PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TERKAIT
PENYAKIT DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Catharina Apriyani Wuryaningsih Heryanto
NIM : 108114053
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TERKAIT
PENYAKIT DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Catharina Apriyani Wuryaningsih Heryanto
NIM : 108114053
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
" Do not judge me by my successes, Judge me by how many times I fell down, and got back up again "
- Nelson Mandela -
" The best and the most beautiful things in the world cannot be seen or even touched They must be felt with the heart " - Helen Keller -
Karya kecil ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Mbah Kakung dan Mbah Putri
Papa dan Mama
Adik-adikku: Arnold, Pipi dan Manda
Sahabat-sahabatku: Nabil, Marcel, Gita, Reri, Ita
Friesca, Dedalu, Herta, Seruni, Ratri
Teman-teman FKK A 2010
Teman-teman Angkatan 2010 Serta
vii
PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan pada Tuhan Yesus Kristus
karena hanya dengan anugerah, berkat, bimbingan, kasih dan pertolongan-Nya
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt. selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan petunjuk, saran, bimbingan dan
motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
2. Seluruh responden yang ikut berpartisipasi selama dilaksanakannya
penelitan ini.
3. Seluruh pihak yang memberikan izin penelitian, para Dukuh, Ketua
RT/RW setempat.
4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. dan Bapak Enade Perdana
Istyastono, Ph.D., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Dekan dan segenap staf Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang
telah memfasilitasi penelitian ini.
6. Wuri, Ella, Dino sebagai teman seperjuanganku di skripsi ini, dan
teman-teman serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Yogyakarta,18 November 2014
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi
PRAKATA... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
INTISARI... xx
ABSTRACT... xxi
BAB I PENGANTAR... 1
A. Latar Belakang... 1
1. Permasalahan... 2
2. Keaslian Penelitian... 3
3. Manfaat Penelitian... 5
B. Tujuan Penelitian... 5
1. Tujuan Umum... 5
ix
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 7
A. Pengetahuan... 7
1. Pengertian... 7
2. Tingkatan Pengetahuan... 7
3. Pengukuran Pengetahuan... 8
B. Sikap dan Tindakan... 9
1. Pengertian... 9
2. Tingkatan Sikap dan Tindakan... 10
3. Pengukuran Sikap dan Tindakan... 11
C. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)... 12
1. Pengertian... 12
2. Epidemiologi... 12
3. Patofisiologi... 13
4. Faktor Resiko dan Penularan... 13
5. Vektor dan Virus Dengue... 14
6. Gejala... 14
7. Pencegahan... 15
8. Pengobatan... 16
D. Kuesioner... 16
1. Pengertian... 16
2. Rancangan Kuesioner... 17
x
E. Validitas... 19
1. Pengertian... 19
2. Jenis-Jenis Validitas... 20
F. Seleksi Aitem... 21
1. Seleksi Aitem dalam Penyusunan Aitem... 21
2. Korelasi Aitem Total... 21
3. Pemilihan Aitem berdasarkan Korelasi Aitem Total... 22
G. Reliabilitas... 23
1. Pengertian... 23
2. Pengukuran Reliabilitas dengan Metode Chronbach-Alpha... 24
H. Sampling... 25
1. Pengertian... 25
2. Teknik Sampling... 25
I. Landasan Teori... 26
J. Hipotesis Penelitian... 27
BAB III METODE PENELITIAN... 28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 28
B. Variabel dan Definisi Operasional... 28
1. Variabel... 28
2. Definisi Operasional... 28
C. Responden Penelitian... 30
D. Sampling... 30
xi
F. Bahan Penelitian... 31
G. Waktu Penelitian... 33
H. Tata Cara Penelitian... 33
1. Penentuan Lokasi... 33
2. Pengurusan Izin Penelitian... 34
3. Penyusunan Kuesioner... 34
4. Uji Validitas Konten... 35
5. Uji Pemahaman Bahasa... 36
6. Uji Kualitas Instrumen Pada Masyarakat... 37
7. Pengolahan Data (Skoring dan Data Entry)... 38
8. Uji Reliabilitas Instrumen dan Seleksi Aitem... 38
I. Kelemahan Penelitian... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44
A. Uji Validitas Konten... 44
1. Aspek Pengetahuan... 44
2. Aspek Sikap... 51
3. Aspek Tindakan... 57
B. Uji Reliabilitas Instrumen... 65
1. Aspek Pengetahuan... 65
2. Aspek Sikap... 67
3. Aspek Tindakan... 68
xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 73
A. Kesimpulan... 73
B. Saran... 73
DAFTAR PUSTAKA... 74
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I Persebaran Pernyataan Favorable dan Unfavorable pada Pokok Bahasan Pengetahuan, Sikap danTindakan... 33
Tabel II Perbandingan Nilai α Sebelum dan Sesudah Seleksi Aitem
Pernyataan Tiap Aspek Kuesioner pada Setiap Uji Reliabilitas
Instrumen... 69
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar1. Jumlah Responden Tiap Pengujian Berdasarkan Kriteria
Inklusi dan Eksklusi... 30
Gambar 1. Gambar Alur Penelitian Secara Keseluruhan... 40
Gambar 2. Gambar Alur Tata Cara Uji Kelayakan Konten Instrumen... 41
Gambar 3. Gambar Alur Tata Cara Uji Reliabilitas Instrumen... 42
Gambar 4. Alur Pengujian Validitas Konten Aspek Pengetahuan... 50
Gambar 5. Alur Pengujian Validitas Konten Aspek Sikap... 56
Gambar 6. Alur Pengujian Validitas Konten Aspek Tindakan... 63
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Bappeda... 77
Lampiran 2 Surat Perpanjangan Izin Penelitian dari Bappeda... 78
Lampiran 3 Surat Izin melakukan Penelitian di Desa Maguwoharjo... 79
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten I Aspek Pengetahuan... 80
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten I Aspek Sikap... 82
Lampiran 6 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten I Aspek Tindakan... 83
Lampiran 7 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten I... 84
Lampiran 8 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten II Aspek Pengetahuan... 85
Lampiran 9 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten II Aspek Sikap ... 87
Lampiran 10 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten II Aspek Tindakan... 88
Lampiran 11 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten II... 89
Lampiran 12 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten II... 90
Lampiran 13 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten III Aspek Pengetahuan... 91
Lampiran 14 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten III Aspek Sikap ... 93
Lampiran 15 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten III Aspek Tindakan... 94
xvi
Lampiran 17 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten III... 96
Lampiran 18 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten IV Aspek Pengetahuan... 97
Lampiran 19 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten IV Aspek Sikap ... 99
Lampiran 20 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten IV Aspek Tindakan... 100
Lampiran 21 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten IV... 101
Lampiran 22 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten IV... 102
Lampiran 23 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten V Aspek Pengetahuan... 103
Lampiran 24 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten V Aspek Sikap ... 105
Lampiran 25 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten V Aspek Tindakan... 106
