• Tidak ada hasil yang ditemukan

Andiyono

1*

, Junardi

2

, Hamdi

3

, Yuliansyah

4

1Prodi Agroindustri Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Negeri Sambas

2Prodi Agroindustri Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Negeri Sambas

3Prodi Agroindustri Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Negeri Sambas

4Prodi Akuntansi Keuangan Perusahaan, Jurusan Ekonomi dan Bisnis, Politeknik Negeri Sambas

Jalan Raya Sejangkung, Kabupaten Sambas, Kodepos 79462, Indonesia

*Alamat Korespondensi: andiabia@yahoo.com

ABSTRAK

Potensi perikanan di Kabupaten Sambas dari tahun ketahun selalu terjadi peningkatan produktivitas. Namun sayangnya, kondisi nyata perekonomian bagi sebagian besar nelayan masih memprihatinkan. Pengembangan industri pengolahan oleh UKM dianggap dapat menjadi solusi. Namun usaha ini masih mengalami kendala seperti belum berkembangnya sentra usaha pengolahan produk perikanan, belum adanya identifikasi dan kajian ilmiah tentang industri pengolahan produk perikanan unggulan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan merumuskan kebijakan strategi mengenai pengembangan UKM pengolahan produk perikanan. Penelitian menggunakan analisis SWOT.Alternatif strategi yang dihasilkan antara lain: a) pemanfaatan pengalaman dan teknologi untuk intensifikasi dan diversifikasi produk, b) pemanfaatan etos kerja untuk memperluas akses pasar, c) meningkatkan budaya kerja keras untuk menguasai pasar, d) pembinaan terpadu dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas SDM dalam manajemen, penyerapan teknologi dan informasi tentang pengolahan dan pasar, e) memanfaatkan dukungan pemerintah untuk memperkuat perdanaan dalam peningkatan sarana dan prasarana, f) meningkatkan penguasaan manajemen dan iptek untuk menambah kualitas produk, dan g) meningkatkan kerjasama dengan lembaga yang terkait.

Kata Kunci:UKM, pengolahan produk, perikanan, strategi

PENDAHULUAN Latar Belakang

Usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan perkekonomian di Kabupaten Sambas salah satunya melalui subsektor perikanan. Potensi dari sektor perikanan yang mencakup potensi perikanan budidaya, perikanan tangkap, sumberdaya kelautan, pengolahan dan pemasaran hasil. Berdasarkan data BPS Kabupaten Sambassubsektor ini sebagaipenyumbang PDRB yang cukup besar yaitu sebesar Rp 438.639.510.000. Banyaknya hasil yangdiproduksi tidak sejalan dengan kondisi nyata perekonomian sebagian besar masyarakat yang berhadapan langsung dengan sektor ini, karena masih dalam kondisi memprihatinkan.

Pada awalnya, pengembangan industri pengolahan dan distribusi hasil perikanan yang dilakukan oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dianggap dapat menjadi solusi bagi permasalahan tersebut untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang semakin sulit untuk didapatkan. Namun, usaha ini juga masih mengalami kendala, karena belum berkembangnya sentra usaha pengolahan produk perikanan. Kompleksnya permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan industri pengolahan produk perikanan menuntut dilakukannya pengidentifikasian, pemetaan dan

penentuan komoditas unggulan perikanan dan usaha kecil menengah yang potensialdan prospektif. Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi dan potensi perikanan, mengidentifikasi serta memetakan UKM pengolahan produk perikanan yang potensial dan prospektif, dan merumuskan strategi untuk pengembangan UKM pengolahan produk perikanan di Kabupaten Sambas.

