HUBUNGAN USIA, JENIS KELAMIN, PEKERJAAN, DAN DAERAH TEMPAT TINGGAL TERHADAP TERJADINYA TUMOR KELOPAK MATA DI RSUP HAJI ADAM MALIK
PERIODE TAHUN 2014-2018
SKRIPSI
Oleh :
LULU ANANDITA PUTRI 150100118
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
HUBUNGAN USIA, JENIS KELAMIN, PEKERJAAN, DAN DAERAH TEMPAT TINGGAL TERHADAP TERJADINYA TUMOR KELOPAK MATA DI RSUP HAJI ADAM MALIK
PERIODE TAHUN 2014-2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh :
LULU ANANDITA PUTRI 150100118
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Hubungan Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan, dan Daerah Tempat Tinggal Terhadap Terjadinya Tumor Kelopak Mata di RSUP Haji Adam Malik Periode Tahun 2014- 2018
Nama Mahasiswa : Lulu Anandita Putri Nomor Induk : 150100118
Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph)., Sp.M(K) 197604172005012002
Medan, Desember 2018
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
DR. Dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K)
NIP. 196605241992031002KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan, dan Daerah Tempat Tinggal Terhadap Terjadinya Tumor Kelopak Mata di RSUP Haji Adam Malik Periode Tahun 2014-2018” ini sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari orangtua dan berbagai pihak, mulai dari pemilihan topik dan judul hingga terbentuk hasil skripsi yang sudah mumpuni ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp. S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph)., Sp.M(K), selaku dosen yang telah banyak membantu penulis, meluangkan waktu, tenaga, dan ide pikiran, memberikan saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik – baiknya.
4. dr. Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, MPH, Sp. Park selaku ketua dosen penguji dan dr. Jelita Siregar, M.Ked (Cln. Path) Sp.Pk selaku anggota dosen penguji yang telah memberikan nasihat dan saran yang sangat konstruktif sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik – baiknya.
5. Ayahanda Dr. dr. Kiking Ritarwan, Sp.S(K), MKT dan Ibunda drg.
Andayani Prasulandari selaku orangtua penulis, yang senantiasa menjadi
penyemangat dengan memberikan dukungan dan doa sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh keyakinan dan semangat.
6. Shafira Pramesi Putri dan Auryn Pradipta Ritarwan yang senantiasa menjadi penyemangat dengan memberikan dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh keyakinan dan semangat.
7. Sahabat yang sudah penulis anggap seperti saudara kandung, Rondang D.
F. Sihotang, Annisa Marchia Marshal, Audhy Alivia Rambe, Nabila, Ridha Mutiara Indra, Abyan Rauf Darus, Muhammad Aflah, Suelsa Haya S. Nur, Rashvini Rania, Niko Demus Partogi Simanjuntak, Gabriela Chatrin Simanjuntak, Gabrilla Benitha Thian, Anggi Nadhifah Umamah, Rifky Pratama Arief, Steven Winardi, Kartika Ratri Walupi, Ditha Azlina Sembiring, Risky Handayani sianipar, Oka Sinthya Barus, Hanafi Nasution, Anggia Bonar Nicholas Siringo-ringo, Raja Hewila Aldoni Bungaran Sinaga, Rischa Ivana Ayushandra.
8. Rekan-rekan sejawat mahasiswa Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2015 dan semua pihak yang telah membantu baik dalam bentuk moril maupun materi yang namanya tidak dapat disebutkan oleh penulis satu per saru.
Penulis menyadari bahwa skripsi yang merupakan hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan dari berbagai sisi, baik dari segi struktur dan isi.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia kedokteran.
Medan, Desember 2018
Penulis,
Lulu Anandita Putri
ABSTRAK
Latar Belakang. Terjadinya tumor kelopak mata dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor risiko. Beberapa diantaranya adalah faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah tempat tinggal. Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah tempat tinggal dengan terjadinya tumor kelopak mata. Metode. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel diambil dari data rekam medis RSUP Haji Adam Malik, yaitu seluruh pasien rawat inap dan rawat jalan mulai dari tahun 2014-2018. Hasil. Dari 111 sampel, didapati perempuan sebanyak 75 orang (67.6%) dan laki-laki sebanyak 36 orang (32.4%). Mayoritas pasien berusia 51-60 tahun (30.6%). Mayoritas pasien berasal dari Kota Medan (21.6%) yang merupakan daerah dataran rendah. Mayoritas pekerjaan pasien adalah ibu rumah tangga (34.2%) yang merupakan tipe pekerjaan didalam ruangan. Hubungan antara kejadian tumor kelopak mata dengan jenis kelamin memiliki p value = 0.15 dan R= 0.135, kejadian tumor kelopak mata dengan daerah tempat ringgal memiliki p value=0.723 dan R=0.03, kejadian tumor kelopak mata dengan pekerjaan memiliki p value = 0.05 dan R=0.183, dan kejadian tumor kelopak mata dengan kelompok usia memiliki p value= 0.001 dan R=0.454. Kesimpulan. Terdapat hubungan antara terjadinya tumor kelopak mata dengan kelompok usia dan hubungan antara terjadinya tumor kelopak mata dengan pekerjaan. Sedangkan untuk hubungan tumor kelopak mata dengan jenis kelamin dan juga daerah tempat tinggal tidak ada.
Kata kunci : Tumor kelopak mata, Usia, Jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah
tempat tinggal
Abstract
Background. The occurance of an eyelid tumors can be caused by various
factors, some of them are age, gender, occupation, and area of residence. Aim. to determine the correlation between age, sex, occupation, and area of residence with the occurrence of eyelid tumors. Method. This research is an descriptive analytical with a cross-sectional approach. The samples were taken from the medical records of RSUP Haji Adam Malik, covering all inpatients and outpatients starting from 2014-2018. Result. From 111 samples, 75 women (67.6%) and 36 men (32.4%) were found. The majority of patients are 51-60 years old (30.6%). The majority of patients reside in the city of Medan (21.6%) which is a lowland area. The majority of patients' jobs are housewives (34.2%) which are types of indoor work. The relationship between the incidence of eyelid tumors and gender has p value = 0.15 and R = 0.135, the incidence of eyelid tumors with areas of residence has p value = 0.723 and R = 0.03, the incidence of eyelid tumors with work has p value = 0.05 and R = 0.183, and the incidence of eyelid tumors with the age group has p value = 0.001 and R = 0.454. Conclusion. There is a relationship between the occurrence of eyelid tumors and the age group and the relationship between the occurrence of eyelid tumors and occupation, and there is no relationship to eyelid tumors with gender and also the area of residence.
