• Tidak ada hasil yang ditemukan

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2019"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

PEMOTONGAN DI PT. INDOPURA UTAMA TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

RIO EVALDO NASUTION 1 3 0 4 0 3 0 5 7

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 9

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi reguler strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk tugas sarjana ini adalah “

Usulan Perancangan Fasilitas Kerja untuk Mengurangi Musculoskeletal Disorder (Msds) pada Stasiun Pemotongan Di PT. Indopura Utama

”.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS

JULI, 2019

(5)

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan serta mendapat membimbing selama masa kuliah dan dalam penulisan laporan tugas sarjana ini di Departemen Teknik Industri USU

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, moril, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, ST, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.

2. Bapak Buchari, ST., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini dan selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini

3. Kedua orang tua penulis Zulham Abdul Fattah dan Almh Rosmiati yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari tidak dapat membalas kasih sayang dari keduanya, oleh karena itu izinkanlah penulis memberikan karya

(6)

vi

ini sebagai ungkapan rasa cinta dan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayah dan Ibu.

4. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan yang menjadi bekal penulis dalam meyelesaikan penulisan tugas sarjana ini.

5. Staf pegawai Teknik Industri, Bang Nurmansyah, Bang Mijo, bang Edy, Kak Dina, Kak Rahma, Kak Ani dan Kak Mia, Kak Neneng, Buk Ester terimakasih atas bantuannya dalam hal penyelesaian administrasi untuk melaksanakan tugas sarjana ini.

6. Pak Tambunan yang telah memberikan izin dan berbagai fasilitas di PT.

Indopura Utama sehingga memudahkan penulis dalam mengumpulkan data dan melakukan penelitian.

7. Teman dan sahabat baik saya dari kecil Tria Wulandari Rambe yang selalu memberi semangat untuk mengerjakan laporan ini.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan REPTIGS Angkatan 2013 Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Sarjana ini.

9. Sahabat-sahabat alumni SMAN 3 Rantau Utara Khususnya angkatan XV yang selalu ada disaat senang maupun susah.

10. Sahabat-sahabat penulis “GGI” yang selalu memberikan canda dan tawa kepada penulis.

(7)
(8)

e-jurnal Teknik industri FT USU/e-JTI FT USU Vol..., No. ..., Agustus 2017.pp. ...

1Mahasiswa Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

2Dosen Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

USULAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSDS) PADA STASIUN PEMOTONGAN DI PT. INDOPURA UTAMA

Rio Evaldo Nasution1, Buchari, ST., M.Kes2

Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater Kampus USU, Medan 20155

Email: [email protected] Email: [email protected]

Abstrak: Fasilitas kerja yang sesuai dengan kebutuhan pekerja akan menjadikan situasi kerja kondusif dengan tingkat keluhan minimal. Pekerjaan yang berlangsung secara kontinu dan manual dengan fasilitas kerja seadanya akan mempercepat kelelahan dan menimbulkan keluhan sakit pada beberapa bagian tubuh (musculoskeletal) sehingga kinerja tidak optimal. PT Indopura Utama adalah sebuah perusahaan yang memproduksi Rubber Seal. Proses pemotongan karet sebagai bahan utama dalam produksi rubber seal dilakukan dengan postur berlutut, membungkuk dan kaki sebagai tumpuan beban saat mengangkat karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji resiko pekerja dalam proses pemotongan dan mengusulkan perancangan fasilitas kerja yang ergonomis berdasarkan antropometri tubuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah SNQ, beban kerja berdasarkan denyut nadi pekerja, REBA (Rapid Entire Body Assessment), dan antropometri. Hasil SNQ yang diperoleh adalah rata- rata operator mengalami keluhan pada bagian punggung, paha, kaki, tangan kanan dan leher. Penilaian beban kerja dengan metode langsung dan tidak langsung didapat hasil kerja dalam waktu singkat sehingga diperlukan perbaikan. Hasil Penilaian level tindakan postur kerja menggunakan metode rapid entire body assesment (REBA) menunjukan level risiko tinggi bernilai 8 artinya pekerja memerlukan tindakan secepatnya. Hasil antropometri tubuh adalah rancangan fasilitas kerja yang dibuat untuk mengurangi musculoskeletal disorder (MSDs). Rancangan fasilitas kerja berupa meja dorong trolly dengan dimensi tinggi meja 101 cm, panjang 80 cm, lebar kursi 44 cm dan lebar pegangan 8,5 cm.

Kata Kunci : Antropometri, Fasilitas kerja, MSDs, SNQ, REBA.

Abstract : Work facilities that are suitable to the needs of workers will be in accordance with work requirements minimal complaint rate. Work that is running continuously and manually with makeshift work facilities will increase approval and question pain in some parts of the body (musculoskeletal) so that performance is not optimal. PT. Indopura Utama is a company that manufactures Rubber Seal. The process of cutting rubber as the main ingredient in the production of rubber seals is carried out with kneeling, bending and leg postures as the pedestal of load when lifting rubber. This study aims to assess the risk of workers in the cutting process and propose the design of ergonomic work facilities based on body anthropometry. The method used in this study is NBM, workload based on worker pulse, REBA (Rapid Entire Body Assessment), and anthropometry. The NBM results obtained are the average operator experiencing complaints on the back, thighs, legs, right hand and neck. Direct and indirect method of workload assessment obtained work results in a short time so that repairs are needed. The results of the assessment of the level of action of the work posture using the rapid entire body assessment (REBA) method show that the high risk level is worth 8 meaning that the worker needs action as soon as possible. Body anthropometry results are design work facilities that are made to reduce musculoskeletal disorder (MSDs). The design of the work facilities is a trolly push table with dimensions of table height of 101 cm, length of 80 cm, seat width of 44 cm and width of the handle of 8.5 cm.

Keywords : Anthopometry, Work facilities, MSDs,SNQ, REBA

(9)

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI DRAFT TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

I PENDAHULUAN ... .... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-6 1.3. Tujuan Penelitian ... I-6 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi... I-7 1.5. Manfaat Penelitian ... I-7 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-7

(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-3 2.5. Sistem Pengupahan dan Kesejahteraan Karyawan ... II-4 2.6. Bahan yang Digunakan ... II-6 2.6.1. Bahan Baku ... II-6 2.6.2. Bahan Tambahan ... II-7 2.6.3. Bahan Penolong ... II-7 2.7. Proses Produksi ... II-8 2.8. Mesin dan Peralatan Produksi ... II-9 2.9. Utilitas ... II-15

III TINJAUAN PUSTAKA ... III-1 3.1. Ergonomi... III-1

(11)

BAB HALAMAN 3.2. Musculoskeletal Disorder (MSDs) ... III-2 3.3. Postur Kerja ... III-4 3.4. Nordic Body Map (NBM) ... III-6 3.5. REBA (Rapid Entire Body Assesment)... III-8 3.6. Beban Kerja ... III-14 3.6.1. Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja ... III-14