Tinjauan Pustaka

Defenisi Usaha Kecil Menengah (UKM) menurut Hubeis (2009) mempunyai banyak defenisi, seperti menurut:

a) Badan Pusat Statistik (BPS): UKM adalah perusahaan

atau industri dengan pekerja antara 5-19 orang;

b) Bank Indonesia: UKM adalah perusahaan atau industri

dengan karakteristik: (a) modalnya kurang dari Rp 20 juta; (b) untuk satu putaran usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta; (c) memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan; dan (d) omzet tahunan ≤ Rp 1 miliar;

c) Departemen (sekarang Kantor Menteri Negara) Koperasi

dan Usaha Kecil Menengah (UU No. 9 tahun 1995): UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional, dengan kekayaan bersih antara Rp 50 juta –Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL APTA, Jember 26-27 Oktober 2016

bangunan tempat usaha) dan omzet tahunan ≤ Rp 1

miliar; dalam UU UMKM/2008 dengan kekayaan besih antara Rp 50 juta – Rp 500 juta dan penjualan bersih tahunan Rp 300 juta – Rp 2,5 miliar;

d) Keppres No. 16/1994: UKM adalah perusahaan yang

memiliki kekayaan bersih maksimum Rp 400 juta;

e) Departemen Perindustrian dan Perdagangan : (a)

Perusahaan memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan (Departemen Perindustrian sebelum digabung); (b) Perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp 25 juta (Departemen Perdagangan sebelum digabung);

f) Departemen Keuangan: UKM adalah perusahaan yang

memiliki omzet maksimum Rp 600 juta per tahun dan atau aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan.

Sedangkan usaha perikanan pada dasarnya terbagi dalam 3 kelompok, yaitu perikanan laut (tangkap), perikanan umum dan budidaya ikan (BPS Kabupaten Sambas,

2015).Menurut Rangkuti (2016), analisis SWOT (Strenghts,

Weaknesses, Opportunities dan Threats)adalah identifikasi

berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan(Strenghts)dan peluang

(Weaknesses), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (Opportunities)dan

ancaman(Threats).

METODOLOGI

Kegiatan penelitian ini dilakukandi Kecamatan- kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut di Kabupaten Sambas, seperti Pemangkat, Selakau, Jawai, Tangaran dan Paloh. Dasar pertimbangan dilakukannya penelitian ini adalah: (1) belum dilakukan kajian serupa di daerah yang dipilih, dan (2) lokasi penelitian merupakan tempat domisili dan tempat mengabdi bagi peneliti. Untuk analisis data dalam penelitian ini diperlukan data yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang didapatkan langsung dari lapangan melalui tanya jawab langsung kepada pengusaha, penggiat UKM, nelayan, penyuluh perikanan dan instansi terkait dari pihak pemerintahan Kabupaten Sambas. Sedangkan, data sekunder adalah data yang diperoleh dari beberapa instansi terkait di Kabupaten Sambas, yaitu: BPS, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Dinas Perikanan dan Kelautan. Selain itu data sekunder juga didapat dari beberapa literatur atau referensi lain.

Penelitian ini diawali dengan pengidentifikasian masalah-masalah mengenai penentuan potensi-potensi perikanan wilayah, kemudian dilanjutkan dengan identifikasi masalah-masalah usaha/industri kecil menengah pengolahan produk perikanan. Data yang diperoleh diolah untuk melakukan perumusan strategi pengembangan dengan

menggunakan analisis SWOT (Strennghts, Weaknesses,

Opportunities dan Threats). Sebelum melakukan analisis

SWOT terlebih dahulu menentukan matriks IFE dan EFE yang diikuti dengan analisis faktor internal dan eksternal.

Dalam penyusunan matriks Internal Factor Evaluation

(IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) dilakukan

dengan memberikan rating. Penentuan rating oleh pakar dilakukan terhadap peubah-peubah hasil analisis dan memberikan peringkat dengan skala yang ditetapkan, misalnya 1, 2, 3, dan 4. Selanjutnya diberi bobot dan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor untuk menghasilkan skor. Dari skor yang diperoleh dapat diketahui posisi organisasi atau perusahaan pada matriks Internal dan Eksternal (IE). Pemberian bobot dan rating pada matriks IFE dan EFE didasari atas kuesioner yang diberikan kepada para pakar.