Lampiran 26 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten V... 107
Lampiran 27 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VI Aspek Pengetahuan... 108
Lampiran 28 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VI Aspek Sikap ... 110
Lampiran 29 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VI Aspek Tindakan... 111
Lampiran 30 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten VI... 112
Lampiran 31 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VII Aspek Pengetahuan... 113
xvii
Sikap ... 115
Lampiran 33 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VII Aspek Tindakan... 116
Lampiran 34 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten VII... 117
Lampiran 35 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VIII Aspek Pengetahuan... 118
Lampiran 36 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VIII Aspek Sikap ... 119
Lampiran 37 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten VIII Aspek Tindakan... 120
Lampiran 38 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten VIII... 121
Lampiran 39 Penelitian Uji Validitas Konten IX Aspek Pengetahuan... 122
Lampiran 40 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten IX Aspek Sikap ... 123
Lampiran 41 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten IX Aspek Tindakan... 124
Lampiran 42 Blangko Hasil Rekomendasi Expert Judgement Questionnaire Uji Validitas Konten IX... 125
Lampiran 43 Rangkuman Hasil Uji Validitas Konten Aspek Pengetahuan... 126
Lampiran 44 Rangkuman Hasil Uji Validitas Konten Aspek Sikap... 128
Lampiran 45 Rangkuman Hasil Uji Validitas Konten Aspek Tindakan.. 130
Lampiran 46 Resume Hasil Uji Pemahaman Bahasa... 132
Lampiran 47 Kuesioner Uji Pemahaman Bahasa Aspek Pengetahuan.... 133
Lampiran 48 Kuesioner Uji Pemahaman Bahasa Aspek Sikap... 134
Lampiran 49 Kuesioner Uji Pemahaman Bahasa Aspek Tindakan... 135
xviii
Lampiran 51 Besar Skor untuk masing-masing Tanggapan Tiap Aitem Aspek Pengetahuan pada Uji Reliabilitas Instrumen I... 137
Lampiran 52 Hasil Uji Korelasi Point Biserial untuk Aitem Aspek Pengetahuan pada Uji Reliabilitas Instrumen I... 141
Lampiran 53 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Seleksi Aitem pada Uji
Reliabilitas I... 142
Lampiran 54 Kuesioner Penelitian Aspek Pengetahuan Uji Reliabilitas Instrumen II... 143
Lampiran 55 Besar Skor untuk masing-masing Tanggapan Tiap Aitem Aspek Pengetahuan pada Uji Reliabilitas Instrumen II... 144
Lampiran 56 Hasil Uji Korelasi Point Biserial untuk Aitem Aspek Pengetahuan pada Uji Reliabilitas Instrumen II... 148
Lampiran 57 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Seleksi Aitem pada Uji
Reliabilitas II... 149
Lampiran 58 Kuesioner Penelitian Aspek Pengetahuan Uji Reliabilitas Instrumen III... 150
Lampiran 59 Besar Skor untuk masing-masing Tanggapan Tiap Aitem Aspek Pengetahuan pada Uji Reliabilitas Instrumen III.... 152
Lampiran 60 Hasil Uji Korelasi Point Biserial untuk Aitem Aspek Pengetahuan pada Uji Reliabilitas Instrumen III... 156
Lampiran 61 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Seleksi Aitem pada Uji
Reliabilitas I... 157
Lampiran 62 Kuesioner Penelitian Aspek Sikap Uji Reliabilitas Instrumen I... 158
Lampiran 63 Besar Skor untuk masing-masing Tanggapan Tiap Aitem Aspek Sikap pada Uji Reliabilitas Instrumen I... 159
xix
Lampiran 65 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Sikap Sebelum dan Sesudah Seleksi Aitem pada Uji Reliabilitas I... 162
Lampiran 66 Kuesioner Penelitian Aspek Sikap Uji Reliabilitas Instrumen II... 163
Lampiran 67 Besar Skor untuk masing-masing Tanggapan Tiap Aitem Aspek Sikap pada Uji Reliabilitas Instrumen II... 164
Lampiran 68 Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment untuk Aitem Aspek Sikap pada Uji Reliabilitas Instrumen II... 166
Lampiran 69 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Sikap Sebelum dan Sesudah Seleksi Aitem pada Uji Reliabilitas II... 167
Lampiran 70 Kuesioner Penelitian Aspek Tindakan Uji Reliabilitas Instrumen I... 168
Lampiran 71 Besar Skor untuk masing-masing Tanggapan Tiap Aitem Aspek Tindakan pada Uji Reliabilitas Instrumen I... 169
Lampiran 72 Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment untuk Aitem Aspek Tindakan pada Uji Reliabilitas Instrumen I 171
Lampiran 73 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Tindakan Sebelum dan Sesudah Seleksi Aitem pada Uji
Reliabilitas II... 172
Lampiran 74 Instrumen Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siap Pakai... 173
xx
INTISARI
Validitas dan reliabilitas merupakan aspek psikometrik yang menentukan kualitas dari suatu instrumen. Tujuan penelitian ini adalah pengembangan instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terkait penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). Hasil penelitian ini adalah instrumen yang valid secara konten dan reliabel.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan cross-sectional dan dengan metode pengambilan sampel secara
purposive sampling. Penelitian dilakukan dengan menyebar kuesioner sebanyak 195 kepada responden di Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Yogyakarta.
Uji validitas konten dilakukan dengan penilaian oleh experts judgement
yaitu seorang apoteker dan dua orang dokter. Uji reliabilitas dilakukan dengan metode Chronbach Alpha melalui single trial admnistration. Seleksi aitem dilakukan berdasarkan uji korelasi Point Biserial untuk aitem pengetahuan sedangkan pada aitem sikap dan tindakan digunakan uji korelasi Pearson Product Moment.
Hasil penelitian ini adalah suatu instrumen dengan 20 aitem pernyataan pengetahuan, 15 aitem pernyataan sikap dan 15 aitem pernyataan tindakan valid secara konten dan reliabel dengan nilai α > 0.6, dan disimpulkan bahwa instrumen dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
xxi
ABSTRACT
Validity and reliability are psycometric aspects that determine quality of an instrument. The aim of this study is to develop an instrument in order to measure knowledge, attitude and behavior of comunnity related to Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). The result of this study is an instrument, which is valid in content and reliable.
This is an experimental study using cross sectional design with a purposive sampling method. It is done by spreading questionnaires to 195 respondents in Maguwoharjo District, Depok, Yogyakarta.
The content validity is measure by experts judgement from one pharmacist and two doctors. The reliability is measure by using Chronbach Alpha method through single trial administration. Item selection is measure by Point Biserial correlation test for knowledge and Pearson Product Moment correlation test for attitude and behavior items.
The result of the study is an instrument with 20 knowledge aspects, 15 attitude aspects, and 15 behavior aspects, are valid in content and reliable with α > 0,6. Therefore, the instrument can be used for further study.
1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penelitian merupakan suatu proses untuk melakukan pengukuran. Salah
satu metode pengukuran yang umum digunakan adalah dengan menggunakan
suatu instrumen. Instrumen yang sering digunakan dalam penelitian sosial adalah
kuesioner.