Keywords : Eyelid tumors, age, gender, occupation, and area of residence
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1 Tujuan Umum ... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Bagi Peneliti ... 3
1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan ... 4
1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan ... 4
1.4.4 Bagi Masyarakat ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Anatomi Kelopak Mata ... 5
2.2 Tumor Kelopak Mata ... 6
2.2.1 Definisi Tumor Kelopak Mata ... 6
2.2.2 Epidemiologi ... 6
2.2.3 Faktor Risiko ... 7
2.2.4 Klasifikasi ... 9
2.2.5 Patogenesis... 16
2.2.6 Gejala Klinis ... 17
2.2.7 Diagnosis ... 18
2.2.8 Diagnosis Banding ... 19
2.2.9 Tatalaksana ... 20
2.2.10 Komplikasi Pasca Operasi ... 21
2.2.11 Prognosis... 22
2.3 Kerangka Teori ... 23
2.4 Kerangka Konsep ... 24
2.5 Hipotesis... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1 Rancangan Penelitian ... 26
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 26
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 26
3.3.1 Populasi Penelitian ... 26
3.3.2 Sampel Penelitian ... 26
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 27
3.5 Definisi Operasional ... 27
3.6 Metode Analisis Data... 28
3.7 Alur Penelitian ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
5.1 Hasil Penelitian ... 31
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31
5.1.2 Deskripsi Data Penelitian ... 31
5.1.3 Distribusi Data Penelitian ... 32
5.1.3.1 Distribusi Penderita tumor Kelopak Mata Berdasarkan jenis tumor ... 32
5.1.3.2 Distribusi Penderita tumor Kelopak Mata Berdasarkan Jenis Kelamin... 33
5.1.3.3 Distribusi Penderita Tumor Kelopak Mata
Berdasarkan Usia ... 33
5.1.3.4 Distribusi Penderita Tumor Kelopak Mata
Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal ... 34
5.1.3.5 Distribusi Penderita Tumor Kelopak Mata Berdasarkan Pekerjaan ... 35
5.1.4 Analisis Hubungan Faktor Risiko Dengan Kejadian Tumor Kelopak Mata ... 36
5.1.4.1 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tumor Kelopak Mata ... 37
5.1.4.2 Hubungan Daerah Tempat Tinggal Dengan Tumor Kelopak Mata ... 37
5.1.4.3 Hubungan Pekerjaan Dengan Tumor Kelopak Mata ... 38
5.1.4.4 Hubungan Usia Dengan Tumor Kelopak Mata ... 38
5.2 Pembahasan ... 39
5.2.1 Tumor Kelopak Mata dan Jenis Kelamin ... 39
5.2.2 Tumor Kelopak Mata dan Usia... 40
5.2.3 Tumor Kelopak Mata dan Pekerjaan ... 40
5.2.4 Tumor kelopak Mata dan Daerah Tempat Tinggal .. 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43
6.1 Kesimpulan ... 43
6.2 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
LAMPIRAN ... 49
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 27
Tabel 4.1 Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Tumor Kelopak Mata ... 32
Tabel 4.2 Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ... 33
Tabel 4.3 Distribusi Pasien Berdasarkan Kelompok Usia ... 33
Tabel 4.4 Distribusi Pasien Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal ... 34
Tabel 4.5 Distribusi Pasien Berdasarkan Pekerjaan ... 35
Tabel 4.6 Analisis bivariat, korelasi, dan rasio prevalens ... 36
Halaman
Gambar 2.1 Patogenesis radiasi sinar ultraviolet ... 16
Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian ... 23
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 24
Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 30
DAFTAR SINGKATAN
BCC : Basal Cell Carcinoma CT – Scan : Computed Tomography Scan DNA : Deoxyribonucleic Acid EBV : Epsteine Barr Virus
FNAB : Fine Needle Aspiration Biopsy
HIV : Human Immunodeficiency Virus HPV : Human Papilloma VirusKSHV : Kaposi Sarcoma – Associated Herpes Virus MRI : Magnetic Resonance Imaging
OSSN : Ocular Surface Squamous Neoplasia SBC : Sebaceous Gland Carcinoma
SCC : Squamous Cell Carcinoma
SD : Sekolah Dasar
USG : Ultrasonography
UVB : Ultraviolet B
UV : Ultraviolet
Halaman
A. Daftar Riwayat Hidup ... 49
B. Ethical Clearance... 50
C. Surat Izin Penelitian ... 51
D. Data Pasien... 52
E. Analisis Data ... 56
F. Surat Pernyataan Orisinalitas ... 63
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tumor adalah peningkatan jumlah sel dalam jaringan atau pertumbuhan yang berlebihan dan tidak terkoordinasi dari jaringan normal.
Tumor disebabkan oleh proses proliferasi (berlebihan atau tidak tepat) atau kegagalan mekanisme kematian sel. Tumor terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. (Bye, Modi and Stanford, 2013)
Tumor mata adalah tumor yang mengenai bola mata beserta isinya, seperti palpebra, otot, nervus optikus, dan kelenjar lakrimalis. Tumor mata primer adalah tumor yang berasal dari jaringan bola mata dan sekitarnya, sedangkan tumor mata sekunder merupakan metastasis dari organ tubuh yang lain (Yuliawati and Piliantari-Meigawati, 2013).
Histologi dari kelopak mata sangatlah khas karena terdiri dari kulit dan jaringan subkutan beserta kelenjar – kelenjar pelengkapnya, otot lurik, tarsus, dan konjungtiva palpebra. Oleh karena itu, lesi pada kelopak mata memiliki ciri khas dan sifat yang berbeda-beda. Lesi pada kelopak mata dapat bersifat ganas ataupun jinak. Umumnya bersifat jinak, tapi tumor kelopak mata yang bersifat ganas memiliki bentuk yang mirip seperti kanker kulit.
90% kanker kulit berasal dari sekitar kepala dan leher dan 10% tumor yang berasal dari kepala dan leher berada pada bagian kelopak mata (Mohan and V., 2017)
Berdasarkan penelitian Želimir Orkić et. al, (2015) di Kroasia mengenai keganasan pada kulit kepala dan leher, didapati insidens terjadinya keganasan pada mata sekitar 8,2%. Umumnya, pasien berasal dari pedesaan (66,2%) dan insidensnya meningkat pada pasien yang pekerjaannya di luar ruangan (72,4%) daripada yang memiliki pekerjaan di dalam ruangan (27,6%).
Berdasarkan penelitian Fatih Cakir Gundongan (2015) di Ankara, didapati
antara usia 4-96 tahun, pasien yang menderita tumor kelopak mata paling banyak berusia diatas 40 tahun. Tumor yang paling sering terjadi adalah tumor epidermal jinak (58,8%), dari banyaknya jenis tumor epidermal jinak, papiloma skuamosa merupakan jenis yang paling sering didiagnosa. Selain itu didapati juga jenis tumor epidermal jinak lain yang juga sering ditemui, seperti keratosis seboroik, kista epidermal, dan folikular keratosis. Tumor yang berasal selain dari epidermis dan daerah sekitar kelopak mata meliputi 27,9% dari segala jenis tumor. Lesi melanositik merupakan tumor yang paling umum dijumpai (64,7%) dan juga merupakan urutan kedua yang paling sering dijumpai setelah papiloma skuamosa.
Berdasarkan penelitian Yuliawati, P. & Pilantari-Megawati, N. L. di klink mata RSU. Sanglah, Bali, Indonesia (2013), ditemukan laki – laki memiliki insidens sebesar 59,1% sedangkan wanita sebesar 40,9%.
Kelompok umur yang paling banyak terkena adalah 61 – 70 tahun, sebanyak 29,5%. Pasien paling banyak berasal dari daerah Denpasar (34,1%).
Pekerjaan pasien umumnya adalah petani (34,1%). Jenis tumor paling banyak diderita berdasarkan pemeriksaan patologi adalah SCC (20,5 %). Lokasi paling umum terjadinya tumor mata adalah di palpebra superior. Penelitian tahun 2017, di tempat yang sama, sebagian besar penderita yang terkena adalah laki – laki dengan rerata usia 42,80 (21.617) tahun. Lokasi tumor terbanyak ditemukan pada daerah nasal. Petani merupakan pekerjaan terbanyak pada sampel, dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah sekolah dasar (SD). (Ardjaja, et. al., 2017)
Berdasarkan uraian diatas, didapati insidens terjadinya tumor kelopak
mata dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan,
dan daerah tempat tinggal. Hal ini yang mendasari saya untuk melakukan
penelitian mengenai hubungan usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah
tempat tinggal dengan terjadinya tumor mata di RSUP. Haji Adam Malik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana hubungan usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah tempat tinggal dengan kejadian tumor kelopak mata berdasarkan data rekam medis dari RSUP Haji Adam Malik periode tahun 2014-2018?
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN UMUM
Untuk mencari hubungan usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah tempat tinggal dengan kejadian tumor kelopak mata berdasarkan data rekam medis dari RSUP Haji Adam Malik periode tahun 2014–2018.