3.6.2. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Jumlah

Kebutuhan Kalori ... III-16 3.6.3. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi ... III-18 3.7. Antropometri ... III-18

3.7.1. Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data

Antropometri ... III-23 3.7.2. Aplikasi Antropometri dalam Perancangan Produk ... III-25 3.8. Uji Keseragaman Data dan Kecukupan Data ... III-27 3.9. Uji Distribusi Normal dengan Kolmogorov–Smirnov Test ... III-30

IV METODOLOGI PENELITIAN... IV-1

(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2 4.5. Instrumen Penelitian ... IV-2 4.6. Pengumpulan Data... IV-3 4.7. Pengolahan Data ... IV-4 4.8. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-7 4.9. Kesimpulan dan Saran ... IV-7

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan dan Pengolahan Data Aktual ... V-1

5.1.1. Nordic Body Map (NBM) ... V-1 5.1.2. Fisiologi ... V-8

5.1.2.1. Pengolahan Data Fisiologi Dengan Metode

Penilaian Langsung ... V-9 5.1.2.2. Pengolahan Data Fisiologi Dengan Metode

Tidak Langsung ... V-10

(13)

BAB HALAMAN 5.1.3 Elemen Kegiatan Pada Kondisi Aktual ... V-12 5.1.4. Antropometri Pekerja ... V-18

5.1.4.1 Perhitungan Rata - rata, Standar Deviasi,

Nilai Maksimum, dan Minimum ... V-21 5.1.4.1.1 Perhitungan rata-rata ... V-21 5.1.4.1.2 Perhitungan Standar Deviasi ... V-21 5.1.4.1.3 Perhitungan Nilai Maksimum

dan Minimum ... V-22 5.1.4.2 Uji Keseragaman Data Antropometri ... V-23 5.1.4.3 Uji Kecukupan Data ... V-26 5.1.4.4 Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov- ...

Smirnov ... V-28 5.1.4.5 Perhitungan Persentil ... V-29 5.1.5. Perancangan Fasilitas Kerja Usulan... V-31 5.2. Pengumpulan dan Pengolahan Data Setelah Perancangan ... V-34 5.2.1. Data Nordic Body Map (NBM) Setelah Perancangan ... V-34 5.2.2. Fisiologi Setelah Perancangan ... V-37 5.2.2.1 Metode Penilaian Langsung... V-37

(14)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.2.2 Metode Penilaian Tidak Langsung ... V-38 5.2.3. Elemen Kegiatan Setelah Menggunakan Usulan...

Perancangan Fasilitas Kerja ... V-39

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... VI-1 6.1. Analisis Keluhan Musculoskeletal Disorders Berdasarkan ...

NBM ... VI-1 6.2. Analisis beban Kerja ... VI-1 6.2.1. Analisis Penilaian Secara Langsung ... V-1 5.2.2. Analisis Penilaian Secara Tidak Langsung ... V-2 6.3. Analisis Postur Kerja Dengan REBA ... VI-2 6.4. Analisis Fasilitas Kerja Aktual ... V-4 6.5. Analisis Perancangan Fasilitas Kerja Usulan... V-5

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

(15)
(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Posisi Operator Saat Bekerja di Stasiun Pemotongan ... I-2 2.1. Struktur Organisasi PT. Indopura Utama ... II-3 2.2. Mesin Giling Karet ... II-10 2.3. Mesin Press Rubber ... II-10 2.4. Mesin Cutting ... II-11 2.5. Mesin Milling ... II-12 2.6. Mesin Bubut ... II-12 2.7. Mesin Press Besi ... II-13 2.8. Mesin Las ... II-14 3.1. Peta Tubuh ... III-7 3.2. Postur Batang Tubuh (Trunk) ... III-9 3.3. Postur Tubuh Bagian Leher (Neck) ... III-10 3.4. Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs). ... III-10 3.5. Ukuran Beban (Load) ... II-11 3.6. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) ... II-11 3.7. Postur Lengan Bawah ... II-12 3.8. Postur Pergelangan Tangan ... II-12 3.9. Antropometri Untuk Perancangan Produk ... III-21

(17)

4.2. Blok Diagram Langkah-langkah Proses Penelitian ... IV-7 5.1. Histogram Keluhan Musculoskeletal Pekerja I ... V-4 5.2. Histogram Keluhan Musculoskeletal Pekerja II ... V-5 5.3. Histogram Keluhan Musculoskeletal Pekerja III ... V-6 5.4. Mengangkat Karet ... V-14 5.5. Lembar Penilaian REBA Elemen Kegiatan Mengambil

Plat Tubuh Bagian Kanan ... V-16 5.6. Lembar Penilaian REBA Elemen Kegiatan Mengambil Plat Tubuh

Bagian Kiri ... V-17 5.7. Peta Kontrol untuk Tinggi Pinggang Berdiri (Tpgb) ... V-24 5.8. Perancangan Fasilitas Kerja Usulan ... V-33 5.9. Histogram Keluhan Musculoskeletal Pekerja I Setelah ...

Perancangan ... V-35 5.10. Histogram Keluhan Musculoskeletal Pekerja II Setelah

Perancangan ... V-35 5.11. Histogram Keluhan Musculoskeletal Pekerja III Setelah

Perancangan ... V-36 5.12. Lembar Penilaian REBA Elemen Kegiatan Mengangkat Karet ..

Tubuh Bagian Kanan Setelah Menggunakan Usulan ...

(18)

Perancangan Fasilitas Kerja ... V-42 5.13. Lembar Penilaian REBA Elemen Kegiatan Mengangkat Karet ..

Tubuh Bagian Kiri Setelah Menggunakan Usulan ...

Perancangan Fasilitas Kerja ... V-43 5.3. Fasilitas Kerja Aktual ... VI-4 5.3. Fasilitas Kerja Usulan ... VI-5

(19)

TABEL HALAMAN 1.1. Masa Kerja Operator pada Stasiun Pemotongan ... I-1 2.1. Jumlah Tenaga Kerja... II-4 3.1. Pemilihan Sikap Kerja Terhadap Jenis Pekerjaan yang ...

