• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rini Fertiasari

1*

, Wilis Widi Wilujeng

2

, Nafis Khuriyati

3

, Muhammad Affan Fajar Falah

4

1Prodi Agroindustri Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Negeri Sambas

Jl. Raya Sejangkung, Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat 79462

2Prodi Agrobisnis, Jurusan Agrobisnis, Politeknik Negeri Sambas

Jl. Raya Sejangkung, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat 79462

3Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

*Alamat Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Kabupaten Sambas merupakan daerah penghasil padi dan merupakan salah satu lumbung pangan nomor dua di Kalimantan Barat. Sebagai daerah sentra produksi padi lokal yaitu varietas Ringkak, Kabupaten Sambas memiliki luas lahan padi sebesar 1197 Ha dengan produksi 2671 Ton /Ha. Metode kajian penelitian ini berkaitan dengan proses integrasi serangkaian kegiatan Supply chain management melalui pendekatan logistik. Faktor yang diamati adalah :1)Unsur – unsur logistik , 2) EOQ , 3) ROP. Lumbung padi yang menjadi objek penelitian di Kabupaten Sambas terdapat di Kecamatan Semparuk dan Kecamatan Selakau. Data di lapangan di peroleh dari aktivitas lumbung padi tersebut. Tempat Penelitian dilakukan di enam kecamatan di Kabupaten Sambas yang merupakan areal yang produktivitas padinya tinggi.. dari hasil penelitian diketahui bahwa unsur-unsur logistik dalam supply chain management meliputi, pengadaan bahan baku, penyimpanan, pachaging, distribusi, transportasi. EOQ pada di lumbung pangan Semparuk sebesar 19.680.000 Kg, lumbung pangan Selakau sebesar 20.210.000 Kg.ROP semparuk 22.500 Kg, ROP lumbung Selakau 20.000 Kg.

Kata Kunci: Gabah/beras, EOQ, logistik, ROP, SCM

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Perdagangan bebas saat ini membawa perubahan yang sangat signifikan kelihatan dan sangat cepat terhadap perekonomian di dalam dan di luar negeri. Persaingan ketat di sektor Industri menjadi salah satu dampak yang paling dirasakan dalam era globalisasi saat ini. Daya saing industri merupakan salah satu hal penting untuk menentukan “pemenang” industri yang survive dalam suatu negara dalam kondisi apapun. satu faktor yang menunjang daya

saing industri adalah penguatan sistem supply chain

management. Tujuan dari penerapan sistem Supply chain

management adalah untuk menekan cost dalam

memperoduksi barang dan jasa. Di Indonesia kemampuan suatu industri untuk mengolah dan memproduksi barang dan

jasa dengan cost yang rendah dari pesaingnya masih sangat

sulit, hal ini dikarenakan faktor logistik yang belum memadai.

Padi merupakan tanaman komoditas pangan yang paling banyak diusahakan sebagai sumber pangan utama di Indonesia. Upaya peningkatan produksi padi terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dalam rangka mendukung ketahanan pangan. Seperti perbaikan teknologi budidaya telah terbukti mampu meningkatkan produksi padi secara nyata. Peningkatan produktivitas padi ini juga harus dibarengi dengan peningkatan mutu beras

yang dihasilkan, yaitu beras yang mampu memenuhi tuntutan dan sesuai dengan preferensi konsumen.

Kabupaten Sambas merupakan daerah penghasil padi dan merupakan salah satu lumbung pangan nomor dua di Kalimantan Barat. Sebagai daerah sentra produksi padi yang memiliki nilai strategis, Kabupaten Sambas memiliki luas lahan padi sebesar 639.570 Ha dengan produksi 265.818 Ton. Dua indikator penting yang menjadi titik tumpu di Kabupaten Sambas terkait pertanian padi varietas lokal adalah tentang proses panen dan pasca panen padi varietas lokal serta tentang supply chain management padi varietas lokal. Kabupaten Sambas memiliki keistimewaan geografi yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Hal ini tentunya bisa menjadi alternatif pilihan dalam pendistribusian produk varietas lokal Ringkak.Kabupaten Sambas memerlukan metode logistik dalam penerapan SCM varietas Ringkak. Pilar pokok dari sistem logistik adalah menjamin kelancaran arus barang secara efektif dan efisien

dengan cost rendah.Logistik bertanggung jawab memastikan

bahwa suatu produk bisa sampai ke pelanggan dengan tepat waktu dan dengan harga yang kompetitif.,

Menurut Prahalad (1990), dalam jangka panjang beberapa faktor yang menentukan keunggulan kompetitif suatu perusahaan adalah adalah kemampuan untuk menciptakan barang dan jasa, dengan biaya yang lebih rendah secara kontinyu, dan kecepatan perusahaan untuk

PROSIDING SEMINAR NASIONAL APTA, Jember 26-27 Oktober 2016

dapat tanggap kepada kemauan pelanggan dibandingkan

para pesaingnya. Dalam hal ini, sistem logistik menjadi fokus masalah dalam penciptaan barang dan jasa dengan biaya yang lebih rendah daripada produsen pesaing dengan produk barang dan jasa yang sama.