1.3.2 TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui distribusi angka kejadian tumor kelopak mata berdasarkan usia pasien di RSUP Haji Adam Malik periode 2014–2018.
2. Untuk mengetahui distribusi angka kejadian tumor kelopak mata berdasarkan jenis kelamin pasien di RSUP Haji Adam Malik periode 2014–2018.
3. Untuk mengetahui distribusi angka kejadian tumor kelopak mata berdasarkan pekerjaan pasien di RSUP Haji Adam Malik periode 2014–
2018.
4. Untuk mengetahui distribusi angka kejadian tumor kelopak mata berdasarkan daerah tempat tinggal pasien di RSUP Haji Adam Malik periode 2014-2018.
5. Untuk mengetahui faktor resiko penyebab terjadinya tumor kelopak mata berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah tempat tinggal di RSUP Haji Adam Malik periode 2014-2018.
1.4 MANFAAT
1.4.1 BAGI PENELITI
Untuk menabah pengetahuan peneliti tentang tata cara menulis karya
tulis ilmiah dan hubungan antara usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah
tempat tinggal dengan terjadinya tumor kelopak mata.
1.4.2 BAGI INSTANSI PENDIDIKAN
Hasil data dari penelitian ini dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
1.4.3 BAGI TENAGA KESEHATAN
Untuk menambah pengetahuan tentang hubungan antara usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah tempat tinggal dengan terjadinya tumor kelopak mata dan juga untuk mengetahui distribusi angka kejadian berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah tempat tinggal dengan terjadinya tumor kelopak mata.
1.4.4 BAGI MASYARAKAT
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat
terhadap hubungan antara usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah tempat
tinggal dengan terjadinya tumor kelopak mata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI MATA
Kelopak mata atau palpebra adalah bagian dari mata yang dapat bergerak, melindungi bola mata dari cahaya matahari dan cedera, juga membasahi kornea dengan cairan lakrimal. Kelopak mata superior dan inferior diperkuat oleh jaringan ikat padat, yaitu tarsi superior dan tarsi inferior yang membentuk rangka kelopak mata. Pada kelopak mata terdapat kelenjar tarsal (Moore, Dalley dan Agur, 2014)
Kelopak mata memiliki struktur kulit paling tipis dan sedikit lemak subkutan, tapi sebaliknya memiliki stuktur yang lain. Epitel kulit kelopak mata adalah keratinized stratified squamous epithelium (epitel gepeng berlapis berkeratin). Sel melanosit tersebar pada lapisan basal epitel. Lapisan dermisnya mengandung jaringan fibrosa, pembuluh darah, pembuluh limfatik, dan jarigan saraf (Pe’er, 2016).
Pada kelopak mata terdapat bagian-bagian: (1) Kelenjar, seperti
kelenjar sebasea, kelenjar keringat (kelenjar moll), kelenjar zeis pada pangkal
rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus. (2) Otot, seperti M. orbikularis okuli
yang berjalan melingkar di dalam kelopak mata atas dan kelopak mata bawah,
M. levator palpebra yang dipersarafi oleh nervus okulomotor berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata. Pembuluh darah yang
memperdarahinya adalah A. palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas
didapatkan dari ramus frontal saraf V, sedangkan kelopak mata bawah
dipersarafi oleh cabang ke II saraf V (Ilyas, 2014).
2.2 TUMOR KELOPAK MATA
2.2.1 DEFINISI TUMOR KELOPAK MATA
Tumor mata terjadi ketika sel-sel normal yang berada di dalam atau di sekitar mata berubah dan tumbuh secara tidak terkendali, dan membentuk suatu massa yang disebut tumor. Tumor dapat menjadi jinak ataupun ganas. Tumor jinak adalah tumor yang tumbuh tetapi tidak menyebar ke organ lain, sedangkan tumor ganas adalah tumor yang tumbuh dan menyebar ke organ lain. (Cancer.Net, 2015)
Berbagai tumor kulit jinak mauapun ganas dapat berkembang dari organ – organ disekitar bola mata, seperti epidermis, dermis, atau struktur jarigan kelopak mata. Umumnya lesi berkembang dari epidermis dan dapat menyebar luas pada daerah permukaan kulit. Meskipun lesi serupa dapat terjadi pada bagian tubuh yang lain, tampilan dan perkembangannya mungkin berbeda karena memiliki karakteristik tertentu dari kulit kelopak mata dan adneksa kelopak mata. (American Academy of Ophthalmology, 2015)
2.2.2 EPIDEMIOLOGI
Pada penelitian di Hongkong menunjukkan pasien yang menderita tumor kelopak mata jinak memiliki persentase lebih besar, didapati kurang lebih 86% dari seluruh kasus. Dimana, intradermal nevus merupakan kasus paling banyak (26,5%), diikuti kutil (22,4%), keratosis seboroik (14,7%).
Tumor kelopak mata ganas dan premalignan yang sering terjadi adalah BCC (43%), SCC (18%), SGC (7%),dan melanoma malignan. Namun untuk kasus SGC (7%) sendiri mrupakan kasus yang jarang. (Ho M, et. al., 2013).
Tumor OSSN (Ocular Surface Squamous Neoplasia) umumnya
ditemukan pada penderita yang banyak melakukan aktivitas di luar ruangan
dan secara global insidensnya meningkat pada lintang selatan 16°, pada
daerah yang intensitas cahaya mataharinya tinggi seperti di daerah selatan
7
dan utara Afrika, juga di Australia (Gichuhi et al., 2016)
Di Bali, Indonesia ditemukan laki – laki memiliki insidens sebesar 59,1% sedangkan wanita sebesar 40,9%. Kelompok umur yang paling banyak menderita tumor mata adalah 61 – 70 tahun, sebanyak 29,5%.
Pasien paling banyak berasal dari daerah Denpasar (34,1%). Pekerjaan pasien umumnya adalah petani (34,1%). Jenis tumor paling banyak diderita berdasarkan pemeriksaan patologi adalah SCC (20,5 %). Lokasi paling umum terjadinya tumor mata adalah di palpebra superior, dengan lesi berupa kista epidermal (6,8%). (Yuliawati dan Piliantari-Meigawati, 2013).
Pada penelitian tahun 2017, di tempat yang sama, sebagian besar penderita tumor mata adalah laki – laki dengan rerata usia 42,80 (21.617) tahun.
Lokasi tumor terbanyak ditemukan di daerah nasal. Displasia merupakan hasil pemeriksaan patologi anatomi yang paling banyak ditemukan pada pasien. Petani merupakan pekerjaan terbanyak pada sampel, dengan pendidikan terbanyak adalah sekolah dasar (SD). (Ardjaja et al., 2017)
2.2.3 FAKTOR RISIKO
1. Jenis kelamin
Beberapa penelitian di berbagai negara memiliki hasil yang berbeda – beda. Penelitian di Bali menyatakan sebagian besar penderita tumor mata adalah laki – laki (Ardjaja et al., 2017) sedangkan di Jepang, Perempuan (53,27%) lebih banyak menderita tumor mata daripada laki – laki (46.72%) (Ohtsuka, Hashimoto dan Suzuki, 2005)
2. Usia
Berdasarkan kelompok usia, penderita tumor mata meningkat pada usia 61 – 70 tahun (29,7%) (Yuliawati dan Piliantari-Meigawati, 2013).
