• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK INDUSTRI F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK INDUSTRI F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2021"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

Menggunakan TPB (Theory of Planned Behavior) di Universitas Sumatera Utara

TESIS

Oleh Khairunnisa NIM :187025010

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK INDUSTRI F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 2 1

(2)
(3)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Ir. Nazaruddin, M.T., Ph.D.

Anggota : Dr. Ir. Juliza Hidayati, M.T.

Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, M.S.I.E.

Aulia Ishak S.T., M.T., Ph.D.

Dr. Eng. Ir. Listiani Nurul Huda M.T.

(4)

siswa yang telah menggunakan pembelajaran E-Learning. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket sebanyak 200 siswa yang dijadikan subjek PLS-SEM untuk dianalisis. Temuan menunjukkan bahwa kontrol perilaku yang dirasakan tidak berpengaruh signifikan terhadap niat untuk menggunakan teknologi E-learning. Sedangkan hasil lainnya mengidentifikasi bahwa semua variabel mempengaruhi niat menggunakan teknologi dan efektivitas E-Learning.

implikasinya bagi perguruan tinggi dengan meningkatkan pembelajaran E- learning dapat memfasilitasi mahasiswa menjadi lebih efektif. Selain itu juga memberikan pedoman bagi perguruan tinggi untuk memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi niat agar pengguna E-Learning dapat lebih maksimal. E- learning memiliki kontribusi baru terhadap pembelajaran digital selama pandemi COVID-19. Bagaimana mengintegrasikan pemanfaatan teknologi E-Learning dengan melihat hubungan yang saling berkaitan sehingga tercipta faktor-faktor yang perlu ditingkatkan dalam pembelajaran yang efektif

Kata Kunci: Efektifitas E-Learning, SEM (Structural Equation Modeling), Teknologi E-learning

(5)

This study was conducted to see what factors affect the effectiveness to improve E- learning learning. The research population is students who have used E-Learning learning. Data was collected using a questionnaire as many as 200 students who were used as PLS-SEM subjects for analysis. The findings show that perceived behavioral control has no significant effect on intention to use E-learning technology. Meanwhile, other results identify that all variables affect the intention to use technology and the effectiveness of E-Learning. implications for universities by improving learning E-learning can facilitate students to be more effective. Besides that, it also provides guidelines for universities to improve factors that influence intentions so that E-Learning users can be maximized. E- learning has a new contribution to digital learning during the COVID-19 pandemic. How to integrate the use of E-Learning technology by looking at interrelated relationships so as to create factors that need to be improved in effective learning.

Keyword: Effectiveness of E-Learning, SEM (Structural Equation Modeling), E- learning Technology

(6)

merupakan anak dari 2 bersaudara dari pasangan Ir. H. Didi Adinegara dan Ibu Hj. Arniza, SE.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2006 di SD Siderejo 1 Pangkalan Bun, menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2009 di SMPN 3 Kisaran, menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas pada tahun 2012 di SMAN 3 Kisaran, dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2017 di Universitas Sumatera Utara dengan Program Studi Teknik Industri.

Penulis pernah bertugas sebagai salah satu karyawan di PT. Karya Indra Medan pada tahun 2018. Saat ini aktif sebagai bisnis online dan sebagai Mahasiswa Magister Teknik Industri USU

(7)

memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Penerimaan Teknologi E- Learning Terhadap Efektivitas Menggunakan TPB (Theory of Planned Behavior) di Universitas Sumatera Utara”.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, sekaligus mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi di lapangan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan penelitian ini.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis, Program Studi Magister Teknik Industri, universitas dan para pembacanya.

Medan, 5 Desember 2021 Penulis,

(8)
(9)

karena itu dengan segala hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara bapak Dr. Ir. Fahmi ST., M.Sc., IPM

3. Ketua Program Studi Magister dan Doktor Teknik Industri Ibu Ir. Rosnani Ginting, M.T., Ph.D., IPU, Sekertaris Program Studi Magister dan Doktor Teknik Industri Ibu Dr. Anizar, S.T., M.T., dan Ibu Ir. Dini Wahyuni, M.T., serta pegawai Program Studi Magister Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang juga banyak memberikan bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

4. Bapak Ir. Nazaruddin, M.T, Ph.D. dan ibu Dr. Ir. Juliza Hidayati, M.T. selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dalam memberikan dukungan, arahan, serta petunjuk dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, M.S.I.E., ibu Dr. Eng. Ir. Listiani Nurul Huda M.T. dan bapak Aulia Ishak S.T., M.T., Ph.D. sebagai tim penguji yang telah banyak memberikan masukan serta saran yang membangun dalam menyempurnakan tesis ini.

(10)

7. Staf di Magister Teknik Industri yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi mengenai perkuliahan dan pelaksanaan tesis.

8. Teman-teman yang telah banyak membantu penulis khususnya angkatan 28 atas kerja samanya dalam menjalani perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.

9. Sahabat-sahabat penulis di Magister Teknik Industri USU Terima kasih atas kerjasamanya dan kerelaan waktu untuk berbagi kisah suka dan duka selama proses perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.

10. Orang tua dan teman spesial Ahmad Shalihin yang terus membantu dan mendukung saya tanpa henti dalam menyelesaikan tesis ini.

(11)

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ... 14

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan ... 14

1.6 Asumsi – Asumsi ... 14

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Deskripsi Teori ... 15

2.1.1. E-Learning ... 15

2.1.2. Tampilan E-Learning USU... 19

2.1.3. Theory of Planned Behavior (TPB) ... 24

2.1.4. Pembuatan Kuesioner ... 38

2.1.5. Structural Equation Modeling (SEM) ... 42

2.1.6. Metode Analisis Component Based SEM atau Partial Least Square (PLS) ... 46

2.1.7. Structural Equation Modeling (SEM) ... 51

2.2 Review Hasil-Hasil Penelitian ... 53

2.3 Resume Hasil-Hasil Penelitian ... 55

2.4 Kerangka Konseptual ... 57

(12)

3.1 Tipe Penelitian ... 70

3.2 Lokasi Penelitan ... 70

3.3 Metodologi Penelitian ... 70

3.3.1. Populasi ... 70

3.3.2. Sampel ... 71

3.3.3. Teknik Sampling ... 73

3.4 Pengolahan Data ... 74

3.4.1. Data Responden ... 74

3.4.2. Data Fakultas ... 75

3.4.3. Data Hasil Pernyataan ... 76

3.4.4. Tahapan Penelitian ... 79

3.5 Indikator Pengolahan Data ... 79

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Data SEM ... 84

4.1.1 Model Jalur Path ... 84

4.1.2 Evaluasi Goodness of Fit, Model Pengukuran atau Outer Model ... 85

4.1.3 Evaluasi Goodness of Fit, Model Pengukuran atau Inner Model ... 93

4.1.4 Analisis Regresi Antar Variabel ... 96

4.1.5 Hasil Pengujian Hipotesis ... 98

4.2 Pengolahan Data Usability ... 103

4.3 Hasil Analisis SEM ... 109

4.3.1 Pengaruh Norma Subjektif (Subjective Norm) (SN) berpengaruh signifikan terhadap Niat menggunakan teknologi (Behavioalr Intention to Use) BI ... 109

4.3.2 Pengaruh Norma Subjektif (Subjective Norm) (SN) berpengaruh signifikan terhadap Niat menggunakan teknologi (Behavioalr Intention to Use) BI ... 110

(13)

(SE) terhadap Efektivitas E-Learning (E -Learning

Effectiveness) (EE) ... 112

4.3.5 Pengaruh Niat menggunakan teknologi (Behavioalr Intention to Use) (BI) terhadap Efektivitas E-Learning (E -Learning Effectiveness) (EE) ... 114

4.3.6 Kemampuan Akses (Accessibility) (AS) terhadap Efektivitas E-Learning (E -Learning Effectiveness) (EE) ... 115

4.4. Hasil Analisis SUS ... 115

4.4.1 Skor Skala Acceptability... 115

4.4.2 Skor skala Grade ... 116

4.4.3 Skor Skala Adjectives... 116

4.4.4 Skor skala Grade ... 116

4.5 Pembahasan SEM... 117

4.5.1 Pengaruh Norma Subjektif (Subjective Norm) (SN) berpengaruh signifikan terhadap Niat menggunakan teknologi (Behavioalr Intention to Use) BI ... 117

4.5.2 Pengaruh Norma Subjektif (Subjective Norm) (SN) berpengaruh signifikan terhadap Niat menggunakan teknologi (Behavioalr Intention to Use) BI ... 118

4.5.3 Pengaruh Persepsi Kontrol Perilaku (Perceived Behavior Control) (PBC) tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Niat menggunakan teknologi (Behavioalr Intention to Use) BI ... 119

