• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terkait penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terkait penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) - USD Repository"

Copied!
201
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TERKAIT

PENYAKIT DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Catharina Apriyani Wuryaningsih Heryanto

NIM : 108114053

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TERKAIT

PENYAKIT DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Catharina Apriyani Wuryaningsih Heryanto

NIM : 108114053

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

" Do not judge me by my successes, Judge me by how many times I fell down, and got back up again "

- Nelson Mandela -

" The best and the most beautiful things in the world cannot be seen or even touched They must be felt with the heart " - Helen Keller -

Karya kecil ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Mbah Kakung dan Mbah Putri

Papa dan Mama

Adik-adikku: Arnold, Pipi dan Manda

Sahabat-sahabatku: Nabil, Marcel, Gita, Reri, Ita

Friesca, Dedalu, Herta, Seruni, Ratri

Teman-teman FKK A 2010

Teman-teman Angkatan 2010 Serta

(6)
(7)
(8)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan pada Tuhan Yesus Kristus

karena hanya dengan anugerah, berkat, bimbingan, kasih dan pertolongan-Nya

penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt. selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan petunjuk, saran, bimbingan dan

motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

2. Seluruh responden yang ikut berpartisipasi selama dilaksanakannya

penelitan ini.

3. Seluruh pihak yang memberikan izin penelitian, para Dukuh, Ketua

RT/RW setempat.

4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. dan Bapak Enade Perdana

Istyastono, Ph.D., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran

dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Dekan dan segenap staf Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang

telah memfasilitasi penelitian ini.

6. Wuri, Ella, Dino sebagai teman seperjuanganku di skripsi ini, dan

teman-teman serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi

ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Yogyakarta,18 November 2014

(9)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

PRAKATA... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

INTISARI... xx

ABSTRACT... xxi

BAB I PENGANTAR... 1

A. Latar Belakang... 1

1. Permasalahan... 2

2. Keaslian Penelitian... 3

3. Manfaat Penelitian... 5

B. Tujuan Penelitian... 5

1. Tujuan Umum... 5

(10)

ix

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 7

A. Pengetahuan... 7

1. Pengertian... 7

2. Tingkatan Pengetahuan... 7

3. Pengukuran Pengetahuan... 8

B. Sikap dan Tindakan... 9

1. Pengertian... 9

2. Tingkatan Sikap dan Tindakan... 10

3. Pengukuran Sikap dan Tindakan... 11

C. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)... 12

1. Pengertian... 12

2. Epidemiologi... 12

3. Patofisiologi... 13

4. Faktor Resiko dan Penularan... 13

5. Vektor dan Virus Dengue... 14

6. Gejala... 14

7. Pencegahan... 15

8. Pengobatan... 16

D. Kuesioner... 16

1. Pengertian... 16

2. Rancangan Kuesioner... 17

(11)

x

E. Validitas... 19

1. Pengertian... 19

2. Jenis-Jenis Validitas... 20

F. Seleksi Aitem... 21

1. Seleksi Aitem dalam Penyusunan Aitem... 21

2. Korelasi Aitem Total... 21

3. Pemilihan Aitem berdasarkan Korelasi Aitem Total... 22

G. Reliabilitas... 23

1. Pengertian... 23

2. Pengukuran Reliabilitas dengan Metode Chronbach-Alpha... 24

H. Sampling... 25

1. Pengertian... 25

2. Teknik Sampling... 25

I. Landasan Teori... 26

J. Hipotesis Penelitian... 27

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 28

B. Variabel dan Definisi Operasional... 28

1. Variabel... 28

2. Definisi Operasional... 28

C. Responden Penelitian... 30

D. Sampling... 30

(12)

xi

F. Bahan Penelitian... 31

G. Waktu Penelitian... 33

H. Tata Cara Penelitian... 33

1. Penentuan Lokasi... 33

2. Pengurusan Izin Penelitian... 34

3. Penyusunan Kuesioner... 34

4. Uji Validitas Konten... 35

5. Uji Pemahaman Bahasa... 36

6. Uji Kualitas Instrumen Pada Masyarakat... 37

7. Pengolahan Data (Skoring dan Data Entry)... 38

8. Uji Reliabilitas Instrumen dan Seleksi Aitem... 38

I. Kelemahan Penelitian... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44

A. Uji Validitas Konten... 44

1. Aspek Pengetahuan... 44

2. Aspek Sikap... 51

3. Aspek Tindakan... 57

B. Uji Reliabilitas Instrumen... 65

1. Aspek Pengetahuan... 65

2. Aspek Sikap... 67

3. Aspek Tindakan... 68

(13)

xii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 73

A. Kesimpulan... 73

B. Saran... 73

DAFTAR PUSTAKA... 74

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I Persebaran Pernyataan Favorable dan Unfavorable pada Pokok Bahasan Pengetahuan, Sikap danTindakan... 33

Tabel II Perbandingan Nilai α Sebelum dan Sesudah Seleksi Aitem

Pernyataan Tiap Aspek Kuesioner pada Setiap Uji Reliabilitas

Instrumen... 69

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar1. Jumlah Responden Tiap Pengujian Berdasarkan Kriteria

Inklusi dan Eksklusi... 30

Gambar 1. Gambar Alur Penelitian Secara Keseluruhan... 40

Gambar 2. Gambar Alur Tata Cara Uji Kelayakan Konten Instrumen... 41

Gambar 3. Gambar Alur Tata Cara Uji Reliabilitas Instrumen... 42

Gambar 4. Alur Pengujian Validitas Konten Aspek Pengetahuan... 50

Gambar 5. Alur Pengujian Validitas Konten Aspek Sikap... 56

Gambar 6. Alur Pengujian Validitas Konten Aspek Tindakan... 63

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Bappeda... 77

Lampiran 2 Surat Perpanjangan Izin Penelitian dari Bappeda... 78

Lampiran 3 Surat Izin melakukan Penelitian di Desa Maguwoharjo... 79

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten I Aspek Pengetahuan... 80

Lampiran 5 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten I Aspek Sikap... 82

Lampiran 6 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten I Aspek Tindakan... 83

Lampiran 7 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten I... 84

Lampiran 8 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten II Aspek Pengetahuan... 85

Lampiran 9 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten II Aspek Sikap ... 87

Lampiran 10 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten II Aspek Tindakan... 88

Lampiran 11 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten II... 89

Lampiran 12 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten II... 90

Lampiran 13 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten III Aspek Pengetahuan... 91

Lampiran 14 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten III Aspek Sikap ... 93

Lampiran 15 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten III Aspek Tindakan... 94

(17)

xvi

Lampiran 17 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten III... 96

Lampiran 18 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten IV Aspek Pengetahuan... 97

Lampiran 19 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten IV Aspek Sikap ... 99

Lampiran 20 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten IV Aspek Tindakan... 100

Lampiran 21 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten IV... 101

Lampiran 22 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten IV... 102

Lampiran 23 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten V Aspek Pengetahuan... 103

Lampiran 24 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten V Aspek Sikap ... 105

Lampiran 25 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten V Aspek Tindakan... 106

Lampiran 26 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten V... 107

Lampiran 27 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VI Aspek Pengetahuan... 108

Lampiran 28 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VI Aspek Sikap ... 110

Lampiran 29 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VI Aspek Tindakan... 111

