• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan dalam Pengelolaan Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil

Tingkat Partisipas

7.3 Pelaksanaan dalam Pengelolaan Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sumberdaya

PPK di wilayah GPK untuk kegiatan perikanan tangkap mencakup: (i) pemilihan lokasi di mana nelayan melakukan penangkapan ikan, (ii) penggunaan alat tangkap untuk menangkap ikan yang mencakup jenis alat

tangkap, jumlah alat tangkap dan ukuran alat tangkap yang digunakan, (iii) jumlah tangkapan, (iv) pelaksanaan waktu melaut yang tepat, (v) berapa lama nelayan tangkap melaut, (vi) frekuensi melaut dari nelayan tangkap dalam sehari, seminggu atau sebulannya, (vii) bagaimana nelayan mengolah hasil tangkapannya dan (viii) di mana nelayan memasarkan ikan hasil tangkapan.

Partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan kegiatan budi daya rumput laut mencakup: (i) pengadaan bibit (apakah diperoleh dari lahan sendiri ataukah dibeli dari pembudidaya lain), (ii) persiapan budi daya mencakup persiapan tali, pelampung, kayu atau jangkar yang digunakan dan pengikatan bibit rumput laut ke tali, (iii) penanaman, (iv) pemeliharaan, (v) pemanenan, (vi) pengolahan hasil berupa penjemuran, dan (vii) pemasaran rumput laut.

Partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan dalam pengelolaan sumberdaya PPK untuk kegiatan wisata bahari mencakup: (i) pembuatan bangunan (home stay), (ii) pemeliharaan bangunan, (iii) distribusi wisatawan pada setiap home stay, dan (iv) penyediaan jasa pelayanan.

0 1 2 3

Perikanan Tangkap

Budidaya Rumput Laut Wisata Bahari

Tingkat Partisipasi

Dari hasil tabulasi, tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan dalam pengelolaan sumberdaya laut di wilayah GPK untuk kegiatan perikanan tangkap, budi daya rumput laut dan wisata bahari, disajikan pada gambar di bawah ini:

Gambar 20 Tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan dalam pengelolaan SDL.

Dari grafik di atas terlihat bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan SDL di wilayah GPK pada tahap pelaksanaan, memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pada kegiatan budi daya rumput laut dan kegiatan perikanan tangkap, sedangkan pada kegiatan wisata bahari partisipasi masyarakat tergolong dalam kategori sedang.

Dari hasil tersebut, mengindikasikan bahwa dalam pelaksanaan budi daya rumput laut, masyarakat turut berperan aktif. Hal ini memungkinkan pengembangan kegiatan budi daya rumput laut ke dalam skala yang lebih besar dimasa yang akan datang. Tingginya tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan dalam kegiatan budi daya dipengaruhi oleh tingginya tingkat partisipasi pada beberapa proses dalam tahap pelaksanaan. Beberapa proses yang memberi kontribusi adalah pada proses penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran rumput laut yang melibatkan sebagian besar masyarakat. Hal lain yang dinilai sebagai partisipasi masyarakat adalah pelibatan seluruh anggota keluarga yang bekerja dalam tahap pelaksanaan pada kegiatan budi daya. Peran anggota keluarga yang

terbanyak adalah pada proses mengikat bibit, yang dilakukan oleh istri maupun anak-anak pembudidaya, atau menggunakan tenaga kerja upahan. Demikian pula pada proses pengolahan hasil, yaitu kegiatan penjemuran rumput laut, biasanya dilakukan oleh anggota keluarga yang lain. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mansyur (2009), yang mencatat jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan budi daya pada satu unit usaha, rata-rata sebanyak sembilan orang.