4.5.4 Pengaruh Self- Efficacy menggunkaan teknologi (SE) terhadap Efektivitas E-Learning (E -Learning Effectiveness) (EE) ... 121

4.5.5 Pengaruh Niat menggunakan teknologi (Behavioalr Intention to Use) (BI) terhadap Efektivitas E-Learning (E -Learning Effectiveness) (EE) ... 122

4.5.6 Kemampuan Akses (Accessibility) (AS) terhadap Efektivitas E-Learning (E -Learning Effectiveness) (EE) ... 123

4.6 Pembahasan SUS ... 124

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 129

(14)
(15)

2.1 Hasil Review Penelitian ... 54

2.2 Hasil Review Jurnal... 57

2.3 Definisi Variabel Operasional... 59

3.1 Proposi Sample ... 72

3.2 Data Pertanyaan ... 76

3.3 Data Pertanyaan SUS ... 79

3.4 Rencana Penentuan Indikator ... 81

3.5 Koesioner SUS ... 83

4.1 Nilai Loading untuk ATT ... 85

4.2 Nilai Loading untuk konstruk SN ... 86

4.3 Nilai Loading untuk konstruk SN baru ... 86

4.4 Nilai Loading untuk konstruk PBC ... 87

4.5 Nilai Loading untuk konstruk SE ... 87

4.6 Nilai Loading untuk konstruk BI ... 88

4.7 Nilai Loading untuk konstruk AS ... 88

4.8 Nilai Loading untuk konstruk EE ... 89

4.9 Nilai Loading untuk konstruk EE baru ... 89

4.10 Korelasi antar konstruk dan akar AVE ... 91

4.11 Nilai Composite Reliability ... 92

4.12 Nilai R-square dan Path Coefficients ... 95

4.13 Nilai Q-square... 96

4.14 Output Pengujian Model Struktural ... 99

4.15 Hasil Hipotesis ... 101

4.16 Daftar Nilai Responden ... 104

4.17 Perhitungan Sesuai Aturan SUS ... 104

4.18 Rangkuman Hasil Uji Validitas ... 106

4.19 Uji Reliabilitas Alpha Cronbach ... 106

(16)

1.2 Penggunaan Teknologi Digital di Indonesia ... 2

1.3 Data Jumlah Pengguna Platform ... 6

2.1 Cakupan pengunaan E-Learning ... 15

2.2 Tampilan Ruang Kelas ... 21

2.3 Mengaktifkan Mode Pembelajaran ... 21

2.4 Informasi Media... 22

2.5 Format form Assignment ... 23

2.6 Menu Jurusan ... 24

2.7 kelas kuliah ... 24

2.8 Theory of Planned Behavior (TPB) ... 26

2.9 Kerangka Konseptual ... 58

3.1 Pengguna E-Learning ... 71

3.2 Hasil Responden ... 75

3.3 Data Falkutas ... 75

3.4 Blok Diagram Penelitian ... 80

4.1 Path ... 84

4.2 Model Struktural Sebelum Modifikasi ... 90

4.3 Model Struktural Sesudah Modifikasi ... 90

4.4 Inner Model ... 93

4.5 Regresi antar Variabel BI ... 97

4.6 Regresi antar Variabel EE ... 98

4.7 Skala Skor SUS... 105

4.8 Skala Acceptable ... 107

4.9 Skala SUS Pada Skala Grade Dan Persen ... 107

4.10 Skala Adjectives ... 108

4.11 Skala Promotor dan Detractors ... 109

(17)

2 Hasil Rekapitulasi Kuesioner TPB ... 141 3 Hasil Kuesioner SUS ... 151 4 Hasil Rekapitulasi SUS ... . 153

(18)

1.1. Latar Belakang

Pandemi virus COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) salah satu yang paling cepat menyebar dan mematikan di seluruh penjuru dunia. Pandemi Covid- 19 mempengaruhi berbagai sektor kehidupan, seperti ekonomi, sosial dan proses belajar mengajar. Ledakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) selama tiga dekade salah satunya adalah internet. Data BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan 5 tahun terakhir pengguna internet semakin banyak dan berkembang dengan pesat. Dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Pengguna Internet

Sumber : Badan Pusat Statistik

Data peningkatan sebesar 56% adalah hasil dari penggunaanInternet dan teknologi digital untuk meningkatkan pembelajaran manusia (Bubou & Job, 2020). Pada tahun 2020 populasi di Indonesia berjumlah 272,1 juta dengan

(19)

pengguna media teknologi sekitar 64%. Meningkatnya penggunaan teknologi ini, membuat munculnya pola kebiasaan baru dimana masyarakat Indonesia di paksa beradaptasi dengan penggunaan teknologi digital untuk melakukan berbagai aktivitas (Sakdiyah et al., 2019). Dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2. Penggunaan Teknologi Digital di Indonesia Sumber: hootsuite2020

Salah satu aktivitas dalam bidang pendidikan adalah melaksanakan proses belajar jarak jauh. Sebagai pedoman pembelajaran jarak jauh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbut) Nomor 3 Tahun 2020 berisi tentang aktivitas belajar mengajar jarak jauh atau dilakukan secara daring bagi semua institusi pendidikan baik perguruan tinggi sampai sekolah dasar (Yoga Purandina

& Astra Winaya, 2020). Kemendikbut telah merekomendasikan lembaga pendidikan untuk membekali dengan alat pembelajaran daring. Belajar jarak jauh serta membatasi hambatan dalam menjalankan pendidikan belajar mengajar

(20)

dilakukan dengan membuka platform pendidikan daring bagi universitas dan dosen serta mahasiswa (Shehzadi et al., 2020).

Teknologi menurut (Richey, 2008) sebagai pembelajaran dan kegiatan langsung untuk sarana fasilitasi pembelajaran dan peningkatan efektifitas dengan menggunakan, membuat, dan mengelola aplikasi serta sumber daya teknologi yang tepat”. Association for Educational Communications and Technology (AECT) dilambangkan teknologi instruksional sebagai teori dasar dan praktek desain, sumber daya, pengembangan, manajemen, pemanfaatan dan evaluasi proses. Tantangan utama dalam perkembangan teknologi daring yaitu proses pembelajaran yang berbeda dengan metode konvensional tidak adanya interasi fisik antara mahasiswa dan dosen (Ilyas & Zaman, 2020). Kurangnya kesiapan individu mahasiswa dan dosen untuk menerima penggunaan teknologi daring.

Kurangnya komitmen, disiplin waktu dan niat dalam peroses pembelajaran daring (Bubou & Job, 2020). Kurangnya tingkat kemandirian belajar mahasiswa serta ketidakpuasan dalam pembelajaran daring. Kurangnya pengalaman akademis yang transformatif terhadap mahasiswa dalam pembelajaran daring. Sehingga dosen perlu menentukan tujuan pembelajaran, membuat referensi yang lebih menjurus atau sumberdaya khusus dalam bidangnya, mengatur waktu dan menerapkan strategi pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran daring dapat diterima mahasiswa dengan baik. (Anthony Jnr et al., 2020)

Kendala diatas disebabkan pembelajaran jarak jauh atau work from home (WFH). Seharusnya dengan adanya teknologi daring semua pembelajaran menjadi mudah, namun belum bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh pihak pengguna.

(21)

Universitas Sumatra Utara (USU) adalah institusi Perguruan Tinggi Negeri (PTN- BH) di Indonesia. Kebijakan Rektor USU Nomor: 3195/UN5.1.R/KPM/2020 tentang Pencegahan dan Kewaspadaan Penyebaran virus Corona Virus Disease (Covid-19) memberlakukan pembelajaran daring (USU, 2017). Berbagai macam media teknologi pembelajaran daring salah satunya platform E-Learning.

E-Learning adalah media untuk menyampaikan materi dan metode pembelajaran secara daring dengan menggunakan teknologi informasi untuk belajar mengajar atau mendapat sumber pengetahuan dari mana saja dan kapan saja (Samsudeen & Mohamed, 2019). Tujuan E-Learning agar mempermudah kegiatan belajar mengajar antara dosen dan mahasiswa secara fleksibel.

E-Learning didirikan pada tahun 2009 yang terdiri dari presentasi, web, animasi, ebook, diskusi, teks, ujian, multimedia, dan belajar secara online dari mana saja namun, peminat E-Learning usu masih sedikit. Pada tahun 2017 E- Learning USU dibangun ulang untuk memanfaatkan fasilitas USU namun, sosialisasi penggunaan E-Learning masih kurang. Tahun 2018 E-Learning USU menjadi pusat perhatian untuk diadakan workshop E-Learning, namun hasilnya tetap sama masih belum terealisasikan. Saat pandemi Covid-19 hadir pada tahun 2019 akhirnya E-Learning USU Mulai naik daun (PSI,2020). Namun, tetap saja peminat penggunaan E-Learning masih rendah dibanding aplikasi lainnya.