Berbeda ... III-6 3.2. Penilaian Batang Tubuh (Trunk) ... III-9 3.3. Penilaian Leher (Neck) ... III-10 3.4. Penilaian Kaki (Legs) ... III-10 3.5. Penilaian Beban (Load) ... III-11 3.6. Penilaian Lengan Atas (Upper Arm) ... III-12 3.7. Skor Lengan Bawah ... III-12 3.8. Skor Pergelangan Tangan (Wrist) ... III-13 3.9. Coupling ... III-13 3.10. Skor Aktivitas ... III-13 3.11. Tingkat Tindakan REBA ... III-14 3.12. Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal ... III-24 5.10. Rekapitulasi Data NBM Pekerja stasiun Pemotongan ... V-2 5.11. Indikasi Kelelahan Pekerja pada Stasiun Pendempulan ... V-7 5.12. Denyut Nadi Aktual Pekerja ... V-9

(20)

5.12. Konsumsi Energi (Y) Aktual ... V-10 5.12. Perhitungan Nilai % CVL Aktual ... V-12 5.12. Elemen Kegiatan Aktual Pekerja ... V-13 5.12. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Postur Kerja Aktual ... V-15 5.12. Dimensi Tubuh Pekerja ... V-19 5.12. Data Dimensi Tubuh Pekerja ... V-19 5.12. Hasil Pengukuran dengan X̅, σ, Xmaks dan Xmin , ... V-22 5.12. Uji Keseragaman Data ... V-24 5.12. Data Out Of Control ... V-24 5.12. Dimensi Tubuh Pekerja Setelah Direvisi ... V-25 5.12. Uji Kecukupan Data ... V-28 5.12. Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov-Smirnov ... V-29 5.12. Perhitungan Persentil 5, 50 dan 95 untuk Seluruh Dimensi

Antropometri... V-31 5.12. Rekapitulasi Data NBM Setelah Perancangan di Stasiun ...

Pemotongan ... V-34 5.12. Indikasi Keluhan Pekerja Setelah Perancangan ... V-36 5.12. Denyut Nadi Pekerja Setelah Perancangan ... V-37 5.12. Konsumsi Energi (Y) Setelah Perancangan ... V-38 5.12. Perhitungan Nilai % CVL Setelah Perancangan... V-38 5.12. Elemen Kegiatan Pekerja Setelah Menggunakan Usulan ...

(21)

Menggunakan Fasilitas Kerja ... V-41 5.12. Hasil Penilaian Postur Kerja Aktual dengan Metode REBA ... VI-2 5.12. Hasil Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA ...

Setelah Menggunakan Fasilitas Kerja ... VI-3

(22)

I-I BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Indopura Utama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur penghasil rubber seal. Usaha ini memproduksi sekitar 60 lembar rubber seal mulai dari produk jadi sampai produk pesanan sesuai dengan spesifikasi standar yang telah ditetapkan. Jenis gripper rubber seal yang diproduksi adalah gripper rubber seal M7 dan M8. Proses produksi rubber seal terdiri dari proses pencampuran bahan utama berupa Karet Butadiena Nitrile (NBR), belerang dan karbon black kemudian dipress menjadi lembaran karet lalu dipotong yang selanjutnya dimasak sesuai cetakan yang diinginkan. Kondisi aktual dari seluruh tahapan proses produksi pembuatan rubber seal, terlihat bahwa setelah proses pemotongan selesai, maka karet sebagai bahan utama ditangani dengan sistem kerja manual dan postur tubuh yang membungkuk, berlutut dan kaki sebagai tumpuan. Hal tersebut dikhawatirkan menghambat proses produksi rubber seal dikarenakan kelelahan yang dirasakan oleh operator. Untuk itu diperlukan penanganan lebih lanjut untuk memperbaiki kondisi yang ada di lantai produksi demi mencapai kenyamanan dalam bekerja sehingga proses produksi berjalan dengan lancar.

Aktivitas yang dilakukan setelah karet selesai dipotong maka secara manual operator melipat karet agar mudah dibawa ke stasiun selanjutnya dengan postur membungkuk dan kaki melipat sebagai tumpuan tubuh selama 15-20 menit

(23)

untuk satu produk karet yang akan diangkat, lalu dibawa oleh operator dengan berat karet 8-10 kg dan jarak 8 meter ke stasiun selanjutnya, kemudian meletakkan karet untuk diproses selanjutnya.

Postur pekerja tidak ergonomis seperti yang terlihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Posisi Operator Saat Bekerja di Stasiun Pemotongan Proses melipat, mengangkat dan peletakan dilakukan oleh 3 orang pekerja selama 8 jam/hari dengan 6 hari kerja dan masa kerja yang sudah cukup lama dari 10-15 tahun kerja. Masa kerja dari setiap operator dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Masa Kerja Operator pada Stasiun Pemotongan

No Operator Masa Kerja Umur

1 Operator I 10 tahun 28

2 Operator II 15 tahun 57

3 Operator III 13 tahun 43

Kondisi aktual yang ada di lantai produksi memperlihatkan tidak ada fasilitas kerja yang mendukung berupa meja yang ergonomis sehingga operator mengerjakan pekerjaannya dengan postur tubuh leher membungkuk, kaki digunakan sebagai tumpuan badan dan pekerja membawa karet ke stasiun

(24)

I-3

keluhan rasa sakit yang diterima oleh operator dan menimbulkan beban kerja berlebih yang berasal dari sikap kerja, fasilitas pendukung dan masa kerja operator sehingga pekerja berpotensi mengalami masalah gangguan musculoskeletal disorder (MSDs).

Musculoskeletal Disorder (MSDs) adalah keluhan pada otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan yang paling ringan sampai keluhan yang paling sakit. Otot yang diberi beban statis secara repetitif dan menerima beban tersebut dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan keluhan sakit pada otot dimana terjadi kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Pekerja yang melakukan kegiatan repetitif dalam satu siklus sangat rentan mengalami gangguan MSDs.

Di Indonesia, berdasarkan dari hasil studi Departemen Kesehatan tahun 2005 jumlah kasus penyakit akibat kerja di Indonesia dari tahun 2011-2014, terjadi kenaikan pada tahun 2011 yaitu 57.929 kasus, tahun 2012 sebanyak 60.322 kasus, tahun 2013 97.144 kasus dan tahun 2014 sebanyak 40.694 kasus. Terdapat sekitar 40,5% penyakit yang diderita tenaga kerja sehubungan dengan pekerjaan.

Gangguan kesehatan yang dialami pekerja, menurut penelitian yang dilakukan terhadap 482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, 16% diantaranya berupa gangguan muskuloskeletal. Penelitian Pusat Studi Kesehatan dan Ergonomi ITB tahun 2006 – 2007 memperoleh data sekitar 40 – 80% pekerja melaporkan keluhan muskuloskeletal (1)

Masalah yang terjadi di lantai produksi, khusunya akibat proses pelipatan dan pengangkatan membuat operator mengalami keluhan rasa sakit. Untuk

(25)

mengetahui bagian tubuh mana yang mengalami keluhan paling sakit diberikan kuesioner SNQ (Standard Nordic Questionaire). Berdasarkan kuesioner tersebut dapat diketahui tubuh mana yang diindikasikan menjadi masalah di dalam pekerjaan, sehingga dapat dilakukan analisis postur kerja.

Pengukuran beban kerja dilakukan untuk dapat melihat besarnya beban fisik yang diterima oleh operator selama melakukan pekerjaan. Pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja dilakukan dengan pendekatan fisiologis. Beban kerja fisiologis dihitung menurut kebutuhan kalori berdasarkan energi yang dikeluarkan selama melipat dan menghitung denyut nadi operator pada saat istirahat dan bekerja.

