• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar matematika menggunakan pendekatan PMRI pada siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar matematika menggunakan pendekatan PMRI pada siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2."

Copied!
301
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Anggarani, Debora. (2016). Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Matematika Menggunakan Pendekatan PMRI pada Siswa Kelas II SD Negeri Plaosan 2. (Skripsi). Yogyakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2 pada mata pelajaran Matematika. Penelitian bertujuan untuk (1) Mengetahui penggunaan pendekatan PMRI dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar Matematika. (2) Mengetahui apakah penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan keaktifan belajar. (3) Mengetahui apakah penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan 2 siklus dan masing-masing siklus memuat 2 pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2 tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 19 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi keaktifan dan tes pilihan ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan PMRI dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Persentase jumlah siswa yang minimal cukup aktif meningkat dari kondisi awal 11% menjadi 26,3% pada siklus I dan meningkat kembali pada siklus II menjadi 73,7%. Nilai rata-rata siswa pada kondisi awal adalah 62,94. Setelah dikenai tindakan menjadi 79,2 pada siklus I dan 85,5 pada siklus II. Sedangkan jumlah persentase siswa yang memiliki nilai mencapai KKM pada kondisi awal adalah 47%, pada siklus I mencapai 84,2 dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 94,7%.

(2)

ABSTRACT

Anggarani, Debora. (2016). The improvement of activity and learning achievement in Mathematics lesson using PMRI approach of second grade students of SD Negeri Plaosan 2. (Thesis). Yogyakarta. Elementary School Teacher Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research is motivated by the lack of student activeness and student achievement of SD Negeri Plaosan 2 in Mathematic lesson. This research aims to (1) to know the use of PMRI approach method in efforts to enhance the student activeness and student achievement Mathematic lesson. (2) To determine whether the use of PMRI approach method can increase the student activeness. (3) To know whether the use of PMRI approach method can increase the students achievement in Mathematic lesson.

This research type is called Classroom Action Research (CAR) which use 2 cycles. Each cycle contains 2 meetings. The subject of this research is the second grade students at SD Negeri Plaosan 2 in the year of 2015/2016. The amounts of the students are 19 students. The objective of this research is about the improvement of student activeness and student achievement in Mathematic lesson. The instruments used in this research are activeness observation sheets and multiple-choice sheets.

The research result shows that the student activeness and student achievement can be done by applying PMRI approach. The percentage of students activeness in Mathematic lesson from 11% to 26,3% in first cycle. Then in second cycle it increases to 73,7%. The increasing of student achievement in Mathematic lesson which in the initial condition the average score is 62,94. After the treatment has given, it increases to 79,2 in the first cycle and 85,5 in the second cycle. While the percentage of student who get minimum score in initial condition is 47% in the first cycle, reach 84,2 and in the second cycle it increase to 94,7%.

(3)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA

KELAS II SD NEGERI PLAOSAN 2

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Debora Anggarani

121134211

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA

KELAS II SD NEGERI PLAOSAN 2

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Debora Anggarani

121134211

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)

LEMBAR PERSETUJUAN

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA

(6)

SKRIPSI

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Tuhan Yesus, saya dapat menyelesaikan studi saya dengan baik.

Kupersembahkan karya ini untuk:

Orang tuaku, Bapak Fx. Suroso dan Ibu Y. Hanirul Khasanah yang telah mendukungku, memberiku motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih

sayang yang teramat besar yang tak mungkin bisa aku balas dengan apapun.

Adik saya Magdalena Riana Listiyastuti. Terimakasih telah menjadi teman bermain dan belajar

Teman-temanku yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu

(8)

MOTTO

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu

(1 Petrus 5: 7)

Mintalah maka kamu akan diberi,

Carilah, maka kamu akan mendapatkan,

Ketuklah, maka kamu akan dibukakan pintu

(Lukas, 11: 9)

" Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya "

(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 05 Februari 2016

Penulis

(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Debora Anggarani

Nomor Mahasiswa : 121134211

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA

KELAS II SD NEGERI PLAOSAN 2.”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta.

Pada tanggal: 05 Februari 2016. Yang menyatakan,

(11)

ABSTRAK

Anggarani, Debora. (2015). Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Matematika Menggunakan Pendekatan PMRI pada Siswa Kelas II SD Negeri Plaosan 2. (Skripsi). Yogyakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2 pada mata pelajaran Matematika. Penelitian bertujuan untuk (1) Mengetahui penggunaan pendekatan PMRI dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar Matematika. (2) Mengetahui apakah penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan keaktifan belajar. (3) Mengetahui apakah penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan 2 siklus dan masing-masing siklus memuat 2 pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2 tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 19 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi keaktifan dan tes pilihan ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan PMRI dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Persentase jumlah siswa yang minimal cukup aktif meningkat dari kondisi awal 11% menjadi 26,3% pada siklus I dan meningkat kembali pada siklus II menjadi 73,7%. Nilai rata-rata siswa pada kondisi awal adalah 62,94. Setelah dikenai tindakan menjadi 79,2 pada siklus I dan 85,5 pada siklus II. Sedangkan jumlah persentase siswa yang memiliki nilai mencapai KKM pada kondisi awal adalah 47%, pada siklus I mencapai 84,2 dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 94,7%.