Nyatanya E-Learning USU mengintegrasikan seluruh kegiatan belajar mengajar, evaluasi dosen, proses merekam, dan pengawasan, dalam pembelajaran sehingga dapat dengan mudah dilakukan. E-Learning ini dapat membatu mahasiswa untuk memperoleh informasi tentang materi kuliah, media berdiskusi sesama mahasiswa

(22)

dan dosen, media pengumpulan tugas dan umpan balik (Feed back), dan pemberian tugas kuis ataupun bentuk tes lainnya (Ardiansyah & Diella, 2019).

Kebijakan penggunaan pembelajaran E-Learning ini menuai pro dan kontra. Ada yang menilai bahwa pelaksanan E-Learning di masa pandemi ini bisa menjadi bahan percobaan untuk kedepannya. Ada juga masa transisi pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang memaksa setiap individu untuk belajar lebih mandiri dari rumah.

(Yoga Purandina & Astra Winaya, 2020).

Permasalahan penggunaan E-Learning yaitu adanya hambatan terlaksananya efektivitas pembelajaran E-Learning. Efektivitas E-Learning dapat diukur dengan dua variabel kepuasan pengguna dan manfaat. Data peneliti sebelumnya terdapat sejumlah 0,46% mahasiswa yang mempunyai persepsi negative terhadap penggunaan E-Learning USU. Persepsi negative ini timbul karena belum adanya kolerasi yang signifikan antara sikap terhadap teknologi dan niat pengguna teknologi (Marisa, 2013).

Hambatan lainnya yaitu keluhan mahasiswa menolak beradaptasi dari pembelajaran tradisional (tatap muka) menjadi pembelajaran daring dengan pelatihan penggunaan komputer di ruang kelas virtual (Sanchez Gordon & Lujan- Mora, 2014). Selain itu mahasiswa kurang menggunakan pembelajaran E- Learning, seperti perangkat yang belum efektif dan terbatasnya koneksi Internet. Mahasiswa juga kurang memiliki keterampilan dalam literasi computer dan motivasi diri (Randy, 2011). Penelitian sebelumnya (Suanpang dan Petocz, 2006), tentang metode yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran. Peneliti menguji efektivitas dengan membandingkan dua mode (interaktif dan non-

(23)

interaktif) dengan metode tradisional (instruksi kelas). Hasilnya menunjukkan bahwa E-Learning dalam mode interaktif lebih baik dari pada E-Learning dalam mode non-interaktif yang menggantikan pengajaran tradisional. (Andrew dan Bradley,2005) dan Henry (2008) mempelajari pengaruh efektivitas di sebabkan beberapa beberapa faktor. Dua faktor utama faktor internal yaitu pengalaman dan motivasi mahasiswa atau kepuasan dan faktor eksternal seperti lingkungan, instruktur, teknologi, dan aksesibilitas dalam E-Learning (Panyajamorn,2018).

Tabel 1.1 menunjukkan data mahasiswa yang telah menggunakan pembelajaran daring dari berbagai flatform (PSI,2019).

Tabel 1.1. Data Pengguna Pembelajaran

Platform Jlh Pengguna Persentage

Google Classroom 7707 37%

Whatsapp (wa) 4796 23%

Email 2864 14%

Zoom 2379 11%

E-Learning USU 1826 9%

lain-lain 1472 7%

Total 21044 100%

Sumber: Data Universitas Sumatera Utara2019

Berikut adalah grafik jumlah mahasiswa yang telah mensurvei penggunaan pembelajaran daring. Dilihat pada Gambar 1.3.

Sumber: Data Universitas Sumatera Utara2019

(24)

Berdasarkan hasil rating penggunaan platform untuk media pembelajaran didapatkan google Classroom yang tertinggi sebesar 37%. Posisi kedua media whatsapp sebesar 23%, kemudian posisi ketiga dan keempat mahasiswa memilih menggunakan e-mail sebesar 14% dan zoom sebesar 11%. Sementara penggunaan E-Learning USU hanya sebesar 9% dan dikuti media lain sebesar 7%. Dari Semua penggunaan platform media pembelajaran daring bahwa penggunaan E-Learing USU masih sangat rendah. Dikarenakan mahasiswa belum banyak berpartisipasi dalam penggunaan E-Learning.

Kegagalan ini diduga dikarenakanrendahnya penerimaan pembelajaran E- Learning disebabkan oleh rendahnya tingkat kesadaran penggunaan E-Learning, rendahnya niat penggunaan komputer, platform dan layanan Internet yang tidak dapat diandalkan, dan tingginya implementasi biaya sarana (perangkat elektronik) dan prasarana (jaringan internet/ kuota gratis) untuk E-Learning (Ngampornchai

& Adams, 2016).

Selain itu kegagalan akibat rendahnya tingkat sosialisasi penggunaan E- Learning yang seharusnya dapat dioptimalkan. Agar materi pembelajaran tersampaikan dan bisa diterima baik oleh mahasiswa, dosen harus siap dari segi materi maupun teknis. Begitu pun untuk para mahasiswa membutuhkan usaha yang lebih besar, baik secara materi, energi, maupun kesiapan niat dalam menerima pembelajaran daring.

Penggunaan E-Learning seharusnya menjadi pilihan tertinggi karena memiliki akses basis video conference (Big Blue button) dan non video (Moodle) (Aminah et al., 2021). Dimana Penggunaan E-Learning USU sudah terintegrasi

(25)

dalam mengolah akses pembelajaran. Selain itu dosen dapat memberikan materi pelajaran menggunakan platform E-Learning yang terdiri dari beberapa fiture seperti ujian, teks, presentasi, web link, maupun multimedia belajar secara daring dari mana saja. Sehingga E-Learning dapat diakses oleh mahasiswa dengan menggunakan internet. Salah satu agar efektifitas E-Learning tercapai yaitu absensi kehadiran, pengumpulan tugas tepat waktu, dan pembelajaraan yang produktif (Morris, 1975). Dosen dapat memposting info terbaru, mengupload nilai tugas, memeriksa kegiatan atau bimbingan laboratorium, dan berpartisipasi dalam diskusi kelas. Mahasiswa menyerahkan tugas dan pertanyaan diskusi dalam E- Learning sehingga dapat dibaca dan ditanggapi mahasiswa lain, dan mengerjakan kuis pada E-Learning USU (Morris, 2014).

Namun pilihan utama dari mahasiswa menggunakan platform google classroom yang berbasis non video. Berarti adanya beberapa faktor pengaruh sikap maupun niat terhadap efektifitas E-Learning sehingga penggunaan platform google classroom lebih tinggi. Keberhasilan atau kegagalan dari pembelajaran adalah aspek perilaku (behavior). E-Learning sering terjadi kegagalan disebabkan penggunanya tidak dapat menerima pembelajaran tersebut. Maka agar suatu pembelajaran diterima oleh pengguna, perlu dilakukan perubahan sikap penolakan agar sikap penolakan dapat diterima pembelajaran tersebut. Keberhasilan E- Learning tergantungan niat mahasiswa untuk menerima atau menolak teknologi (Clay et.al. 2009). Salah satu penyebab perilaku penolakan atau penerimaan pembelajaran adalah tingkat kepercayaan. Maka niat mahasiswa dalam menggunakan teknologi yang efektif masih kurang terhadap penggunaan

(26)

teknologi E-Learning (Sakdiyah et al., 2019). Tarhini et.al. (2014) berpendapat bahwa efektifitas akademik mahasiswa akan berkurang jika penggunaan E- Learning tidak dimanfaatkan secara maksimal. Maksud dari Efektivitas tersebut yaitu hasil pemanfaatan yang diperoleh dari pemekaian suatu teknologi sesuai dengan tujuan penggunaannya. Agar efektivitas pembelajaran berhasil diintegrasikan dan menyadari manfaat teknologi sebagai alat bantu belajar dan alat bantu mengajar. Tidak hanya membutuhkan infrastruktur fisik dan keahlian teknis tetapi juga beberapa tingkat kesiapan niat (Bubou & Job, 2020). Dapat diartikan bahwa jika kesiapan niat tinggi maka efektivitas akan tinggi karena saling berkaitan, dengan begitu kegunaan yang diperoleh pengguna teknologi meningkat maka efektivitas pengguna akan terpenuhi (Davis, 1989).

Berdasarkan paparan diatas bahwa E-Learning yang diterapkan saat ini belum efektif, hal ini terjadi karena minimnya persiapan sehingga masih terdapat beberapa kurangnya niat terhadap penggunaan teknologi. Selain itu salah satu masalah teknis untuk pengguna teknologi E-Learning USU adalah saat penggunaan Big Blue button suara tidak terdengar dengan jelas. Kapasitas ruangan kelas E-Learning USU tidak terbatas sehingga membuat pelajaran kurang efektif.