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode analisis postur kerja guna mengurangi gangguan musculoskeletal yang sering dialami oleh para karyawan. Biasanya para peneliti menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment. Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) digunakan untuk menganalisa postur tubuh para tenaga kerja di CV. Wijaya Kusuma saat produksi. Metode REBA relatif mudah digunakan karena untuk mengetahui nilai

(26)

I-5

suatu postur tubuh tidak diperlukan besar sudut yang spesifik, hanya berupa range sudut(2).

Mempertimbangkan tenaga kerja dari Biro Statistik yang diterbitkan oleh Amerika Serikat pada tahun 2001, alasannya adalah 30 persen tenaga kerja tidak bekerja di negara ini karena gangguan musculoskeletal Disorder. Pada tahun 1995, 83.000.000 hari kerja yang hilang di Inggris karena gangguan muskuloskeletal pada bagian atas pekerja. Secara umum, responden di dunia beralasan 40% dari semua data terkait karena mereka tidak bekerja. Hari ini, di banyak negara pencegahan gangguan muskuloskeletal telah menjadi prioritas nasional(3)

Salah satu unit produksi di perusahaan manufaktur pembuat beton mayoritas menggunakan metode kerja manual. Salah satunya adalah distribusi bahan baku berupa plat yang di produksi di stasiun kerja pemotongan ke stasiun kerja penggerinda. Hal tersebut apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri (industrial accident) yang disebut sebagai “Over exertion-lifting and carrying”, yaitu kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat yang berlebih . Metode yang digunakan dalam mengggali latar belakang adalah dengan menggunakan kuesioner SNQ (Standard Nordic Questionaire) dan untuk menganalisa postur tubuh yang tidak ergonomis digunakan metode REBA(4).

Perancangan fasilitas yang masih manual menyebabkan masalah diatas seperti posisi tubuh yang kurang baik dan lingkungan kerja yang panas menjadi sumber peningkatan denyut nadi operator. Untuk itu perlu perancangan ulang alat

(27)

agar kondisi tetap ergonomis, yaitu membuat pekerjaan sesuai dengan keterbatasan dan kemampuan manusianya. Untuk mewujudkannya, maka fasilitas kerja dan produk yang digunakan seharusnya dirancang sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang menggunakannya. Sebuah studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia adalah Antropometri(5).

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti berkeinginan merancang fasilitas kerja yang ergonomis untuk mengurangi masalah musculoskeletal disorder (MSDS) pada pekerja di stasiun pemotongan pabrik PT.Indopura Utama.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang permasalahan adalah beban kerja fisik yang dialami oleh operator pada stasiun pemotongan yang menimbulkan keluhan nyeri pada otot serta kelelahan yang disebabkan tidak adanya fasilitas kerja yang ergonomis. Oleh karena itu, diperlukan perancangan fasilitas kerja guna mengurangi masalah musculoskeletal disorder (MSDs) yang diterima oleh operator.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan khusus penelitian adalah

1. Mengidentifikasi bagian tubuh pekerja yang mengalami keluhan rasa sakit dengan menggunakan kuesioner SNQ (Standard Nordic Questionaire).

2. Menganalisa dan menilai postur kerja aktual yang dilakukan pekerja dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA).

(28)

I-7

3. Menilai beban kerja pekerja dengan Heart Rate.

4. Mengukur dimensi tubuh (antropometri) pekerja sebagai dasar perancangan fasilitas kerja yang ergonomis dengan Human Body Martin.

Tujuan umum penelitian adalah mendapatkan rancangan fasilitas kerja yang ergonomis di stasiun pemotongan.

1.4. Batasan dan Asumsi Masalah

Batasan masalah pada penellitian ini adalah:

1. Metode yang digunakan dalam penilaian postur kerja adalah metode REBA (Rapid Entire Body Assesment).

2. Tidak melakukan perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk usulan fasilitas kerja yang ergonomis.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pekerja yang diamati bekerja secara normal.

2. Proses produksi dan prosedur kerja yang berlangsung pada perusahaan tidak mengalami perubahan dan dianggap berjalan lancar selama penelitian berlangsung.

3. Peralatan yang digunakan selama proses produksi dalam kondisi yang baik dan bekerja sesuai fungsinya.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

(29)

1. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan guna meningkatkan upaya perlindungan kesehatan bagi operator.

2. Menerapkan dan mengembangkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh selama di bangku perkuliahan.

3. Memberi kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan pengalaman dalam menyelesaikan permasalahan aktual di perusahaan yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan pengembangan pada perusahaan.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan tugas sarjana adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, dan sistematika penulisan Tugas Akhir.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini memuat secara ringkas dan padat berbagai atribut dari perusahaan yang menjadi objek studi seperti struktur organisasi dan manajemen perusahaan, jenis produk dan uraian mengenai bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong, proses produksi serta mesin dan peralatan yang digunakan dalam menunjang proses produksi.

(30)

I-9

BAB III : LANDASAN TEORI

Bab ini diuraikan menganai tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi tentang teori-teori dan pemikiran-pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan serta pemesahan permasalahan. Landasan teori yang digunakan adaah bertujuan untuk menguatkan metode yang digunakan dalam memecahkan persoalan perusahaan.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi thapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya.

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini menjelaskan tentang jenis-jenis data, baik data primer maupun data sekunder yang perlu dikumpulkan, lokasi data dan metode pengumpulan data. Data primer pada umumnya dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. Data sekunder dikumpulkan dengan mencatat data dari laporan yang ada.

BAB VI : ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini menjelaskan analisa terhadap data termasuk pengoperasian konsep ilmiah yang digunakan dalam metode pendekatan serta teori-teori yang dijadikan landasan dalam pemecahan masalah.

(31)

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian kesimpulan berisikan butir-butir penting dari masing-masing bab, mulai dari rumusan masalah hingga hasil-hasil analisa dan diskusi secara ringkas dan padat.

(32)

II-I BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Indopura Utama merupakan perusahaan yang bergerak didalam bidang manufaktur dengan memproduksi gripper rubber seal. Perusahaan ini memproduksi gripper rubber seal dengan merek dagang WT “Wakinara Teknik”.

PT. Indopura Utama didirikan pada tanggal 31 Maret 2004. Kegiatan kantor pusat dan kegiatan pabrik dalam perusahaan menggunakan sistem manajemen mutu dengan mengikuti persyaratan dari ISO versi terbaru. PT. Indopura Utama beralamat di Jl. Medan Tanjung Morawa Km. 12,5 No.15 Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Jenis gripper rubber seal yang diproduksi adalah gripper rubber seal M7 dan M8 dengan menggunakan mesin produksi Taiwan dan China. Spesifikasi gripper rubber seal yang diproduksi oleh PT. Indopura Utama mendapat sertifikasi dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

PT. Indopura Utama menjadi pemasok gripper rubber seal ke pabrik- pabrik besar baik pabrik swasta maupun BUMN. Industri gripper rubber seal sangat menjanjikan untuk masa depan bagi PT. Indopura Utama untuk memperluas dan menambah lini produksi sesuai kebutuhan pelangggan.