Sugiyono (2008) mengatakan bahwa kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien dan dilakukan dengan cara memberi pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden. Patton (2002) mengatakan bahwa
validitas dan reliabilitas merupakan dua faktor kualitatif yang harus peneliti
pertimbangkan dalam merancang suatu studi, menganalisis hasil dan menentukan
kualitas dari suatu penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka kuesioner harus
memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Menurut Arikunto (2006) ketika
suatu instrumen yang valid dan reliabel maka instrumen tersebut memiliki
kesimpulan yang tidak keliru dan memberikan gambaran yang tidak jauh berbeda
dengan keadaan yang sebenarnya.
Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut
benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas adalah
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kesahihan suatu alat ukur. Uji
validitas dapat berupa validitas isi, validitas muka, dan validitas konstruk (Dahlan,
2
subjek penelitian dalam menjawab setiap item dalam kuesioner. Sehingga jika
kuesioner bersifat reliabel maka data yang dihasilkan dapat dipercaya (Azwar,
2013). Maka dari itu, validitas dan reabilitas suatu instrumen sangat penting
khususnya dalam penelitian ini kuesioner, maka peneliti terdorong untuk
menghasilkan suatu kuesioner yang valid dan reliabel.
Menurut data Dinkes DIY pada tahun 2011 kasus Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) sebanyak 166 kasus, dan kasus meningkat menjadi 17,4% pada
tahun 2012 yaitu 236 kasus. Pada tahun 2013 kasus DHF mengalami peningkatan
signifikan, dengan jumlah sebanyak 2.463 kasus di lima kabupaten atau kota.
Jumlah kasus terbanyak di Kabupaten Bantul yaitu 865 kasus, Kota Yogyakarta
780 kasus, Kabupaten Sleman 455 kasus, Kabupaten Gunung Kidul 264 kasus dan
Kabupaten Kulon Progo 99 kasus. Berdasarkan data tersebut maka DHF dipilih
sebagai pokok bahasan untuk dianalisis dalam uji validitas dan reliabilitas
instrumen pada penelitian ini.
1. Permasalahan
Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah:
a. Apakah instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan
masyarakat terkait penyakit DHF yang dihasilkan valid secara konten?
b. Apakah instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan
masyarakat terkait penyakit DHF yang dihasilkan reliabel?
c. Seperti apakah formulasi instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap
dan tindakan terkait penyakit penyakit DHF yang valid secara konten dan
2. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian
yang khusus mengenai pengembangan instrumen guna mengukur pengetahuan,
sikap dan tindakan masyarakat usia produktif terkait penyakit DHF belum
pernah dilakukan sebelumnya. Terdapat beberapa penelitian yang mirip, antara
lain :
a) Aboesina Sidiek (2012) penelitian ini menunjukan pentingnya partisipasi
masyarakat, peran ibu adalah sebagai ibu rumah tangga, sehingga
pengetahuan seorang ibu terkait DBD dan pencegahannnya sangatlah
penting. Jika seorang ibu memiliki pengetahuan yang cukup, maka
keluarga termasuk anak pun dapat terhindar dari faktor resiko penyakit
DBD. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan case control dan metode
observasional analitik. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilaksanakan ini adalah jenis penelitian eksperimental dengan rancangan
cross-sectional dan metode purposive sampling. Objek dan lokasi
penelitian berbeda yaitu kuesioner dan di Desa Maguwoharjo, responden
penelitian adalah masyarakat di Desa Maguwoharjo. Variabel bebas adalah
aitem kuesioner dan variabel tergantung adalah validitas konten dan
reliabilitas. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan instrumen
pengukuran yang valid secara konten dan reliabel.
b) Dina Marini (2009) penelitian ini tentang gambaran pengetahuan, sikap
dan tindakan keluarga mengenai DBD di Kelurahan Padang Bulan,
4
deskriptif. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan ini antara
lain jenis penelitian eksperimental dengan rancangan cross-sectional dan
metode purposive sampling. Objek dan lokasi penelitian berbeda yaitu
kuesioner dan di Desa Maguwoharjo, responden penelitian adalah
masyarakat di Desa Maguwoharjo. Variabel bebas adalah aitem kuesioner
dan variabel tergantung adalah validitas secara konten dan reliabilitas
kuesioner. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan instrumen
pengukuran yang valid secara konten dan reliabel.
c) Fenny Aztartari (2007) penelitian ini menggambarkan hubungan antara
tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tekait pencegahan
penyakit Demam Berdarah Dengue. Penelitian ini memiliki rancangan
cross-sectional dengan metode proportional simple random sampling.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan ini antara lain jenis
penelitian eksperimental dengan rancangan cross-sectional dan metode
purposive sampling. Objek dan lokasi penelitian berbeda yaitu kuesioner
dan di Desa Maguwoharjo, responden penelitian adalah masyarakat di
Desa Maguwoharjo. Variabel bebas adalah aitem kuesioner dan variabel
tergantung adalah validitas secara konten dan reliabilitas kuesioner.
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan instrumen pengukuran yang
valid secara konten dan reliabel.
Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian bukan berupa hasil
memenuhi syarat reliabilitas kuesioner, sehingga dapat langsung digunakan
sesuai tujuan pengukuran pada penelitian terkait DHF selanjutnya.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis. Instrumen dapat memberikan kontribusi aitem untuk
tiap domain pengukuran, yakni pengetahuan, sikap dan tindakan
masyarakat terkait penyakit DHF sehingga memberikan hasil yang lebih
komprehensif.
b. Manfaat Praktis. Hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen ini
dapat dijadikan bahan evaluasi untuk penyusunan materi edukasi DHF
pada masyarakat.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menyusun instrumen pengukuran pengetahuan, sikap dan tindakan
masyarakat terkait penyakit DHF yang valid secara konten dan reliabel.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini memiliki tujuan khusus sebagai berikut:
a. Menghasilkan instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan
tindakan masyarakat terkait penyakit DHF yang valid secara konten.
b. Menghasilkan instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan
6
c. Menyusun formulasi instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap
dan tindakan masyarakat terkait penyakit DHF yang valid secara konten
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A.Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil 'tahu' dan merupakan pandangan subyek
terhadap stimulus yang diterima setelah melakukan pengindraan tertentu
kemudian dikenal, dipahami dan menimbulkan pembentukan sikap dan
tindakan. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: Indra
pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan ini dapat
diperoleh melalui pengalaman sendiri maupun dari orang lain. Pengetahuan
juga dapat diperoleh dengan cara tradisional (non-ilmiah) ataupun dengan cara
ilmiah (modern) yang dilakukan dengan penelitian (Notoatmodjo, 2011).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam proses pembentukan tindakan seseorang (ovent behavior). Dari
pengalaman dan penelitian, perilaku yang didasari oleh pengetahuan seseorang
akan lebih bertahan lama pada seseorang, jika dibandingkan dengan perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan (Wawan dan Dewi, 2011).
2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yakni: Tahu (know)
diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Memahami (comprehension) adalah kemampuan menjelaskan secara benar
8
secara benar. Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebanarnya. Analisis
(analysis) merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2011).