Seperti halnya penelitiaan di Nepal, yang mana memiliki insidens 25,42%
pada kelompok usia yang sama. Kondisi ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa insidensi tumor meningkat seiring dengan bertambahnya
usia dan peningkatan durasi terpajan zat – zat karsiogenik. Jadi, pasien dengan usia yang lebih tua beresiko tinggi menderita peyakit tumor daripada usia muda. (Kumar, R,et. al., 2009 ; Shields dan Shields, 2004)
3. Pekerjaan
Penderita tumor mata yang memiliki pekerjaan di luar ruangan dan dalam pekerjaannya sering terpajan matahari selama kurang lebih 6,5-8,4 jam per hari memiliki resiko lebih tinggi (65%) daripada penderita yang memiliki pekerjaan di dalam ruangan (52%) (Gichuhi et al., 2016)
4. Daerah tempat tinggal
Sinar matahari mengandung sinar UV-B (230 – 320 nm) yang mana merupakan suatu agen immunosupresor dimana tidak hanya mempengaruhi kondisi permukaan tubuh yang terkena paparan tetapi juga secara sistemik. Sinar UV-B menyebabkan kerusakan DNA dan membentuk pyrimine dimmers, yang merupakan penyebab utama melanoma pada manusia. (Trosko, Krause dan Isoun, 1970
;Radhakrishnan MS, 2011)
Sinar UV dapat dipantulkan, menyebar, dan diredam oleh atmosfer, panacaran sinar UV bervariasi tergantung keadaan atmosfer.
Pancaran sinar UV akan lebih besar pada daerah khatulistiwa (dimana
sinar matahari langsung menyinari bumi) di ketinggian yang lebih tinggi
dan pada daerah yang jarang tertutup awan. Pengaruh pancaran sinar UV
terhadap seorang individu tidak hanya bergantung dari kuatnya radiasi
matahari, tapi juga seberapa seringnya individu tersebut melakukan
kegiatan di luar ruangan, dan penggunaan barang – barang yang
mencegahnya dari terpapar sinar matahari secara berlebihan. Karena
daerah khatulistiwa cenderung hangat dan bagus untuk melakukan
aktivitas di luar ruangan, individu yang tinggal pada daerah khatulistiwa
cenderung mengenakan pakaian yang lebih sedikit dan biasanya terkena
paparan sinar UV yang lebih tinggi daripada individu yang tinggal pada
daerah beriklim sedang. Maka dari itu, orang – orang yang tinggal di
9
daerah khatulistiwa lebih tinggi resikonya terkena kanker kulit. (D’Orazio et al., 2013)
5. Infeksi virus
Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) berpotensi menjadi suatu agen onkogenik selain beberapa virus lain yaitu HPV, Kaposi Sarcoma – Associated Herpes Virus (KSHV) dan Epsteine Barr Virus (EBV) dengan meningkatkan transmisinya ke dalam sel target.Infeksi HPV diduga kuat memberikan pengaruh pada patogenesis tumor mata walaupun tidak berdiri sendiri dan memerlukan kofaktor seperti infeksi virus lain dan UV-B. (Gichuhi et al., 2014)
6. Mutasi genetik
Kerusakan DNA bisa terjadi secara genetik (mutasi untaian nukleotida DNA) atau epigenetik (adanya variasi dari pengeluaran gen yang tidak mengubah untaian nukleotida). Kerusakan DNA mempengaruhi keutuhan genom dan fungsi sel punca yang dapat menyebabkan kanker.
Mutasi dapat mempengaruhi onkogen (gen yang memfasilitasi pembelahan sel) atau gen supresi tumor (dapat melambatkan atau menghentikan pembelahan sel) (Gichuhi et al., 2014).
2.2.4 KLASIFIKASI
Menurut AK Khurana (2015), klasifikasi tumor kelopak mata dibagi atas 3, yaitu:
1. Tumor jinak
Terdiri atas : papilloma, nevus, angioma, hemangioma, neurofibroma, dan adenoma sebaseum.
2. Tumor premalignan
Terdiri atas : aktinik keratosis, karsinoma in situ, dan xeroderma pigmentosum.
3. Tumor ganas
Terdiri atas : squamous cell carcinoma (SCC), basal cell carcinoma (BCC), melanoma malignant, sebaceous gland adenocarcinoma (SBC).
1. Tumor jinak a. Papilloma
Papilloma skuamosa adalah tumor epitel jinak yang sering dijumpai pada kelopak mata. Biasanya melekat atau bertangkai dengan bentuk seperti papil dan permukaannya berkeratin. Sering terjadi pada orang dewasa paruh baya atau lebih tua. Secara histopatologi, strukturnya seperti kutil dan tampilannya dapat disertai dengan akantosis, hiperkeratosis, dan kadang – kadang parakeratosis. (Pe’er, 2016)
Basal sel papilloma (seborrhoeic keratosis) merupakan tumor epitel jinak yang mengenai laki-laki atau perempuan berusia diatas 50 tahun. Memiliki ciri-ciri: Berbatas tegas, plak yang berwarna kecoklatan, dan biasanya terjadi pada bagian kulit yang sering terpapar mtahari. (Roh et al., 2016)
b. Nevus
Nevus merupakan lesi jinak kelopak mata yang sering dijumpai. Gambaran klinis nevus ditentukan berdasarkan lokasi histologi kulit. Seperti, (1) Junctional nevi, dijumpai pada usia muda berbentuk seperti makula atau plak berwarna kecoklatan.
Sel–sel nevusnya terletak diantara epidermis dan dermis. (2)
Compound nevi, dijumpai pada usia paruh baya. Berbentuk seperti
papul yang warnanya dapat bervariasi, tapi umumnya berwarna
coklat. Sel – sel nevusnya memanjang mulai dari epidermis hingga
ke dermis. (3) Intradermal nevi, dijumpai pada usia tua. Sel –sel
nevusnya berasal dari lapisan dermis kulit. (Bowling, 2016)
11
c. Hemangioma
Hemangioma kapiler pada kelopak mata lebih sering terjadi pada anak-anak. Berasal dari bawaan lahir dan sering sporadis.
Hemangioma kapiler kongenital biasanya muncul setelah lahir atau beberapa bulan setelah kelahiran. Terdapat 2 jenis klinis, jenis superficial sering disebut strawberry hemangioma dan jenis deep.
Sedangkan padaorang dewasa hemangioma kavernosa dapat ditemukan, namun jarang. Gejala klinisnya berupa, lesi berbatas tegas, berwarna kebiruan, dan tumbuh lambat. (Pe'er and Singh, 2014)
d. Neurofibroma
Neurofibroma dapat mengenai tulang, saraf, jaringan lunak, dan kulit. Terjadinya neurofibromatosis dapat dikaitkan dengan peningkatan aktivitas perangsang saraf. Biasanya penderita neurofibromatosa memiliki kelainan pada kromosom 17 dan diturunkan secara autosomal dominan. Neurofibromatosa dapat muncul sesaat setelah bayi lahir dan tumbuh selama kehidupan.
Secara klinis, dapat terlijat adanya lesi yang khas pada kulitt disertai adanya gejala lain seperti,kelainan pertumbuhan tulang, keterbelakangan mental, kejang, glioma di nervus optikus, dll.
Neurofibroma dapat terapat di daerah kelopak mata dan area periorbital. Terdapat 2 bentuk, yaitu plexiform neurofibroma dan neurofibroma nodules. (Biswas, 2014)
e. Adenoma sebaseum
Adenoma sebaseum merupakan tumor jinak yang memiliki gejala klinis berupa: papula atau nodul berwarna seperti kulit, merah jambu, atau kuning, dan biasanya berukuran 5 mm. Tumor ini berasal dari kepala atau leher dan sering diderita oleh orang tua.
(Takayama et al., 2013)
f. Xanthelasma
Xantelasma adalah plak berwarna kekuningan pada kelopak mata atas dan bawah, paling sering mengenai daerah dalam mata dekat hidung. Sering terjadi pada wanita paruh baya.
Xantelasma merupakan penumpukan lemak pada histiosit dermis kelopak mata. (Khurana, Khurana dan Bhawna, 2015)
g. Kista
Kista adalah lesi jinak yang berisi cairan atau semi-cair, sehingga bentuknya dapat berubah-ubah dan biasanya tembus cahaya.