(33)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Indopura Utama merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi gripper rubber seal. Gripper rubber seal yang diproduksi beragam dengan spesifikasi yang diinginkan konsumen selama itu masih sesuai standar yang ditetapkan. Pemasok Utama PT. Indopura Utama adalah pabrik kelapa sawit PTPN dan PT. Toba Pulp.

2.3. Organisasi dan Manajemen

Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi–fungsi dan hubungan–hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Secara fisik struktur organisasi dapat dinyatakan dalam bentuk gambaran grafik yang memperlihatkan hubungan unit–unit organisasi dan garis wewenang yang ada.

Struktur organisasi kita dapat menunjukkan gambaran tentang beberapa hal yaitu :

1. Struktur organisasi dapat memperlihatkan karakteristik utama dari perusahaan yang bersangkutan

2. Struktur organisasi dapat memperlihatkan gambaran pekerjaan dan hubungan yang ada dalam perusahaan.

3. Struktur organisasi dapat digunakan untuk merumuskan rencana kerja yangideal sebagai pedoman untuk dapat mengetahui siapa bawahan dan siapa atasan.

(34)

II-3

Struktur organisasi suatu perusahaan tentu akan berbeda dengan struktur organisasi perusahaan lainnya, hal ini tergantung pada besar kecilnya perusahaan.

PT. Indopura Utama membutuhkan suatu struktur organisasi yang tepat agar dapat secara efektif dan efisien mengatur dan menjelaskan tugas – tugas anggota organisasinya. Bentuk struktur organisasi yang dilaksanakan PT. Indopura Utama adalah berbentuk lini fungsional. Struktur organisasi dari perusahaan ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Direktur

Manager Operasional

Bag. Produksi Bag. Pemasaran

Bag. Personalia Bag. Keuangan

Bag. Administrasi Bag. Quality

Control Bag. Maintenance

Satpam

Keterangan

Hubungan Fungsional Hubungan Lini

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Indopura Utama

2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Jumlah tenaga kerja di PT. Indopura Utama berjumlah 27 orang. Rincian jumlah tenaga kerja yang ada pada PT. Indopura Utama dapat dilihat pada Tabel 2.1.

(35)

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja

No Jabatan Jumlah

1 Direktur 1

2 Manager Operasional 1

3 Bag. Personalia 2

4 Bag. Keuangan 1

5 Bag. Produksi 10

6 Bag. Quality Control 1 7 Bag. Maintenance 2

8 Bag. Pemsaran 5

9 Bag. Administrasi 3

10 Satpam 1

Jam kerja di PT. Indopura Utama perhari adalah 8 jam kerja. Jam kerja lembur terhitung apabila seorang pekerja bekerja lebih dari 8 jam. Waktu jam kerja pada PT. Indopura Utama adalah :

1. Hari Senin – Kamis

Pukul 08.00 – 12.00 : Kerja Aktif Pukul 12.00 – 13.30 : Istirahat Pukul 13.30 – 17.00 : Kerja Aktif 2. Hari Jumat

Pukul 08.00 – 12.00 : Kerja Aktif Pukul 12.00 – 14.00 : Istirahat Pukul 14.00 – 17.00 : Kerja Aktif 3. Hari Sabtu

Pukul 08.00 – 12.00 : Kerja Aktif Pukul 12.00 – 13.30 : Istirahat Pukul 13.30 – 17.00 : Kerja Aktif

(36)

II-5

2.5. Sistem Pengupahan dan Kesejahteraan Karyawan

Meningkatkan produktivitas kerja karyawan, perusahaan harus memperhatikan tingkat kesejahteraan karyawan. Salah satu indikator kesejahteraan karyawan adalah menyediakan biaya untuk kebutuhan hidup karyawan dalam bentuk upah yang layak sesuai kemampuan perusahaan dan sesuai ketentuan Upah Minimum Sektoral Regional (UMSR) yang ditetapkan pemerintah.

Sistem pengupahan pada PT. Indopura Utama dibedakan atas dua jenis, yaitu :

1. Upah Bulanan

Upah bulanan untuk tenaga kerja tetap, yaitu bagian kantor, manager dan satpam. Upah ini dibayar setiap hari kerja pada akhir bulan.

2. Upah Harian

Upah harian untuk tenaga kerja bagian produksi. Namun pembayaran dilakukan setiap akhir minggu hari kerja dengan perhitungan akumulasi harian pekerja.

Fasilitas lain yang diberikan oleh perusahaan adalah : 1. Upah lembur

Upah yang diberikan apabila pekerja bekerja melebihi jam kerja.

2. Tunjangan Hari Raya

Bonus yang diberikan kepada karyawan pada hari raya dan tahun baru. THR ini diberikan kepada karyawan yang sudah bekerja lebih dari 1 tahun sebesar 1 bulan gaji.

(37)

3. Cuti

Perusahaan memberikan cuti kepada karyawan yang memiliki keperluan penting diluar kepentingan perusahaan. Namun perusahaan tidak menetapkan jatah cuti setiap karyawan dikarenakan cuti yang diambil sesuai ijin manajemen perusahaan.

4. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

Jaminan social tenaga kerja yang diberikan adalah bentuk asuransi yang dibuat oleh pemerintah untuk melindungi tenaga kerja berupa BPJS dan asuransi tenaga kerja swasta.

2.6. Bahan yang digunakan

Jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Indopura Utama adalah gripper rubber seal. Untuk menghasilkan produk ini dibutuhkan bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong.

2.6.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama dalam pembuatan produk gripper rubber seal yang sudah distandarisasi dan memiliki persentase relative besar dalam produk dibandingkan dengan bahan lain. Bahan baku yang digunakan adalah : 1. NBR (Nitrile Butadiene Rubber)

Karet yang tahan untuk suhu umum (-65 sampai 300 derajat F). Ini memiliki ketahanan aus yang baik dan tidak akan mudah retak.

(38)

II-7

2. Ethylene Propylene (EPR)

Karena resistensi yang tinggi terhadap cairan korosif, biasanya cocok untuk aplikasi yang mengalami beberapa jumlah kontak dengan jenis cairan.

3. Viton

Bahan ini digunakan untuk menahan air, minyak dan lain-lain.

4. Plat Logam

Bahan ini digunakan sebagai rangka produk.

2.6.2. Bahan Tambahan

Bahan Tambahan adalah bahan yang memiliki persentase kecil dalam pembuaatan produk dibandingkan dengan bahan utama. Bahan tambahan yang digunakan adalah :

1. Belerang

Digunakan untuk membantuk penghalusan dan pencampuran bahan baku.

2. Black Carbon

Digunakan untuk member warna pada produk yang biasanya berwarna hitam.

2.6.3. Bahan Penolong

Bahan penolong merupakan bahan yang membantu dalam proses produksi agar diperoleh hasil yang lebih baik. Bahan penolong yang digunakan adalah air sebagai pendingin produk yang sudah dimasak.