Seorang individu dapat dikatakan tahu apabila ia dapat merespon
secara lisan maupun tertulis dengan memberikan jawaban terkait suatu topik
tertentu. Respon berupa jawaban inilah yang disebut dengan pengetahuan.
Pengetahuan diukur dengan menentukan tingkatan sebagai berikut: Bobot I
adalah individu tahu dan paham; Bobot II adalah individu dapat tahu,
memahami hingga mengaplikasikan serta menganalisisnya; Bobot III adalah
individu dapat tahu memahami, hingga mengaplikasikan, menganalisisnya
hingga melakukan sintesis dan evaluasi (Budiman dan Riyanto, 2013).
3. Pengukuran Pengetahuan
Ranah pengetahuan biasa disebut sebagai ranah kognitif, ranah
kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual seperti:
Pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Wawancara
pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang (Budiman dan
Riyanto, 2013).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2011).
Hasil pengukuran pengetahuan dikategorikan menjadi 3, yaitu:
Apabila (a) skor 76-100% dikatakan baik, (b) skor 56-75% dikatakan sedang
dan (c) skor < 56% dikatakn buruk (Arikunto, 2006).
B.Sikap dan Tindakan 1. Pengertian
Sikap adalah bentuk pernyataan seseorang terhadap hal-hal yang
ditemuinya, seperti benda, oran g maupun fenomena. Sikap membutuhkan
stimulus untuk menghasilkan respon. Adapun respon dari sikap ini akan sangat
tergantung pada setiap individu, apabila individu tersebut tertarik maka ia akan
mendekat dan apabila tidak suka maka ia akan merespon sebaliknya. Sikap
dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu sikap yang memihak atau
mendukung (favourable) atau sikap yang sebaliknya (unfavourable). Sikap
akan sangat mempengaruhi kesiapan individu untuk memberikan respon
terhadap suatu objek (Budiman dan Riyanto, 2013).
Aspek lain yang diukur dalam penelitian ini adalah tindakan atau yang
juga dikenal dengan perilaku. Tindakan atau perilaku merupakan mekanisme
10
mewujudkan suatu tindakan, tindakan adalah wujud dari sikap yang nyata
(Notoatmodjo, 2011).
Tindakan atau perilaku merupakan respon individu terhadap suatu
stimulus atau merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai
frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku
merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan dan
Dewi, 2011).
2. Tingkatan Sikap dan Tindakan
Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yakni, pertama menerima
(receiving) di artikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan. Kedua, merespon (responding) adalah tindakan individu yang
berupa memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan. Ketiga menghargai (valuing) adalah tindakan yang
berupa mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan masalah.
Keempat merupakan bertanggung jawab (ressponsible) bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang telah dipilih individu tersebut (Wawan dan Dewi, 2011).
Tindakan juga terbagi atas beberapa tingkatan, yaitu: Persepsi
(perception), respon terpimpin, mekanisme dan adaptasi. Persepsi (perception)
adalah mengenal dan memilih berbagai objek yang akan dilakukan. Respon
terpimpin adalah melakukan segala sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.
Mekanisme adalah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis. Adaptasi
adalah tingkat terakhir yang merupakan suatu praktek atau tindakan yang
3. Pengukuran Sikap dan Tindakan
Pengukuran terhadap aspek sikap dapat dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau
pertanyaan responden terhadap suatu objek. Sikap temasuk dalam ranah
afektif, ranah afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek
perasaan dan emosi seperti: Minat, sikap, apresiasi dan cara menyesuaikan diri.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam
ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan),
merespons, menghargai, mengorganisasi dan menghayati. Tindakan merupakan
ranah tingkah laku. Ranah tingkah laku disebut juga dengan ranah psikomotor
yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek keterampilan
motorik seperti: Mengerjakan, memasang, membuat, dan sebagainya. Dalam
penelitian, sikap dan tindakan diukur menggunakan kalimat pertanyaan atau
pernyataan dalam bentuk skala Likert (Budiman dan Riyanto, 2013).
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Variabel dalam skala Likert
akan dijabarkan dalam indikator variabel. Indikator tersebut akan dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun aitem-aitem instrumen yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap aitem instrumen terdiri dari dua
12
tidak setuju dan sangat tidak setuju. Jawaban tersebut diberi skor lima, empat,
tiga, dua dan satu (Sugiyono, 2014).
Hasil pengukuran sikap dikategorikan sama dengan pengetahuan,
yaitu: Apabila (a) skor 76%-100% dikatakan baik, (b) skor 56-75% dikatakan
sedang dan (c) < 56% dikatakan buruk (Arikunto, 2006).
C. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) 1. Pengertian
Penyakit demam berdarah disebut juga Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) karena disertai gejala demam dan perdarahan, sedangkan penyebabnya
adalah virus yang tergolong virus Dengue (Soemirat, 2011).
Dengue adalah penyakit virus mosquito borne yang persebarannya
paling cepat. Dalam lima puluh tahun terakhir, insidensi penyakit meningkat
tiga puluh kali dan menyebar secara geografis ke negara yang sebelumnya
belum terjangkit. Menurut data World Health Organization (WHO) 1955-2007,
didapatkan lima puluh juta infeksi dengue setiap tahunnya dan terdapat 2,5
miliar orang yang hidup di negara endemis (WHO, 2009).
2. Epidemiologi
Dari 2,5 miliar populasi masyarakat di negara endemis, sekitar 1,8
miliar tinggal di daerah Asia Tenggara dan Pasifik barat. Di daerah Asia
Tenggara, dengue telah menjadi masalah kesehatan publik di Indonesia,
Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste yang diketahui daerah
aegypti menyebar secara merata baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.
DBD telah menjadi penyakit berpotensi tinggi menjadi penyebab kematian
pada anak (Soedarto, 2012).
3. Patofisiologi
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DEN), yang termasuk
dalam genus flavivirus. Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti sehingga masuk ke dalam aliran darah. Virus kemudian
dibawa oleh aliran darah dan beredar ke seluruh tubuh, dan menyebabkan virus
tersebut menyerang organ di dalam tubuh. Organ yang diserang berupa sistem
gastrointestinal, hepar, pembuluh darah dan reaksi imunologi. DHF kemudian
dibagi menjadi beberapa tahapan berdasarkan tingkat keparahan yang
disebabkan oleh virus dengue tersebut, yaitu derajat I, II, III dan IV (Soedarto,
2012).
4. Faktor Resiko dan Penularan
Dengue di Indonesia memiliki siklus epidemik setiap sembilan hingga
sepuluh tahunan. Hal ini terjadi karena perubahan iklim yang berpengaruh
terhadap kehidupan vektor, diluar faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Perubahan iklim menyebabkan perubahan curah hujan, kelembaban suhu, arah
udara sehingga berefek terhadap ekosistem daratan dan lautan serta
berpengaruh terhadap kesehatan terutama terhadap perkembangan vektor
penyakit seperti nyamuk Aedes, malaria dan lainnya. Selain itu, faktor perilaku
14
Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor pertambahan jumlah penduduk dan faktor
peningkatan mobilitas penduduk yang sejalan dengan membaiknya sarana
transportasi menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin
luas (Depkes RI, 2010).