Lampiran 30 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten VI... 112

Lampiran 31 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VII Aspek Pengetahuan... 113

(18)

xvii

Sikap ... 115

Lampiran 33 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VII Aspek Tindakan... 116

Lampiran 34 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten VII... 117

Lampiran 35 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VIII Aspek Pengetahuan... 118

Lampiran 36 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VIII Aspek Sikap ... 119

Lampiran 37 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VIII Aspek Tindakan... 120

Lampiran 38 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten VIII... 121

Lampiran 39 Penelitian Uji Validitas Konten IX Aspek Pengetahuan... 122

Lampiran 40 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten IX Aspek Sikap ... 123

Lampiran 41 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten IX Aspek Tindakan... 124

Lampiran 42 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten IX... 125

Lampiran 43 Rangkuman Hasil Uji Validitas Konten Aspek Pengetahuan... 126

Lampiran 44 Rangkuman Hasil Uji Validitas Konten Aspek Sikap... 128

Lampiran 45 Rangkuman Hasil Uji Validitas Konten Aspek Tindakan.. 130

Lampiran 46 Resume Hasil Uji Pemahaman Bahasa... 132

Lampiran 47 Kuesioner Uji Pemahaman Bahasa Aspek Pengetahuan.... 133

Lampiran 48 Kuesioner Uji Pemahaman Bahasa Aspek Sikap... 134

Lampiran 49 Kuesioner Uji Pemahaman Bahasa Aspek Tindakan... 135

(19)

xviii

Lampiran 51 Besar Skor untuk masing-masing Tanggapan Tiap Aitem Aspek Pengetahuan pada Uji Reliabilitas Instrumen I... 137

Lampiran 52 Hasil Uji Korelasi Point Biserial untuk Aitem Aspek Pengetahuan pada Uji Reliabilitas Instrumen I... 141

Lampiran 53 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Seleksi Aitem pada Uji

Reliabilitas I... 142

Lampiran 54 Kuesioner Penelitian Aspek Pengetahuan Uji Reliabilitas Instrumen II... 143

Lampiran 55 Besar Skor untuk masing-masing Tanggapan Tiap Aitem Aspek Pengetahuan pada Uji Reliabilitas Instrumen II... 144

Lampiran 56 Hasil Uji Korelasi Point Biserial untuk Aitem Aspek Pengetahuan pada Uji Reliabilitas Instrumen II... 148

Lampiran 57 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Seleksi Aitem pada Uji

Reliabilitas II... 149

Lampiran 58 Kuesioner Penelitian Aspek Pengetahuan Uji Reliabilitas Instrumen III... 150

Lampiran 59 Besar Skor untuk masing-masing Tanggapan Tiap Aitem Aspek Pengetahuan pada Uji Reliabilitas Instrumen III.... 152

Lampiran 60 Hasil Uji Korelasi Point Biserial untuk Aitem Aspek Pengetahuan pada Uji Reliabilitas Instrumen III... 156

Lampiran 61 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Seleksi Aitem pada Uji

Reliabilitas I... 157

Lampiran 62 Kuesioner Penelitian Aspek Sikap Uji Reliabilitas Instrumen I... 158

Lampiran 63 Besar Skor untuk masing-masing Tanggapan Tiap Aitem Aspek Sikap pada Uji Reliabilitas Instrumen I... 159

(20)

xix

Lampiran 65 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Sikap Sebelum dan Sesudah Seleksi Aitem pada Uji Reliabilitas I... 162

Lampiran 66 Kuesioner Penelitian Aspek Sikap Uji Reliabilitas Instrumen II... 163

Lampiran 67 Besar Skor untuk masing-masing Tanggapan Tiap Aitem Aspek Sikap pada Uji Reliabilitas Instrumen II... 164

Lampiran 68 Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment untuk Aitem Aspek Sikap pada Uji Reliabilitas Instrumen II... 166

Lampiran 69 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Sikap Sebelum dan Sesudah Seleksi Aitem pada Uji Reliabilitas II... 167

Lampiran 70 Kuesioner Penelitian Aspek Tindakan Uji Reliabilitas Instrumen I... 168

Lampiran 71 Besar Skor untuk masing-masing Tanggapan Tiap Aitem Aspek Tindakan pada Uji Reliabilitas Instrumen I... 169

Lampiran 72 Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment untuk Aitem Aspek Tindakan pada Uji Reliabilitas Instrumen I 171

Lampiran 73 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Tindakan Sebelum dan Sesudah Seleksi Aitem pada Uji

Reliabilitas II... 172

Lampiran 74 Instrumen Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siap Pakai... 173

(21)

xx

INTISARI

Validitas dan reliabilitas merupakan aspek psikometrik yang menentukan kualitas dari suatu instrumen. Tujuan penelitian ini adalah pengembangan instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terkait penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). Hasil penelitian ini adalah instrumen yang valid secara konten dan reliabel.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan cross-sectional dan dengan metode pengambilan sampel secara

purposive sampling. Penelitian dilakukan dengan menyebar kuesioner sebanyak 195 kepada responden di Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Yogyakarta.

Uji validitas konten dilakukan dengan penilaian oleh experts judgement

yaitu seorang apoteker dan dua orang dokter. Uji reliabilitas dilakukan dengan metode Chronbach Alpha melalui single trial admnistration. Seleksi aitem dilakukan berdasarkan uji korelasi Point Biserial untuk aitem pengetahuan sedangkan pada aitem sikap dan tindakan digunakan uji korelasi Pearson Product Moment.

Hasil penelitian ini adalah suatu instrumen dengan 20 aitem pernyataan pengetahuan, 15 aitem pernyataan sikap dan 15 aitem pernyataan tindakan valid secara konten dan reliabel dengan nilai α > 0.6, dan disimpulkan bahwa instrumen dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

(22)

xxi

ABSTRACT

Validity and reliability are psycometric aspects that determine quality of an instrument. The aim of this study is to develop an instrument in order to measure knowledge, attitude and behavior of comunnity related to Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). The result of this study is an instrument, which is valid in content and reliable.

This is an experimental study using cross sectional design with a purposive sampling method. It is done by spreading questionnaires to 195 respondents in Maguwoharjo District, Depok, Yogyakarta.

The content validity is measure by experts judgement from one pharmacist and two doctors. The reliability is measure by using Chronbach Alpha method through single trial administration. Item selection is measure by Point Biserial correlation test for knowledge and Pearson Product Moment correlation test for attitude and behavior items.

The result of the study is an instrument with 20 knowledge aspects, 15 attitude aspects, and 15 behavior aspects, are valid in content and reliable with α > 0,6. Therefore, the instrument can be used for further study.

(23)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penelitian merupakan suatu proses untuk melakukan pengukuran. Salah

satu metode pengukuran yang umum digunakan adalah dengan menggunakan

suatu instrumen. Instrumen yang sering digunakan dalam penelitian sosial adalah

kuesioner.

Sugiyono (2008) mengatakan bahwa kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien dan dilakukan dengan cara memberi pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden. Patton (2002) mengatakan bahwa

validitas dan reliabilitas merupakan dua faktor kualitatif yang harus peneliti

pertimbangkan dalam merancang suatu studi, menganalisis hasil dan menentukan

kualitas dari suatu penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka kuesioner harus

memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Menurut Arikunto (2006) ketika

suatu instrumen yang valid dan reliabel maka instrumen tersebut memiliki

kesimpulan yang tidak keliru dan memberikan gambaran yang tidak jauh berbeda

dengan keadaan yang sebenarnya.