(39)

2.7. Proses Produksi

Tahapan yang dilakukan untuk memproduksi gripper rubber seal adalah : 1. Proses Pembuatan Rangka

a. Stasiun Pemotongan

Pembuatan tapak dan badan dengan menggunakan mesin potong. Untuk tapaknya plat besi setebal 20mm dipotong dengan mesin potong membentuk ukuran 50mm x 30mm sedangkan untuk badan plat besi setebal 50mm dengan mesin potong dengan ukuran 15mm x 50mm . b. Stasiun Milling

Plat besi yang telah dipotong sesuai ukuran dibawa ke stasiun milling untuk membentuk lubang.

c. Stasiun Bubut

Tapak dan badan dibawa ke mesin bubut untuk dihaluskan permukaannya.

d. Stasiun Press Plat

Tapak dan badan yang sudah dihaluskan kemudian dibuat melengkung dengan menggunakan mesin press.

e. Stasiun Pengelasan

Badan dan tapak kemudian disambung dengan menggunakan mesin las untuk membentuk rangka.

f. Stasiun Pengecatan

Rangka kemudian dicat hingga 3 kali pengecatan dengan menggunakan cat khusus untuk menahan suhu tinggi.

(40)

II-9

2. Proses Pembuatan Karet a. Stasiun Penimbangan

Pada proses ini, NBR dengan beberapa bahan lain seperti EPR, Viton, belerang dan black carbon ditimbang sesuai kebutuhan dalam proses pembuatan karet.

b. Stasiun Penggilingan

Pencampuran adonan karet dengan mencampurkan bahan baku yang diperlukan. Pada proses ini, NBR dicampurkan dengan beberapa bahan lain seperti EPR, Viton, belerang dan black carbon untuk membentuk bahan setengah jadi yang diinginkan.

c. Stasiun Press Karet

Adonan karet kemudian dipress hingga membentuk lembaran.

d. Stasiun Pencetakan Karet

Lembaran kemudian dicetak dengan cetakan khusus.

3. Stasiun Finishing

Rangka dan karet yang telah selesai dimasak kemudian disatukan sesuai molding yang sudah ditentukan. Kemudian sisi terluar gripper rubber seal hasil penggabungan dihaluskan untuk menghilangkan sisa karet dan didinginkan menggunakan air.

2.8. Utilitas

Untuk membantu kelancaran proses produksi dan kerja perusahaan, digunakan fasilitas pendukung antara lain:

(41)

1. Air

Digunakan untuk proses produksi sebagai bahan penolong dalam proses pendinginan produk dan juga untuk kegunaan sehari-hari para pekerja perusahaan.

2. Listrik

Sumber energy yang digunakan untuk menggerakkan mesin dan peralatan yang digunakan oleh perusahaan. Sumber tenaga listrik yang diperoleh dari PLN dan Genset.

3. Telekomunikasi

Digunakan untuk mendukung kegiatan perusahaan dalam proses produksi maupun proses diluar produksi.

(42)

III-I BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Ergonomi

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja, sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, sehat, nyaman dan efisien1.

Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada suatu institusi atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi kesesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya. Banyak yang menyimpulkan bahwa tenaga kerja harus dimotivasi dan kebutuhannya terpenuhi. Dengan demikian akan menurunkan jumlah karyawan yang tidak masuk kerja. Pendekatan ergonomi mencoba untuk mencapai kebaikan bagi pekerja dan pimpinan institusi.

Hal ini dapat tercapai dengan memperhatikan empat tujuan utama ergonomi, antara lain: (1) memaksimalkan efisiensi karyawan, (2) memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja, (3) menganjurkan agar bekerja aman (comfort), nyaman (convenience) dan bersemangat, dan (4) memaksimalkan bentuk (performance) kerja yang menyakinkan2.

(43)

3.2 ` Musculoskeletal Disorder (MSDs)

Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorder (MSDs) atau cidera pada sistem musculoskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan, dan

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.

Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang terlalu panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20%

dari kekuatan otot maksimum. Namun, apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka

(44)

III-3

peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.

Keluhan musculoskeletal terjadi disebabkan beberapa faktor yaitu:

1. Peregangan otot yang berlebihan

Peregangan yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.

2. Aktivitas berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus.

Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap kerja tidak alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya posisi tangan terangkat,punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dsb.3

(45)

3.3. Postur Kerja

Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh. Bekerja dengan posisi duduk mempunyai keuntungan antara lain:

1. Pembebanan pada kaki

2. Pemakaian energi dapat dikurangi

3. Keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi

Namun demikian kerja dengan sikap duduk terlalu lama dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah. Mengingat posisi duduk mempunyai keuntungan dan kerugian, maka untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik tanpa pengaruh buruk pada tubuh, perlu dipertimbangkan pada jenis pekerjaan apa saja sesuai diterapkan posisi duduk. Untuk maksud tersebut, diberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi duduk. Pekerjaan tersebut antara lain:

1. Pekerjaan yang memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki

2. Pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada tangan 3. Tidak diperlukan tenaga dorong yang besar

4. Objek yang dipegang tidak memerlukan tangan bekerja pada ketinggian lebih dari 15 cm dari landasan kerja

5. Diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi 6. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama

(46)

III-5

7. Seluruh objek yang dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan dengan posisi duduk4.

Selain posisi kerja duduk, posisi berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan. Seperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga mempunyai keuntungan maupun kerugian. Menurut Sutalaksana (2000) bahwa sikap berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Pada dasarnya, berdiri lebih lelah daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15%

dibandingkan dengan duduk. Untuk meminimalkan pengaruh kelelahan dan keluhan subyektif maka pekerjaan harus didesain agar tidak terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan posisi kepala yang tidak alamiah. Untuk maksud tersebut, diberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi berdiri antara lain:

1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut

2. Harus memegang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg) 3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah dan ke samping.

5. Sering melakukan pekerjaan dengan menekan ke bawah 6. Memerlukan mobilitas tinggi

Dari posisi kerja duduk dan berdiri dicoba diambil keuntungan dengan mengkombinasikan desain stasiun kerja untuk posisi duduk dan berdiri. Kemudian disimpulkan bahwa pemilihan posisi kerja harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan seperti pada Tabel 3.1

(47)

Tabel 3.1 Pemilihan Sikap Kerja Terhadap Jenis Pekerjaan yang Berbeda

Jenis Pekerjaan

Sikap Kerja yang Dipilih

Pilihan Pertama Pilihan Kedua

Mengangkat beban > 5kg Berdiri Duduk – Berdiri Bekerja di bawah tinggi siku Berdiri Duduk – Berdiri Menjangkau horizontal di luar

Berdiri Duduk – Berdiri daerah jangkauan optimum

Pekerjaan ringan dengan

Duduk Duduk – Berdiri

pergerakan berulang

Pekerjaan perlu ketelitian Duduk Duduk – Berdiri

Inspeksi dan monitoring Duduk Duduk – Berdiri

Sering berpindah-pindah Duduk – Berdiri Berdiri Sumber: Helander (1995:60). A Guide to the Ergomic of Manufacturing.