Penelitian ini bertujuan a)mengetahui unsur – unsur

logistik yang terjadi dalam supply chain management

varietas Ringkak, b)nilai EOQ dan c) nilai ROP METODE

Fokus kajian penelitian ini berkaitan dengan proses

integrasi serangkaian proses Supply chain management

varietas padi lokal Kabupaten sambas, yaitu varietas Ringkak. Faktor yang diamati adalah :

1. Unsur-unsur logistik varietas Ringkak

2. Perhitungan data permintaan dan unsur logistik varietas

Ringkak

3. Perhitungan EOQ dan ROP varietas Ringkak

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Berikut adalah diagram alir prosedur penelitian :

Gambar 1. Diagram alir prosedur penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lingkungan bisnis senantiasa berubah dan perubahan tersebut semakin lama semakin cepat. Faktor penting penunjang perubahan tersebut adalah : konsumen yang semakin kritis (membutuhkan produk dan atau jasa yang semkain berkualitas dengan harga murah dan bisa diperoleh dengan harga mudah dan cepat), infrastruktur telekomunikasi, informasi dan transportasi dan perbankan yang semakin canggih sehingga memungkinkan berkembangnya model-model baru dalam manajemen aliran material/produk, kesadaran konsumen akan aspek sosial dan lingkungan. Peranan supply chain management dalam penelitian tahun ke dua ini adalah mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan menghantarkannya ke pemakai

akhir dan sebagai mediasi pasar. Konsep Supply chain

management merupakan salah satu konsep baru dalam

melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik persoalan internal masing-masing perusahaan. Dalam konsep baru masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang dimulai dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir. Rangkaian chain di lapangan meliputi : Supplier – manufacture – distribution – retail

outlets – customers. Beras adalah bahan pangan sumber

karbohidrat penting dan merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar rakyat Indonesia..

Data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan judul penelitian yang berkaitan dengan metode logistik dalam supply chain management antar bagian di lumbung pangan Desa Semparuk dan lumbung pangan Desa Selakau, data permintaan konsumen, lead time dan biaya- biaya persediaannya.

A. Sampel responden dalam penelitian

1. Data Rata-rata penjualan beras di lumbung pangan desa

Semparuk dan Desa Selakau

Beras hasil panen akan dikumpulkan di lumbung pangan. Beras yang sudah bersih dan siap dikemas semua terkumpul di lumbung pangan desa Semparuk. Berikut data penjualan beras di lumbung desa Semparuk selama 6 bulan dari bulan Januari sampai Juni 2016

Tabel 1. Data Rata-rata Penjualan varietas Ringkak dari bulan Januari-Juni 2016

No Bulan Lumbung Pangan

Semparuk Selakau 1 Januari 90.680 90.400 2 Februari 90.320 90.000 3 Maret 89.000 87.950 4 April 90.160 80.160 5 Mei 90.000 79.600 6 Juni 90.400 82.400

Sumber : Data Primer Mulai

Identifikasi dan perumusan masalah Penetapan tujuan penelitian

Studi pustaka

Survey awal dan penyebaran kuisoner Analisis kuisoner Tahap metode logistik dalam SCM Ringkak

1. Pertemuan Gapoktan didampingi oleh PEMDA melalui dinas teknis terkait

2. Sosialisasi tentang SCM (unsur logistik)

3. Menentukan dan menghitung unsur-unsur logiatik dalam SCM Ringkak

4. FGD hasil penentuan dan perhitungan yang terjadi dalam unsur logistik Ringkak

5. Menyusun model rantai pasok sesuai dengan perhitungan unsur-unsur logistik

Analisis dan evaluasi Kesimpulan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL APTA, Jember 26-27 Oktober 2016

Tabel 2. Biaya pemesanan beras untuk masing-masing

retailer ke distributor

Supplier

Elemem biaya (rp/tahun)

TOTAL kertas delivery order (Rp) telepon (Rp) listrik dan komputer (Rp) Administrasi (Rp) Semparuk 175.000 520.000 485.000 170.000 1.350.000 Selakau 120.000 350.000 325.000 115.000 910.000 Sumber : Data Primer 2016