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut

benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas adalah

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kesahihan suatu alat ukur. Uji

validitas dapat berupa validitas isi, validitas muka, dan validitas konstruk (Dahlan,

(24)

2

subjek penelitian dalam menjawab setiap item dalam kuesioner. Sehingga jika

kuesioner bersifat reliabel maka data yang dihasilkan dapat dipercaya (Azwar,

2013). Maka dari itu, validitas dan reabilitas suatu instrumen sangat penting

khususnya dalam penelitian ini kuesioner, maka peneliti terdorong untuk

menghasilkan suatu kuesioner yang valid dan reliabel.

Menurut data Dinkes DIY pada tahun 2011 kasus Dengue Haemorrhagic

Fever (DHF) sebanyak 166 kasus, dan kasus meningkat menjadi 17,4% pada

tahun 2012 yaitu 236 kasus. Pada tahun 2013 kasus DHF mengalami peningkatan

signifikan, dengan jumlah sebanyak 2.463 kasus di lima kabupaten atau kota.

Jumlah kasus terbanyak di Kabupaten Bantul yaitu 865 kasus, Kota Yogyakarta

780 kasus, Kabupaten Sleman 455 kasus, Kabupaten Gunung Kidul 264 kasus dan

Kabupaten Kulon Progo 99 kasus. Berdasarkan data tersebut maka DHF dipilih

sebagai pokok bahasan untuk dianalisis dalam uji validitas dan reliabilitas

instrumen pada penelitian ini.

1. Permasalahan

Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan

masyarakat terkait penyakit DHF yang dihasilkan valid secara konten?

b. Apakah instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan

masyarakat terkait penyakit DHF yang dihasilkan reliabel?

c. Seperti apakah formulasi instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap

dan tindakan terkait penyakit penyakit DHF yang valid secara konten dan

(25)

2. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian

yang khusus mengenai pengembangan instrumen guna mengukur pengetahuan,

sikap dan tindakan masyarakat usia produktif terkait penyakit DHF belum

pernah dilakukan sebelumnya. Terdapat beberapa penelitian yang mirip, antara

lain :

a) Aboesina Sidiek (2012) penelitian ini menunjukan pentingnya partisipasi

masyarakat, peran ibu adalah sebagai ibu rumah tangga, sehingga

pengetahuan seorang ibu terkait DBD dan pencegahannnya sangatlah

penting. Jika seorang ibu memiliki pengetahuan yang cukup, maka

keluarga termasuk anak pun dapat terhindar dari faktor resiko penyakit

DBD. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan case control dan metode

observasional analitik. Perbedaan dengan penelitian yang akan

dilaksanakan ini adalah jenis penelitian eksperimental dengan rancangan

cross-sectional dan metode purposive sampling. Objek dan lokasi

penelitian berbeda yaitu kuesioner dan di Desa Maguwoharjo, responden

penelitian adalah masyarakat di Desa Maguwoharjo. Variabel bebas adalah

aitem kuesioner dan variabel tergantung adalah validitas konten dan

reliabilitas. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan instrumen

pengukuran yang valid secara konten dan reliabel.

b) Dina Marini (2009) penelitian ini tentang gambaran pengetahuan, sikap

dan tindakan keluarga mengenai DBD di Kelurahan Padang Bulan,

(26)

4

deskriptif. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan ini antara

lain jenis penelitian eksperimental dengan rancangan cross-sectional dan

metode purposive sampling. Objek dan lokasi penelitian berbeda yaitu

kuesioner dan di Desa Maguwoharjo, responden penelitian adalah

masyarakat di Desa Maguwoharjo. Variabel bebas adalah aitem kuesioner

dan variabel tergantung adalah validitas secara konten dan reliabilitas

kuesioner. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan instrumen

pengukuran yang valid secara konten dan reliabel.

c) Fenny Aztartari (2007) penelitian ini menggambarkan hubungan antara

tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tekait pencegahan

penyakit Demam Berdarah Dengue. Penelitian ini memiliki rancangan

cross-sectional dengan metode proportional simple random sampling.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan ini antara lain jenis

penelitian eksperimental dengan rancangan cross-sectional dan metode

purposive sampling. Objek dan lokasi penelitian berbeda yaitu kuesioner

dan di Desa Maguwoharjo, responden penelitian adalah masyarakat di

Desa Maguwoharjo. Variabel bebas adalah aitem kuesioner dan variabel

tergantung adalah validitas secara konten dan reliabilitas kuesioner.

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan instrumen pengukuran yang

valid secara konten dan reliabel.

Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian bukan berupa hasil

(27)

memenuhi syarat reliabilitas kuesioner, sehingga dapat langsung digunakan

sesuai tujuan pengukuran pada penelitian terkait DHF selanjutnya.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoretis. Instrumen dapat memberikan kontribusi aitem untuk

tiap domain pengukuran, yakni pengetahuan, sikap dan tindakan

masyarakat terkait penyakit DHF sehingga memberikan hasil yang lebih

komprehensif.

b. Manfaat Praktis. Hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen ini

dapat dijadikan bahan evaluasi untuk penyusunan materi edukasi DHF

pada masyarakat.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menyusun instrumen pengukuran pengetahuan, sikap dan tindakan

masyarakat terkait penyakit DHF yang valid secara konten dan reliabel.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini memiliki tujuan khusus sebagai berikut:

a. Menghasilkan instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan

tindakan masyarakat terkait penyakit DHF yang valid secara konten.

b. Menghasilkan instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan

(28)

6

c. Menyusun formulasi instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap

dan tindakan masyarakat terkait penyakit DHF yang valid secara konten

(29)

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil 'tahu' dan merupakan pandangan subyek

terhadap stimulus yang diterima setelah melakukan pengindraan tertentu

kemudian dikenal, dipahami dan menimbulkan pembentukan sikap dan

tindakan. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: Indra

pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan ini dapat

diperoleh melalui pengalaman sendiri maupun dari orang lain. Pengetahuan

juga dapat diperoleh dengan cara tradisional (non-ilmiah) ataupun dengan cara

ilmiah (modern) yang dilakukan dengan penelitian (Notoatmodjo, 2011).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam proses pembentukan tindakan seseorang (ovent behavior). Dari

pengalaman dan penelitian, perilaku yang didasari oleh pengetahuan seseorang

akan lebih bertahan lama pada seseorang, jika dibandingkan dengan perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan (Wawan dan Dewi, 2011).

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yakni: Tahu (know)

diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Memahami (comprehension) adalah kemampuan menjelaskan secara benar

(30)

8

secara benar. Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebanarnya. Analisis

(analysis) merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2011).

Seorang individu dapat dikatakan tahu apabila ia dapat merespon

secara lisan maupun tertulis dengan memberikan jawaban terkait suatu topik

tertentu. Respon berupa jawaban inilah yang disebut dengan pengetahuan.

Pengetahuan diukur dengan menentukan tingkatan sebagai berikut: Bobot I

adalah individu tahu dan paham; Bobot II adalah individu dapat tahu,

memahami hingga mengaplikasikan serta menganalisisnya; Bobot III adalah

individu dapat tahu memahami, hingga mengaplikasikan, menganalisisnya

hingga melakukan sintesis dan evaluasi (Budiman dan Riyanto, 2013).