Setelah membuat matriks IFE dan EFE, Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah analisis strategi menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT yaitu

analisis kekuatan-kelemahan (Strenghts-Weaknesses) dan

peluang-ancaman (Opportunities-Threats). Dalam matriks

SWOT akan menghasilkan empat tipe strategi yaitu: a) Strategi Strenghts-Opportunities (SO), yaitu strategi ini

dilakukan untuk memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang dengan sebesar- besarnya.

b) Strategi Strenghts-Threats (ST), Strategi ini dilakukan untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang ada.

c) Strategi Weaknesses-Opportunities (WO), yaitu Strategi ini dilaksanakan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d) Strategi Weaknesses-Threats (WT), yaitu Strategi

kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta untuk menghindari ancaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Nelayan dan Pengusaha UKM a. Profil Nelayan

Nelayan responden di Kabupaten Sambas yang tersebar di lima kecamatan yang menjadi lokasi penelitian sekitar 65% didominasi oleh kalangan umur 46-60 tahun yang sebagian besar menggunakan alat tangkap berupa pukat tarik. Tingkat pendidikan yang mereka miliki oleh 55% nelayan adalah tamatan SD, dengan pengalaman berusaha selama lebih dari 12 tahun. Usaha yang dijalankan 100% merupakan usaha perorangan dengan jenis tangkapan sebagian besar berupacumi-cumi, bawal hitam, tenggiri dan gembong. Hasil yang didapatkan sebagian besar dijual dengan harga antara Rp 10.000-25.000/kg kepada pedagang pengumpul. Sedangkan jumlah tangkapan dalam satu kali pergi melaut sebagian besar di bawah 100 kg, dengan status alat tangkap sewa dan milik sendiri.

b. Profil Pengusaha UKM

Perusahaan UKM hasil perikanan sebagian besar dijalankan oleh kaum perempuan yaitu sekitar 88%, yang tersebar di 5 Kecamatan. Sebagian besarmenjalankan usaha ikan asin (35%) dan tawar, terasi, cincalo, kerupuk, bakso, udang ebi dan lain-lain. Sedangkan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pengusaha UKM adalah hanya tamatan SD (64%) dengan pengalaman berusaha lebih dari 10 tahun (36%). Bentuk usaha yang dijalankan sebagian besar merupakan usaha sendiri (68%) dengan jumlah produksi di bawah 50 kg/produksi (87%) dan harganya di bawah Rp

PROSIDING SEMINAR NASIONAL APTA, Jember 26-27 Oktober 2016

50.000/kg (81%). Usaha yang dijalankan sebagian

besarmengeluarkan biaya di bawah Rp 500.000/produksi (84%) dengan modal pribadi. Sedangkan jumlah tenaga kerja maksimal berjumlah 5 orang (98%), dengan upah sebesar Rp 26.000-50.000/produksi (55%). Adapun alat yang digunakan sebagian besar masih secara manual (88%). Sedangkan hasilnya 100% untuk dijual ke pasar lokal (92%).

Analisis Faktor Lingkungan a. Analisis Faktor Internal

Analisis lingkungan internal bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan. Kekuatan yang diidentifikasi terdiri dari kerja keras dan pengalaman usaha UKM, serta ketersediaan tenaga kerja lokal. Sedangkan kelemahan UKM pengolahan produk perikanan antara lain adalah lemahnya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh pengusaha, rendahnya tingkat penguasaan informasi dan teknologi, keterbatasan modal yang dimiliki dan manajemen kerja yang dimiliki sangat rendah tingkat. b. Analisis Faktor Eksternal

Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman bagi UKM terutama UKM pengolahan produk perikanan di Kabupaten Sambas. Peluang yang diidentifikasi terdiri dari ketersediaan bahan baku, pangsa pasar semakin besar, menciptakan lapangan usaha baru, teknologi pengolahan semakin modern serta dukungan pemerintah cukup besar. Sedangkan ancaman yang dihadapi terdiri dari ketidakpastian harga bahan baku dan produk olahan, pasar dikuasai oleh produk dari luar, perdagangan bebas, dan persaingan antar UKM.