Kulit kelopak mata, terutama di bagian periorbital, mengandung banyak kelenjar sekresi, sehingga jika terjadi retensi atau penyumbatan pada pembukaan kelenjar biasanya menimbulkan lesi kistik kelopak mata. (Biswas, 2014)
h. Fibroma
Fibroma dapat merupakan lesi kongenital, lesi yang dapat berubah menjadi lesi ganas, dan lesi yang didaapat dengan kecenderungan menyerang kelopak mata bawah. Secara histologist, ciri khas fibroma adalah sel yang jarang dengan sekumpulan kolagen menonjol yang dipisahkan oleh fibroblas yang terkompresi. (Pe`er,, 2016)
i. Lipoma
Lipoma merupakan tumor jinak kongenital atau didapat dan
terdiri dari jaringan lemak. Jenis dari lipoma yang seriing
menyerang orang tua adalah lipoma intramuskular yang memiliki
ciri khas berbentuk bulat di kelopak mata, sedangkan pada anak-
anak jenis lipoma yang sering dijumpai adalah lipoblastoma. (Pe'er
dan Singh, 2014)
13
2. Tumor premalignan a. Aktinik keratosis
Memiliki ciri-ciri: bersisik, papul atau plak eritema, dan dianggap sebagai manifestasi klinis awal dari Skuamosa sel karsinoma (SCC) dan dapat menjadi karsinoma sel skuamosa insitu dan sel skuamosa invasif. (Goldenberg dan Perl, 2014)
b. Karsinoma In situ
Istilah Bowen`s disease merupakan nama lain dari karsinoma in situ sel skuamus pada kulit. Lesi tampak seperti eritema yang meninggi dan tidak sembuh. Dapat diikuti dengan kulit yang mengeras, bersisik, atau plak berpigmen. Secara patologis, lesi menunjukkan penebalan sel epidermal yang atipik tanpa menyebar hingga ke dermis. Sebanyak 5% kasus, penyakit bowen`s disease dapat berkembang menjadi karsinoma sel skuamus yang invasif.
(American Academy of Ophthalmology, 2015)
c. Pigmetosum Xeroderma
Pigmentosum xeroderma Terjadi karena kulit sering terpapar sinar matahari yang ekstrim sehingga menyebabkan kulit terbakar.
Terjadi perubahan pigmen pada kulit dan insidensi terjadinya kanker kulit meningkat Sekitar 60% mengenai individu yang sering terpapar dengan sinar maahari secara berlebihan. (Lehmann, McGibbon dan Stefanini, 2011)
3. Tumor ganas
a. Squamous Cell Carcinoma (SCC)
SCC merupakan tumor invasif yang berasal dari epitel kulit dan biasanya mengenai orang tua berkulit putih. Umumnya menyerang daerah tepi kelopak mata bawah dan kantus bagian dalam.
Dapat timbul secara de novo, tapi sering juga timbul dari lesi
yang sebelumnya sudah ada seperti xeroderma pigmentosum, keratosis aktinik, karsinoma insitu, atau setelah radioterapi.Secara klinis, memiliki gejala: papul atau nodul yang menonjol dan tidak nyeri, sering disertai dengan ulserasi sentral dan tepi yang tidak tegas, ada juga yang berbentuk seperti papilomatous atau tanduk kulit. SCC dapat bermetastasis ke nodus limfatikus submandibular, preaurikular, dan ke organ-organ disekitarnya. Gambaran histopatologi SCC tergantung derajat diferensiasi tumornya, seperti (1) Well differentiated, dijumpai sel – sel poligonal dengan sitoplasma asidofilik yang banyak, sel diskeratotik, dan jembatan interseluler yang mudah dijumpai. (2) Poorly differentiated, dijumpai pleomorfisme dengan bentuk sel-sel mitosis anaplastik yang abnormal, sedikit keratinisasi, dan hilangnya jembatan interseluler. (Pe’er, 2016)
b. Basal Cell Carcinoma (BCC)
BCC me upakan tumor kelopak mata ganas yang paling sering
ditemui. Tumor ini memiliki derajat keganasan yang rendah dan
bersifat agresif lokal. Daerah kelopak mata bagian bawah dan kantus
medial merupakan tempat yang paling sering dijumpai. Jenis-jenis
BCC yand dapat ditemui yaitu, (1) Nodular, sering ditemui, berupa
papul atau nodus translusen, telangiektasia, dan rolled border. Lesi
bagian tengah dapat membesar disertai dengan nekrosis. (2) Ulseratif
(sering disebut rodent ulcer), memiliki ciri khas berupa, tepi yang
memiliki indurasi dan bagian tengahnya memiliki ulser. (3) BCC
berpigmen, dapat berbentuk nodular atau datar dan terdapat sedikit
perubahan warna kecoklatan atau kehitaman. Sering terjadi pada
orang berkulit gelap. (4) BCC morpheaform (infiltratif), dapat tumbuh
menyerupai bekas luka atau ,morphea. Ciri-ciri lesinya, tebal, plak
yang tegas disertai dengan atrofi, hipopigmentasi, eritema, dan
telangiektasis yang tampak jelas. Tipe ini memiliki pola pertumbuhan
15
yang agresif, sehingga bagian tepinya susah diketahui. (5) Noduloulseratif, memiliki lesi khas yaitu, papul yang lunak dengan depresi bagian tengah, dan ulserasi, perdarahab, krusta, translusen, telangiektasis, dan rolled border . Dalam bentuk ini, semakin tumornya bertambah besar, peredaran darah bagian tengahnya menghilang dan tumornya membentuk krusta dan berumbilikasi.
(Biswas, 2014)
c. Melanoma malignan
Merupakan keganasan kulit yang berasal dari sel – sel melanosit. Melanoma maligan umumnya berwarna coklat atau kehitaman karena sel –sel tersebut masih mampu membentuk melanin.
Beberapa melanoma yang sel – selnya tidak dapat membentuk melanin tampak berwarna merah muda, kuning langsat, bahkan berwarna putih.
Tampilan klinis yang sering dicurigai sebagai melanoma malignan jika ditemukan lesi baru di kulit yang ukuran, bentuk, atau warnanya berubah. Tanda penting lain yang sering dijumpai lesi tersebut tampak berbeda dengan lesi kulit lain, disebut “The ugly duckling sign’. Gejala dan tanda spesifik melanoma malignan yang telah dikenal luas, sebagai ABCDE yaitu : (1) A untuk asymmetry, yaitu bentuk tumor tidak simetris; (2) B untuk border irregularity, yaitu garis batas tidak teratur;
(3) C untuk color variation, yaitu dari tidak berwarna sampai hitam pekat dalam satu lesi; (4) D untuk diameter, yaitu tumor biasanya berdiameter lebih dari 6 mm; (5) E untuk evolution, yaitu perubahan lesi yang dapat diperhatikan sendiri oleh penderita atau keluarga. (Tan et al., 2015)
d. Sebaceous Carcinoma (SBC)
SBC merupakan tumor ganas yang dapat bersifat agresif dan
bermetastasis lokal ke kelenjar getah bening regional maupun ke
jaringan-jaringan di sekitarnya. Berasal dari sel-sel kelenjar sebasea dan
sering terjadi di daerah periorbital, terutama daerah kelopak mata. Lesi ini dianggap menjadi salah satu yang berbahaya dari semua tumor di adneksa okular. (Pe`er dan Singh, 2014)
2.2.5 PATOGENESIS
Patogenesis terjadinya tumor kelopak mata masih belum diketahui secara pasti, namun radiasi sinar UV-B sangat berpengaruh dalam proses terjadinya tumor mata.
Gambar 2.1 Patogenesis radiasi sinar ultraviolet (Fay dan Dolman, 2017)
Sinar UV menginduksi mutasi, inaktivasi enzim, dan kematian sel.