5. Vektor dan Virus Dengue
Penyakit DHF atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegyepti. Nyamuk tersebut hidup dan berkembang biak
disekitar rumah dan tempat kerja (Depkes RI, 2010). Penyakit ini ditemukan di
daerah tropis dan sub tropis, terutama pada daerah perkotaan dan area
semi-urban (WHO, 2009).
6. Gejala
DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat virus
dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang
tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegalida dan tanda-tanda kegagalan
sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat
dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kebocoran. Tiap tingkat
derajat DBD secara klinis memiliki beberapa ciri, yaitu: Derajat I atau ringan,
pada tahapan ini gejala yang dialami adalah demam mendadak selama 2-7 hari
disertai gejala klinis lain dengan menifestasi perdarahan teringan yaitu uji
touriquet positif. Derajat II atau sedang merupakan tahapan selanjutnya, gejala
parah, seperti: Ptikie, pupura, ekimosisdan dan perdarahan konjungtiva. Derajat
III, gejala yang dialami adalah perdarahan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
tekanan menurun (20mmHg), kulit dingin dan lembab, gelisah. Derajat IV
adalah tahapan terakhir dari DHF dan gejala yang dialami sebagai gejala akhir
adalah Dengue Syok Syndrom (DSS) dengan nadi dan tekanan darah yang
tidak terukur (Soegijanto, 2012).
7. Pencegahan
Untuk mencegah dan mengurangi penularan virus dengue tindakan
yang sangat penting adalah melakukan pemberantasan nyamuk Aedes aegypti
untuk menghambat terjadinya kontak antara nyamuk dewasa dan manusia.
Beberapa kegiatan pencegahan terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti dengan metoda pengendalian vektor, antara lain: Pertama adalah
pemberantasan larva (Larvasida) dengan menggunakan larvasida terhadap
wadah yang sulit dibersihkan. Kedua, pemberantasan nyamuk dewasa
(Imagosida) dengan cara penggunaan penyemprotan tangan (residual
treatment), semprotan ruangan (space spraying). Ketiga, pengendalian biologi
dengan penggunaan organisme-organisme yang hidup parasitik pada nyamuk
Aedes aegypti, antara lain udang-udangan (Mesocyclops), ikan cupang
(Ctenops vittatus). Keempat adalah penanganan lingkungan: dengan
dilakukannya pemusnahan habitat agar tidak menjadi sarang nyamuk Aedes
16
8. Pengobatan
Pengobatan DBD adalah dengan terapi suportif karena DBD dapat
sembuh dengan sendirinya. Pengobatan suportif DBD adalah dengan
penggantian cairan dengan minum banyak dan banyak istirahat. Terapi
simptomatik diberikan dengan cara obat penurun panas (Soedarto, 2012).
Pengobatan suportif yang dapat dilakukan oleh pasien karena DBD
antara lain adalah: (a) Pasien harus banyak mengkonsumsi banyak air mneral
dan beristirahat cukup, (b) pasien dapat meminum obat antipiretik untuk
mengkontrol suhu tubuh, (c) pasien tidak boleh meminum obat aspirin dan
obat nonsteroidal karena dapat meyebabkan peningkatan perdarahan, (d)
memantau agar tidak terjadi dehidrasi (CDC, 2009).
D. Kuesioner 1. Pengertian
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan
untuk tujuan khusus yang memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data
mengenai pengetahuan, skiap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik utama dari
orang-orang di dalam organisasi, serta pendapat dari responden yang dipilih.
Dalam konteks statistik, kuesioner merupakan alat pengumpul data dari teknik
pengumpulan data angket (Budiman dan Riyanto, 2013).
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi pertanyaan/pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien jika
diharapkan dari responden. Kuesioner cocok digunakan jika jumlah responden
cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa
pertanyaan/pernyataan tertutup ataupun terbuka, dapat diberikan kepada
responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau media elektronik
misalnya melalui internet. Adanya kontak langsung antara peneliti dengan
responden akan menciptakan kondisi yang cukup baik, sehingga responden
dengan sukarela akan memberikan data objektif dan cepat (Sugiyono, 2008).
2. Rancangan Kuesioner
Kuesioner adalah serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada
responden guna mengumpulkan informasi dari responden mengenai objek
yang sedang diteliti, baik berupa pendapat, tanggapan, ataupun dirinya
sendiri. Daftar pertanyaan yang diajukan harus disusun secara taktis dan
strategik sehingga mampu menyaring informasi yang dibutuhkan oleh
responden (Nasir, Muhith, dan Ideputri, 2011).
Kuesioner merupakan salah satu instrumen tes psikologis yang harus
dirancang melalu beberapa tahapan tertentu untuk dapat digunakan sesuai
dengan tujuan penelitian Peyusunan instrumen diawali dengan
mengembangkan suatu konsep (konseptualisasi) yang teliti mengenai domain
yang akan diukur, yang mengacu pada suatu literatur (Profetto-McGrath dkk.,
2010).
Tahapan dalam suatu perancangan tes tersebut antara lain adalah (a)
pendefinisian tes, (b) penyusunan spesifikasi tes, (c) metode penskalaan, (d)
18
instrumen, (h) analisis aitem, (i) uji validitas dan reliabilitas, (j) penyusunan
manual dan penerbitan tes (Supratiknya, 2014).
Kisi-kisi atau biasa juga disebut sebagai tabel spesifikasi tes
merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat.
Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga dalam menulis soal
akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya sama. Terdapat
empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu: (1) Menulis
standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) menentukan indikator, (3)
membuat daftar pokok bahasan subpokok bahasan yang akan diujikan, (4)
menentukan jumlah butir soal tiap pokok bahasan dan subpokok bahasan
(Widoyoko, 2012).
3. Syarat Kuesioner
Kuesioner merupakan alat yang penting dalam pengumpulan data, agar
memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kuesioner berisi
sejumlah pernyataan atau pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh
responden. Penyusunan kuesioner yang akan dijawab oleh responden ini perlu
memerhatikan beberapa hal, antara lain: Pada awal kuesioner harus diberikan
pengantar dan petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir pernyataan dirumuskan
secara jelas. Ketiga, harus disediakan kolom yang cukup bagi responden untuk
menuliskan jawaban atau respon (Sukmadinata, 2012).
Dalam membuat kuesioner penelitian, peneliti juga harus mengacu pada
(a) teori variabel penelitian, (b) petunjuk jelas mengenai maksud diberikannya
mudah dimengerti dan tidak memiliki arti bias, (e) mengindari pernyataan tidak
jelas, tidak perlu, dan tidak relevan, (f) menghindari pertanyaan yang
memerikan sugesti, bernada menekan atau mengancam, (g) menggunakan
urutan yang logis, (h) merahasiakan identitas responden agar responden dapat
menjawab secara objektif (Budiman dan Riyanto, 2013).
E. Validitas 1. Pengertian
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan instrumen tersebut
benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji ini digunakan untuk mengetahui
kelayakan butir-butir pernyataan dalam suatu daftar pernyataan dalam
mendefinisikan suatu variabel (Notoatmodjo,2011).