3. Pengukuran Pengetahuan

Ranah pengetahuan biasa disebut sebagai ranah kognitif, ranah

kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual seperti:

Pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Wawancara

(31)

pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang (Budiman dan

Riyanto, 2013).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2011).

Hasil pengukuran pengetahuan dikategorikan menjadi 3, yaitu:

Apabila (a) skor 76-100% dikatakan baik, (b) skor 56-75% dikatakan sedang

dan (c) skor < 56% dikatakn buruk (Arikunto, 2006).

B.Sikap dan Tindakan 1. Pengertian

Sikap adalah bentuk pernyataan seseorang terhadap hal-hal yang

ditemuinya, seperti benda, oran g maupun fenomena. Sikap membutuhkan

stimulus untuk menghasilkan respon. Adapun respon dari sikap ini akan sangat

tergantung pada setiap individu, apabila individu tersebut tertarik maka ia akan

mendekat dan apabila tidak suka maka ia akan merespon sebaliknya. Sikap

dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu sikap yang memihak atau

mendukung (favourable) atau sikap yang sebaliknya (unfavourable). Sikap

akan sangat mempengaruhi kesiapan individu untuk memberikan respon

terhadap suatu objek (Budiman dan Riyanto, 2013).

Aspek lain yang diukur dalam penelitian ini adalah tindakan atau yang

juga dikenal dengan perilaku. Tindakan atau perilaku merupakan mekanisme

(32)

10

mewujudkan suatu tindakan, tindakan adalah wujud dari sikap yang nyata

(Notoatmodjo, 2011).

Tindakan atau perilaku merupakan respon individu terhadap suatu

stimulus atau merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai

frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku

merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan dan

Dewi, 2011).

2. Tingkatan Sikap dan Tindakan

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yakni, pertama menerima

(receiving) di artikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan. Kedua, merespon (responding) adalah tindakan individu yang

berupa memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan. Ketiga menghargai (valuing) adalah tindakan yang

berupa mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan masalah.

Keempat merupakan bertanggung jawab (ressponsible) bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah dipilih individu tersebut (Wawan dan Dewi, 2011).

Tindakan juga terbagi atas beberapa tingkatan, yaitu: Persepsi

(perception), respon terpimpin, mekanisme dan adaptasi. Persepsi (perception)

adalah mengenal dan memilih berbagai objek yang akan dilakukan. Respon

terpimpin adalah melakukan segala sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

Mekanisme adalah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis. Adaptasi

adalah tingkat terakhir yang merupakan suatu praktek atau tindakan yang

(33)

3. Pengukuran Sikap dan Tindakan

Pengukuran terhadap aspek sikap dapat dilakukan secara langsung dan

tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pertanyaan responden terhadap suatu objek. Sikap temasuk dalam ranah

afektif, ranah afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek

perasaan dan emosi seperti: Minat, sikap, apresiasi dan cara menyesuaikan diri.

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam

ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan),

merespons, menghargai, mengorganisasi dan menghayati. Tindakan merupakan

ranah tingkah laku. Ranah tingkah laku disebut juga dengan ranah psikomotor

yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek keterampilan

motorik seperti: Mengerjakan, memasang, membuat, dan sebagainya. Dalam

penelitian, sikap dan tindakan diukur menggunakan kalimat pertanyaan atau

pernyataan dalam bentuk skala Likert (Budiman dan Riyanto, 2013).

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,

fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang

selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Variabel dalam skala Likert

akan dijabarkan dalam indikator variabel. Indikator tersebut akan dijadikan

sebagai titik tolak untuk menyusun aitem-aitem instrumen yang dapat berupa

pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap aitem instrumen terdiri dari dua

(34)

12

tidak setuju dan sangat tidak setuju. Jawaban tersebut diberi skor lima, empat,

tiga, dua dan satu (Sugiyono, 2014).

Hasil pengukuran sikap dikategorikan sama dengan pengetahuan,

yaitu: Apabila (a) skor 76%-100% dikatakan baik, (b) skor 56-75% dikatakan

sedang dan (c) < 56% dikatakan buruk (Arikunto, 2006).

C. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) 1. Pengertian

Penyakit demam berdarah disebut juga Dengue Haemorrhagic Fever

(DHF) karena disertai gejala demam dan perdarahan, sedangkan penyebabnya

adalah virus yang tergolong virus Dengue (Soemirat, 2011).

Dengue adalah penyakit virus mosquito borne yang persebarannya

paling cepat. Dalam lima puluh tahun terakhir, insidensi penyakit meningkat

tiga puluh kali dan menyebar secara geografis ke negara yang sebelumnya

belum terjangkit. Menurut data World Health Organization (WHO) 1955-2007,

didapatkan lima puluh juta infeksi dengue setiap tahunnya dan terdapat 2,5

miliar orang yang hidup di negara endemis (WHO, 2009).

2. Epidemiologi

Dari 2,5 miliar populasi masyarakat di negara endemis, sekitar 1,8

miliar tinggal di daerah Asia Tenggara dan Pasifik barat. Di daerah Asia

Tenggara, dengue telah menjadi masalah kesehatan publik di Indonesia,

Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste yang diketahui daerah

(35)

aegypti menyebar secara merata baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.

DBD telah menjadi penyakit berpotensi tinggi menjadi penyebab kematian

pada anak (Soedarto, 2012).

3. Patofisiologi

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DEN), yang termasuk

dalam genus flavivirus. Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti sehingga masuk ke dalam aliran darah. Virus kemudian

dibawa oleh aliran darah dan beredar ke seluruh tubuh, dan menyebabkan virus

tersebut menyerang organ di dalam tubuh. Organ yang diserang berupa sistem

gastrointestinal, hepar, pembuluh darah dan reaksi imunologi. DHF kemudian

dibagi menjadi beberapa tahapan berdasarkan tingkat keparahan yang

disebabkan oleh virus dengue tersebut, yaitu derajat I, II, III dan IV (Soedarto,

2012).

4. Faktor Resiko dan Penularan

Dengue di Indonesia memiliki siklus epidemik setiap sembilan hingga

sepuluh tahunan. Hal ini terjadi karena perubahan iklim yang berpengaruh

terhadap kehidupan vektor, diluar faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

Perubahan iklim menyebabkan perubahan curah hujan, kelembaban suhu, arah

udara sehingga berefek terhadap ekosistem daratan dan lautan serta

berpengaruh terhadap kesehatan terutama terhadap perkembangan vektor

penyakit seperti nyamuk Aedes, malaria dan lainnya. Selain itu, faktor perilaku

(36)

14

Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor pertambahan jumlah penduduk dan faktor

peningkatan mobilitas penduduk yang sejalan dengan membaiknya sarana

transportasi menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin

luas (Depkes RI, 2010).

5. Vektor dan Virus Dengue

Penyakit DHF atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan

penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh

nyamuk Aedes aegyepti. Nyamuk tersebut hidup dan berkembang biak

disekitar rumah dan tempat kerja (Depkes RI, 2010). Penyakit ini ditemukan di

daerah tropis dan sub tropis, terutama pada daerah perkotaan dan area

semi-urban (WHO, 2009).