3.4 SNQ (Standard Nordic Questionaire)5

Nurliah (2012), salah satu metode untuk mengetahui keluhan MSDs adalah dengan menggunakan kuesioner SNQ (Standard Nordic Questionaire).

SNQ (Standard Nordic Questionaire) adalah peta tubuh untuk mengetahui bagian otot yang mengalami keluhan dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan pekerja. SNQ (Standard Nordic Questionaire) membagi tubuh menjadi nomor 0 sampai 27 dari leher hingga kaki yang akan mengestimasi tingkat keluhan MSDs yang dialami pekerja. SNQ (Standard Nordic Questionaire) tidak dapat dijadikan diagnosa klinik karena bersifat subjektif karena berdasarkan persepsi responden,

(48)

III-7

tidak berdasarkan diagnosa kesehatan. Gambar peta tubuh dapat dilihat seperti pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Peta Tubuh

(49)

3.5. REBA (Rapid Entire Body Assesment)

REBA merupakan suatu metode penilaian postur untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh keseluruhan. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai postur tubuh, kekuatan yang digunakan, jenis pergerakan atau aksi, pengulangan, dan pegangan. Skor akhir REBA dihasilkan untuk memberikan semua indikasi tingkat resiko dan tingkat keutamaan dari sebuah tindakan yang harus diambil. Pada masing-masing tugas, menilai faktor postur tubuh dengan penilaian pada masing-masing grup yang terdiri atas dua grup, yaitu:

1. Grup A, terdiri atas:

a. Batang tubuh (trunk)

(50)

III-9

c. Kaki (legs) 2. Grup B, terdiri atas:

a. Lengan atas (upper arm) b. Lengan bawah (lower arm) c. Pergelangan tangan (wrist)

Pada masing-masing grup, diberikan suatu skala skor postur tubuh dan suatu pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban atau kekuatan dan coupling.

REBA dapat digunakan ketika penilaian postur kerja diperlukan dalam sebuah pekerjaan:

1. Keseluruhan bagian badan digunakan.

2. Postur tubuh statis, dinamis, cepat berubah, atau tidak stabil.

3. Melakukan sebuah pembebanan seperti: mengangkat benda baik secara rutin ataupun sesekali.

4. Perubahan dari tempat kerja, peralatan, atau pelatihan pekerja sedang dilakukan dan diawasi sebelum atau sesudah perubahan.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang dinilai pada metode REBA.

1. Grup A, terdiri dari : a. Batang tubuh (trunk)

Gambar 3.2 Postur Batang Tubuh (Trunk)

(51)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal 1

0 - 200 (ke depan dan belakang) 2 +1 jika batang tubuh

<-200 atau 20 - 600 3 berputar/bengkok/bungkuk

>600 4

Sumber: Stanton Neville, Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods

Tabel 3.2 Penilaian Batang Tubuh (Trunk)

b. Leher (neck)

Gambar 3.3 Postur Tubuh Bagian Leher (Neck)

Tabel 3.3 Penilaian Leher (Neck)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0 - 200 1

>200- ekstensi 2 +1 jika leher berputar/bengkok

Sumber: Stanton Neville, Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods

c. Kaki (legs)

Gambar 3.4 Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs)

(52)

III-11

Tabel 3.4 Penilaian Kaki (Legs)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal/seimbang

(berjalan/duduk) 1 +1 jika lutut antara 30-60 0

+2 jika lutut >600 Bertumpu pada satu kaki lurus 2

Sumber: Stanton Neville, Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods

d. Beban (load)

Gambar 3.5 Ukuran Beban (Load)

Tabel 3.5 Penilaian Beban (Load)

Pergerakan Skor Skor Pergerakan

<5 kg 0

+1 jika kekuatan cepat

5 - 10 kg 1

>10 kg 2

Sumber: Stanton Neville, Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods

2. Grup B, terdiri dari:

a. Lengan atas (upper arm)

(53)

Gambar 3.6 Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm)

Tabel 3.6 Penilaian Lengan Atas (Upper Arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan dan belakang) 1 +1 jika bahu naik

>200 (ke belakang) atau 20 - 450 2 +1 jika lengan berputar/bengkok

45 - 900 3 -1 miring, menyangga berat

>900 4 lengan

Sumber: Stanton Neville, Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods

b. Lengan bawah (lower arm)

Gambar 3.7 Postur Lengan Bawah

Tabel 3.7 Skor Lengan Bawah

Pergerakan Skor

600 - 1000 1

0 0

(54)

III-13

c. Pergelangan tangan (wrist)

Gambar 3.8 Postur Pergelangan Tangan Tabel 3.8 Skor Pergelangan Tangan (wrist)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-150 (ke atas dan bawah) 1

+1 jika pergelangan tangan

>150 (ke atas dan bawah) 2

putaran menjauhi sisi tengah

Sumber: Stanton Neville, Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods

d. Coupling

Tabel 3.9 Coupling

Coupling Skor Keterangan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Sedang 1 Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling cocok dengan bagian tubuh

Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin

Tidak dapat

diterima 3

Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak ada pegangan atau kopling tidak sesuai dengan

bagian tubuh

Sumber: Stanton Neville, Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods

(55)

Tabel 3.10 Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam

Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang

Tindakan menyebabkan jarak yang Ketidakstabilan +1 besar dan cepat pada postur (tidak

stabil)

Sumber: Stanton Neville, Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods

Skor REBA kemudian diperiksa terhadap tingkat tindakan (Tabel 3.11).

ini adalah ketetapan dari nilai yang sesuai untuk meningkatkan urgensi untuk kebutuhan dalam melakukan perubahan.

Tabel 3.11 Tingkat Tindakan REBA

Skor REBA Tingkat Risiko Action Level Tindakan

1 Diabaikan 0 Tidak perlu

2-3 Rendah 1 Mungkin perlu

4-7 Sedang 2 Perlu

8-10 Tinggi 3 Perlu segera

11-15 Sangat Tinggi 4 Sekarang juga

Sumber: Stanton Neville, Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods

3.6. Beban Kerja

3.6.1 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Secara umum sehubungan dengan beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor eksternal dan internal.

(56)

III-15

1. Beban kerja karena faktor eksternal

Faktor eksternal adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja, yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task) itu sendiri, organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga faktor tersebut disebut stressor.

a. Tugas-tugas (tasks) yang dilakukan baik yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, kondisi atau medan, sikap kerja, dan lain-lain. Sedangkan tugas- tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan, atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, tanggung pekerja, dan lain-lain.

b. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja, musik kerja, pelimpahan dan wewenang kerja, dan lain-lain.

c. Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja adalah :

1) Lingkungan kerja fisik seperti: mikroklimat, intensitas kebisingan, intensitas cahaya, vibrasi mekanis, dan tekanan udara

2) Lingkungan kerja kimiawi seperti debu, gas-gas pencemar udara, dan lain-lain.

3) Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, parasit, dan lain-lain.

4) Lingkungan kerja fisiologis seperti penempatan dan pemilihan karyawan, hubungan sesama pekerja, pekerja dengan atasan, pekerja dengan lingkungan sosial, dan lain-lain.

(57)

2. Beban kerja karena faktor internal

Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tersebut disebut strain, besar kecilnya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Secara objektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis, secara subjektif dapat melalui perubahan fisiologis dan perubahan perilaku.

Secara singkat faktor internal meliputi :

a. Faktor somatic (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, kondisi kesehatan).

b. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan lain-lain.) (Tarwaka, 2004)

3.6.2. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Jumlah Kebutuhan Kalori Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakan otot adalah kebutuhan akan oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembakaran zat dalam menghasilkan energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan oleh tubuh merupakan salah satu indikator pembebanan selama bekerja. Dengan demikian setiap aktivitas pekerjaan memerlukan energi yang dihasilkan dari proses pembakaran. Berdasarkan hal tersebut maka kebutuhan kalori dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan besar ringannya beban kerja.

Persamaan yang digunakan dalam menghitung nilai konsumsi energi dapat dilihat dari hasil penelitian Muller (1962), yaitu:

Y = 1,80411 – 0,0229038x – 4,71711.10-4x2 ………(1)

(58)

III-17

Menteri Tenaga Kerja melalui keputusan No. 51 tahun 1999 menetapkan kebutuhan kalori untuk menentukan berat ringannya pekerjaan yaitu sebagai berikut:

1. Beban kerja ringan : 100-200 Kilo kalori/jam 2. Beban kerja sedang : > 200-350 Kilo kalori/ jam 3. Beban kerja berat : > 350-500 Kilo kalori/ jam

Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara tidak langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. Setiap kebutuhan oksigen sebanyak 1 liter akan memberikan 4,8 kilokalori. Sebagai dasar perhitungan dalam menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh seseorang dalam melakukan aktivitas pekerjannya, dapat dilakukan melalui pendekatan atau taksiran kebutuhan kalori menurut aktivitasnya.

Kebutuhan kalori seorang pekerja selama 24 jam ditentukan oleh tiga hal:

1. Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal, dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia.

2. Kebutuhan kalori untuk kerja, kebutuhan kalori sangat ditentukan dengan jenis aktivitasnya, berat atau ringan.

3. Kebutuhan kalori untuk aktivitas lain-lain di luar jam kerja.

3.6.3. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi

Klasifikasi beban kerja berdasakan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maskimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasiculair = %CVL) yang dihitung berdasarkan rumus di bawah ini :

(59)

%CVL=

100 x (Denyut nadi kerja - Denyut nadi istirahat)

…….(2)

Denyut nadi maksimum - Denyut nadi istirahat

Di mana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-umur) untuk wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut :

< 30% = Tidak terjadi kelelahan 30% - < 60% = Diperlukan perbaikan 60% - < 80% = Kerja dalam waktu singkat 80% - < 100% = Diperlukan tindakan segera

>100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas

3.7. Antropometri

Istilah Antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan

“metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia7

Anthopometri juga bisa diartikan suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk pananganan masalah desain.

Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, (tinggi, lebar, dan sebagainya), berat, dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Seseorang dapat bekerja baik bagi perusahaan bergantung pada seberapa

(60)

III-19

keamanan, kesehatan, dan kenyamanan kerja. Pada gilirannya hal-hal ini akan meningkatkan kemampuan kerja yang bersangkutan. Dua hal diantaranya adalah dimensi benda-benda yang berinteraksi dengan pekerja dan lingkungan kerjanya.

Karena dimensi objek mesti bersesuaian dengan pemakainya maka perlu dikenali antropometri, suatu bidang kajian dari ergonomi yang mempelajari karakter ukuran-ukuran fisik tubuh manusia (Sutalaksana, 1979)

Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, yaitu:

1. Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20-tahunan. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40-tahunan.

2. Jenis kelamin

Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti panggul, dan sebagainya.

3. Suku/bangsa (ethnic)

Setiap suku bangsa ataupun kelompok suku etnik akan memiliki karakteristik fisik tubuh yang berbeda satu dengan yang lainnya.

4. Posisi tubuh (posture)

(61)

Sikap ataupun posisi tubuh berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh sebab itu, posisi tubuh standard harus diterapkan untuk survei pengukuran.

5. Cacat tubuh

Data anthropometri disini akan diperlukan untuk perancangan prosuk bagi orang-orang cacat.

6. Tebal/tipisnya pakaian

Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari suatu tempat dengan tempat yang lain.

7. Kehamilan

Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.

Akhirnya, sekalipun segmentasi dari populasi yang ingindituju dari rancangan suatu produk selalu berhasil diidentifikasikan sebaik-baiknya, berdasarkan factor-faktor seperti yang telah diuraikan, namun adanya variasi ukuran sebenarnya akan mudah diatasi dengan cara merancang produk yang

“mampu suai” (adjustable) dalam suatu rentang dimensi ukuran pemakainya (Sritomo Wignjosoebroto, 1995)

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.

Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu:

1. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions)

(62)

III-21

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya.

2. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions)

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan (Sritomo Wignjosoebroto, 1995).

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Antropometri untuk Perancangan Produk Keterangan :

Gambar

Gambar 1.1 Posisi Operator Saat Bekerja di Stasiun Pemotongan  Proses melipat, mengangkat dan peletakan dilakukan oleh 3 orang pekerja  selama 8 jam/hari dengan 6 hari kerja dan masa kerja yang sudah cukup lama dari  10-15 tahun kerja
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Indopura Utama
Gambar 3.1 Peta Tubuh
Gambar 3.2 Postur Batang Tubuh (Trunk)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah adanya permasalahan terkait kondisi lingkungan kerja fisik yaitu suhu yang panas, metode kerja yaitu prosedur kerja

PLP2K-BK, pengisian kuesioner dan pelengkapan data pendukung. Melakukan evaluasi dan verifikasi dokumen usulan yang disampaikan oleh pemerintah Kota/Kabupaten di wilayahnya

Data yang diperoleh dari studi literatur akan dikumpulkan untuk mendapatkan gambaran pengendalian kualitas yang saat ini digunakan dan pengendalian kualitas yang

Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah mengetahui nilai yang didapat perusahaan dari pengukuran kinerja Green Supply Chain Management dengan menggunakan model

Metode acceptance sampling dengan menggunakan pendekatan logika fuzzy dapat digunakan untuk menentukan penerimaan ataupun penolakan lot bahan baku yang dikirim oleh

Berdasarkan pertumbuhan permintaan LPG di Provinsi Sumatera Utara yang diproyeksikan akan meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan gas nasional, dan

Hal ini menyatakan bahwa hubungan kondisi peralatan dan teknologi dengan lingkungan fisik sangat mempengaruhi sistem kerja pada perusahaan sehingga dapat

3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit