• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian II : Studi Kasus

2. Tujuan, ruang lingkup dan metodologi penelitian

3.1. Regulasi dan struktur

Perencanaan pembangunan dan hal mengenai anggaran sudah diatur oleh beberapa produk hukum, dari Undang-undang hingga Peraturan Menteri. Beberapa produk hukum penting dan mendasar mengenai hal ini adalah:

Undang - undang UU No 13 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

No 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional UU No 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara

UU No 23 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

UU No 14 Tahun 2004 tentang Audit Keuangan Negara

Peraturan

Pemerintah

PP No 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah

PP No 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga

PP No 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah

3.1.1. Bappenas

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional adalah unsur pelaksana pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab pada Presiden secara langsung. Bappenas sendiri adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen, yang notabene berada di bawah koordinasi kementrian (dalam hal ini Menneg PPN). Namun, mengacu pada Permen PPN No 01/M.PPN/09/2005 dan Keppres No 3 Tahun 2002 -yang menyebutkan bahwa jabatan Menteri PPN dan Kepala Bappenas dijabat oleh individu yang sama14

14 Sebenarnya dimulai sejak masa kepemimpinan Prof.Dr. Widjojo Nitisastro sebagai Kepala Bappenas, lewat Keppres No 64/1971. Pada pasal 106 Keppres No 3/2002 tersebut juga disebutkan bahwa Menteri PPN mengkoordinasikan Bappenas dan BPS.

-, maka secara otomatis Bappenas dan Kementrian Negara PPN seolah-olah adalah “insitusi yang sama”. Sedangkan pada pasal 17A Keppres No 4/2002, disebutkan pula bahwa sekretaris dan deputi Menteri Negara PPN sekaligus menjadi sekretaris dan deputi Bappenas. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang perencanaan pembangunan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Negara PPN/Bappenas menyelenggarakan fungsi (Permen PPN No 01/M.PPN/09/2005), yang merupakan penjabaran lebih mendetail dari mandat untuk Bappenas dalam UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional:

a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJP Nasional);

b. penjabaran Visi, Misi dan Program Kerja Presiden ke dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJM Nasional);

c. penyusunan rencana kerja pemerintah (RKP);

d. pengkoordinasian dan perumusan kebijakan pemerintah di bidang perencanaan pembangunan nasional;

e. pengkajian kebijakan pemerintah di bidang perencanaan pembangunan nasional;

f. pemantauan, evaluasi, dan analisis di bidang perencanaan pembangunan nasional;

g. mendukung penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN);

h. koordinasi, fasilitasi, dan pelaksanaan pencarian sumber-sumber pembiayaan dalam dan luar negeri, serta pengalokasian dana untuk pembangunan bersama-sama instansi terkait;

i. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional;

j. fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang perencanaan pembangunan nasional;

k. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Secara singkat, dari beberapa fungsi di atas dapat dilihat bahwa Bappenas merupakan badan yang secara formal memiliki mandat dan tanggungjawab: (1) perencanaan dan kajian pembangunan, yakni: penyusunan RPJP Nasional, RPJM Nasional, RKP, RAPBN; (2) koordinasi pembangunan; (3) pendukung pembiayaan dan alokasi anggaran pembangunan; (4) evaluasi dan pemantauan perencanaan pembangunan.

3.1.2. Departemen Keuangan

Berdasarkan UU Keuangan Negara No 17/2003, maka Departemen Keuangan diserahi tanggung jawab dalam penyusunan kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro; rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN; serta pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran (pasal 8). Ketiga hal tesebut memberikan porsi tanggungjawab lebih besar yang selama ini diemban oleh Bappenas. DepKeu sendiri kemudian membentuk Ditjen Perbendaharaan Negara yang memiliki fungsi Ditjen Anggaran (sebelum UU 17/2003) dan juga Badan Akuntansi dan Keuangan Negara. Sedangkan Ditjen Anggaran akan terfokus pada fiskal dan penyusunan anggaran. Departemen Keuangan akan bertindak dalam penilaian permintaan anggaran oleh Kementrian/Lembaga terkait, sesuai dengan: anggaran berbasis kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah, unifikasi anggaran dengan re-klasifikasi terhadap kategori anggaran dan transparan.

Pasal 8 UU Keuangan Negara 17/2003: Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut :

a) menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro; b) menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN; c) mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;

d) melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;

e) melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-undang;

f) melaksanakan fungsi bendahara umum negara;

g) menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN;

h) melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undang-undang.

Tugas Dirjen Anggaran, Depkeu: merumuskan serta melaksanakan kewajiban dan standarisasi teknis di bidang penganggaran sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasrkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fungsinya: (1) penyiapan perumusan kebijakan Depkeu di bidanga penganggaran; (2) pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran; (3) penyusunan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang penganggaran; (4) pelaksanaan administrasi Dirjen.

Dirjen Perbendaharaan tugasnya: merumuskan serta melaksanakan kebijakandan standarisasi teknis di bidang perbendaharaan negara sesuai dengan kebijakan yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Badan Kebijakan Fiskal, tugasnya: melaksanakan analsis di bidang kebijakan fiskal dan kerjasama internasioanl sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Funginya: (1) perumusan rekomendasi kebijakan pendapatan negara, belanja negara, ekonoi dan keuangan; (2) perumusan rekomendasi pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro serta proyeksi-proyeksi asumsi dasar ekonomi makro jangka menengah; (3) analisis atas usulan rumusan kebijakan pendapatan, belanja dan ekonomi dan keuangan; (4) perumusan, pelaksanaanm dan evaluasi kerjasama ekonomi dan keuangan internasional; (5) analisis, evaluasi dan pengelolaan risiko fiskal; (6) pengkajian kebijakan ekonomi, keuangan dan fiskal; (7) evaluasi atas pelaksanaan kebijakan pendapatan negara, belanja negara, ekonoi dan keuangan; (8) pemantauan perkembangan ekonomi dan keuangan; (9) penyusnan dan pengembangan model ekonomi dan keuangan; (10) penyelenggaran sosialisasi kebijakan fiskal; (11) pengelolaan data dan statsitik; (12) koordinasi pelaksanaan kegiatan tim tarif; (13) administrasi badan.

3.1.3. Lembaga lainnya (DPR, lembaga pemeriksa pembangunan, departemen terkait)

UU Keuangan Negara juga memberikan porsi yang besar bagi “suara” Dewan Perwakilan Rakyat. Ini juga merupakan derivasi dari amandemen UUD 1945 yang menyebutkan DPR melakukan fungsi anggaran, yang berbeda pada masa sebelumnya. Pada pasal 15 ayat (3) disebutkan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN. Sedangkan, pada ayat (4): Pengambilan keputusan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. Atau dengan kata lain UU APBN harus disahkan maksimal pada bulan Oktober, karena tahun anggaran dimulai dari 1 Januari. APBN yang disetujui oleh DPR tersebut juga harus rinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja (ayat 5). Hal inilah yang nantinya akan menjadi permasalahan baru di sisi penyusunan anggaran.