6. Gejala

DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat virus

dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang

tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegalida dan tanda-tanda kegagalan

sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat

dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kebocoran. Tiap tingkat

derajat DBD secara klinis memiliki beberapa ciri, yaitu: Derajat I atau ringan,

pada tahapan ini gejala yang dialami adalah demam mendadak selama 2-7 hari

disertai gejala klinis lain dengan menifestasi perdarahan teringan yaitu uji

touriquet positif. Derajat II atau sedang merupakan tahapan selanjutnya, gejala

(37)

parah, seperti: Ptikie, pupura, ekimosisdan dan perdarahan konjungtiva. Derajat

III, gejala yang dialami adalah perdarahan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan

tekanan menurun (20mmHg), kulit dingin dan lembab, gelisah. Derajat IV

adalah tahapan terakhir dari DHF dan gejala yang dialami sebagai gejala akhir

adalah Dengue Syok Syndrom (DSS) dengan nadi dan tekanan darah yang

tidak terukur (Soegijanto, 2012).

7. Pencegahan

Untuk mencegah dan mengurangi penularan virus dengue tindakan

yang sangat penting adalah melakukan pemberantasan nyamuk Aedes aegypti

untuk menghambat terjadinya kontak antara nyamuk dewasa dan manusia.

Beberapa kegiatan pencegahan terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes

aegypti dengan metoda pengendalian vektor, antara lain: Pertama adalah

pemberantasan larva (Larvasida) dengan menggunakan larvasida terhadap

wadah yang sulit dibersihkan. Kedua, pemberantasan nyamuk dewasa

(Imagosida) dengan cara penggunaan penyemprotan tangan (residual

treatment), semprotan ruangan (space spraying). Ketiga, pengendalian biologi

dengan penggunaan organisme-organisme yang hidup parasitik pada nyamuk

Aedes aegypti, antara lain udang-udangan (Mesocyclops), ikan cupang

(Ctenops vittatus). Keempat adalah penanganan lingkungan: dengan

dilakukannya pemusnahan habitat agar tidak menjadi sarang nyamuk Aedes

(38)

16

8. Pengobatan

Pengobatan DBD adalah dengan terapi suportif karena DBD dapat

sembuh dengan sendirinya. Pengobatan suportif DBD adalah dengan

penggantian cairan dengan minum banyak dan banyak istirahat. Terapi

simptomatik diberikan dengan cara obat penurun panas (Soedarto, 2012).

Pengobatan suportif yang dapat dilakukan oleh pasien karena DBD

antara lain adalah: (a) Pasien harus banyak mengkonsumsi banyak air mneral

dan beristirahat cukup, (b) pasien dapat meminum obat antipiretik untuk

mengkontrol suhu tubuh, (c) pasien tidak boleh meminum obat aspirin dan

obat nonsteroidal karena dapat meyebabkan peningkatan perdarahan, (d)

memantau agar tidak terjadi dehidrasi (CDC, 2009).

D. Kuesioner 1. Pengertian

Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan

untuk tujuan khusus yang memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data

mengenai pengetahuan, skiap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik utama dari

orang-orang di dalam organisasi, serta pendapat dari responden yang dipilih.

Dalam konteks statistik, kuesioner merupakan alat pengumpul data dari teknik

pengumpulan data angket (Budiman dan Riyanto, 2013).

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi pertanyaan/pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien jika

(39)

diharapkan dari responden. Kuesioner cocok digunakan jika jumlah responden

cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa

pertanyaan/pernyataan tertutup ataupun terbuka, dapat diberikan kepada

responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau media elektronik

misalnya melalui internet. Adanya kontak langsung antara peneliti dengan

responden akan menciptakan kondisi yang cukup baik, sehingga responden

dengan sukarela akan memberikan data objektif dan cepat (Sugiyono, 2008).

2. Rancangan Kuesioner

Kuesioner adalah serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada

responden guna mengumpulkan informasi dari responden mengenai objek

yang sedang diteliti, baik berupa pendapat, tanggapan, ataupun dirinya

sendiri. Daftar pertanyaan yang diajukan harus disusun secara taktis dan

strategik sehingga mampu menyaring informasi yang dibutuhkan oleh

responden (Nasir, Muhith, dan Ideputri, 2011).

Kuesioner merupakan salah satu instrumen tes psikologis yang harus

dirancang melalu beberapa tahapan tertentu untuk dapat digunakan sesuai

dengan tujuan penelitian Peyusunan instrumen diawali dengan

mengembangkan suatu konsep (konseptualisasi) yang teliti mengenai domain

yang akan diukur, yang mengacu pada suatu literatur (Profetto-McGrath dkk.,

2010).

Tahapan dalam suatu perancangan tes tersebut antara lain adalah (a)

pendefinisian tes, (b) penyusunan spesifikasi tes, (c) metode penskalaan, (d)

(40)

18

instrumen, (h) analisis aitem, (i) uji validitas dan reliabilitas, (j) penyusunan

manual dan penerbitan tes (Supratiknya, 2014).

Kisi-kisi atau biasa juga disebut sebagai tabel spesifikasi tes

merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat.

Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga dalam menulis soal

akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya sama. Terdapat

empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu: (1) Menulis

standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) menentukan indikator, (3)

membuat daftar pokok bahasan subpokok bahasan yang akan diujikan, (4)

menentukan jumlah butir soal tiap pokok bahasan dan subpokok bahasan

(Widoyoko, 2012).

3. Syarat Kuesioner

Kuesioner merupakan alat yang penting dalam pengumpulan data, agar

memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kuesioner berisi

sejumlah pernyataan atau pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh

responden. Penyusunan kuesioner yang akan dijawab oleh responden ini perlu

memerhatikan beberapa hal, antara lain: Pada awal kuesioner harus diberikan

pengantar dan petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir pernyataan dirumuskan

secara jelas. Ketiga, harus disediakan kolom yang cukup bagi responden untuk

menuliskan jawaban atau respon (Sukmadinata, 2012).

Dalam membuat kuesioner penelitian, peneliti juga harus mengacu pada

(a) teori variabel penelitian, (b) petunjuk jelas mengenai maksud diberikannya

(41)

mudah dimengerti dan tidak memiliki arti bias, (e) mengindari pernyataan tidak

jelas, tidak perlu, dan tidak relevan, (f) menghindari pertanyaan yang

memerikan sugesti, bernada menekan atau mengancam, (g) menggunakan

urutan yang logis, (h) merahasiakan identitas responden agar responden dapat

menjawab secara objektif (Budiman dan Riyanto, 2013).

E. Validitas 1. Pengertian

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan instrumen tersebut

benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji ini digunakan untuk mengetahui

kelayakan butir-butir pernyataan dalam suatu daftar pernyataan dalam

mendefinisikan suatu variabel (Notoatmodjo,2011).

Validitas akan menunjukkan tingkat-tingkat validitas atau kesahihan

sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas

tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang

rendah. Instrumen yang memiliki validitas yang tinggi maka instrumen tersebut

dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur. Dengan kata lain,

validitas berkaitan dengan "ketepatan" pada instrumen. Instrumen yang valid

akan menghasilkan data yang valid pula (Widoyoko, 2012).

Secara garis besar tipe validitas digolongkan dalam tiga kategori

besar, yaitu validitas isi (content validity), validitas konstrak (construct

validity) dan validitas yang berdasar kriteria (criterion-related validity)

(42)

20

2. Jenis-Jenis Validitas

Validitas konstrak mengacu pada sejauh mana suatu instrumen

mengukur konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi dasar penyusunan

kuesioner. Validitas konstrak ini akan membuktikan apakah hasil pengukuran

yang diperoleh melalui aitem-aitem instrumen bekorelasi tinggi dengan

konstrak teoritik yang mendasari penyusunan instrumen tersebut, apakah skor

yang diperoleh mendukung konsep teoritik yang diinginkan oleh tujuan

pengukuran semula (Widoyoko, 2012).