Validitas akan menunjukkan tingkat-tingkat validitas atau kesahihan
sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang
rendah. Instrumen yang memiliki validitas yang tinggi maka instrumen tersebut
dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur. Dengan kata lain,
validitas berkaitan dengan "ketepatan" pada instrumen. Instrumen yang valid
akan menghasilkan data yang valid pula (Widoyoko, 2012).
Secara garis besar tipe validitas digolongkan dalam tiga kategori
besar, yaitu validitas isi (content validity), validitas konstrak (construct
validity) dan validitas yang berdasar kriteria (criterion-related validity)
20
2. Jenis-Jenis Validitas
Validitas konstrak mengacu pada sejauh mana suatu instrumen
mengukur konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi dasar penyusunan
kuesioner. Validitas konstrak ini akan membuktikan apakah hasil pengukuran
yang diperoleh melalui aitem-aitem instrumen bekorelasi tinggi dengan
konstrak teoritik yang mendasari penyusunan instrumen tersebut, apakah skor
yang diperoleh mendukung konsep teoritik yang diinginkan oleh tujuan
pengukuran semula (Widoyoko, 2012).
Validitas berdasarkan kriteria berkenaan dengan tingkat ketepatan
instrumen mengukur segi yang akan diukur dibandingkan dengan hasil
pengukuran dengan instrumen lain yang menjadi kriteria. Instrumen yang akan
menjadi kriteria adalah instrumen yang sudah menjadi standar. Validitas
kriteria dihitung dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh dari penggunaan
instrumen tersebut dengan skor dari instrumen lain yang menjadi kriteria
(Sukmadinata, 2012).
Validitas isi menunjukan sejauhmana kelayakan suatu instrumen
sebagai sampel dari domain aitem yang hendak diukur. Validitas isi menjadi
utama dan penting terutama dalam pengukuran (Ley, 2007).
Validitas isi menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas atau butir
dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan
proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Artinya tes
mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang
Pada penelitian ini dilakukan uji validitas isi yang menjadi utama dan
penting dalam pengukuran. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi
lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis
rasional oleh panel yang berkompeten atau melalu experts judgement (Azwar,
2013). Para ahli akan menganalisis aitem suatu instrumen, apakah aitem
tersebut akan merepresentasikan keseluruhan konten secara hipotetik dengan
proporsi yang sesuai (Profetto-McGrath dkk., 2010).
F. Seleksi Aitem 1. Seleksi Aitem dalam Penyusunan Aitem
Seleksi aitem memiliki kaitan dengan reliabilitas suatu instrumen dalam
penelitian ini. Seleksi aitem didasarkan pada parameter yang telah ditentukan
oleh peneliti. Pemilihan aitem yang efektif akan dilakukan berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu, seperti: Panjang tes, content atau isi tes, korelasi aitem
total, taraf kesukaran dan efektivitas masing-masing aitem (Supratiknya, 2014).
Prinsip dasar seleksi aitem adalah memilih aitem yang menunjukkan
fungsi sesuai fungsi ukur tes sebagaimana tujuan pengukuran yang telah
disusun sebelumnya. Aitem yang terseleksi ini mampu mengukur atribut yang
sama dengan atribut yang secara keseluruhan diukur dalam tes tersebut.
Prosedur yang dilakukan dalam seleksi aitem adalah koefisien korelasi aitem
total, indeks reliabilitas aitem dan indeks validitas aitem. Korelasi aitem total
dilakukan untuk menyeleksi aitem yang fungsinya sesuai dengan fungsi tes
secara keseluruhan. Hal ini berarti aitem tersebut dapat mengukur sesuai
22
2. Korelasi Aitem Total
Revisi aitem dalam penyusunan tes diperlukan untuk menghilangkan
aitem yang tidak diperlukan dalam tes, karena aitem tersebut akan
menyebabkan kualitas tes menjadi rendah. Hanya aitem yang memiliki kualitas
tinggi yang boleh digunakan dalam tes. Salah satu metode untuk korelasi aitem
total adalah dengan menggunkan metode statistik. Prinsip dalam analisis aitem
ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsinya selaras atau sesuai dengan
fungsi ukur tes. Pengujian ini dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi
aitem total. Uji korelasi Point Biserial digunakan untuk menyeleksi aitem
dengan data dikotomus (skoring nol dan satu) sedangkan uji korelasi Pearson
Product Moment digunakan pada aitem yang diberi skor kontinyu (Azwar,
2013).
3. Pemilihan Aitem Berdasarkan Korelasi Aitem Total
Koefisien korelasi aitem total baik yang dihitung dengan uji korelasi
Pearson maupun uji korelasi biserial akan menunjukkan kesesuaian fungsi
aitem dengan fungsi tes. Maka dari itu, pemilihan aitem dengan korelasi
koefisien akan mengoptimalkan fungsi pengukuran tes. Apabila skor aitem dan
skor total aitem memiliki koefisien korelasi positif yang tinggi maka aitem
tersebut memiliki daya beda yang tinggi secara konsisten terhadap skor total.
Maka dari itu, aitem tersebut dalam hal ini pernyataan tersebut berfungsi baik
selaras dengan fungs tes. Sedangkan bila koefisien korelasi mendekati nol
maka terdapat ketidaksesuaian fungsi aitem pernyataan terhadap fungsi tes
pernyataan tersebut mengalami "kerusakan" dan tidak dapat digunakan dalam
pengukuran (Azwar, 2013).
G. Reliabilitas 1. Pengertian
Reliabilitas berasal dari kata reliable, yang berarti dapat dipercaya.
Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya (reliable) jika memberikan hasil yang
tetap atau ajeg (konsisten) apabila diteskan berkali-kali (Widoyoko, 2012).
Reliabilitas adalah derajat yang menunjukkan bahwa instrumen
penelitian layak digunakan karena sudah terbukti dapat diandalkan dan
terpercaya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan konsistensi hasil dari suatu
instrumen pengukuran, bahwa berapa kali pun pengukuran maupun pengujian
dilakukan, maka hasil yang diberikan bersifat konsisten dan tak berubah-ubah
(Notoatmodjo, 201 1).
Alat ukur dikatakan reliabel (andal) jika alat ukur tersebut memiliki
sifat konstan, stabil atau tepat. Alat ukur dinyatakan reliabel apabila
diujicobakan terhadap sekelompok subjek akan tetap sama hasilnya, walaupun
dalam waktu yang berbeda, dan/atau jika diujikan pada subjek yang sama
karakteristiknya hasilnya akan sama juga. Ada beberapa metode untuk menguji
reliabilitas, yaitu: Metode tes ulang, metode bentuk pararel dan metode
24
2. Pengukuran Reliabilitas dengan Metode Cronbach-Alpha
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukan sejauh
mana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten atau sama bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
menggunakan alat ukur yang sama. Pertanyaan yang sudah valid dilakukan uji
reliabilitas dengan cara membandingkan r tabel dengan r hasil. Jika nilai r hasil
adalah alfa yang terletak di awal output dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05)
sehingga item kuesioner dikatakan valid jika r lebih besar dari konstanta (0,6),
maka pertanyaan tersebut reliabel (Budiman dan Riyanto, 2013).