(12)

ABSTRACT

Anggarani, Debora. (2015). The improvement of activity and learning achievement in Mathematics lesson using PMRI approach of second grade students of SD Negeri Plaosan 2. (Thesis). Yogyakarta. Elementary School Teacher Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research is motivated by the lack of student activeness and student achievement of SD Negeri Plaosan 2 in Mathematic lesson. This research aims to (1) to know the use of PMRI approach method in efforts to enhance the student activeness and student achievement Mathematic lesson. (2) To determine whether the use of PMRI approach method can increase the student activeness. (3) To know whether the use of PMRI approach method can increase the students achievement in Mathematic lesson.

This research type is called Classroom Action Research (CAR) which use 2 cycles. Each cycle contains 2 meetings. The subject of this research is the second grade students at SD Negeri Plaosan 2 in the year of 2015/2016. The amounts of the students are 19 students. The objective of this research is about the improvement of student activeness and student achievement in Mathematic lesson. The instruments used in this research are activeness observation sheets and multiple-choice sheets.

The research result shows that the student activeness and student achievement can be done by applying PMRI approach. The percentage of students activeness in Mathematic lesson from 11% to 26,3% in first cycle. Then in second cycle it increases to 73,7%. The increasing of student achievement in Mathematic lesson which in the initial condition the average score is 62,94. After the treatment has given, it increases to 79,2 in the first cycle and 85,5 in the second cycle. While the percentage of student who get minimum score in initial condition is 47% in the first cycle, reach 84,2 and in the second cycle it increase to 94,7%.

(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik, tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd, selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M. Pd., selaku Wakaprodi PGSD.

4. Drs. Paulus Wahana, M. Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Andri Anugrahana, S. Pd., M. Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. yang telah memberikan bimbingan selama saya menempuh pendidikan di PGSD.

7. Sudarini, S. Pd., selaku pemimpin SD Negeri Plaosan 2 yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti.

8. Dyah Ismayati, S.Pd., selaku guru kelas II SD Negeri Plaosan 2 yang telah memberikan banyak bantuan selama penelitian di sekolah.

9. Para guru SD Negeri Plaosan 2 yang telah meluangkan waktu dan membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.

(14)

11. Para dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang penuh kesabaran mendidik dan membimbing peneliti selama menempuh kuliah.

12. Keluargaku tercinta, Bapak Suroso, Ibu Hanirul dan adikku Riana.

13. Teman-temanku (Deni, Yosafat, Vani, Ade, Mira, Firra, Eni, Epri, Christo, Dika, dan Didit) yang telah membantu dan berbagi dalam penyusunan skripsi serta pelaksanaan penelitian. Serta telah menjadi teman penelitian payung yang asyik, seru dan penuh kejutan.

14. Teman-teman PGSD angkatan 2012 khususnya kelas D, berjuang dalam suka dan duka bersama menempuh pendidikan di PGSD.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan perhatian, terima kasih untuk semuanya.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan menuju kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Yogyakarta, 05 Februari 2016

Penulis

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

(16)

2.1.3 Pengertian Matematika ... 21

2.1.4 Pendekatan PMRI ... 22

2.1.5 Nilai Tempat Bilangan ... 27

2.1.6 Perkembangan Anak ... 28

2.1.7 Perkembangan Kognitif Anak Menurut Piaget ... 31

2.2Penelitian yang Relevan ... 32

2.3Kerangka Berpikir ... 35

2.4Hipotesis Tindakan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Setting Penelitian ... 40

3.3 Desain Penelitian ... 41

3.4 Indikator Keberhasilan ... 48

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.6 Instrumen Penelitian ... 53

3.7 Tabel Instrumen Pengumpulan Data ... 59

3.8Teknik Pengujian Instrumen ... 59

3.8.1 Validitas ... 59

3.8.2 Reliabilitas ... 77

3.8.3 Indeks Kesukaran Soal ... 79

3.9Teknik Analisis Data ... 83

3.9.1 Perhitungan Keaktifan Belajar Siswa ... 84

3.9.2 Perhitungan Prestasi Belajar Siswa ... 85

3.10 Jadwal Penelitian ... 87

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 88

(17)

4.1.2 Proses Penelitian Tindakan Kelas ... 90

4.1.3 Keaktifan Belajar ... 101

4.1.4 Prestasi Belajar Siswa... 110

4.2 Pembahasan ... 115

4.2.1 Keaktifan Siswa ... 116

4.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran ... 120

4.2.3 Prestasi Belajar ... 129

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 133

5.1Kesimpulan ... 133

5.2Keterbatasan Penelitian ... 137

5.3Saran ... 138

DAFTAR REFERENSI ... 139

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Prestasi Belajar Ranah Kognitif ... 19