Selain itu kurangnya komunikasi antara admin dengan pengguna E-Learning.

Sehingga peneliti melihat E-Learning USU saat ini perlu mengevaluasi pembelajaran menggunakan E-Learning USU agar tidak ada lagi kendala niat pengguna, dan dapat mempersiapkan teknologi E-Learning yang efektif ini secara matang (PSI,2020).

(27)

Alasan menanggapi hal itu salah satu model yang biasa digunakan untuk menyelidiki persepsi mahasiswa tentang E-Learning adalah Theory of Planned Behavior. Theory of Planned Behavior merupakan teori perilaku terencana (Ajzen, 1991; Ajzen dan Madden, 1986) yang memperluas teori perilaku dengan memasukkan persepsi kontrol perilaku. Bahkan ketika sikap, keyakinan dan Norma subjektif lebih baik, ada kondisi lainnya yang membantu atau menghalangi sikap yang akan terjadi. Niat perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama: Sikap (attitude), norma Subjektif (Subjective norm) dan persepsi control perilaku (Perceived behavior control).

Penelitian sebelumnya (Ngampornchai & Adams, 2016) tentang persepsi mahasiswa sarjana tentang e-learning dan kesadaran teknologi pembelajaran baru di komunitas pedesaan Thailand. Teknologi dan sistem baru seringkali dipelajari untukmelihat berbagai manfaat, atau dapat diambil kegunaannya. E-learning menginovasi studi penerimaan pembelajaran online setelah diterima mahasiswa untuk penggunaan di kelas. Penelitian tersebut juga termasuk penelitian yang meneliti konsekuensi yang dirasakan dari menerima suatu inovasi sebelum inovasi itu dapat diterima. Penelitian saat ini meneliti konsekuensi yang dirasakan dari adopsi oleh sekelompok mahasiswa sarjana yang menghadiri kampus regional yang terletak di Timur Laut wilayah Thailand untuk mengidentifikasi karakteristik khusus yang mempengaruhi penerimaan e-learning. Peneliti merancang survei yang dimodelkan pada teori terpadu penerimaan teknologi dari beberapa teori yang memungkinkan untuk analisis dari faktor-faktor yang mungkin menghasilkan ketidakpastian tentang penerimaan inovasi. Hasilnya menawarkan

(28)

beberapa wawasan yang dapat mengarah pada kebijakan atau E-learning yang lebih efektif.

Penelitian lainya (kim jung dkk, 2021) yang dilakukan di Universitas Cambridge menjelaskan adanya perubahan pembelajaran secara tradisional menjadi pembelajaran daring. Lebih dari 99 persen mengeluh tentang kuliah daring dianggap perubahan mendadak bagi banyak mahasiswa di universitas di mana lingkungan belajar dulu bertatap muka. Metode daring tidak hanya membutuhkan pembelajaran mandiri tingkat tinggi dinama mahasiswa harus memiliki sikap kemauan dan keterampilan tetapi juga tingkat kesiapan yang tinggi untuk kapasitas pembelajaran teknologi digital. Hasil menggunakan Theory of Planned Behavior (TPB) untuk dianalilis penerimaan mahasiswa terhadap teknologi E-Learning peneliti menegaskan sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku menunjukkan korelasi yang signifikan dan positif dengan niat penggunaan E-Learning.

Studi kasus penelitian sebelumnya (Hadadgar et al., 2016) menggunakan metode TPB digunakan di Pendidikan iran yang akan melanjutkan sekolah praktik kedokteran wajib menggunakan program E-Learning CME (Continuing Medical Education). General practitioners (GP) dokter umum memperbarui pengetahuan dan keterampilannya dengan berpartisipasi dalam CME (Continuing Medical Education) program baik dalam format tradisional atau E-Learning. Keyakinan dokter tentang format elektronik CME telah dipelajari tetapi tanpa kerangka teoritis eksplisit yang membuat sulit untuk melakukan penafsiran. Dalam disiplin ilmu kesehatan lainnya, peneliti menggunakan teori perilaku terencana. Theory of

(29)

Planned Behavior (TPB) untuk memprediksi tingkah laku pengguna. TPB dapat digunakan sebagai model untuk membangun instrumen yang menyelidiki niat dokter berpartisipasi dalam program E-Learning di CME. Temuan dari penelitian ini akan mendorong manajer CME dan peneliti untuk mengeksplorasi instrumen yang dikembangkan sebagai sarana untuk menjelaskan dan meningkatkan niat dokter untuk menggunakan E-Learning di CME.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa perlunya meningkatkan niat penerimaan teknologi dilihat dari sikap terhadap teknologi, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, self-efficacy terhadap teknologi dan kemampuan akses yang berpengaruh terhadap efektivitas penerimaan E-Learning oleh pengguna, khususnya mahasiswa USU (Ndubisi, 2004). Hasil penelitian kedepannya diharapkan mampu memberikan informasi masukkan maupun evaluasi kepada yang berwenang tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pembelajaran daring sehingga penggunaan E- Learning dapat lebih efektif.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan penggunaan pembelajaran E-Learning USU saat ini masih rendah. Dan penerimaan teknologi E-Learing masih belum maksimal dan belum bisa menjadi proritas. Hal tersebut menyebabkan kurang efektif proses belajar mengajar mahasiswa. Sehingga perlu analisis dan identifikasi faktor penyebab kurangnya partisipasi niat penggunaan

(30)

terhadap efektifitas teknologi E-Learning yang tersedia di Universitas Sumatera Utara.

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah

1. Mengetahui pengaruh antar variable

a. Mengidentifikasi pengaruh antara sikap terhadap teknologi terhadap Niat menggunakan teknologi

b. Mengidentifikasi pengaruh antara norma subjektif terhadap Niat menggunakan teknologi

c. Mengidentifikasi pengaruh antara control perilaku persepsian terhadap Niat menggunakan teknologi

d. Mengidentifikasi pengaruh antara Self efficiacy terhadap efektivitas E- Learning

e. Mengidentifikasi pengaruh antara Niat menggunkan teknologi terhadap Efektivitas E-Learning.

f. Mengidentifikasi pengaruh antara Acessibility terhadap efektifitas E- Learning

2. Mengetahui apakah teknologi E-Learning dapat diterima atau tidak dengan metode SUS (System Usability Scale)

(31)

1.4. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah E-Learning di Universitas Sumatera Utara dapat meningkatkan efektivitas dan membantu meningkatkan niat pembelajaran E-learning. Serta dapat sebagai acuan maupun evaluasi dalam memperluas penggunaan E-Learning.

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan

Ruang Lingkup dan Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan pada Universitas Sumatera Utara.

2. Objek yang diteliti adalah mahasiswa S1 yang pernah menggunakan pembelajaran E-Learning.

3. Sampel penelitian yang di ambil yaitu mahasiswa yang aktif mengikuti pembelajaran E-laerning di Universitas Sumatera Utara.

4. Penelitian yang dilakukan menggunakan persepsi karena belum ada data atau alat ukur yang digunakan sampai saat ini untuk mengevaluasi E-Learning di Universitas Sumatera Utara.

1.6. Asumsi - Asumsi

Asumsi dalam penelitian ini adalah selama penelitian dilaksanakan tidak ada perubahan proses penggunaan platform daring salah satunya E-Learning.

(32)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Deskripsi Teori 2.1.1. E-Learning

Topik E-Learning mendapatkan banyak perhatian, terutama karena bahkan universitas kelas satu seperti MIT, Harvard, dan Stanford di Amerika Serikat dan Oxford di Inggris menerapkannya. E-Learning menunjukkan gaya- gaya yang mendorong transisi dari pendidikan tradisional ke pembelajaran online. E-Learning juga berkembang sebagai metode untuk pelatihan dan penciptaan pengetahuan di dunia bisnis dan menjadi kegiatan e-bisnis utama.

Untuk cakupan komprehensif E-Learning di pendidikan tinggi, Garrison ( 2016).

Dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Cakupan pengunaan E-Learning

(33)

Electronic Learning menurut Clark dan Mayer (2008) didefinisikan sebagai instruksi pembelajaran yang disalurkan menggunakan komputer dengan cara menggunakan alat seperti CD ROM, intranet, atau internet yang memiliki fitur konten yang relevan dengan objek pembelajaran, menggunakan metode instruksional seperti contoh dan praktik untuk membantu pembelajar, menggunakan media seperti kata dan gambar dalam penyampaian konten dan metode, dalam bimbingan instruktur (synchronous E-Learning) atau didesain untuk mandiri (asynchronous eLearning). Sebagai proses belajar secara elektronik, kata E-Learning menurut Kathawala dan Wilgen (2004) dapat diartikan sebagai perangkat dan transfer pengetahuan menggunakan teknologi menjadi semakin penting. Dari sudut pandang terbatas maka E-Learning merupakan bagian dari distance learning (Kathawala dan Wilgen 2004) sedangkan menurut Hornby (2010) dalam Oxford Advanced Learner Dictionary, distance learning mengandung makna sistem pendidikan yang menempatkan pelajar belajar di rumah dengan bantuan situs internet, televisi dan program radio serta mengirimkan surat elektronik terkait proses belajarnya kepada dosen yang menjadi pemandunya.