Validitas berdasarkan kriteria berkenaan dengan tingkat ketepatan

instrumen mengukur segi yang akan diukur dibandingkan dengan hasil

pengukuran dengan instrumen lain yang menjadi kriteria. Instrumen yang akan

menjadi kriteria adalah instrumen yang sudah menjadi standar. Validitas

kriteria dihitung dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh dari penggunaan

instrumen tersebut dengan skor dari instrumen lain yang menjadi kriteria

(Sukmadinata, 2012).

Validitas isi menunjukan sejauhmana kelayakan suatu instrumen

sebagai sampel dari domain aitem yang hendak diukur. Validitas isi menjadi

utama dan penting terutama dalam pengukuran (Ley, 2007).

Validitas isi menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas atau butir

dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan

proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Artinya tes

mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang

(43)

Pada penelitian ini dilakukan uji validitas isi yang menjadi utama dan

penting dalam pengukuran. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi

lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis

rasional oleh panel yang berkompeten atau melalu experts judgement (Azwar,

2013). Para ahli akan menganalisis aitem suatu instrumen, apakah aitem

tersebut akan merepresentasikan keseluruhan konten secara hipotetik dengan

proporsi yang sesuai (Profetto-McGrath dkk., 2010).

F. Seleksi Aitem 1. Seleksi Aitem dalam Penyusunan Aitem

Seleksi aitem memiliki kaitan dengan reliabilitas suatu instrumen dalam

penelitian ini. Seleksi aitem didasarkan pada parameter yang telah ditentukan

oleh peneliti. Pemilihan aitem yang efektif akan dilakukan berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu, seperti: Panjang tes, content atau isi tes, korelasi aitem

total, taraf kesukaran dan efektivitas masing-masing aitem (Supratiknya, 2014).

Prinsip dasar seleksi aitem adalah memilih aitem yang menunjukkan

fungsi sesuai fungsi ukur tes sebagaimana tujuan pengukuran yang telah

disusun sebelumnya. Aitem yang terseleksi ini mampu mengukur atribut yang

sama dengan atribut yang secara keseluruhan diukur dalam tes tersebut.

Prosedur yang dilakukan dalam seleksi aitem adalah koefisien korelasi aitem

total, indeks reliabilitas aitem dan indeks validitas aitem. Korelasi aitem total

dilakukan untuk menyeleksi aitem yang fungsinya sesuai dengan fungsi tes

secara keseluruhan. Hal ini berarti aitem tersebut dapat mengukur sesuai

(44)

22

2. Korelasi Aitem Total

Revisi aitem dalam penyusunan tes diperlukan untuk menghilangkan

aitem yang tidak diperlukan dalam tes, karena aitem tersebut akan

menyebabkan kualitas tes menjadi rendah. Hanya aitem yang memiliki kualitas

tinggi yang boleh digunakan dalam tes. Salah satu metode untuk korelasi aitem

total adalah dengan menggunkan metode statistik. Prinsip dalam analisis aitem

ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsinya selaras atau sesuai dengan

fungsi ukur tes. Pengujian ini dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi

aitem total. Uji korelasi Point Biserial digunakan untuk menyeleksi aitem

dengan data dikotomus (skoring nol dan satu) sedangkan uji korelasi Pearson

Product Moment digunakan pada aitem yang diberi skor kontinyu (Azwar,

2013).

3. Pemilihan Aitem Berdasarkan Korelasi Aitem Total

Koefisien korelasi aitem total baik yang dihitung dengan uji korelasi

Pearson maupun uji korelasi biserial akan menunjukkan kesesuaian fungsi

aitem dengan fungsi tes. Maka dari itu, pemilihan aitem dengan korelasi

koefisien akan mengoptimalkan fungsi pengukuran tes. Apabila skor aitem dan

skor total aitem memiliki koefisien korelasi positif yang tinggi maka aitem

tersebut memiliki daya beda yang tinggi secara konsisten terhadap skor total.

Maka dari itu, aitem tersebut dalam hal ini pernyataan tersebut berfungsi baik

selaras dengan fungs tes. Sedangkan bila koefisien korelasi mendekati nol

maka terdapat ketidaksesuaian fungsi aitem pernyataan terhadap fungsi tes

(45)

pernyataan tersebut mengalami "kerusakan" dan tidak dapat digunakan dalam

pengukuran (Azwar, 2013).

G. Reliabilitas 1. Pengertian

Reliabilitas berasal dari kata reliable, yang berarti dapat dipercaya.

Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya (reliable) jika memberikan hasil yang

tetap atau ajeg (konsisten) apabila diteskan berkali-kali (Widoyoko, 2012).

Reliabilitas adalah derajat yang menunjukkan bahwa instrumen

penelitian layak digunakan karena sudah terbukti dapat diandalkan dan

terpercaya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan konsistensi hasil dari suatu

instrumen pengukuran, bahwa berapa kali pun pengukuran maupun pengujian

dilakukan, maka hasil yang diberikan bersifat konsisten dan tak berubah-ubah

(Notoatmodjo, 201 1).

Alat ukur dikatakan reliabel (andal) jika alat ukur tersebut memiliki

sifat konstan, stabil atau tepat. Alat ukur dinyatakan reliabel apabila

diujicobakan terhadap sekelompok subjek akan tetap sama hasilnya, walaupun

dalam waktu yang berbeda, dan/atau jika diujikan pada subjek yang sama

karakteristiknya hasilnya akan sama juga. Ada beberapa metode untuk menguji

reliabilitas, yaitu: Metode tes ulang, metode bentuk pararel dan metode

(46)

24

2. Pengukuran Reliabilitas dengan Metode Cronbach-Alpha

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukan sejauh

mana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten atau sama bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan

menggunakan alat ukur yang sama. Pertanyaan yang sudah valid dilakukan uji

reliabilitas dengan cara membandingkan r tabel dengan r hasil. Jika nilai r hasil

adalah alfa yang terletak di awal output dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05)

sehingga item kuesioner dikatakan valid jika r lebih besar dari konstanta (0,6),

maka pertanyaan tersebut reliabel (Budiman dan Riyanto, 2013).

Pengukuran reliabilitas suatu instrumen dapat dilakukan dengan

beberapa metode, yaitu pendekatan konsistensi internal, tes-tes dan pendekatan

bentuk pararel. Reliabilitas dengan pendekatan konsistensi dapat diukur dengan

menggunakan koefisien alpha. Single trial administration adalah pengujian

sebuah tes sebanyak satu kali. Pada penelitian ini peneliti memberikan

perlakuan single trial administration kepada sekelompok responden. Untuk

perlakuan single trial administration metode pendekatan konsistensi

merupakan metode yang dinilai lebih praktis dan efisien dibandingkan metode

lainnya. Maka dari itu, peneliti menggunakan metode pendekatan konsistensi.

Hasil distribusi skor tes langsung dapat diketahui setelah single trial

(47)

H. Sampling

1. Pengertian

Pelaksanaan suatu penelitian membutuhkan suatu objek yang akan

diteliti atau yang akan diselidiki. Objek penelitian tersebut adalah populasi

penelitian. Sedangkan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi disebut sebagai sampel

penelitian. Jumlah sampel paling sedikit adalah 20 orang atau antara 30-40

orang (Supratiknya, 2014).

