• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel Dengar Kesaksian 11

Lokasi Tanggal Kasus yang Didengar KesaksianPemberi Majelis Warga Saksi Ahli Peserta

Solo 13 Desember 2012 1. Nugroho Iskandar alias Gilang yang tewas dalam Kerusuhan 1998 di Solo

2. Penyiksaan dan penahanan sewenang-wenang dalam Peristiwa Talangsari Lampung (1998) 3. Penangkapan dan penahanan di Penjara

Plantungan terkait Tragedi 1965

4. Penangkapan dan penahanan di Penjara Nusa Kambangan terkait Tragedi 1965

5. Kasus penahanan selama 7 tahun di Tahanan Kamp Kota Solo, terkait Tragedi 1965

5 orang (2 perempuan, 3 laki-laki) Moh. Zaelani Tammaka, Imam Aziz, Abdullah Faishol, Vera Kartika Giantari, dan Nani Nurrachman

- 170 orang

Palu 27 Desember 2012 1. Kerja paksa yang dialami oleh kurang lebih 793 tahanan politik dari tahun 1966-1981 terkait Tragedi 1965

2. Petani Bohotokong yang mengalami penangkapan dan penahanan terkait perlawanan terhadap PT Anugerah Saritama Abadi

3. Penahanan sewenang-wenang dan

penghilangan paksa pada tahun 1967 terkait Tragedi 1965

4. Penangkapan, pembunuhan, dan penculikan 8 orang warga Desa Toyado pada 1 Desember 2001

5. Ekspolitasi seksual oleh aparat keamanan dalam Konflik Poso (kesaksian disampaikan melalui video karena alasan keamanan. Korban tidak bersedia menampilkan wajah dan identitasnya) 6 orang (2 perempuan, 4 orang laki-laki) Hj. Ince Mawar Abdullah, Ichsan Malik, Miryam Nainggolan, dan Tahmidy Lasahido Noer Fauzi (akademisi) Masruchah (komisioner Komnas Perempuan) 260 orang

11 Rincian kesaksian para pemberi kesaksian dapat dilihat dalam Buku 2 Laporan KKPK, Menemukan Kembali Indonesia: Suara Korban Membebaskan Belenggu Kekerasan Masa Lalu, Jakarta, 2014.

MENEM

UKAN KEMBALI INDONESIA

2. Pengungsi pasca-peristiwa disintegrasi Timor Timur

3. Perlawanan masyarakat Adat Molo terkait eksplorasi tambang marmer di Molo 4. Pemaksaan penggunaan alat kontrasepsi

2 laki-laki) Kolimon, Hendrik Boenga, Pendeta Paoina Bara Pa, Pendeta Yetty Leyloh, dan Galuh Wandita Prior, SVD (peneliti agama dan kebudayaan Candraditya Maumere) Desti Murdijana (komisioner Komnas Perempuan) Aceh (dialog publik)

24 Oktober 2013 1. Penculikan oleh TNI pada masa Operasi Militer di Aceh

2. Penyiksaan dan penahanan pada masa Operasi Militer di Aceh

4 orang (2 perempuan, 2 laki-laki)

Ichsan Malik Soraya Kamaruzaman (Flower Aceh) 50 orang Aceh (Dengar Kesaksian Tertutup)

27 Oktober 2013 1. Kekerasan oleh tentara pada masa Operasi Militer 1-2 di Aceh

2. Kekerasan oleh tentara pada masa Jeda Kemanusiaan hingga Darurat Sipil di Aceh

10 orang perempuan

Lies Marcoes dan Samsidar

-

-Jakarta 25 November 2013 Tema Kekerasan terhadap Perempuan

1. Penyiksaan pada masa Jeda Kemanusiaan hingga Darurat Sipil di Aceh

2. Kekerasan terhadap perempuan dalam Tragedi 1965 di Kupang

3. Kekerasan seksual terhadap perempuan dalam Tragedi 1965 di Yogyakarta 4. Kekerasan seksual di Hotel Flamboyan

selama masa invasi di Timor Timur 5. Eksploitasi seksual dalam konflik Poso 6. Kekerasan seksual dalam Tragedi Biak

Berdarah (1998)