Menurut Ivanescu P. et al. (2008) E-Learning adalah sebuah lingkungan belajar yang terus berkembang didukung dengan meningkatnya proses kolaboratif, berfokus pada kinerja individu dan organisasi. E-Learning yang efektif tumbuh subur dengan menggunakan web, komunikasi, dan dokumen, serta alat manajemen pengetahuan. Pendidikan yang ditawarkan dengan menggunakan metode pengiriman elektronik seperti website media, video, email

(34)

dan konferensi, sering digunakan dalam program pembelajaran jarak jauh.

Istilah E-Learning dapat diterapkan pada berbagai teknologi pendekatan pembelajaran jarak jauh, istilah E-Learning akan digunakan untuk merujuk pada pendekatan yang lebih kontemporer. Menurut Kumar dan Gulla (2011) secara khusus, pendekatan yang menggunakan sistem berbasis web untuk membuat pelatihan dan pengembangan kegiatan yang tersedia di desktop menggunakan internet atau platform berbasis internet. Berikut ini pendekatan pembelajaran yang berbasis E-Learning:

a. Synchronous (instruktur dipimpin atau dibimbing) program pembelajaran eLearning yang dilaksanakan dengan adanya interaksi antara pelajar dengan instruktur selama penelitian menggunakan email, chatting teknologi atau forum. Menurut Effendi dan Zhuang (2005) synchronous merupakan pembelajaran yang dilakukan Bersama-sama dengan menggunakan pelatihan.. Jadi dengan sistem synchronous pelajar dengan pengajar diharuskan mengakses internet- jika menggunakan internet.

b. Asynchronous (mandiri) program pelajaran berlangsung melalui prosedur belajar mandiri dan peserta diklat yang akan menentukan cepat atau lambatnya proses diklat.

Penyelenggaraan E-Learning memiliki banyak manfaat sehingga dapat dijadikan alternatif yang tepat bagi lembaga yang ingin sukses dan efektif dalam pelaksanaannya. Menurut Kathawala dan Wilgen (2004) E-Learning memiliki manfaat yaitu efektifitas biaya, peningkatan produktivitas, penyesuaian waktu belajar, waktu belajar lebih cepat, dan materi tepat waktu, dapat diandalkan,

(35)

konsisten dan terukur. Selama ini pada proses pembelajaran tradisional yang bersifat klasikal, banyak kendala yang dihadapi dan dapat diminimalisasi dalam pembelajaran dengan E-Learning.

Hal senada disampaikan oleh Effendi dan Zhuang (2005) penggunaan eLearning mempunyai keuntungan bagi peserta dan penyelenggara antara lain:

a. Biaya, penggunaan biaya untuk kegiatan E-Learning dapat dikurangi.

Seperti biaya transport pelatih, biaya menyewa ruang kelas, tidak perlu menyediakan makan siang, peralatan tulis kantor dan LCD-Proyektor.

b. Fleksibilitas waktu, penyelenggara pendidikan dan pelatihan konvensional kadang kesulitan untuk menyesuaikan waktu peserta diklat yang akan dilatih, dengan E-Learning peserta diklat dapat menyesuaikan waktu belajarnya

c. Fleksibilitas tempat, peserta dapat melaksanakan E-Learning di rumahnya yang memiliki akses internet tanpa harus datang ke kelas. Jika tempat kegiatan ada di Jakarta, peserta datang dari Papua maka peserta tidak perlu datang ke Jakarta.

d. Fleksibilitas kecepatan pembelajaran, peserta yang menentukan pembelajaran lebih cepat atau biasa saja. Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan cara dan semangat peserta.

e. Standardisasi pengajaran f. Efektifitas pengajaran g. Kecepatan distribusi h. Ketersediaan on-demand

(36)

i. Otomasi proses administrasi.

Selain keuntungan yang dapat diraih, E-Learning juga memiliki keterbatasan sebagaimana yang dinyatakan oleh Effendi dan Zhuang (2005) yaitu budaya, investasi, teknologi, infrastruktur dan materi. E-Learning pada dasarnya tergantung pada teknologi software, hardware dan jaringan yang digunakan. Semakin baik perangkat keras dan perangkat lunak komputer bekerja, sistem E-Learning dapat menampilkan fitur yang lebih baik. Perangkat lunak yang digunakan memiliki pengaruh pada kemudahan akses informasi yang diberikan.

Berdasarkan pernyataan tersebut E-Learning adalah sistem pembelajaran yang menggunakan media teknologi informasi, intranet atau internet, baik CDROM, video, konferensi, website dan e-mail. E-Learning sering digunakan dalam program pembelajaran jarak jauh untuk mendukung proses belajar mengajar baik secara synchronous maupun asynchronous.

2.1.2. Tampilan E-Learning USU

Langkah-langkah penggunaan E-Learning USU dilihat dari sudut pandang dosen dapat dilihat dibawah ini:

1. Masukkan link https://e-learning.usu.ac.id melalui browser Google Chrome atau Mozila Firefox.

2. Sebelum memulai penggunaan E-Learning dosen mendaftarkan mata kuliah pembelajaran ke admin (operator) PSI

3. Setelah didaftarkan masuk ke display “Pelatihan E-Learning USU”

(37)

Gambar 2.2. Tampilan Ruang Kelas

4. Menampilkan Materi ada mata kuliah kemudian diisi dengan “pertemuan 1” dan lain-lain. kemudian aktifkan mode ubah dengan menekan tombol turn editing on (+) (add an activity or resource).

Gambar 2.3. Mengaktifkan Mode Pembelajaran

5. Pada menu tersebut, dapat melakukan topic mata kuliah yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga dapat memilih menu yang akan digunakan. Menu dapat dilihat seperti berikut ini:

(38)

Gambar 2.4. Informasi Media

6. Pilih menu yang assignment maka tampilan dapat dilihat sebagai berikut:

(39)

Gambar 2.5. Format form Assignment

Langkah-langkah penggunaan E-Learning USU dilihat dari sudut pandang mahasiswa dapat dilihat dibawah ini:

1. Masukkan link https://e-learning.usu.ac.id melalui browser Google Chrome atau Mozila Firefox.

2. Pilih ke fakultas dan jurusan, pilih mata kuliah yanga akan dimasukkan

(40)

Gambar 2.6. Menu Jurusan 3. Pilih kelas kuliah yang akan diikuti.

Gambar 2.7. kelas kuliah

2.1.3. Theory of Planned Behavior (TPB)

Theory of Planned Behavior adalah telah lama digunakan untuk memprediksi perilaku yang didasarkan pada sikap dan keyakinan seseorang. Menurut teori, perilaku aktual sebagian besar dipengaruhi oleh niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku yang diberikan.

(41)

Niat adalah fungsi dari tiga variabel independen:

1. Sikap terhadap perilaku,

2. Norma subjektif mengenai perilaku, dan

3. Persepsi kontrol perilaku yang dirasakan atas perilaku tersebut.

Sikap mencerminkan sejauh mana seorang individu secara positif atau negative menghargai kinerja diri dari perilaku tertentu. Berdasarkan teori nilai harapan, individu memberikan bobot pada kemungkinan hasil dari suatu perilaku, dan agregasi dari bobot hasil menentukan sikap mereka. Norma subjektif mencerminkan individu tekanan sosial yang dirasakan untuk terlibat atau tidak melakukan perilaku tertentu.

Tekanan ini ditentukan oleh pendapat yang dirasakan dari referensi penting individu dan kelompok, termasuk keluarga, teman, dan rekan kerja. Dirasakan Kontrol perilaku mengacu pada persepsi individu tentang kemampuannya untuk melakukan perilaku tertentu, yang ditentukan oleh keyakinan individu tentang adanya faktor-faktor yang dapat memfasilitasi atau menghambat kinerja sebuah perilaku. Salah satu aplikasi paling awal dari teori perilaku terencana adalah studi yang menggunakan teori untuk menggunakan E-Learning.

Peneliti menemukan bahwa ketiga variabel bebas dari teori perencanaan perilaku (sikap, norma sosial, dan kontrol perilaku yang dirasakan) adalah secara signifikan terkait dengan niat untuk menurunkan berat badan. Namun, mereka juga menemukan bahwa teori perilaku terencana hanya cukup berhasil dalam memprediksi penurunan berat badan yang sebenarnya, karena niat untuk menurunkan berat badan rendah, tetapi signifikan, korelasi dengan penurunan

(42)

berat badan yang sebenarnya (Holderness & Hunton, 2010). Demikian, banyak penelitian telah meneliti kebiasaan olahraga dalam konteks teori dari perilaku yang direncanakan. Menemukan bahwa teori perilaku terencana adalah prediktor yang lebih baik dari niat dan sikap menggunkan E-learning daripada yang berhubungan dengan flatform lainnya. Sehingga dilakukan metastudi analitis dari teori perilaku terencana yang berkaitan dengan efektifitas. Studi meninjau literatur sebelumnya untuk menguji hubungan antara beberapa variabel independen dari teori perilaku terencana dengan niat untuk latihan dan perilaku latihan. Hasil peneliti mendukung kegunaan teori perilaku terencana untuk memprediksi niat menggunkan E-Learning (Ajzen, 2000).

Gambar 2.8. Theory Of Planned Behavior (TPB)

Menurut (Ali et al., 2018)Theory Of Planned Behavior diterapkan untuk memprediksi sikap yang didasarkan pada sikap dan keyakinan seseorang.

menurut teori, perilaku aktual sebagian besar dipengaruhi oleh niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku yang diberikan. Niat adalah fungsi dari tiga variable independent yaitu sikap terhadap teknologi, norma subjektif mengenai

(43)

perilaku, dan persepsi kontrol perilaku yang dirasakan perilaku itu sendiri. Sikap mencerminkan sejauh mana seorang individu secara positif atau negative menghargai kinerja diri dari perilaku tertentu. Berdasarkan teori nilai harapan, individu memberikan bobot pada kemungkinan hasil dari suatu perilaku, dan dari bobot hasil menentukan sikap mereka. Norma subjektif mencerminkan tekanan sosial dari seseorang yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu. Tekanan ini ditentukan oleh pendapat yang dirasakan dari individu dan kelompok, termasuk keluarga, teman, dan rekan kerja. Persepsi Kontrol perilaku mengacu pada persepsi individu akan kemampuannya untuk melakukan sesuatu, yang diyakini dengan niat individu sehingga terdapat faktor yang dapat memfasilitasi atau menghambat kinerja sebuah perilaku.

1. Sikap

Sikap adalah evaluasi pribadi seseorang terhadap perilaku tersebut, dan didasarkan pada hasil positif dan negatif yang diharapkan terkait dengan kepercayaan perilaku (Zemore, 2014). Sikap adalah fungsi dari hasil yang dirasakan (baik / buruk) dan probabilitas mungkin atau tidak mungkin (Ajzen, 1991).

Menurut (Paul & Schenck-Hamlin, 2018) sikap (attitude) merupakan suatu evaluasi dari seseorang terhadap tindakan yang akan dia lakukan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam teori tindakan beralasan (theory of reasoned action), sikap (attitude) didasarkan oleh tingkat keyakinan yang kuat tentang tindakan yang disebut dengan keyakinan berperilaku (behavioral beliefs). Dalam

(44)

konteks perilaku individu, Mowen dan Minor (2002) menjelaskan bahwa kepercayaan, sikap, dan perilaku terbentuk dengan cara, seseorang membentuk sebuah kepercayaan terhadap menggunakan E-Learning, kemudian mengembangkan sikap terhadapnya dan akhirnya niat menggunkan E-Learning meningkat.

2. Norma Subjektif

Norma subjektif seseorang mewakili masukan dari oreng lain yang dirasakan untuk terlibat dalam atau menghindari tindakan tertentu, dan didasarkan pada dugaan normatif yang dianggap penting dari rujukan penting (kepercayaan normatif) (Zemore dan Ajzen 2014). Selanjutnya (Fraser et al.

2011) menjelaskan norma subjektif didasarkan pada kepercayaan normatif, yaitu keyakinan pada referents tertentu. Adapun menurut (Paul & Schenck-Hamlin, 2018) fungsi dari keyakinan normative adalah keyakinan tentang harapan normatif kelompok atau individu yang menonjol sehubungan dengan perilaku dan motivasi untuk mematuhi keyakinan tersebut. Orang menilai sejauh mana orang-orang yang dekat dengan mereka akan mendukung perilaku mereka dan sejauh mana mereka termotivasi untuk menuruti keinginan orang-orang terdekat.

Norma subjektif (subjective norms) adalah persepsi seseorang yang dipengaruhi oleh orang lain untuk melakukan suatu Tindakan yang disukai maupun tidak disukai. Lebih rinci dijelaskan oleh (Mas’ud. H, 2012) bahwa beberapa pertanyaan berbeda dapat diformulasikan untuk mendapatkan pengukuran langsung dari norma subjektif.

(45)

3. Persepsi Kontrol Perilaku

Kontrol adalah hasil dari kepercayaan kontrol, yaitu persepsi tentang hadirnya pengaruh yang memudahkan maupun menghalangi kinerja dari tingkah laku. Persepsi Kontrol perilaku memiliki efek langsung maupun efek tidak langsung terhadap seseorang. (de Leeuw et al., 2015). Menurut (Paul &

Schenck-Hamlin, 2018) Perilaku yang dirasakan kontrol adalah fungsi dari keyakinan kontrol, yang merupakan keyakinan tentang kekuatan dan kemungkinan faktor yang menghambat atau memfasilitasi perilaku. Ini termasuk

"rintangan" atau “penghalang jalan” yang menghambat perilaku Kemudian dalam TPB juga disarankan agar kontrol dan niat yang dirasakan dapat berinteraksi memengaruhi perilaku. Artinya, dampak niat terhadap perilaku mungkin lebih kuat bila kontrol yang dirasakan tinggi (Zemore dan Ajzen 2004).

Selanjutnya (Ajzen, 2005) menjelaskan bahwa menurut teori ini, Kepercayaan-kepercayaan in berdasarkan adanya pengalaman yang dimiliki individu yang dipengaruhi oleh berbagai factor yang merningkatkan maupun mengurangi kesulitan dalam melakukan siatu tindakan. Individual memiliki sumber daya dan kesempatan dan sedikit penghambat dalam antisipasi, serta besarnya kepercayaan-kepercayaan kontrol (control beliefs) dan power of control belief dari individu yang bersangkutan. Control belief diartikan sebagai belief individu berkenaan dengan faktor penghambat maupun pendukung untuk melakukan suatu tindakan. Lalu power of control belief dapat diartikan sebagai power dari individu berkenaan faktor penghambau maupun pendukung untuk melakukan suatu perilaku

(46)

4. Niat

Niat (intention) artinya sebagai keinginan untuk melakukan suatu Tindakan berperilaku. Niat perilaku (behavioral intention) masih merupakan suatu niat. Niat bersifat dinamisyang dapat berubah dengan berbagai faktor.

Sedangkan keinginan berperilaku (behavioral intention) dalam konteks perilaku artinya sebagai keinginan seseorang untuk bertindak menurut cara tertentudalam menggunakan produk atau jasa (Mowen dan Minor 2002).

Niat menggunakan E-Learning adalah pendekatan pembelajaran yang dimediasi teknologi yang memungkinkan peserta didik berinteraksi dengan materi, dosen, dan teman sebaya melalui platform teknologi ( Alavi & Leidner, 2001). Dengan mempromosikan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, E-Learning akan memungkinkan pengguna untuk melakukannya atur jadwal pembelajaran dan dapatkan materi pembelajaran di mana-mana (Nunamaker, 2004). Banyak keuntungan dari E-Learning yang disarankan seperti pembelajaran real-time, interaksi lintas batas, kenyamanan, efektivitas biaya, dan pembelajaran terbuka (Karwati, 2014). Selain itu, materi pembelajaran multimedia yang meningkatkan kekayaan presentasi dengan mudah digunakan kembali dan direvisi). Penelitian menekankan pentingnya niat perilaku untuk menjelaskan penerimaan teknologi E-Learning ( Merhi, 2015). Niat perilaku mengacu pada kesediaan individu untuk menyelesaikan perilaku (Ajzen, 1991; Fishbein & Ajzen, 1975). Niat berperilaku disarankan sebagai efektif untuk memprediksi perilaku.

(47)

5. Self- Efficacy

Self- Efficacy menggunkaan teknologi menurut (Bubou & Job, 2020) sebagai kepercayaan yang dirasakan individu kemampuan yang dimilikinya yang memberdayakannya untuk menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan yang telah dia tetapkan untuk dirinya sendiri. Selain itu (Sivrikaya, 2019) menegaskan bahwa

kemampuan untuk secara efektif menggunakan infrastruktur TIK (perangkat keras dan perangkat lunak) tergantung pada teknologi pengguna self-efficacy, karena ketiadaan dapat membatasi kecenderungan mereka untuk mengadopsi teknologi. Menurut (Yildiz Durak, 2018) Kemanjuran diri teknologi diperlukan bagi mahasiswa untuk berpartisipasi secara efektif dalam lingkungan E-Learning yaitu mengakses materi kuliah, menggunakan alat pembelajaran virtual interaksi dengan dosen dan teman sebaya, terlibat dalam diskusi juga penyelesaian masalah. Maka self efficacy dapat dikatakan keyakinan pribadi pada kemampuan seseorang untuk berhasil menggunakan teknologi untuk meningkatkan hasil belajar.