Populasi dalam penelitian akan dibatasi secara spesifik dengan faktor

inklusi dan ekslusi yang ditentukan oleh peneliti. Sampel penelitian diambil

dengan menggunakan teknik-teknik tertentu, teknik ini disebut sebagai "teknik

sampling". Teknik pengambilan sampling ini penting untuk dipertimbangkan

karena akan mempengaruhi validitas hasil penelitian (Notoatmodjo, 2011).

2. Teknik Sampling

Ada beberapa metode pengambilan sampel yang dapat digunakan

dalam suatu penelitian. Pada dasarnya ada dua kelompok metode pengambilan

sampel, yaitu sampel probabilitas (probability sampling) dan sampel

nonprobabilitas (non probability sampling). Sampel probabilitas memiliki

pengertian, yaitu bahwa setiap unsur dari populasi mempunyai kesempatan

yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Berdasarkan suatu sampel

probabilitas, maka peneliti dalam batas-batas tertentu dapat menarik

kesimpulan yang berlaku bagi seluruh populasi. Sampel probabilitas ini terdiri

(48)

26

sampel acak distrafikasi, sampel gugus sederhana, sampel gugus bertahap dan

sampel wilayah. Sampel nonprobabilitas memiliki pengertian bahwa setiap dari

unsur populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

sampel. Sampel nonprobabilitas terdiri atas beberapa jenis, yaitu: sampel

purposif, sampel kuota, sampel jenuh, sampel aksidental dan sampel bola saju

(Effendi dan Tukiran, 2012).

I. Landasan Teori

Pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terkait

penyakit DHF memerlukan suatu instrumen. Adapun instrumen yang sering

digunakan adalah kuesioner. Suatu kuesioner memerlukan uji untuk menjamin

validitas dan reliabilitas. Kuesioner dikatakan valid secara konten jika sudah

mendapatkan persetujuan oleh professional/expert judgement dalam uji validitas

konten. Kuesioner yang valid secara konten harus dilanjutkan ke uji pendahuluan,

yaitu uji pemahaman bahasa. Uji pemahaman bahasa bertujuan untuk

menghasilkan pengukuran dengan validitas dan reliabilitas yang sesuai dengan

tujuannya. Setelah melalui uji pemahaman bahasa, harus dilanjutkan dengan uji

kualitas instrumen yang akan mengasilkan data statistik, guna melakukan uji

reliabilitas. Uji reliabilitas suatu kuesioner dapat dilakukan dengan menggunakan

metode Chronbach-Alpha, melalui single trial administration dan dikatakan

(49)

J. Hipotesis Penelitian

Instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan

masyarakat terkait penyakit DHF yang dihasilkan valid secara konten dan reliabel

(50)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental dengan

rancangan cross-sectional. Penelitian disebut eksperimental karena pada

penelitian diberikan perlakuan pada setiap aitem pernyataan kuesioner yang

kemudian dilakukan uji validitas konten dan uji reliabilitas terhadap aitem

tersebut. Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional karena

pengambilan data variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan dalam waktu

yang bersamaan.

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel

a. Variabel utama:

1) Variabel bebas: Aitem pernyataan pengetahuan, sikap dan pernyataan

tindakan masyarakat terkait penyakit DHF, jumlah aitem setiap aspek,

jumlah responden dan panjang kuesioner.

2) Variabel tergantung: Validitas konten dan reliabilitas aitem kuesioner.

2. Definisi Operasional

1. Validitas konten, pada penelitian ini dilakukan dengan “experts judgement

oleh dokter dan apoteker, dimana pernyataan dalam kuesioner dinilai

(51)

masyarakat terkait penyakit DHF yang dinyatakan dalam blangko hasil

rekomendasi experts judgement questionnaire.

2. Reliabilitas adalah parameter yang menunjukan konsistensi hasil

pengukuran oleh suatu instrumen. Dalam penelitian ini diukur dengan

metode uji Chronbach Alpha menggunakan 𝛼> 0,6. Maka instrumen

dinyatakan reliabel jika memenuhi nilai α > 0,6 (Budiman dan Riyanto,

2013).

3. Aitem terseleksi adalah item yang tidak dihilangkan saat seleksi aitem.

4. Aitem tidak terseleksi adalah aitem yang dihilangkan saat dilakukan

prosedur seleksi aitem dengan uji Point-Biserial dan uji korelasi Pearson

Product Moment (Azwar, 2013).

5. Koefisien korelasi aitem adalah suatu nilai yang memberikan gambaran

mengenai perbedaan nilai pada aitem. Nilai tersebut akan menunjukan

apakah aitem tersebut selaras dengan fungsi tes atau tidak (Azwar, 2013).

6. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat usia produktif yang

tinggal di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok. Responden penelitian

termasuk pria maupun wanita yang masih dalam usia 16-65 tahun.

7. Usia produktif adalah usia antara 16-65 tahun, masyarakat yang sudah

bekerja atau sedang mencari pekerjaan, guna menghasilkan uang.

8. Uji Kualitas Instrumen adalah uji kepada sampel testi sesungguhnya yang

menghasilkan pengukuran dengan taraf validitas dan reliabilitas sesuai

(52)

30

C. Responden Penelitian

Kriteria inklusi responden adalah masyarakat usia produktif yang

terdapat di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok baik pria maupun wanita yang

masih dalam usia 16-65 tahun, responden memiliki kemampuan untuk membaca

dan menulis, responden tidak mempunyai latar pendidikan formal maupun non

formal terkait DHF dan bersedia menjadi responden.

Krtiteria ekslusi responden dalam penelitian ini adalah masyarakat usia

produktif sesuai dengan kriteria namun tidak bersedia menjadi responden,

responden yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap dan responden yang tidak

mengisi sendiri kuesionernya.

D. Sampling

Jenis sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan

metode purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang peneliti

tentukan. Pada penelitian ini responden yang digunakan berjumlah 65 orang per

uji kualitas instrumen. Uji kualitas instrumen dilakukan sebanyak tiga kali dengan

jumlah responden berjumlah 217 orang. Responden yang tereksklusi berjumlah 37

orang, sehingga jumlah responden dengan kriteria inklusi adalah 195 responden.

Gambar 1. Jumlah Responden Tiap Pengujian Berdasarkan Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Pengujian Pertama 72 orang

Pengujian Kedua 75 orang

Pengujian Ketiga 70 orang

Inklusi 65 orang

Inklusi 65 orang

Inklusi 65 orang Eksklusi 15 orang

(53)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Blangko rekomendasi "experts judgement" yang berisi persetujuan dari dokter

dan apoteker mengenai kesesuaian pernyataan dalam kuesioner dengan

pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan terkait penyakit DHF

yang telah memperoleh persetujuan dari Apoteker dan Dokter sebagai "experts

judgement".

2. Reliabilitas, yaitu uji Chronbach Alpha. Nilai 𝛼 > 0,6 menyatakan kuesioner

telah memenuhi syarat reliability dan dapat dikatakan reliabel (Budiman dan

Riyanto, 2013).

3. Uji Korelasi Point-Biserial: Digunakan untuk mengetahui koefisien korelasi

aitem pada aitem dengan skor yang bersifat dikotomus pada aspek pengetahuan

(Azwar, 2013).