7. Perlawanan perempuan Adat Sugapa terhadap PT Indorayon Utama, Sumatera Utara

7 orang perempuan Saparinah Sadli, Lies Marantika, Fien Djarangga Samsidar, dan Ichsan Malik Sjamsiah Achmad (mantan anggota KKP Indonesia-Timor Leste) Yuniyanti Chuzaifah (Ketua Komnas Perempuan) 200 orang

PENGANT

AR

19

selama masa invasi di Timor Timur

4. Anak-anak yang dipindah paksa ke Indonesia pada masa invasi di Timor Timur

5. Kekerasan seksual terhadap perempuan pada masa Operasi Keamanan di Papua

6. Penahanan dan Kerja Paksa pada masa Pepera Papua

Galuh Wandita Adiprasetyo (pegiat HAM, anggota Dewan Pers)

Jakarta 27 November 2013 Tema Ideologi dan Kebebasan Beragama 1. Diskriminasi terhadap agama Djawa Sunda

atau Sunda Wiwitan

2. Penahanan dan pembuangan ke Pulau Buru dalam Tragedi 1965

3. Penahanan dan penyiksaan pada Peristiwa Tanjung Priok (1984)

4. Penahanan dan penyiksaan dalam kasus Talangsari Lampung (1989)

5. Penyerangan terhadap penganut Ahmadiyah Lombok, Nusa Tenggara Barat

5 orang (2 perempuan, 3 laki-laki) Nani Nurrachman, Gomar Gultom, Elga Sarapung Imam Aziz, dan Dolorosa Sinaga Asvi Warman Adam (sejarawan) Nia Sjarifudin (Sekjen ANBTI) 150 orang

Jakarta 28 November 2013 Tema Sumber Daya Alam

1. Perlawanan masyarakat Desa Rumpin terhadap TNI Angkatan Udara di Bogor, Jawa Barat

2. Perampasan tanah Pengangonan dan kriminalisasi petani Desa Bogor, Indramayu 3. Kriminalisasi petani Badega, Garut, Jawa

Barat

4. Pencaplokan tanah adat untuk Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Bogor, Jawa Barat

5. Perampasan tanah warga untuk perluasan kebun sawit oleh Desa Rawah Indah oleh PT Agriandalas

6. Perlawanan petani tambak udang terhadap PT Dipasena, Lampung 7 orang (1 perempuan, 6 laki-laki) Jhoni Simanjuntak, Septer Manufandu, Noer Fauzi Rachman, Tati Krisnawaty, dan Ridha Saleh Mia Siscawati (akademisi) Siti Maemunah (aktivis advokasi tambang) 150 orang

MENEM

UKAN KEMBALI INDONESIA

oleh PT Inco, Luwu, Sulawesi Selatan Jakarta 29 November 2013 Tema Pembela Hak Asasi Manusia

1. Pembunuhan Fuad Muhammad Syarifuddin alias Udin di Yogyakarta

2. Pembunuhan Marsinah di Jawa Timur. 3. Penculikan Widji Tukul

4. Ancaman terhadap aktivis Papua, John Rumbiak

5. Membangun perdamaian pasca-konflik Ambon

6. Penculikan aktivis mahasiswa 1997/98 7. Pembunuhan aktivis HAM Munir

7 orang (3 perempuan, 4 laki-laki) Irawati Harsono, John Djonga, Miryam Nainggolan, Ichsan Malik, dan Elga Sarapung Poengky Indarti (Imparsial) 150 orang Papua (Dengar Kesaksian Tertutup)

9 Desember 2013 1. Pengungsian, penahanan, dan kerja paksa pada masa Pepera

2. Penahanan dalam peristiwa penaikan bendera Bintang Kejora (1980)

3. Penangkapan, penyiksaan, dan penahananan pada masa Operasi Militer di Biak (1980) 4. Penahanan dan penyiksaan pada masa

operasi militer di Kabupaten Jayapura (1980)

4 orang (2 perempuan, 2 laki-laki) Elga Sarapung, Fien Jarangga, Septer Manufandu, dan Imam Aziz -

-Dengar Kesaksian bertujuan, antara lain:

• Memberi ruang untuk korban dan penyintas, serta keluarganya, untuk

mengungkapkan pengalaman kekerasan yang telah dialami serta dampaknya.

• Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang akar masalah yang masih

membelenggu kehidupan berbangsa.

• Mendorong negara dan masyarakat untuk mengambil langkah konkret untuk

melindungi hak-hak korban.

