi tetap dari total penerimaan yang dihasilkan oleh kegiatan pariwisata dan bahwa penerimaan tersebut proporsional terhadap jumlah wisatawan:

I (T, E, C) = εT

Jadi, parameter ε, atau tingkat investasi, meningkat bersama-sama dengan harga lokal.

Sebagai kesimpulannya, model minimal menjadi:

Model ini adalah model baru karena tidak dapat diinterprestasikan sebagai

consumer-resource model. Faktanya, wisatawan dan modal, yang dapat (3.3.14)

(3.3.15)

(3.3.16)

(3.3.17) (3.3.18)

dipandang sebagai predator, tidak meningkat sehubungan dengan kerusakan yang ditimbulkannya pada lingkungan.