6. Efektivitas

Menurut (Chopra et al., 2019) Efektivitas E-Learning dapat diukur dengan dua variabel kepuasan pengguna dan manfaat. Sistem informasi keberhasilan di mana peneliti menggambarkan tiga variabel independen, yaitu, kualitas sistem, kualitas layanan dan kualitas informasi. Peneliti mendefinisikan serangkaian variabel dependen yang secara bertahap dikategorikan ke dalam sub-variabel yang berbeda dari variabel terikat tunggal seperti baru manfaat,

(48)

kepuasan pengguna, nilai siswa, prestasi akademik, dan manfaat siswa.

Kepuasan pengguna dapat diukur dari segi pengalaman pengguna, yaitu fungsi dan kegunaannya bagi pengguna akhir. Peneliti mengilustrasikan pengguna tersebut kepuasan adalah alat untuk mengukur seberapa banyak sistem E- Learning mampu mencapai kebutuhan dan persyaratan pengguna yang selanjutnya mengarah pada penguatan kepuasan. Menggambarkan kepuasan pengguna dalam hal kualitas konten, kegunaan sistem dan aspek teknis.

Kemanfaatan merupakan kombinasi dari dua dimensi, yaitu dampak individu dan dampak organisasi. Dampak individu mengacu pada pencapaian tujuan akhir pengguna setelah menyelesaikan kursus dari sistem E-Learning tertentu. pencapaian ini bisa berupa nilai ujian yang lebih baik atau kemampuan kerja yang lebih baik. Dampak ini terjadi ketika pengguna akhir mampu menerapkan pengetahuan, dikumpulkan dari informasi pada sistem E-Learning, dalam pekerjaannya secara efisien dan efektif.

Sebagian besar dorongan untuk penelitian universitas yang efektif dapat ditelusuri kembali ke Weber's studi mani universitas Amerika Serikat bagian dalam-pinggiran kota yang sukses, dan temuan penelitian (Johnson & Holdaway, 1991). Bertentangan dengan hasil input terkemuka studi keluaran, peneliti berpendapat bahwa "perilaku universitas sangat penting" dalam menentukan kualitas pendidikan mahasiswa, dan ia mengemukakan sebagai berikut: sebagai atribut universitas yang efektif:

a. harapan instruksional yang tinggi b. asertif kepemimpinan universitas,

(49)

c. suasana tertib, berorientasi kerja, d. penekanan akademik

e. pemantauan berkelanjutan terhadap prestasi mahasiswa, dan

f. arah sumber daya menuju instruksi akademik. Sementara beberapa peneliti dan komentator memiliki kriteria efektivitas yang berbeda, sebagian besar studi deskriptif umumnya mendukung karakteristik di atas.

Ulasan penelitian efektivitas universitas telah menangkap dorongan utama dari, dan menambahkan kecanggihan teoretis, literatur yang berkembang pesat ini. Misalnya, satu tinjauan awal oleh peneliti mengajukan dua kerangka efektivitas universitas berjenjang dari variabel organisasi/struktur dan variabel proses; variabel organisasi dikatakan memberikan konteks untuk pengembangan karakteristik proses. Organisasi variabel (atau kriteria) yang bersangkutan mirip dengan peneliti, yang mencatat delapan variabel organisasi:

a. kepemimpinan universitas yang terfokus secara instruksional, b. dukungan dari kabupaten,

c. penekanan kurikuler dan instruksional,

d. jelas tujuan yang dirumuskan dan harapan yang tinggi dari siswa, e. penilaian kinerja sistem,

f. pengembangan staf berkelanjutan,

g. keterlibatan dan dukungan dari orang tua, dan h. iklim universitas yang aman dan tertib.

Tiga ulasan, dan dari penelitian populer, empat proses variabel:

a. pemimpin yang memahami kemungkinan serta kepraktisan,

(50)

b. eksplisit, tujuan bersama yang berfungsi sebagai panduan untuk aktivitas, c. konstan komunikasi ide, bersama dengan interaksi kolegial yang

mendukung, dan

d. upaya kolaboratif oleh administrator dan dosen dalam mempersiapkan instruksi.

7. Aksesibilitas

Secara garis besar, menurut (Seale & Cooper, 2010) aksesibilitas dalam kaitannya dengan e-learning (misalnya lingkungan belajar virtual, repositori digital, multimedia, portal web dan papan diskusi) dipahami sebagai memastikan bahwa mahasiswa tidak dicegah dari mengakses teknologi atau konten dan pengalaman. Banyak definisi umum tentang aksesibilitas yang berfokus pada pada pengurangan hambatan untuk mengakses Web dan memastikan akses yang adil untuk semua pengguna E-Learning Inti dari definisi ini adalah konsep adaptasi dan fleksibilitas dan gagasan bahwa lingkungan belajar dapat dan harus disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa. Contoh sumber e-learning yang telah dirancang agar dapat diakses dan oleh karena itu mencerminkan prinsip-prinsip penerimaan dan kebebasan akses. Bertujuan untuk memberikan informasi dan saran tentang bagaimana mahasiswa dapat menggunakan teknologi secara efektif untuk mendukung pembelajaran mahasiswa.

Kurangnya pengetahuan tentang bagaimana membuat e-learning dapat diakses, mengingat banyaknya jumlah alat yang telah dikembangkan untuk membantu dosen dalam upaya ini. Implikasinya adalah mungkin alat yang ada

(51)

tidak sesuai atau sesuai dengan tujuan. Tinjauan tentang alat khusus aksesibilitas utama yang digunakan oleh dosen saat ini menunjukkan bahwa mahasiswa jatuh ke dalam dua kategori utama: alat teknis dan desain dan alat konseptual. Beberapa dari alat ini tampaknya secara khusus ditargetkan pada dosen yang mengajar atau mendukung mahasiswa dalam pendidikan lebih lanjut dan lebih tinggi. Pengguna alat teknis dan desain sangat sering membutuhkan pengetahuan teknis khusus. Pengguna cenderung bekerja di bidang komputasi atau teknologi. Mengingat bahwa pengguna dengan dukungan teknis atau teknologi dapat menemukan alat yang sulit untuk digunakan. contoh di mana dosen (yaitu yang relatif kurang keterampilan teknis dan pengetahuan) juga didorong atau diharapkan untuk menggunakan teknologi ini.

Aksesibilitas yang berarti lebih dari sekadar alat yang dapat digunakan dalam beberapa cara untuk mengajar atau belajar. Sebaliknya aksesibilitas mendefinisikan sebagai alat apa pun yang menengahi tindakan dosen, menawarkan prinsip-prinsip yang jelas dan rinci mengenai pembelajaran yang dapat dilakukan dengan mudah dan siap diterjemahkan ke dalam praktik pengajaran. Oleh karena itu, aksesibilitas tidak hanya membuat hubungan antara teori dan praktik, tetapi juga membantu dosen bergerak dari potensi abstrak ke konkret. Dalam konteks aksesibilitas alat pembelajaran yaitu:

1. Meningkatkan kesadaran di antara para dosen bahwa ada hubungan antara aksesibilitas dan pengajaran dan cakupan sifatnya asosiasi.

2. Memberikan dosen akses ke pengetahuan tentang e-learning yang efektif, termasuk fasilitator dan hambatan untuk e-learning yang efektif, dengan

(52)

demikian mengatasi aspek aksesibilitas.

3. Memberikan metode dan pendekatan kepada dosen untuk menerapkan pengetahuan tentang e-learning yang efektif untuk pengembangan e- learning yang dapat diakses.

2.1.5. Structural Equation Modeling (SEM)

SEM menawarkan kemampuan untuk (1) menganalisis diamati atau prediktor laten baik dari tingkat dalam maupun antara tingkat (efek kontekstual) dari hasil yang diamati atau laten pada tingkat dalam, (2) memperhitungkan kesalahan pengukuran, dan (3) memperkirakan efek langsung dan tidak langsung ketika model struktural ditentukan. Meningkatnya ketersediaan perangkat komputer SEM yang secara langsung mendukung multilevel analysis dalam desain pengambilan sampel yang kompleks memudahkan peneliti mendapatkan manfaat berpotensi (Kline, 2016).