Sesuai dengan prinsip-prinsip penghormatan terhadap korban, maka Dengar Kesaksian diselenggarakan dengan memprioritaskan keamanan bagi korban yang memberikan kesaksian. Dengar Kesaksian bukan menjadi tempat untuk

“menginterogasi” korban, namun menjadi ruang untuk mendengar dan berdialog. Dengar Kesaksian yang digelar KKPK mengadapatasi beberapa bentuk:

Berbasis Peristiwa atau Lokasi: Dengar Kesaksian ini menyediakan ruang bagi korban atau saksi untuk menceritakan kisah mereka agar pengalaman mereka diakui dan divalidasi. Korban juga diberi kesempatan untuk menyuarakan harapan dan tuntutan mereka. KKPK melakukan ini di Solo, Palu, Kupang, dan Jayapura.

Tematik: Dengan mengumpulkan kasus-kasus individu dengan tema kekerasan yang sama, proses ini memungkinkan KKPK untuk mengeksplorasi pola, akar penyebab, dan rekomendasi untuk perubahan. KKPK melakukan ini di Aceh, dengan tema kekerasan terhadap perempuan; di Jakarta, KKPK menggelar lima Dengar Kesaksian tematis, dengan tema-tema kunci yang telah mengemuka.

Terbuka: Apabila dimungkinkan, Dengar Kesaksian dilakukan secara terbuka, untuk memastikan proses pendidikan publik dan liputan media.

Tertutup: Dalam kondisi tertentu maka dimungkinkan untuk melakukan Dengar Kesaksian secara tertutup, khususnya untuk korban yang masih mengalami trauma yang mendalam. KKPK menggelar satu Dengar Kesaksian secara tertutup di Aceh, dengan tema kekerasan terhadap perempuan.

Akar Masalah. KKPK mencatat isu-isu kunci dan mengidentifikasi akar masalah dari proses Dengar Kesaksian tematis yang digelar di Jakarta selama 5 hari berturut-turut pada 25 sampai 29 November 2013. Pemahaman baru ini membantu proses penulisan laporan akhir. (Robby Noordian Al Wahidy)

Untuk memperkuat jangkauan Dengar Kesaksian tematis di Jakarta, KKPK bekerja

sama dengan Sorge (www.sorgemagz.com) yang melakukan live streaming selama

proses Dengar Kesaksian. Lebih dari 950 pengguna sosial media, menggunakan

berbagai metode untuk mengakses proses tersebut, termasuk lewat website KKPK

(http://kkpk.org/category/seputar-dengar-kesaksian/), Twitter (melalui akun @ koalisi_kkpk and @sorgemagz, tanda pagar #bicarabenar), Youtube12, dan Facebook.

Kampanye Media Sosial. KKPK mengunggah dokumentasi berbagai kegiatan Tahun Kebenaran ke wadah informasi online seperti Youtube, Website, dan Twitter. (Foto: KKPK)

12 http://www.youtube.com/channel/UCU4EyD0ueTlV0eFX9u7a2qg. Sampai penulisan laporan ini, video-video tersebut telah dikunjungi lebih dari 10.000 kali.

Seiring dengan Dengar Kesaksian, beberapa anggota KKPK juga mengunggah 16 video profil korban dan 10 studi kasus tematis tentang pelanggaran HAM. Video-video pendek ini kemudian ditautkan pada website KKPK sebagai acuan bagi publik yang ingin mengetahui pelanggaran HAM masa lalu. Video-video tersebut bisa dilihat di http://kkpk.org/category/publikasi/video/

Dampak

Proses Dengar Kesaksian yang digelar KKPK berhasil mengusik kesadaran bangsa tentang persoalan yang masih terhutang ini. Dari interaksi di dunia maya, terlihat antusiasme kalangan muda untuk mengikuti kisah-kisah para korban. Banyak kalangan muda yang baru memahami berbagai peristiwa kekerasan di masa lalu. Proses Dengar Kesaksian ini juga mendapat respon dari aparat negara, baik tingkat lokal maupun nasional. Di Palu, Walikota Palu yang hadir dalam proses Dengar Kesaksian menyatakan bahwa proses ini menjadi masukan penting baginya untuk membuat peraturan daerah yang dapat mendorong penyelesaian kasus korban kerja paksa yang terjadi di Palu pada tahun 1965-1967. Di Aceh, penyelenggaraan Dengar Kesaksian berjalan seiring dengan perumusan qanun Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) Aceh, sehingga juga menjadi sarana bagi konsolidasi korban sekaligus membangun komunikasi dengan anggota DPR Aceh. Respon negatif muncul dari pimpinan militer di Jawa Tengah yang mengeluarkan ancaman untuk menghancurkan kelompok-kelompok tertentu setelah mendengar tentang proses Dengar Kesaksian di Solo.