Pada tingkat biokimia, paparan sinar UV menghasilkan pembentukan dimer
pirimidin dalam DNA, yang mana pada individu normal zat tersebut segera
diperbaiki. Agen penyebab radiasi merusak DNA dengan cara mengubah sel
DNA atau membentuk radikal bebas. Pada akhirnya, kerusakan DNA
menyebabkan mutagenesis. Timbulnya kanker tanpa radiasi jarang terjadi,
Kalaupun terjadi, mungkin disebabkan oleh benda asing atau implan yang
sudah lama berlangsung (Fay dan Dolman, 2017).
17
Efek yang paling sering terjadi dari paparan sinar UV berlebih adalah inflamasi. UV–B menginduksi kaskade sitokin, vasoaktif, dan mediator neuroaktif pada kulit yang menghasilkan respon inflamasi dan menyebabkan “sunburn”. Jika banyaknya sinar UV yang terpapar melebihi ambang batas, sel keratinosit akan mengaktifkan jalur apoptosis dan mati.
Demikian juga, apoptosis keratinosit dapat diidentifikasi oleh nukleus piknotiknya dan dikenal sebagai “Sunburn cells”. UV dapat juga meningkatkan ketebalan epidermis, yang disebut hiperkeratosis. UV menginduksi kerusakan pada jalur keratinosit dengan cara menyebabkan kerusakan di selnya. Aktivasi p53 sebagai tanda adanya gangguan mengubah fisiologi keratinosit, menahan mediasi siklus sel, aktivasi perbaikan DNA, dan menginduksi apoptosis jika kerusakan cukup besar.
Meskipun sinyal respon kerusakan akan berkurang beberapa jam setelah terkena paparan, sel keratinosit epidermal tetap berproliferasi. Yang dimediasi oleh beberapa faktor pertumbuhan epidermal. Peningkatan pembelahan sel keratinosit setelah terpapar sinar UV menyebabkan akumulasi keratinosit di epidermis yang dapat menyebabkan penebalan epidermis. Hiperplasia epidermis melindungi kulit dari sinar UV. (D’Orazio et al., 2013)
2.2.6 GEJALA KLINIS
Pasien penderita tumor kelopak mata umumnya menyadari terdapat perubahan abnormal pada kelopak mata atau perbedaan kelopak mata yang asimetris dibandingkan kelopak mata kontralateral. Pada kelopak mata mungkin terdapat lesi, penonjolan, ulserasi, krusta, pendarahan, perubahan warna, telengiektasia, atau perubahan yang tampak pada kulit kelopak mata atau konjungtiva. Dapat juga disertai dengan hilangnya bulu mata, atau tampak abnormalitas dari struktur tepi kelopak mata. Tumor kelopak mata dapat menghasilkan gejala dengan atau tanpa adanya perubahan fungsi.
Gejala sensoris, seperti nyeri, nyeri tekan, gatal, atau gangguan pengelihatan
yang disebabkan oleh keratopati, astigmatisma, atau obstruksi pengelihatan mungkin terjadi. Gejala motorik, seperti ptosis atau lagopthalmus, dapat terjadi karena gangguan pada otot retraktor dan protaktor kelopak mata atau adanya efek secara tidak langsung dari tumor. Gejala fungsional, seperti penurunan produksi lakrimal, keratokonjungtivitis mekanis, atau paparan keratopati, mungkin terjadi. (Pe'er and Singh, 2014)
2.2.7 DIAGNOSIS
1. Biopsi
Tingkat akurasi untuk pemeriksaan histopatologi yang diduga lesi jinak dapat mencapai 98% dan hanya 90% untuk lesi yang dicurigai lesi ganas. Lesi ganas dapat salah di diagnosis menjadi lesi jinak, maka dari itu perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi melalui biopsy insisi atau eksisi. (Pe'er dan Singh, 2014)
Tujuan biopsi adalah untuk menentukan sifat patologis lesi, dan meminimalisir komplikasi fungsional juga kosmetik yang merugikan.
Untuk lesi yang lebih kecil, biopsi eksisi lebih sering dilakukan, hasil biopsy yang terbukti memiliki keganasan epidermis membutuhkan eksisi dan perbaikan dengan bagian margin yang terkontrol. Melanoma, karsinoma sel sebasea, dan karsinoma sel Merkel memerlukan eksisi dengan margin yang lebar. Beberapa tumor, seperti hemangioma kapiler atau keratoakantoma dapat sembuh secara spontan. (Pe'er dan Singh, 2014)
2. Pemeriksaan radiologi
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dari lesi yang dicurigai tumor
kelopak mata terkadang membutuhkan pemeriksaan tambahan. Jika
pemeriksaan menampilkan gejala-gejala yang mempengaruhi daerah
orbital atau lakrimal, pencitraan CT atau MR dapat membantu menentukan
tingkat lesi. (Pe'er dan Singh, 2014)
19
3. Dermatoskopi dan Tomografi Koherensi Optik
Dermatoskopi adalah teknik non-invasif yang dapat meningkatkan akurasi klinis dalam mendiagnosis melanoma dan lesi kulit berpigmen lainnya. (Pe'er dan Singh, 2014)
Tomografi koherensi optik dapat mewakili teknik baru dalam membantu diagnosis tumor kulit secara noninvasif. Modalitas ini bukan hanya membedakan jaringan tumor dari jaringan normal, tetapi juga dapat menampilkan visualisasi epidermis, persimpangan dermoepidermal, dan dermis, serta folikel rambut, pembuluh darah, dan kelenjar keringat.
Meskipun teknik ini dapat meningkatkan akurasi diagnostik, diagnosis klinis tumor kelopak mata tetap tidak sempurna, dan biopsi masih merupakan standar emas. (Pe'er dan Singh, 2014)
2.2.8 DIAGNOSIS BANDING
1. Kalazion
Kalazion adalah lesi inflamasi granulomatosa (lipogranulomatosa) dari kelenjar meibomian atau kelenjar zeis, biasanya disebabkan oleh sekresi minyak (sebaceous) yang tertahan. Secara histopatologi, dapat terlihat gambaran inflamasi kronisdisertai dengan timbunan lemak ekstraseluler, lalu dikelilingi oleh sel-sel epitrloid, sel limfosit, dan sel besar berinti banyak. Secara klinis biasanya ditemui, blepharitis, ruam merah atau benjolan merah yang menandakan kalazia multiple dan berulang. Kalazion yang berulang harus segera dilakukan biopsi.
(Bowling, 2016)
2. Hordeolum
Hordeolum atau stye merupakan infeksi yang terjadi pada dasar bulu mata. Bentuknya seperti nodul berwarna kekuningan yang berisi pus.
Bakteri Staphylococcus adalah penyebab utama hordeolum. Gejala utama
hordeulum adalah, nyeri, kemerahan, bengkak, dan sensitif. Hordeulum
dapat sembuh dalam beberapa hari dengan cara mengompres 10 – 15 menit dengan kompres hangat selama 3 – 4 kali per hari. (Jannathulferdioz dan Brundha MP, 2016)
3. Blepharitis
Merupakan proses inflamasi yang berkaitan dengan iritasi, hiperemia, sensasi benda asing, dan erosi dari kelopak mata. Blepharitis memiliki gejala, seperti rasa tidak nyaman, epifora, dan konjungtiva hiperemis. Selain itu, dapat juga menyebabkan gangguan visual seperti sensitif terhadap cahaya dan pengelihatan kabur (Putnam, 2016).
4. Moluskum kontagiosum
Moluskum kontangiosum merupakan lesi kulit yang sering menyerang anak-anak. Disebabkan oleh pox virus dan sering mengenai daerah kelopak mata dan kulit periokular. Secara klinis, terdapat beberapa nodul kecil berdiameter 1-5 mm, berbentuk kubah, warna lesi menyerupai kulit dan terdapat umbilikasi sentral pada sebagian besar kasus. Lesi yan terdapat di tepi kelopak mata dapat menyebabkan konjugtivitis folikular.