Dari hasil penelitian di wilayah GPK, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pada tahap pelaksanaan untuk kegiatan perikanan tangkap tergolong tinggi. Tingginya tingkat partisipasi masyarakat pada kegiatan perikanan tangkap, disebabkan oleh tingginya tingkat partisipasi pada hampir semua proses yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan. Mulai dari pemilihan lokasi, penggunaan alat tangkap, jumlah tangkapan, waktu melaut, lama melaut, frekuensi melaut sampai pada pemasaran hasil tangkapan, keseluruhannya menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi. Hanya pada proses pengolahan hasil saja menunjukkan nilai partisipasi sedang. Hal ini terjadi karena pada umumnya ikan yang dijual dalam bentuk ikan segar. Pengolahan dilakukan jika ikan yang diperoleh tidak laku terjual, itupun dilakukan dengan teknik yang sederhana. Pengolahan hanya dilakukan dalam bentuk ikan kering, tanpa ada diversifikasi olahan. Kalaupun ada yang diolah menjadi abon ikan, biasanya tidak untuk dijual tetapi hanya diperuntukkan bagi konsumsi rumah tangga nelayan saja.

Tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan dalam kegiatan wisata bahari termasuk dalam kategori sedang. Hal ini terjadi karena pada setiap proses kegiatan dalam tahap pelaksanaan selalu menggunakan tenaga kerja upahan. Seperti untuk pembuatan bangunan, sebagian besar masyarakat mengupah tukang untuk membangun home stay mereka. Hanya beberapa orang saja yang membangun sendiri pondokannya.

Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat juga terjadi dalam proses pemeliharaan, yang berkontribusi pada kurangnya tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan kegiatan wisata bahari. Pengelola wisata kurang melakukan pemeliharaan pada bangunan mereka. Hal ini terjadi karena kunjungan wisatawan di Gugus Pulau Kaledupa bersifat musiman, sehingga menyebabkan kegiatan pemeliharaan home stay dilakukan hanya jika musim berkunjung tiba, yaitu pada bulan Maret, dan saat puncak kunjungan yang

terjadi pada bulan Mei – Agustus. Bila musim berkunjung telah berakhir, home stay tersebut dibiarkan saja tanpa diberi perlakuan atau perawatan khusus.

Proses distribusi wisatawan pada tahap pelaksanaan untuk setiap

home stay dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan wisata bahari di Pulau Hoga, yaitu Operation Wallacea Ltd yang bekerjasama dengan Lembaga Alam Mitra Wakatobi. Pemilik home stay sama sekali tidak mempunyai kewenangan untuk meminta wisatawan menginap di tempat mereka. Demikian pula sebaliknya, wisatawan tidak dapat memilih home stay mana yang akan mereka tempati. Dalam pengaturan distribusi wisatawan, pihak penanggung jawab tidak melakukan pemerataan pembagian tamu pada seluruh home stay. Ketidakadilan ini dikeluhkan oleh para pengelola wisata, sebab ada pihak pengelola wisata yang selalu mendapat tamu pada setiap musim kunjungan, namun dipihak lain ada pengelola wisata yang sama sekali tidak mendapatkan tamu sepanjang tahun, bahkan dalam kurun waktu dua hingga tiga tahun berturut-turut.

Proses lain yang termasuk dalam tahap pelaksanaan adalah penyediaan jasa pelayanan. Jasa pelayanan yang disediakan oleh pihak pengelola wisata mencakup penyediaan air bersih untuk keperluan wisatawan dan pelayanan kebersihan tempat penginapan. Hampir seluruh pemilik home stay mempekerjakan tenaga kerja upahan untuk melayani para wisatawan.

Kurangnya keterlibatan masyarakat pada beberapa proses dalam tahap pelaksanaan perlu menjadi perhatian pihak-pihak terkait. Karena jika hal ini dibiarkan terjadi, akan menjadi potensi konflik pada masa yang akan datang yang dapat mengancam keberlanjutan kegiatan wisata bahari. Keadilan dan pemerataan harus dapat dirasakan oleh semua elemen yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari. Sehingga kegiatan wisata bahari dapat memberi jaminan ekonomi bagi semua pihak yang terlibat.

7.4 Perolehan Manfaat dalam Pengelolaan Sumberdaya Pulau-Pulau