Pengukuran reliabilitas suatu instrumen dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yaitu pendekatan konsistensi internal, tes-tes dan pendekatan
bentuk pararel. Reliabilitas dengan pendekatan konsistensi dapat diukur dengan
menggunakan koefisien alpha. Single trial administration adalah pengujian
sebuah tes sebanyak satu kali. Pada penelitian ini peneliti memberikan
perlakuan single trial administration kepada sekelompok responden. Untuk
perlakuan single trial administration metode pendekatan konsistensi
merupakan metode yang dinilai lebih praktis dan efisien dibandingkan metode
lainnya. Maka dari itu, peneliti menggunakan metode pendekatan konsistensi.
Hasil distribusi skor tes langsung dapat diketahui setelah single trial
H. Sampling
1. Pengertian
Pelaksanaan suatu penelitian membutuhkan suatu objek yang akan
diteliti atau yang akan diselidiki. Objek penelitian tersebut adalah populasi
penelitian. Sedangkan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi disebut sebagai sampel
penelitian. Jumlah sampel paling sedikit adalah 20 orang atau antara 30-40
orang (Supratiknya, 2014).
Populasi dalam penelitian akan dibatasi secara spesifik dengan faktor
inklusi dan ekslusi yang ditentukan oleh peneliti. Sampel penelitian diambil
dengan menggunakan teknik-teknik tertentu, teknik ini disebut sebagai "teknik
sampling". Teknik pengambilan sampling ini penting untuk dipertimbangkan
karena akan mempengaruhi validitas hasil penelitian (Notoatmodjo, 2011).
2. Teknik Sampling
Ada beberapa metode pengambilan sampel yang dapat digunakan
dalam suatu penelitian. Pada dasarnya ada dua kelompok metode pengambilan
sampel, yaitu sampel probabilitas (probability sampling) dan sampel
nonprobabilitas (non probability sampling). Sampel probabilitas memiliki
pengertian, yaitu bahwa setiap unsur dari populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Berdasarkan suatu sampel
probabilitas, maka peneliti dalam batas-batas tertentu dapat menarik
kesimpulan yang berlaku bagi seluruh populasi. Sampel probabilitas ini terdiri
26
sampel acak distrafikasi, sampel gugus sederhana, sampel gugus bertahap dan
sampel wilayah. Sampel nonprobabilitas memiliki pengertian bahwa setiap dari
unsur populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai
sampel. Sampel nonprobabilitas terdiri atas beberapa jenis, yaitu: sampel
purposif, sampel kuota, sampel jenuh, sampel aksidental dan sampel bola saju
(Effendi dan Tukiran, 2012).
I. Landasan Teori
Pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terkait
penyakit DHF memerlukan suatu instrumen. Adapun instrumen yang sering
digunakan adalah kuesioner. Suatu kuesioner memerlukan uji untuk menjamin
validitas dan reliabilitas. Kuesioner dikatakan valid secara konten jika sudah
mendapatkan persetujuan oleh professional/expert judgement dalam uji validitas
konten. Kuesioner yang valid secara konten harus dilanjutkan ke uji pendahuluan,
yaitu uji pemahaman bahasa. Uji pemahaman bahasa bertujuan untuk
menghasilkan pengukuran dengan validitas dan reliabilitas yang sesuai dengan
tujuannya. Setelah melalui uji pemahaman bahasa, harus dilanjutkan dengan uji
kualitas instrumen yang akan mengasilkan data statistik, guna melakukan uji
reliabilitas. Uji reliabilitas suatu kuesioner dapat dilakukan dengan menggunakan
metode Chronbach-Alpha, melalui single trial administration dan dikatakan
J. Hipotesis Penelitian
Instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan
masyarakat terkait penyakit DHF yang dihasilkan valid secara konten dan reliabel
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental dengan
rancangan cross-sectional. Penelitian disebut eksperimental karena pada
penelitian diberikan perlakuan pada setiap aitem pernyataan kuesioner yang
kemudian dilakukan uji validitas konten dan uji reliabilitas terhadap aitem
tersebut. Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional karena
pengambilan data variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan dalam waktu
yang bersamaan.
B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel
a. Variabel utama:
1) Variabel bebas: Aitem pernyataan pengetahuan, sikap dan pernyataan
tindakan masyarakat terkait penyakit DHF, jumlah aitem setiap aspek,
jumlah responden dan panjang kuesioner.
2) Variabel tergantung: Validitas konten dan reliabilitas aitem kuesioner.
2. Definisi Operasional
1. Validitas konten, pada penelitian ini dilakukan dengan “experts judgement”
oleh dokter dan apoteker, dimana pernyataan dalam kuesioner dinilai
masyarakat terkait penyakit DHF yang dinyatakan dalam blangko hasil
rekomendasi experts judgement questionnaire.
2. Reliabilitas adalah parameter yang menunjukan konsistensi hasil
pengukuran oleh suatu instrumen. Dalam penelitian ini diukur dengan
metode uji Chronbach Alpha menggunakan 𝛼> 0,6. Maka instrumen
dinyatakan reliabel jika memenuhi nilai α > 0,6 (Budiman dan Riyanto,
2013).
3. Aitem terseleksi adalah item yang tidak dihilangkan saat seleksi aitem.
4. Aitem tidak terseleksi adalah aitem yang dihilangkan saat dilakukan
prosedur seleksi aitem dengan uji Point-Biserial dan uji korelasi Pearson
Product Moment (Azwar, 2013).
5. Koefisien korelasi aitem adalah suatu nilai yang memberikan gambaran
mengenai perbedaan nilai pada aitem. Nilai tersebut akan menunjukan
apakah aitem tersebut selaras dengan fungsi tes atau tidak (Azwar, 2013).
6. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat usia produktif yang
tinggal di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok. Responden penelitian
termasuk pria maupun wanita yang masih dalam usia 16-65 tahun.
7. Usia produktif adalah usia antara 16-65 tahun, masyarakat yang sudah
bekerja atau sedang mencari pekerjaan, guna menghasilkan uang.
8. Uji Kualitas Instrumen adalah uji kepada sampel testi sesungguhnya yang
menghasilkan pengukuran dengan taraf validitas dan reliabilitas sesuai
30
C. Responden Penelitian
Kriteria inklusi responden adalah masyarakat usia produktif yang
terdapat di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok baik pria maupun wanita yang
masih dalam usia 16-65 tahun, responden memiliki kemampuan untuk membaca
dan menulis, responden tidak mempunyai latar pendidikan formal maupun non
formal terkait DHF dan bersedia menjadi responden.
Krtiteria ekslusi responden dalam penelitian ini adalah masyarakat usia
produktif sesuai dengan kriteria namun tidak bersedia menjadi responden,
responden yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap dan responden yang tidak
mengisi sendiri kuesionernya.
D. Sampling
Jenis sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan
metode purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang peneliti
tentukan. Pada penelitian ini responden yang digunakan berjumlah 65 orang per
uji kualitas instrumen. Uji kualitas instrumen dilakukan sebanyak tiga kali dengan
jumlah responden berjumlah 217 orang. Responden yang tereksklusi berjumlah 37
orang, sehingga jumlah responden dengan kriteria inklusi adalah 195 responden.