Tabel 3. biaya pemesanan beras distributor ke supplier elemem biaya (rp/tahun)

TOTAL kertas delivery order (Rp) telepon (Rp) listrik dan komputer (Rp) Administrasi (Rp) 300.000 860.000 800.000 300.000 2.260.000 Sumber : Data Primer

2. Biaya Penyimpanan persediaan

Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan akibat memiliki sejumlah persediaan produk di lumbung pangan. Sesuai kesepakatan, biaya penyimpanan adalah 20% dari harga beras/kg/tahun. Unsur-unsur biaya penyimpanan ini terdiri dari :Bunga atas modal yang tertanam 15%, Biaya Pemeliharaan bahan 3,5%, Biaya kerusakan bahan 1,5%

3. Harga Penjualan

Tabel 4. Harga penjualan Ringkak pada masing-masing Lumbung pangan

Varietas/lumbung

pangan (supplier) Harga pabrik (supplier) (Rp/Kg) Harga Penjualan (Rp/Kg) Ringkak /Semparuk 7200 9000 Ringkak /Selakau 7200 9000

Sumber : Data Primer

Dari data diatas diketahui bahwa biaya penyimpanan di masing-masing lumbung pangan adalah :

20% x 7200 = Rp 1.440/Kg/tahun

Sedangkan biaya penyimpanan per Kg di retailler adalah : 20% x 9000 = Rp 1800/Kg/tahun

4. Data Lead time

Tabel 5. Data Lead Time pada masing-masing lumbung pangan

Lumbung pangan (supplier) Lead time

Lumbung pangan semparuk 5

Lumbung pangan selakau 5

Sumber : Data Primer 2016

5. Perhitungan EOQ

EOQ = 2 x R x S C

Keterangan :

R : Kebutuhan barang dalam satu periode tertentu S : Biaya pemesanan setiap kali pesan

P : Harga beli setiap unit barang

C : biaya penyimpanan tiap unit barang yang disimpan EOQ (semparuk) = 2 x 205.000 x 240 5 = 19.680.000 Kg EOQ (semparuk) = 2 x 215.000 x 235 5 = 20.210.000 Kg

6. Re Order Point (ROP)

ROP = d x LT

Keterangan :

d = kebutuhan konstan

LT = masa tenggang/tunggu

 Lumbung pangan Semparuk

d = kebutuhan permintaan 4500 Kg/hari

LT = 5 hari

ROP = 4500 x 5

= 22.500 Kg

Jadi pemesanan harus dilakukan apabila sediaan beras minimal atau ROP = 22.500 Kg

 Lumbung pangan Selakau

d = kebutuhan permintaan 4000 Kg/hari

LT = 5 hari

ROP = 4000 x 5

= 20.000 Kg

Jadi pemesanan harus dilakukan apabila sediaan beras minimal atau ROP = 20.000 Kg

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa unsur logistik yang terjadi pada SCM Ringkak adalah pergudangan,packing,trasnportasi, pendistribusian; nilai EOQ pada lumbung pangan Sempruk sebesar 19.680.000 Kg dan lumbung pangan Selakau 20.210.000 Kg; nilai ROP pada lumbung pangan Semparuk 22.500 Kg dan lumbung pangan Selakau 20.000 Kg.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian ini terlaksana atas bantuan dana hibah dari Kementrian Ristek Dikti pada skema penelitian PEKERTI tahun 2015 -2016.

DAFTAR PUSTAKA

Hadiguna, RA dan Macfud. 2008. Model Perencanaan

Produksi Pada Rantai Pasok Crude Palm Oiln Dengan

mempertimbangkan Preferensi Pengambil Keputusan.

Jurnal Teknik Industri Vol.10 No 1, Juni 2008 : 38 – 49

Mulyadi, D. 2001. Pengembangan system logistic yang

efisien dan efektif dengan pendekatan Supply Chain

management. Jurnal Riset Industri Vol. V, No.3 2001

Hal 275-282, 2001.

Mulyono, F. 2011. Demand chain management : Supply

Chain Management + orientasi pasar. Jurnal

Administrasi Bisnis vol 7, No.1 hal 59-72 (ISSN : 0216 – 1249), 2011.

Rudi, Agustinus, Chandra, A., Tanring, Z. 2008. Analisis dan perancangan e_Supply Chain Management (studi

kasus : PT. Prima Rezeki Pertiwi). Seminar Nasional

PROSIDING SEMINAR NASIONAL APTA, Jember 26-27 Oktober 2016