Secara histopatologis, di epidermis terdapat akanthosis yang membentuk berbentuk buah pir. Sel-sel epitel di permukaan berdegenerasi dan mengisi rongga sentral lesi. Sel-sel yang terletak di pusat diisi oleh badan inklusi.
Tubuh moluskum yang memiliki struktur eosinofilik bulat-ke-oval, terdapat di setiap sel, yang akan menjadi lebih gelap menuju epitel permukaan. (Pe`er, 2016)
5. Veruka vulgaris
Lesi yang sering terjadi pada kulit disebabkan oleh kelompok virus papova. Secara klinis, lesinya berbatas tegas, berpapil – papil, hiperkeratosis, mirip seperti papiloma skuamosa (Pe’er, 2016).
2.2.9 TATALAKSANA
21
Setelah konfirmasi secara histologi terbukti ganas, dilakukan eksisi definitif. Moh`s micrographic surgery dan excision with frozen or permanent-section control menghasilkan angka kesembuhan yang tinggi.
Pilihan utama untuk lesi kelopak mata primer adalah Moh`s micrographic surgery diikuti dengan rekonstruksi segera. Metode Moh`s memungkinkan konservasi jaringan maksimal dengan evaluasi tepi bedah yang teliti.
Pertama, massa tumor dan sedikit dari bagian tepi jaringan normal diambil.
Selanjutnya, Lapisan jaringan tipis (2 mm) di eksisi dari dasar dan tepi lesi.
Spesimen tersebut dibagi dan diletakkan diatas slide glass dan tepi-tepinya ditandai dengan pewarna yang berbeda untuk mempertahankan posisinya.
Bagian yang dibekukan diambil dari permukaan dan tepi kulit. Lokasi tumor residual ditandai, dan hanya daerah tersebut yang diperiksa kembali. Begitu tepi bebas tumor didapatkan, ahli bedah plastik akan segera merekonstruksi kelopak mata. (Pe'er dan Singh, 2014)
Standar untuk keganasan pada kelopak mata (curiga karsinoma) adalah Surgical excision with frozen section control dari bagian tepi. Eksisi yang direkomendasi aman tergantung gambaran histologinya, seperti: 2 – 3 mm dari tepi daerah yang sudah pasti didiagnosis BCC,sedangkan untuk karsinoma yang agresif, seperti SCC, SebCa, dibutuhkan daerah yang lebih luas lagi untuk di eksisi. Untuk keganasan kelopak mata yang lain, eksanterasi orbita mungkin dibutuhkan jika sudah megenai jaringan orbita.
(Yin et al., 2015)
2.2.10 KOMPLIKASI PASCA OPERASI
Pemeriksaan periokular dan orbital harus dilakukan sebelum pasien
melakukan prosedur operasi kelopak mata. Pemeriksaan dan observasi
detail terhadap alis dan kelopak mata atas sangat penting untuk mencegah
komplikasi seperti, lagopthalmus, ptosis, malposisi kelopak mata atas, dan
lesi pada glandula lakrimalis. Evaluasi kelopak mata bawah juga penting
untuk mencegah komplikasi pascaoperasi yang sering terjadi seperti kemosis, ektropion, malposisi kelopak mata, dan sindroma mata kering.
(Karimnejad dan Walen, 2016)
Komplikasi yang biasanya terjadi setelah dilakukan Moh`s micrographic surgery seperti rekurensi tumor, hematoma, infeksi, deformitas kosmetik dan deformitas fungsi dapat terjadi. Bagian yang sering memiliki presentasi buruk setelah operasi adalah Bibir, bagian hidung, dan kelopak mata. Pada kasus dimana perbaikan deformitas sederhana tidak dapat dilakukan, sebaiknya langsung di tangani oleh ahli bedah plastik untuk dilakukan rekonstruksi. (Serin et al., 2017)
2.2.11 PROGNOSIS
Prognosis dari pasien penderita tumor mata mencapai 80%, artinya masih terdapat harapan hidup yang baik bagi penderita tumor kelopak mata. Angka kematian pasien tumor mata sangat dipengaruhi oleh stadium dari tumornya sendiri. (Yuliawati dan Piliantari-Meigawati, 2013)
Faktor – faktor yang diduga mempengaruhi prognosis buruk suatu
tumor adalah lesi yang luas, eksisi yang tidak legkap, pada gambaran
histopatologi tampak diferensiasi yang buruk, asal multisentrik,
penyebaran sel – sel tumor yang semakin meluas, dan diagnosis yang
terlambat. (CJ et al., 2013)
23
2.3 KERANGKA TEORI
Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian
FAKTOR RESIKO
Daerah tepat tinggal
Usia
Pekerjaan
Jenis kelamin
TUMOR KELOPAK MATA
DIAGNOSIS
Biopsi`
Pemeriksaan
penunjang dan radiologi
Dermatoskopi
Tomografi
Koherensi Optik KLASIFIKASI
Jinak
Premalignant
Ganas
GEJALA KLINIS
Perubahan abnormal
(ulkus, krusta,
perubahan warna, dll)
Gejala sensoris (nyeri,
nyeri tekan, dll)
Gejala motorik
(ptosis, lagopthalmus)
Gejala fungsional
(penurunan produksi lakrimal, paparan keratopati, dll)
DIAGNOSIS BANDING
Kalazion
Hordeolum
Blefaritis
Moluskum
kontagiosum
Xantelasma
Veruka vulgaris
TATALAKSANA
Moh`s micrographic
surgery
Excision with frozen or
permanent-section
control
2.4 KERANGKA KONSEP
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel dependen : Tumor Kelopak Mata
Variabel indepeden : Usia, Pekerjaan, Jenis kelamin, Daerah tempat tinggal
2.4 HIPOTESIS
Hipotesis nol (H0
) :
o Tidak ada pengaruh antara usia dengan terjadinya tumor kelopak mata di RSUP Haji Adam Malik periode tahun 2014-2018.
o Tidak ada pengaruh antara jenis kelamin dengan terjadinya tumor kelopak mata di RSUP Haji Adam Malik periode tahun 2014-2018.
o Tidak ada pengaruh antara pekerjaan dengan terjadinya tumor kelopak mata di RSUP Haji Adam Malik periode tahun 2014-2018.
o Tidak ada pengaruh antara daerah tempat tinggal dengan terjadinya tumor kelopak mata di RSUP Haji Adam Malik periode tahun 2014-2018.
Hipotesis Alternatif (Ha
) :
o Terdapat pengaruh antara usia dengan terjadinya tumor kelopak mata di RSUP Haji Adam Malik periode tahun 2014-2018.
o Terdapat pengaruh antara jenis kelamin dengan terjadinya tumor kelopak mata di RSUP Haji Adam Malik periode tahun 2014-2018.
o Terdapat pengaruh antara pekerjaan dengan terjadinya tumor kelopak mata di RSUP Haji Adam Malik periode tahun 2014-2018.
FAKTOR RESIKO
Usia
Pekerjaan
Jenis kelamin
Daerah tempat tinggal
TUMOR
KELOPAK MATA
25
o Terdapat pengaruh antara daerah tempat tinggal dengan terjadinya
tumor kelopak mata di RSUP Haji Adam Malik periode tahun
2014-2018.
3.1 RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional untuk melihat hubungan antara tumor kelopak mata dengan usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah tempat tinggal.
3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2018 di Instalasi Rekam Medik RSUP Haji Adam Malik Medan.
3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 POPULASI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien tumor kelopak mata yang rawat inap dan rawat jalan di Departemen Mata RSUP Haji Adam Malik pada 1 Januari 2014 hingga 30 Juni 2018.
3.3.2 SAMPEL PENELITIAN
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Total Sampling, dimana seriap data yang memenuhi kriteria inklusi akan dimasukkan sebagai sampel penelitian.
1. Kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah seluruh pasien penderita tumor kelopak mata yang memiliki data umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah tempat tinggal yang tercatat dalam rekam medis
2. Kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:
27
Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah pasien yang menderita tumor orbita, tumor konjungtiva, tumor kornea, tumor sklera, tumor traktus uvea.
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA 3.4.1 JENIS DATA
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik periode 1 Januari 2014 hingga 30 Juni 2018.
3.4.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Sampling.
3.5 DEFINISI OPERASIONAL
Adapun definisi operasional dari variabel yang diteliti meliputi variabel independen dan variabel dependen dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Definisi operasional No. Variabel Definisi
Operational Cara Ukur Alat Ukur Skala
Ukur Hasil Ukur
1. Usia
Umur pasien yang tercatat pada status rekam medis saat
pasien datang berobat
Observasi Data rekam
medis Nominal
1. 0-10 tahun 2. 11-20 tahun 3. 21-30 tahun 4. 31-40 tahun 5. 42-50 tahun 6. 51-60 tahun 7. 61-70 tahun 8. >70 tahun
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin penderita yang tercatat pada kartu status rekam medis
Observasi Data rekam
medis Nominal 1. Laki – laki 2. Perempuan
3. Pekerjaan
Kegiatan utama yang dilakukan pasien untuk
memenuhi
Obeservasi Data rekam
medis Nominal 1. Outdoor 2. Indoor
kebutuhan hidup yang tercatat pada kartu status rekam
medis
4.
Daerah Tempat Tinggal
Daerah dimana pasien tinggal seperti yang tercatat
pada kartu status rekam medis
Observasi Data rekam
medis Nominal
1. Dataran Tinggi 2. Dataran
rendah
5.
Tumor Kelopak
Mata
Pasien yang telah terdiagnosis tumor kelopak mata oleh dokter spesalis mata,
hasil dari patologi anatomi, hasil dari radiologi, dan tercatat dalam status
rekam medis
Observasi Data rekam
medis Nominal
1. Tumor Jinak 2. Tumor
Ganas
3.6 METODE ANALISIS DATA
Data yang sudah terkumpul akan diolah dengan aplikasi SPSS versi 17.0 (Statistical Package for the Social Science) lalu diperiksa secara analitik melalui beberapa tahap.
3.6.1 ANALISIS UNIVARIAT
Penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk mengetahui distribusi usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah tempat tinggal pasien penderita tumor kelopak mata di RSUP Haji Adam Malik.
3.6.2 ANALISIS BIVARIAT
Penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah tempat tinggal pasien penderita tumor kelopak mata di RSUP Haji Adam Malik dengan menggunakan uji statistic Chi-square, dimana derajat kemaknaan α = 0,05. Apabila nilai p value < 0,05, maka Ho ditolak dan apabila p value > 0,05 maka Ho gagal ditolak.
3.6.3 ANALISIS KORELASI
29
Penelitian ini menggunakan analisis korelasi untuk mengetahui kekuatan hubungan antara variabel dependen (tumor kelopak mata) dengan variabel independen (usia, pekerjaan, jenis kelamin, dan daerah tempat tinggal) dengan menggunakan analisis Koefisien Kontingensi, dimana
Interval koefisien korelasi 0,8-1 ditafsirkan sangat kuat, 0,6 - 0,79 ditafsirkan kuat, 0,4-0,59 ditafsirkan sedang, 0,2-0,39 ditafsirkan rendah dan 0-0,19 ditafsirkan sangat rendah.3.6.4 RASIO PREVALENS
Pada penelitian ini dilakukan pencarian rasio prevalens (PR) dengan Clinical Incidents (CI) sebesar 95% untuk mencari berapa besar faktor risiko dari
usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah tempat tinggal pasien
penderita tumor kelopak mata di RSUP Haji Adam Malik.
3.7 ALUR PENELITIAN
Ethical Clearance
Pasien Tumor Kelopak Mata di RSUP Haji Adam Malik periode
1 januari 2014 – 31 Juni 2018
Kriteria eksklusi Kriteria inklusi
Pengambilan data pasien berupa usia,
jenis kelamin, pekerjaan, dan daerah
tempat tinggal
Analisis Data
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Izin penelitian dari RSUP Haji
Adam Malik
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
4.1.1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.
335/Menkes/SK/VII/1990. RSUP H. Adam Malik juga merupakan Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Km. 12, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara.
4.1.2 DESKRIPSI DATA PENELITIAN
Data Penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diambil dari rekam medis penderita tumor kelopak mata yang berisi hasil pemeriksaan berupa radiologi dan atau histopatologi dari tumor kelopak mata, data jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan daerah tempat tinggal penderita tumor kelopak mata di Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik Medan. Data yang diambil berada dalam kurun waktu lima tahun, yaitu dari 1 Januari 2014 – 31 Agustus 2018.
Jumlah data keseluruhan yang diambil adalah 111 rekam medis.
Dimana pasien yang menderita tumor kelopak mata ganas sebanyak 60
orang dan tumor kelopak mata jinak sebanyak 51 orang, pasien yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 36 orang dan pasien yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 75 orang, pasien yang berusia dibawah 50
tahun sebanyak 48 orang dan pasien yang berusia diatas 50 tahun sebanyak
63 orang dan pasien yang bekerja di luar ruangan sebanyak 16 orang
sedangkan pasien yang bekerja di dalam ruangan sebanyak 44 orang.
4.1.3 DISTRIBUSI DATA PENELITIAN
4.1.3.1 DISTRIBUSI PENDERITA TUMOR KELOPAK MATA BERDASARKAN JENIS TUMOR
Distribusi data penelitian berdasarkan jenis tumor kelopak mata secara keseluruhan dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 4.1 Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Tumor Kelopak Mata
Diagnosis Tumor N %
Tumor kelopak mata ganas
BCC 30 27
SCC 19 17.1
Melanoma 10 9
SBC 1 0.9
Tumor kelopak mata jinak
Kista 20 18
Xantelasma 11 9.9
Papilloma 6 5.4
Hemangioma 4 3.6
Neurofibromatosa 4 3.6
Nevus 2 1.8
Fibroma 2 1.8
Lipoma 2 1.8
Jumlah 111 100
Berdasarkan tabel 4.1, terlihat bahwa BCC merupakan jenis
tumor ganas yang paling banyak dijumpai, yaitu 30 orang (27%). Diikuti
SCC sebanyak 19 orang (17.1%), melanoma sebanyak 10 orang (9%),
dan SBC sebanyak 1 orang ( 0.9%). Sedangkan untuk tumor kelopak
mata jinak, kista paling banyak dijumpai yaitu, 20 orang (18%). Diikuti
xantelasma sebanyak 11 orang (9.9%),papilloma sebanyak 6 orang
(5.4%), hemangioma sebanyak 2 orang (3,6%), neurofibromatosa
sebanyak 2 orang (3,6%), dan nevus, fibroma, dan lipoma masing-
masing 2 pasien (1.8%).
33
4.1.3.2 DISTRIBUSI PENDERITA TUMOR KELOPAK MATA BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Distribusi data penelitian berdasarkan jenis kelamin secara keseluruhan dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 4.2 Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 36 32.4
Perempuan 75 67.6
Jumlah 111 100
Berdasarkan tabel 4.2, terlihat bahwa mayoritas penderita tumor kelopak mata adalah perempuan yaitu sebanyak 75 orang (67.6%), sedangkan laki-laki berjumlah 36 orang (32.4%).
4.1.3.3 DISTRIBUSI PENDERITA TUMOR KELOPAK MATA BERDASARKAN USIA
Distribusi data penelitian berdasarkan kelompok usia secara keseluruhan dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 4.3 Distribusi Pasien Berdasarkan Kelompok Usia