4. Uji Korelasi Pearson Product Moment: Digunakan untuk mengetahui koefisien

korelasi aitem pada aitem dengan skor yang bersifat interval/continous pada

aspek sikap dan tindakan (Azwar, 2013).

F. Bahan Penelitian

1. Bagian pertama kuesioner adalah aspek pengetahuan dengan tipe pilihan

bentuk force choice terdiri dari 24 aitem favorable dan 4 aitem unfavorable.

Pernyataan meliputi definisi, pengertian, gejala, pencegahan, dan pengobatan

(54)

32

responden setuju dengan pernyataan tersebut, dan “tidak” bila responden tidak

setuju. Untuk jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah diberi skor nol.

2. Bagian kedua kuesioner adalah aspek sikap dengan tipe pilihan skala likert

yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak

Setuju (STS),terdiri dari 11 aitem favorable dan 5 aitem unfavorable.

Pernyataan juga termasuk keinginan responden untuk memahami lebih lanjut

mengenai DHF, antisipasi dampak, serta upaya pencegahan DHF.

3. Bagian ketiga kuesioner adalah aspek tindakan dengan tipe pilihan skala likert

yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak

Setuju (STS), terdiri dari 9 aitem favorable dan 1 unfavorable.

4. Bagian keempat adalah kuesioner tipe isian dengan bentuk closed form item,

memuat data demografi dan skala tingkat pengenalan tentang DHF. Bagian

pertama ini meliputi nama, usia, pernah mendapat informasi atau belum

mengenai DHF, asal informasi. Bagian terakhir merupakan kolom tanda tangan

yang menunjukan bahwa yang bersangkutan setuju menjadi responden.

Aitem-aitem kuesioner dan persebaran pernyataan unfavorable dan

(55)

Tabel I. Persebaran Pernyataan Favourable dan Unfavourable pada Pokok Bahasan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Bagian Bahasan Favourable Unfavourable

Pengetahuan a. Pengertian/sinonim 1,2,3,4 -

b. Epidemiologi 5 -

c. Penyebab 6,8 -

d. Habitat 7,9 -

e. Gejala 11,12,13,14 19

f. Penularan 10 -

g. Upaya pencegahan 15,16,17,18,20,23,24 21,22,25 h. Upaya pengobatan 26,27,28

Jumlah aitem 24 4

d. Upaya pencegahan 9,10,12,15,16 8,11

e. Upaya pengobatan 4,14 7,13

Jumlah aitem 11 5

Tindakan a. Kepercayaan masyarakat - 1

b. Upaya pengobatan 3,4,5,6,10 -

c. Upaya pencegahan 2,7,8,9 -

Jumlah aitem 9 1

G. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Desember 2013 sampai dengan

bulan April 2014.

H. Tata Cara Penelitian 1. Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok,

Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta karena menurut data

dari dinas Kesehatan Provinsi DIY diperoleh bahwa DHF merupakan penyakit

(56)

34

2. Pengurusan Izin Penelitian

Pengurusan izin penelitian dilakukan di BAPEDDA Sleman untuk

mendapatkan izin selama tujuh bulan. Izin dilanjutkan ke Kecamatan Depok

dengan surat izin dari BAPEDDA dan surat keterangan dari fakultas sebagai

pengantar, kemudian diteruskan ke seluruh Kelurahan yang ada. Untuk

perizinan ke tingkat Pedukuhan dilakukan bila diperlukan (bila dukuh meminta

surat pengantar yang ada). Izin dari Pedukuhan selanjutnya digunakan untuk

mendapatkan izin dari ketua PKK atau Dasa Wisma.

3. Penyusunan Kuesioner

a. Langkah pertama, menyusun pernyataan mengenai poin-poin pengetahuan

yang harus dikuasai seseorang terkait penyakit DHF. Pernyataan meliputi

pengertian/sinonim, etiologi, faktor resiko, dampak, upaya pencegahan, dan

upaya pengatasan, dengan alternatif jawaban ya dan tidak.

b. Langkah kedua, menyusun pernyataan pada bagian sikap dan tindakan yang

meliputi keinginan responden untuk mengetahui lebih lanjut terkait penyakit

DHF, antisipasi dampak, upaya pencegahan, dengan alternatif jawaban

Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju

(STS).

c. Langkah ketiga, dengan menyusun item-item pertanyaan untuk tipe isian

sehubungan dengan data demografi terkait variabel penelitian, skala

pengenalan responden mengenai DHF dan kolom untuk tanda tangan

(57)

Dalam menyusun instrumen penelitian, diperlukan kisi-kisi untuk

menyusun pokok bahasan terkait penyakit DHF. Kisi yang terpenting yaitu

dapat mengukur aspek yang akan diukur/dihimpun datanya, dalam hal ini

adalah dapat mengukur aspek pengetahuan, sikap dan tindakat terkait penyakit

DHF. Pada saat penyusunan isi kuesioner diperhatikan beberapa hal, yaitu:

Butir soal tes hendaknya meliputi ide-ide pokok dari materi yang diujikan dan

disusun soal yang sifatnya komprehensif yang mampu mewakili materi pokok

dalam materi yang akan diujikan, butir soal tidak mengambil kalimat-kalimat

yang langsung disalin langsung dari buku atau catatan, butir soal harus

dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penskorannya, pertanyaan

disusun secara bervariasi dan rumusan butir soal disusun agar mudah dipahami

oleh peserta tes. Selama penyusunan kuesioner dilakukan konsultasi dengan

pihak-pihak yang memahami tata cara pembuatan kuesioner penelitian.

Pernyataan pada bagian sikap dan tindakan mencakup jawaban favourable dan

unfavourable.

4. Uji Validitas Konten

Uji validitas kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan syarat validitas konten. Validitas konten diuji berdasarkan review

oleh experts judgement, yaitu dokter dan apoteker. Dokter dalam penelitian ini

adalah dokter spesialis anak. Hal ini karena dokter spesialis anak lebih

menguasai topik terkait penyakit DHF sehingga dapat dihasilkan penilaian

Gambar

Tabel I Persebaran Pernyataan Favorable dan Unfavorable pada Pokok Bahasan Pengetahuan, Sikap danTindakan.................................
Gambar 1. Jumlah Responden Tiap Pengujian Berdasarkan  Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Tabel I. Persebaran Pernyataan Favourable dan Unfavourable pada Pokok Bahasan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Gambar 2. Gambar Alur Tata Cara Penelitian Secara Umum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan, Karya Tulis Akhir, Fakultas

Tujuan penelitian adalah mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika, dengan metode seminara. Penelitian ini merupakan penelitian

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit filariasis dengan tindakan masyarakat dalam melakukan

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ginting dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti tidak hanya melihat pada tindakan responden tetapi mengukur

Faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, status pekerjaan, asal kelurahan dan latar belakang informasi terkait penyakit hipertensi tidak

Tingginya kasus hipertensi di RSUD Sleman dan adanya pemikiran bahwa tingginya pengetahuan terkait hipertensi memengaruhi sikap pasien untuk melakukan tindakan yang benar dalam

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit filariasis dengan tindakan masyarakat dalam melakukan

Hasil penelitian ini menunjukkan, meskipun tingkat pengetahuan dan sikap sudah baik namun tidak diikuti dengan tindakan dalam pencegahan dan pengen- dalian DBD,