Sehubungan dengan teknologi penerimaan, sejumlah penelitian terbaru menggunakan PLS (Al-Gahtani, 2001; Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003, Anthony Jnr et al., 2020). PLS memungkinkan untuk evaluasi prop indikator yang digunakan untuk mengukur suatu variabel, dan estimasi pembentukan arah dan kekuatan hubungan antara variabel model. PLS mencakup dua set persamaan: the model pengukuran, atau model luar, terdiri dari persamaan mewakili hubungan antara indikator dan variabel yang mereka ukur, dan model struktural yang terdiri dari persamaan yang mewakili jalur antara variabel penelitian. PLS menghitung bobot dan faktor pemuatan untuk

(53)

setiap item dalam kaitannya dengan konstruk. Bobot, dihitung dengan PLS, adalah digunakan untuk menghitung skor variabel laten untuk konstruksi, yang mencerminkan kontribusi masing-masing variabel terhadap konstruk. Pemuatan faktor, seperti penelitian lain seperti ini, tinggi (Cocosila & Archer, 2010), yang khas untuk studi TPB. (Hair et al, 1998)

2.1.6. Metode Analisis Component Based SEM atau Partial Least Square (PLS)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan Partial Least Square (PLS) adalah alat yang digunakan untuk menguji variabel laten untuk prediksi oleh peneliti. Untuk mendapatkan estimasi parameter PLS tidak perlu menggunakan teknik parametrik sebagai pengujian parameter yang signifikansi (Hair 2014). Pengukuran presepsi yang mempunyai sifat non parametrik Model dievaluasi oleh Smart PLS.Ada empat alasan utama metode analisis menurut (Ghozali,2014), yaitu :

1. PLS digunakan untuk penelitian kompleksitas yang tinggi dengan menggunakan variabel laten

2. Skala pengukuran (nominal, rasio, ordinal, dan interval) tidak mensyaratkan data harus berdistribusi normal dan dapat digunakan pada sample yang kecil saat menggunkan PLS

3. 30 tahun sudah teruji pendekatan PLS sudah teruji, dengan desain dasar dan konsep yang jelas

4. Software PLS memiliki dukungan fitur yang lengkap dan mudah

(54)

digunakan oleh pengguna

Dalam model evaluasi PLS terdapat tahap-tahap sebagai berikut:

a. Model Pengukuran atau Outer Model.

Validitas konstruk melibatkan apakah skor mengukur konstruk hipotetis target, yang laten dan dengan demikian dapat diukur hanya secara tidak langsung melalui indikatornya. Tidak ada tes validitas konstruk tunggal yang definitif, juga tidak ditetapkan dalam satu tes tunggal belajar.

Sebaliknya, penelitian berbasis pengukuran biasanya menyangkut aspek tertentu dari validitas konstruk. Misalnya, validitas terkait kriteria menyangkut apakah skor tes (X) berhubungan dengan kriteria (Y) dimana skor dapat dievaluasi (Kline, 2016).

Validitas konvergen dan validitas diskriminan melibatkan evaluasi tindakan terhadap satu sama lain, bukan terhadap standar eksternal.

Variabel yang dianggap mengukur konstruk yang sama menunjukkan validitas konvergen jika interkorelasinya cukup besar. Tetapi jika langkah- langkah yang seharusnya mencerminkan konstruksi yang sama juga berbagi metode pengukuran yang sama, interkorelasi mereka dapat meningkat dengan kesamaan varians metode. Jadi, kasus terbaik untuk validitas konvergen terjadi ketika ukuran sifat yang dianggap sama masing-masing didasarkan pada metode pengukuran yang berbeda (Campbell & Fiske, 1959). Demikian juga, validitas diskriminan didukung jika interkorelasi di antara satu set variabel yang dianggap mengukur konstruksi yang berbeda tidak terlalu tinggi, tetapi bukti ini lebih kuat

(55)

ketika tindakan tidak didasarkan pada metode yang sama. Penggukuran nilai loading 0,5 samapai dengan 0,6 dianggap sudah pas (Chopra et al., 2019).

Discriminat validity berkaitan dengan apakah item tes mewakili domain mereka seharusnya mengukur. Validitas isi seringkali penting untuk ukuran pencapaian skolastik, seperti tes yang seharusnya menilai keterampilan tertentu pada tingkat kelas tertentu. Penting juga untuk jenis tes lain, seperti penilaian gejala timbangan. Item skala peringkat depresi, misalnya, harus mewakili area gejala yang dianggap mencerminkan depresi klinis. Pendapat ahli adalah dasar untuk menetapkan validitas isi, bukan analisis statistik. Seperti dalam jenis metode statistik lainnya, SEM membutuhkan analisis skor dengan bukti yang baik untuk validitas. Karena reliabilitas skor umumnya diperlukan untuk skor validitas—tetapi tidak menjaminnya—persyaratan ini mencakup reliabilitas skor yang baik, juga (lihat Little et al., 1999, untuk pengecualian). Jika tidak, keakuratan interpretasi hasilnya diragukan. Jadi menggunakan SEM tidak membebaskan peneliti dari keharusan berpikir tentang pengukuran.

b. Model Struktural atau Inner Model.

Model struktural atau inner model dievaluasi untuk melihat nilai R-squares pada konstruk laten endogen, Q-square test untuk predictive relevance serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural dengan melihat persentase variance yang dijelaskan. Nilai R-squares dapat berubah- ubah untuk menjelaskan hubungam variabel laten eksogen terhadap variabel endogen adanya pengaruh yang substantive.

(56)

Nilai R-squares ≤ 0,70, ≤ 0,45, ≤ 0,25 artinya model yang dibuat termasuk kuat, moderate dan lemah (Ghozali 2014). Jika nilai R besar artinya prediktor model semakin bagus dalam menjelaskan hubungan variance. Nilai 0,70 adalah batas maksimal dalam menggunakan PLS jika nilai R lebih besar kemungkinan model mengalami masalah collinearity (Hair, 2016).

c. Analisis efek mediasi

Prosedur pengujian hipotesis variabel pemediasi (mediating / intervening variable) adalah dengan dua langkah (Baron & Kenny 1986;

Hair et al. 2014; Mahruf dan Ratmono 2013) :

1. Kenny (2013) mengingatkan kita bahwa sama seperti model mediasi adalah model kausal, jadi juga merupakan model moderasi; dengan demikian, jika asumsi arah dasar tidak benar, hasilnya mungkin memiliki nilai yang kecil. Misalnya, efek interaktif antara X dan W dapat terbalik jika efek langsung antara X dan Y dibalik.

2. Kenny (2013) memberikan contoh bagaimana efek lengkung dan interaktif dapat bingung. Misalkan X adalah pendapatan dan Y adalah motivasi kerja. Hubungan mereka adalah lengkung sedemikian rupa sehingga asosiasi mereka lebih kuat pada tingkat pendapatan yang lebih rendah. Jika variabel W adalah usia, maka karena pekerja yang lebih muda menghasilkan lebih sedikit uang, "interaksi" antara usia dan pendapatan dapat ditemukan, sehingga hubungan antara pendapatan dan motivasi adalah lebih kuat untuk

Gambar

Gambar 1.1. Pengguna Internet
Gambar 1.2. Penggunaan Teknologi Digital di Indonesia  Sumber: hootsuite2020
Gambar 2.1. Cakupan pengunaan E-Learning
Gambar 2.2. Tampilan Ruang Kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 6.6 dapat diperolah usulan perbaikan dari faktor lingkungan, mesin, metode dan manusia dengan metode 5W+1H indikator kecekatan dalam melayani pesanan bahan

Dari hasil uji coba 173 data sampel menggunakan algoritma Naïve Bayes, pola yang dibentuk mempunyai akurasi kecocokan sebesar 70,83% yang artinya pola tersebut efektif

Dalam Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data diuraikan data-data yang dikumpulkan untuk mendukung penelitian yaitu aktivitas pekerja pengangkutan galon, identifikasi

Sinar Sosro adalah terjadinya kesalahan dalam penulisan spesifikasi material kepada pihak supplier, hal ini terjadi karena ada kesalahan pada pekerja (human error)

Tahapan yang dilakukan pada peracangan sistem traaceability berdasarkan dengan analisis system development life cycle. Pemilihan metode ini berdasarkan pengetahuan mengenai produk

Hasil dari setiap dimensi akan menunjukkan hubungan dengan peformansi individu setiap karyawan di PT Pelabuhan Indonesia I yang kemudian dapat digunakan perusahaan

Permasalahan diatas dapat diatasi dengan menggunakan metode Shared storage dimana barang diletakan pada area penyimpanan yang terdekat dengan pintu masuk-keluar (I/O).Metode ini

Jenis kegagalan proses dengan nilai RPN tertinggi dengan nilai 336 yaitu kesalahan mata pisau tumpul yang menyebabkan scrap masih menempel pada kuping paku sehingga