• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi S1 BK Universitas Nusantara PGRI Kediri Info Artikel

_________________ Keywords: Semar, Characteristics of a Multicultural Counsellor, Multicultural Counselling Practice ____________________

Abstrak

___________________________________________________________________

Budaya asli suatu bangsa adalah harta yang tak ternilai harganya. Identitas suatu bangsa tercermin dari beragam corak budayanya. Seperti budaya wayang di Indonesia, khususnya mengenai tokoh Semar merupakan wujud hasil budaya asli nusantara yang mempunyai nilai-nilai luhur mengenai bagaimana orang bijak itu seharusnya bertindak. Nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam Semar dapat dikaitkan dengan bagaimana ciri- ciri konselor multibudaya dan praktik konseling multibudaya. Ciri-ciri konselor multibudaya yang dapat dirumuskan adalah: 1) Berketuhanan Yang Maha Esa; 2) netral, simpati dan empati; 3) menerima konseli tanpa melabeli; 4) tulus, ikhlas dan tanpa pamrih dalam memberikan pelayanan BK terhadap konseli; 5) memberikan contoh yang baik dan mematuhi kode etik; 6) menerima konseli dari latar belakang budaya manapun; 7) Berlaku adil dan jujur dalam memberikan pelayanan BK terhadap konseli; 8) tidak kaku dalam menyikapi budaya konseli yang berbeda; dan 9) memanfaatkan dan meningkatkan potensi diri. Sedangkan koneksitas dengan praktik konseling multibudaya adalah ditawarkannya sebuah pendekatan baru bernama “Konseling Badranaya”. Konseling Badranaya disusun untuk mereduksi krisis mental dan tingkah laku yang nampak pada zaman edan

Abstract

___________________________________________________________________ Authentic culture of a nation is the most precious treasure of all. The identity of a nation is reflected from its multiculturalism. For instance, the culture of Javanese traditional puppet, especially about one particular character named Semar which is the realisation of Javanese original culture that consists of great values about how a wise man should act. The great values in Semar can be related to the characters of a multicultural counsellor and multicultural counselling practice. The characteristics of a multicultural counsellor can be formulated as: 1) Believes in the One Almighty God; 2) is neutral, sympathetic, and emphatic; 3) Accepts counselee without labelling; 4) is sincere and genuine in providing counsel to counselee; 5) gives good examples to other people and follows the counselling code of ethics; 6) accepts counselee regardless of his or her cultural background; 7) brings justice and does the right things in giving counsel to counselee; 8) is flexible in dealing with

counselee’s different culture; 9) uses and improves self-potential. Meanwhile, the relation to the

multicultural practice of counselling is that it offers a new approach called “Badranaya Counselling”. Badranaya Counselling is compiled to reduce the mental crisis and the behaviours that are only apparent in the zaman edan

© 2015 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: Gedung A2 Lantai 1 FIP Unnes

Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: setyaputrinora@gmail.com

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang 2015

93

PENDAHULUAN

Wayang adalah salah satu hasil budaya Bangsa Indonesia yang sengaja dibuat untuk menggambarkan sifat lan solah bawane manungsa ing alam dunya. Setiap lakon yang terdapat dalam cerita pewayangan menggambarkan bagaimana kehidupan manusia di dunia. Selain itu, jika kita menilik lebih dalam dari karakter setiap tokoh pewayangan terdapat ajaran budi pekerti yang sangat penting bagi kehidupan kita. Wayang juga dijadikan salah satu media penyebaran Agama Islam oleh Sunan Kalijaga. Meskipun berbagai kepercayaan telah mempengaruhi sejarah atau cerita pewayangan, para peracik cerita seperti Sunan Kalijaga pun tidak mengubah nilai luhur yang telah terbentuk dalam tokoh-tokoh pewayangan tersebut.

Dapat diketahui bersama bahwa banyak sekali tokoh-tokoh dalam cerita pewayangan. Namun, ada 4 tokoh wayang yang asli buatan budayawan lokal nusantara dimana 4 tokoh ini menjadi pembeda corak wayang Indonesia dengan corak pewayangan di negara lain. Tokoh- tokoh ini yakni Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Mereka lebih lekat disebut sebagai Punakawan. Keempat tokoh ini hanya terdapat di cerita pewayangan nusantara. Dari keempat tokoh tersebut ada satu tokoh yang membuat penulis begitu tertarik untuk diulas, yaitu Semar. Semar merupakan satu tokoh yang mempunyai makna komplit dalam penggambaran kehidupan, meskipun tokohnya tampak buruk rupa, ndeso dan tidak tampak hebat sama sekali. Namun dengan perawakannya yang seperti itu, nilai yang terkandung di dalamnya dapat dikatakan sangat luhur. Keluhuran nilai di dalam diri Semar dapat dijadikan contoh sebagai implementasi konsep manunggaling kawula Gusti. Manunggaling kawula Gusti merupakan persatuan antara hamba dengan Tuhan atau dalam istilah Arab disebut wahdatul wujud (Wahyudi, 2014).

Alasan lain mengangkat Semar karena Semar adalah buatan manusia. Buatan manusia yang diperuntukkan kepada manusia, berisi gambaran-gambaran mengenai bagaimana kebijaksanaan dalam versi manusia. Hal inilah

yang menurut penulis lebih dapat masuk ke dalam kehidupan sosial masyarakat dari berbagai lapisan, entah etnis atau latar belakang kepercayaannya. Simbol orang bijak dalam versi manusia ini tetap pada kaidah manusia yang juga tidak luput dari kesalahan. Pendapat ini disimpulkan dari cerita Semar yang dulunya tinggal kahyangan kemudian diturunkan ke bumi karena masih memiliki ambisi dan keserakahan untuk memperoleh tahta. Demikianlah seorang konselor, konselor bukan diciptakan sebagi pribadi yang terhindar dari kesalahan/dosa (maksum), namun senantiasa berusaha untuk meminimalisasi kesalahan demi mencapai cita- cita hidup termasuk profesionalismenya sebagai seorang konselor.

Semakin berkembangnya era globalisasi, nilai-nilai luhur Semar semakin hilang dari dalam diri manusia termasuk konselor. Jika dikaitkan dengan pentingnya keberadaan Bimbingan dan Konseling saat ini, konselor mempunyai tempat yang sentral sebagai praktisi di lapangan. Menarik tampaknya jika seorang konselor memiliki ciri-ciri seperti yang tergambar di dalam diri Semar. Dimana nantinya konselor tersebut baik dalam kehidupan pribadi-sosialnya atau saat pemberian layanan BK baik di sekolah dan di luar sekolah membawa nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam diri Semar tersebut. Selain itu, pemaparan dalam makalah ini merupakan salah satu pendukung bahwa pentingnya seorang konselor memiliki wawasan multibudaya dalam praktik konseling.

Wawasan ini dirasa sangat penting karena budaya yang melatarbelakangi seseorang dapat mempengaruhi cara berpikir mereka mengenai suatu hal, bagaimana perilaku sosial mereka dalam kelompok budaya yang sama (ingroup) dan kelompok budaya yang berbeda (outgroup), bagaimana seseorang berkomunikasi serta bagaimana mengekspresikan emosi mereka. Cross & Papadopoulos (2001) menyatakan bahwa adanya budaya terkait dengan pengakuan siapa diri kita dan bagaimana kita berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Bahkan Matsumoto & Juang (2003) menyatakan bahwa budaya adalah dasar dari suatu negara.

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang 2015

94