Analisis Matriks IFE (Internal Faktor Evaluation Matrix) dan Matriks EFE (External Faktor Evaluation Matrix) a. Analisis matriks IFE

Faktor yang menjadi kekuatan utama UKM olahan produk perikanan di Kabupaten Sambas adalah dari kerja keras dan pengalaman usaha dari UKM dengan nilai atau skor sebesar 0,778. Sementara itu, kelemahan utama yang dimiliki adalah rendahnya tingkat keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh pengusaha UKM. Faktor kelemahan utama tersebut mempunyai skor sebesar 0,292, seperti yang tercantum dalam tabel 1. di bawah ini :

Tabel 1. Matriks IFE UKM olahan produk perikanan

Faktor internal Bobot Rating Skor Kekuatan

A Kerja keras dan

pengalaman usaha UKM 0,194 4,000 0,778 B Ketersediaan tenaga kerja

lokal 0,156 3,167 0,493

Kelemahan

C Keterampilan dan pengetahuan 0,194 1,500 0,292 D Penguasaan informasi dan teknologi 0,167 1,667 0,278

E Keterbatasan modal 0,139 1,833 0,255

F Manajemen kerja 0,150 1,500 0,225

TOTAL 1,000 2,319

b. Analisis matriks EFE

Faktor peluang utama yang dimiliki oleh UKM olahan produk perikanan adalah ketersediaan bahan baku, yaitu sebesar 0,484. sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman utama bagi pengembangan UKM olahan produk perikanan adalah ketidakpastian harga bahan baku dan produk olahan, yaitu berjumlah 0,189. Bila dilihat dari faktor peluang dan ancaman yang ada, satu sisi menyatakan bahan baku tersedia, tetapi di sisi lain juga menyatakan ketidakpastian harga bahan baku. Adapun maksud dari pernyataan tersebut berdasarkan kondisi yang ada di lapangan adalah bahan baku yang berupa hasil perikanan pada dasarnya tersedia dan bahkan stoknya melimpah pada waktu cuaca mendukung nelayan pergi ke laut, tetapi stoknya akan menipis dan bahkan sulit untuk didapatkan apabila musim penghujan yang disertai dengan angin kencang melanda, sehingga nelayan sulit untuk melaut. Adapun hasil analisis matriks tersebut seperti yang tersaji pada tabel 2. Berikut ini :

Tabel 2. Matriks EFE UKM olahan produk perikanan di Kabupaten Sambas

Faktor eksternal Bobot Rating Skor Peluang

A Ketersediaan bahan baku 0,132 3,667 0,484 B Pangsa pasar semakin besar 0,124 3,667 0,454 C Menciptakan lapangan usaha

baru 0,110 3,167 0,348 D Teknologi pengolahan

semakin modern 0,106 3,333 0,355 E Dukungan pemerintah cukup

besar 0,105 3,500 0,369 Ancaman

F Ketidakpastian harga bahan

baku dan produk olahan 0,113 1,667 0,189 G Pasar dikuasai oleh produk

dari luar 0,104 1,500 0,156 H Perdagangan bebas 0,101 1,333 0,134 I Persaingan antar UKM 0,104 1,667 0,174

TOTAL 1,000 2,663

c. Analisis Matriks Internal-Eksternal (Internal- External Matrix)

Nilai IFE yang diperoleh dalam kegiatan UKM olahan produk perikanan Sambas adalah sebesar2,319. Sedangkan nilai EFE-nya sebesar 2,663 (Gambar 1). Perpaduan dari kedua nilai tersebut menunjukkan bahwa strategi pemasaran program ini terletak pada kluster V, yaitu sel Growth

strategy yang merupakan upaya pertumbuhan usaha UKM

olahan perikanan. Strategi ini menekankan pada usaha untuk mencapai pertumbuhan UKM, seperti penjualan, penambahan asset (sarana dan prasaran pengolahan), dan profit. Hal-hal yang perlu ditekankan untuk dicapai dalam strategi ini adalah pengembangan produk, penambahan kualitas produk, dan meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas lagi. Hasil dari perpaduan tersebut dapat dilihat pada gambar 1. berikut ini :