Gambar 1. Jumlah Responden Tiap Pengujian Berdasarkan Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Pengujian Pertama 72 orang
Pengujian Kedua 75 orang
Pengujian Ketiga 70 orang
Inklusi 65 orang
Inklusi 65 orang
Inklusi 65 orang Eksklusi 15 orang
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Blangko rekomendasi "experts judgement" yang berisi persetujuan dari dokter
dan apoteker mengenai kesesuaian pernyataan dalam kuesioner dengan
pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan terkait penyakit DHF
yang telah memperoleh persetujuan dari Apoteker dan Dokter sebagai "experts
judgement".
2. Reliabilitas, yaitu uji Chronbach Alpha. Nilai 𝛼 > 0,6 menyatakan kuesioner
telah memenuhi syarat reliability dan dapat dikatakan reliabel (Budiman dan
Riyanto, 2013).
3. Uji Korelasi Point-Biserial: Digunakan untuk mengetahui koefisien korelasi
aitem pada aitem dengan skor yang bersifat dikotomus pada aspek pengetahuan
(Azwar, 2013).
4. Uji Korelasi Pearson Product Moment: Digunakan untuk mengetahui koefisien
korelasi aitem pada aitem dengan skor yang bersifat interval/continous pada
aspek sikap dan tindakan (Azwar, 2013).
F. Bahan Penelitian
1. Bagian pertama kuesioner adalah aspek pengetahuan dengan tipe pilihan
bentuk force choice terdiri dari 24 aitem favorable dan 4 aitem unfavorable.
Pernyataan meliputi definisi, pengertian, gejala, pencegahan, dan pengobatan
32
responden setuju dengan pernyataan tersebut, dan “tidak” bila responden tidak
setuju. Untuk jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah diberi skor nol.
2. Bagian kedua kuesioner adalah aspek sikap dengan tipe pilihan skala likert
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS),terdiri dari 11 aitem favorable dan 5 aitem unfavorable.
Pernyataan juga termasuk keinginan responden untuk memahami lebih lanjut
mengenai DHF, antisipasi dampak, serta upaya pencegahan DHF.
3. Bagian ketiga kuesioner adalah aspek tindakan dengan tipe pilihan skala likert
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS), terdiri dari 9 aitem favorable dan 1 unfavorable.
4. Bagian keempat adalah kuesioner tipe isian dengan bentuk closed form item,
memuat data demografi dan skala tingkat pengenalan tentang DHF. Bagian
pertama ini meliputi nama, usia, pernah mendapat informasi atau belum
mengenai DHF, asal informasi. Bagian terakhir merupakan kolom tanda tangan
yang menunjukan bahwa yang bersangkutan setuju menjadi responden.
Aitem-aitem kuesioner dan persebaran pernyataan unfavorable dan
Tabel I. Persebaran Pernyataan Favourable dan Unfavourable pada Pokok Bahasan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Bagian Bahasan Favourable Unfavourable
Pengetahuan a. Pengertian/sinonim 1,2,3,4 -
b. Epidemiologi 5 -
c. Penyebab 6,8 -
d. Habitat 7,9 -
e. Gejala 11,12,13,14 19
f. Penularan 10 -
g. Upaya pencegahan 15,16,17,18,20,23,24 21,22,25 h. Upaya pengobatan 26,27,28
Jumlah aitem 24 4
d. Upaya pencegahan 9,10,12,15,16 8,11
e. Upaya pengobatan 4,14 7,13
Jumlah aitem 11 5
Tindakan a. Kepercayaan masyarakat - 1
b. Upaya pengobatan 3,4,5,6,10 -
c. Upaya pencegahan 2,7,8,9 -
Jumlah aitem 9 1
G. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Desember 2013 sampai dengan
bulan April 2014.
H. Tata Cara Penelitian 1. Penentuan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok,
Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta karena menurut data
dari dinas Kesehatan Provinsi DIY diperoleh bahwa DHF merupakan penyakit
34
2. Pengurusan Izin Penelitian
Pengurusan izin penelitian dilakukan di BAPEDDA Sleman untuk
mendapatkan izin selama tujuh bulan. Izin dilanjutkan ke Kecamatan Depok
dengan surat izin dari BAPEDDA dan surat keterangan dari fakultas sebagai
pengantar, kemudian diteruskan ke seluruh Kelurahan yang ada. Untuk
perizinan ke tingkat Pedukuhan dilakukan bila diperlukan (bila dukuh meminta
surat pengantar yang ada). Izin dari Pedukuhan selanjutnya digunakan untuk
mendapatkan izin dari ketua PKK atau Dasa Wisma.
3. Penyusunan Kuesioner
a. Langkah pertama, menyusun pernyataan mengenai poin-poin pengetahuan
yang harus dikuasai seseorang terkait penyakit DHF. Pernyataan meliputi
pengertian/sinonim, etiologi, faktor resiko, dampak, upaya pencegahan, dan
upaya pengatasan, dengan alternatif jawaban ya dan tidak.
b. Langkah kedua, menyusun pernyataan pada bagian sikap dan tindakan yang
meliputi keinginan responden untuk mengetahui lebih lanjut terkait penyakit
DHF, antisipasi dampak, upaya pencegahan, dengan alternatif jawaban
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju
(STS).
c. Langkah ketiga, dengan menyusun item-item pertanyaan untuk tipe isian
sehubungan dengan data demografi terkait variabel penelitian, skala
pengenalan responden mengenai DHF dan kolom untuk tanda tangan
Dalam menyusun instrumen penelitian, diperlukan kisi-kisi untuk
menyusun pokok bahasan terkait penyakit DHF. Kisi yang terpenting yaitu
dapat mengukur aspek yang akan diukur/dihimpun datanya, dalam hal ini
adalah dapat mengukur aspek pengetahuan, sikap dan tindakat terkait penyakit
DHF. Pada saat penyusunan isi kuesioner diperhatikan beberapa hal, yaitu:
Butir soal tes hendaknya meliputi ide-ide pokok dari materi yang diujikan dan
disusun soal yang sifatnya komprehensif yang mampu mewakili materi pokok
dalam materi yang akan diujikan, butir soal tidak mengambil kalimat-kalimat
yang langsung disalin langsung dari buku atau catatan, butir soal harus
dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penskorannya, pertanyaan
disusun secara bervariasi dan rumusan butir soal disusun agar mudah dipahami
oleh peserta tes. Selama penyusunan kuesioner dilakukan konsultasi dengan
pihak-pihak yang memahami tata cara pembuatan kuesioner penelitian.
Pernyataan pada bagian sikap dan tindakan mencakup jawaban favourable dan
unfavourable.
4. Uji Validitas Konten
Uji validitas kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan syarat validitas konten. Validitas konten diuji berdasarkan review
oleh experts judgement, yaitu dokter dan apoteker. Dokter dalam penelitian ini
adalah dokter spesialis anak. Hal ini karena dokter spesialis anak lebih
menguasai topik terkait penyakit DHF sehingga dapat dihasilkan penilaian