Setelah proses Dengar Kesaksian selesai, anggota KKPK dan perwakilan Majelis Warga menyampaikan hasil Dengar Kesaksian pada Ketua MPR Sidarto

Danusubroto, pada Desember 2013. Ketua MPR menyatakan penghargaan beliau atas keberanian para korban untuk memberikan kesaksian secara terbuka. Beliau menyatakan akan mendesak pemerintah untuk melakukan langkah konkret dalam penyelesaian pelanggaran HAM di masa lalu. Beliau juga menjanjikan komitmennya untuk menyampaikan rekomendasi ini pada Rapat Konsultasi dengan Presiden dan akan meneruskan pesan KKPK dalam sebuah forum dengan pimpinan redaksi berbagai media cetak pada 10 Desember 2014.

Pertemuan dengan Ketua MPR-RI. Perwakilan KKPK menyampaikan temuan dan rekomendasi Majelis Warga berdasarkan rangkaian Dengar Kesaksian yang diselenggarakan oleh KKPK kepada Ketua MPR-RI, Sidarto Danusubroto, Desember 2013. (Foto: KKPK)

Bagi para korban, proses Dengar Kesaksian merupakan kesempatan untuk bertemu korban yang lain, memberi penghormatan terhadap suara dan pengalaman mereka, dan berdialog dengan anggota KKPK dan Majelis Warga. Berikut adalah beberapa kesan dari korban:

• “Kami sangat merasa bahagia setelah bertemu semua yang tertindas, yang

dapat mengekspresikan [perasaan kami ini] membuat kami merasa tidak sendirian.” (Net Markus, Nusa Tenggara Timur)

• “Berbagi pengalaman. Bangga dan terharu.” (Maria de Fatima, TimorLeste)

• “Ke-47 [organisasi] anggota KKPK [terdiri dari] orang-orang yang luar biasa, mereka adalah pelita di tengah kegelapan, seteguk air saat haus, dan secercah harapan di hari esok. Lain kali diadakan di Papua.” (Chris Padwa, Papua)

• “Perlu dijaga komunikasi sesama peserta agar terus terjalin kebersamaan dan

tercipta kedamaian.” (Nofian Faiz, Lampung)

• “Baru sekali saya mengikuti pertemuan seperti ini. Bisa tahu masalah

pelanggaran HAM yang sesungguhnya, mendengar sendiri dari korban.” (Endang Lestari, Yogyakarta)

• “Saya merasa ada kesempatan berbicara untuk pertama kali dalam hidup saya.

• “[Ada] keseriusan untuk mengenang para korban yang hampir sirna.” (Jaya, Bengkulu)

• “[Kami] mengeluarkan kebenaran yang terpendam di hati.” (Ainon Mardiah,

Aceh)

• “Sungguh prihatin bahwa di negeri kita masih ada berbagai bentuk kekerasan.

Perlu diperhatikan pelanggaran HAM tak diragukan terjadi lagi ketika pemerintah memberi izin modal asing mengelola sumber daya alam kita.” (Mudjayin, Jakarta)

• “Merasa bergembira karena dihargai. Saya berdoa generasi penerus supaya

tetap semangat dan maju, tidak takut ancaman.” (Sri Wahyuningsih, Yogyakarta)

• “Bicara benar menjadi wadah semua korban. Kami merasa sudah terlupakan.

Ternyata masih ada yang mengenang dan menghargai.” (Marsini, Jawa Timur) Tentunya proses Dengar Kesaksian akan dinilai berkaitan dengan ada atau tidak adanya tindak lanjut yang bermakna dari proses ini.

Refleksi para Pemberi Kesaksian.Tulisan tangan para pemberi kesaksian yang mengungkapkan pandangan reflektif mereka setelah mengikuti rangkaian Dengar Kesaksian tematis KKPK di Jakarta.(Foto: Anne-Cècile Esteve)

Inisiatif Masyarakat Sipil untuk Kebenaran di Mancanegara