PROSIDING SEMINAR NASIONAL APTA, Jember 26-27 Oktober 2016

Gambar 1. Matriks IE kegiatan UKM olahan produk perikanan di Kabupaten Sambas

d. Analisis SWOT

Penyusunan strategi pada matriks SWOT dilakukan sesuai dengan hasil yang diperoleh dari matriks IE

(Internal-eksternal), dimana posisi kegiatan UKM olahan

produk perikanan di Kabupaten Sambas terletak pada posisi dimana perlu mengupayakan pertumbuhan usaha UKM hasil perikanan seperti penjualan, penambahan sarana dan prasaran pengolahan, dan profit. Penekanan dari strategi ini adalah untuk mengembangkan produk menjadi produk yang bervariasi dan berkualitas dengan harapan dapat meningkatkan akses pasar. Berdasarkan hasil evaluasi matriks I-E, disusunlah matriks SWOT yang menghasilkan empat tipe strategi seperti yang terlihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Matriks SWOT Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (S) 1.Kerja keras dan

pengalaman usaha UKM 2.Ketersediaan tenaga kerja

lokal

Kelemahan (W)

1.Keterampilan dan pengetahuan

2.Penguasaan informasi dan teknologi

3.Keterbatasan modal

4.Manajemen kerja

Peluang (O)

1.Ketersediaan bahan baku

2.Pangsa pasar semakin besar

3.Menciptakan lapangan usaha baru

4.Teknologi pengolahan semakin

modern

5.Dukungan pemerintah cukup besar

Strategi S-O

a. Pemanfaatan pengalaman

dan teknologi untuk intensifikasi dan diversifikasi produk. (S1, S2, O1, O2, O3,O4,O5)

b. Pemanfaatkan etos kerja

untuk memperluas akses pasar (S1, S2, O1, O2,O4, O5,)

Strategi W-O

d. Pembinaan Terpadu dan Pengembangan untuk meningkatkan kualitas SDM dalam manajemen, penyerapan teknologi dan informasi tentang pengolahan dan pasar. (W1,W2,W4,O2,O3,O4)

e. Memanfaatkan dukungan pemerintah

untuk memperkuat perdanaan dalam peningkatan sarana dan prasarana. (W1,W2,W3,O3,O4.O5)

Ancaman (T)

1. Ketidakpastian harga bahan baku

dan produk olahan

2. Pasar dikuasai oleh produk dari luar

3.Perdagangan bebas

4.Persaingan antar UKM

Strategi S-T

c. Meningkatkan budaya kerja keras untuk menguasai pasar (S1,S2,T2,T3,T4)

Strategi W-T

f. Meningkatkan penguasaan manajemen dan iptek untuk menambah kualitas produk (W1, W2,W4,T2,T3,T4)

g. Meningkatkan kerjasama dengan

lembaga yang terkait (W2,W3,W4,T1,T2,T3,T4)

Alternatif strategi terapan yang muncul dari matriks SWOT terdiri dari 7 jenis alternatif strategi, yaitu:

a. Pemanfaatan pengalaman dan teknologi untuk

intensifikasi dan diversifikasi produk. (S1, S2, O1, O2, O3,O4,O5)

Strategi ini merupakan perpaduan antara strategi

strengths-opportunities (S-O). Karena dengan dimilikinya

pengalaman dalam berusaha dan tersedianya teknologi pasca panen dan pengolahan produk hasil perikanan sangat mendukung untuk kegiatan intensifikasi dan diversifikasi produk. Karena pada dasarnya kegiatan intensifikasi dan diversifikasi akan terlaksana dengan baik apabila bahan baku cukup tersedia atau merupakan sektor basis (sektor

unggulan). Seperti yang di ungkapkan oleh Zulfi, et.al

(2014) menyatakan bahwa Aktivitas basis memiliki peran

sebagai penggerak utama (primer mover) dalam

pertumbuhan suatu wilayah. Dengan tersedianya bahan

baku sangat memungkinkan untuk dilakukannya program intensifikasi, karena dengan menambah jumlah produk target pasar dan jangkauannya juga akan semakin luas. Selain itu, dengan adanya diversifikasi akan menambah jumlah jenis dari produk yang dihasilkan. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menyesuaikan selera konsumen yang berbeda-beda. Karena disetiap daerah, usia dan status sosial masyarakat keinginan dan kemampuan untuk mengkinsumsi produk hasil perikanan juga akan berbeda. Oleh karena nya, agar produk hasil perikanan tetap tersedia di pasaran program intensifikasi dan diversifikasi produk sangat penting untuk dilakukan. Mengingat jumlah penduduk yang semakin bertambah.

b. Pemanfaatan etos kerja untuk memperluas akses pasar

(S1, S2, O1, O2,O4, O5).

Strategi ini yang masih tergolong dalam strategi

PROSIDING SEMINAR NASIONAL APTA, Jember 26-27 Oktober 2016

akhir dari suatu rantai usaha sebuah UKM. Dari suatu

pemasaran yang efektif maka keuntungan akan didapatkan. Dalam sistem pemasaran terdapat bentuk pemasaran yang dapat digynakan oleh UKM sebagai strategi untuk memperluas akses pasar, baik pemasaran langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung dapat melalui media cetak, elektronik atau social media. Bentuk pemasaran yang dapat dilakukan dengan menawarkan atau mengirimkan secara langsung kepada pengecer atau konsumen sasaran, baik perorangan atau perusahaan. Selain itu, waktu yang sangat baik utnuk dilakukan dalam upaya memperluas akses pasar adalah pada saat menjelang hari raya besar keagamaan. Oleh karena itu, untuk mempromosikan produk kepada konsumen memerlukan etos kerja atau semangat kerja yang tinggi karena tidak semua konsumen akan dapat menerima produk yang ditawarkan secara fositiv.

c. Meningkatkan budaya kerja keras untuk menguasai

pasar (S1,S2,T2,T3,T4)

Strategi ini merupakan perpaduan antara strategi

strengths-threats (S-T). Menghadapi kondisi pasar yang

semakin terbuka dan kompetitif, penguasaan pasar merupakan hal yang penting untuk meningkatkan daya saing. Agar dapat menguasai pasar, maka usaha yang dijalankan perlu mendapakan informasi dengan mudah dan cepat. Seperti kata pepatah, siap yang menguasai informasi maka dialah yang akan mengusai dunia. Oleh karena itu, sangat diperlukan budaya kerja keras untuk mendapatkan informasi yang didapatkan.

d. Pembinaan Terpadu dan Pengembangan untuk

meningkatkan kualitas SDM dalam manajemen, penyerapan teknologi dan informasi tentang pengolahan dan pasar. (W1,W2,W4,O2,O3,O4)

Strategi ini dilatarbelakangi oleh lemahnya tingkat keterampilan dan pengetahuan, penguasaan informasi dan teknologi, akses permodalan, serta kurangnya manajemen kerja. Strategi ini untuk memperkecil kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi ini muncul karena adanya peluang pasar yang semakin besar, menciptakan lapangan usaha yang baru dengan memanfaatkan berbagai macam teknologi pengolahan yang semakin modern. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas SDM sangat penting untuk dilakukan, baik dalam memanejemen usaha, pola pikir pengusaha tentang pentingnya sentuhan teknologi dalam proses produksi dan informasi tentang pasar hasil produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara :

1. Pelatihan kepada pengusaha UKM untuk meningkatkan

keahlian memanajemen usaha.

2. Pengembangan system informasi terpadu pengembangan

UKM untuk menyebarluaskan secara cepat hasil produksi dan lain-lainnya melalui pemanfaatan teknologi informasi khususnya jaringan internet. Menurut Sudaryanto, dkk (2012) bahwa Hal positif yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan jaringan internet dalam mengembangkan usaha adalah : (1) dapat mempertinggi promosi produk dan layanan melalui kontak langsung, kaya informasi, dan interaktif dengan pelanggan, (2) menciptakan satu saluran distribusi bagi produk yang ada, (3) biaya pengiriman informasi ke

pelanggan lebih hemat jika dibandingkan dengan paket atau jasa pos, (4) waktu yang dibutuhkan untuk menerima atau mengirim informasi sangat singkat, hanya dalam hitungan menit atau bahkan detik.

e. Memanfaatkan dukungan pemerintah untuk memperkuat

perdanaan dalam peningkatan sarana dan prasarana. (W1,W2,W3,O3,O4.O5).

Selain itu, strategi lain yang muncul dari perpaduan antara strategi W-O adalah stratgei memanfaatkan dukungan pemerintah, khususnya pemerintah daerah untuk memperkuat pendanan dalam peningkatan sarana dan prasarana. Jenis strategi ini muncul lemahnya dalam penguasaan keterampilan dan pengetahuan, penguasaan informasi dan teknologi serta terbatasanya modal usaha. Oleh karena itu, dengan besarnya dukungan yang diberikan oleh pemerintah harus dimaksimalkan. Penguatan dukungan bagi UKM sangat diperlukan untuk keberlanjutan suatu usaha. Bentuk dukungan tersebut dapat berupa penciptaan regulasi (payung hukum) yang mendukung terciptanya dan berkembanganya usaha. Dengan adanya regulasi, program- program untuk kegiatan pengembangan UKM akan lebih mudah terealisasi. Selain itu, salah satu bentuk dukungannya adalah penyaluran kredit dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR).

f. Meningkatkan penguasaan manajemen dan iptek untuk

menambah kualitas produk (W1,W2,W4,T2,T3,T4). Dengan kelemahan berupa kurangnya keterampilan dan pengetahuan dalam memanajemen suatu usaha sehingga menyebabkan kurangnya pengetahuan tentang teknis promosi dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, untuk mengantisipasinya sangat penting untuk penguasaan manajemen dan iptek oleh seorang pengusaha UKM. Karena pada dasarnya produk yang dihasilkan oleh UKM tidak kalah dalam hal kualitas. Hanya saja, keunggulan tersebut tidak dibarengi dengan penguasaan teknologi baik dalam teknologi pengemasan dan pemasarannya. Sehingga produk UKM kurang diketahui dan kurang diminati oleh konsumen. Oleh karena itu, agar dapat bersaing, UKM harus tahu mengelola manajemen agar dapat meningkatkan kualitas produk, pengemasan, kecepatan dalam beroperasi dan pemasaran.

g. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga yang terkait

(W2,W3,W4, T1,T2,T3,T4)

Strategi yang masih tergolong dalam kategori strategi

weaknesses-threats (W-T) adalah meningkatkan kerjasama dengan lembaga yang terkait. Kerjasama dalam suatu usaha sangat penting untuk dilakukan, baik dari sesama pengusaha, pemerintah maupun dengan pihak perbankan. Kerjasama dengan pemerintah, dapat dilakukan dengan secara bersama-sama melakukan promosi ke daerah-daerah lain melalui pameran-pameran yang biasanya diikuti dan dilakukan oleh pemerintah daerah. Selain itu, dukungan perbankan juga sangat diperlukan dalam rangka penguatan pendanaan untuk keberlanjutan suatu usaha. Oleh karena itu, pengusaha (UKM) dengan pihak bank harus melakukan kerjasama yang saling menguntungkan. Dengan adanya pinjaman tersebut, pengusaha UKM dapat meningkatkan sarana dan prasarana pengolahan. Dengan adanya staretgi ini diharapkan bisa meminimalkan kelamahan yang dimiliki

PROSIDING SEMINAR NASIONAL APTA, Jember 26-27 Oktober 2016