Tabel 2.2 Indikator Prestasi Belajar Ranah Afektif ... 20

Tabel 2.1 Indikator Prestasi Belajar Ranah Psikomotor ... 20

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Keaktifan dan Prestasi belajar ... 49

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I yang belum divalidasi ... 54

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II yang belum divalidasi ... 55

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 57

Tabel 3.5 Pedoman Wawancara ... 58

Tabel 3.6 Variabel Penelitian dan Pengumpulan Data ... 59

Tabel 3.7 Hasil Validasi Silabus ... 63

Tabel 3.8 Hasil Validasi RPP ... 65

Tabel 3.9 Hasil Validasi Bahan Ajar ... 67

Tabel 3.10 Hasil Validasi LKS ... 68

Tabel 3.11 Hasil Validasi Soal Evaluasi ... 69

Tabel 3.12 Hasil Validasi Lembar Observasi Keaktifan... 70

Tabel 3.13 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus I ... 72

Tabel 3.14 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus II ... 74

Tabel 3.15 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I setelah di Validasi ... 75

Tabel 3.16 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II setelah di Validasi ... 76

Tabel 3.17 Kriteria koefisien reliabilitas... 78

Tabel 3.18 Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal Siklus I ... 78

Tabel 3.19 Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal Siklus II ... 79

Tabel 3.20 Kriteria indeks kesukaran menurut Sudjana ... 80

Tabel 3.21 Tingkat Kesukaran Soal Evaluasi Siklus I ... 81

Tabel 3.22 Tingkat Kesukaran Soal Evaluasi Siklus II ... 82

Tabel 3.23 Kriteria Kekatifan PAP Tipe II ... 85

Tabel 3.24 Jadwal Penelitian ... 87

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Keaktifan Kondisi Awal Siswa ... 89

(19)

Tabel 4.4 Hasil Observasi Keaktifan Siklus I Pertemuan I dan II ... 104

Tabel 4.5 Hasil Observasi Keaktifan Siklus II Pertemuan I ... 106

Tabel 4.6 Hasil Observasi Keaktifan Siklus II Pertemuan II ... 107

Tabel 4.7 Hasil Observasi Keaktifan Siklus II Pertemuan I dan II ... 108

Tabel 4.8 Hasil Peningkatan Keaktifan Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II 110 Tabel 4.9 Hasil Evaluasi Siklus I ... 111

Tabel 4.10 Hasil Evaluasi Siklus II ... 113

Tabel 4.11 Hasil Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II ... 115

Tabel 4.12 Hasil Akumulasi Peningkatan Keaktifan Siswa ... 117

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian-Penelitian Relevan ... 34

Gambar 3.1Siklus PTK menurut model Kemmis dan Mc. Taggart ... 38

Gambar 4.1 Hasil Observasi Keaktifan Siklus I ... 105

Gambar 4.2 Hasil Observasi Keaktifan Siklus II ... 109

Gambar 4.3 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 112

Gambar 4.4 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 114

Gambar 4.5 Diagram Hasil Akumulasi Peningkatan Keaktifan Siswa ... 117

Gambar 4.6 Siswa Memperhatikan Penjelasan Guru... 118

Gambar 4.7 Siswa Aktif dalam Mengungkapkan Pendapat ... 119

Gambar 4.8 Siswa Beinteraksi dengan Siswa lain ... 120

Gambar 4.9 Penggunaan Model pada Pembelajaran ... 122

Gambar 4.10 Pemanfaatan Hasil Konstruksi Siswa pada Pembelajaran ... 124

Gambar 4.11 Interaksi Siswa dengan Guru saat Pembelajaran ... 126

Gambar 4.12 Interaksi Siswa dengan Siswa saat Pembelajaran ... 127

Gambar 4.13 Pemanfaatan Keterkaitan saat Pembelajaran (1) ... 128

Gambar 4.14 Pemanfaatan Keterkaitan saat Pembelajaran (2) ... 129

Gambar 4.15 Diagram Hasil Peningkatan Rata-rata Nilai Kelas ... 130

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I: Surat Keterangan Penelitian ... 144

1. Surat Ijin penelitian ... 145

2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 146

LAMPIRAN II: Perangkat Pembelajaran ... 147

1. Silabus ... 148

2. RPP Siklus I ... 152

3. RPP Siklus II ... 181

LAMPIRAN III: Instrumen Pengumpulan Data ... 212

1. Lembar Observasi Keaktifan ... 213

2. Soal Evaluasi Siklus I ... 214

3. Soal Evaluasi Siklus II ... 217

4. Kunci Jawaban Soal Siklus I dan Siklus II ... 221

LAMPIRAN IV: Validitas, Reliabilitas dan Tingkat Kesukaran ... 222

1. Surat Pengantar Validasi ... 223

2. Validasi lembar observasi keaktifan ... 224

3. Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Para Ahli ... 226

4. Tabulasi Validitas Soal Evaluasi Siklus I ... 244

5. Tabulasi Validitas Soal Evaluasi Siklus II ... 245

6. Validasi Soal Evaluasi Siklus I ... 246

7. Validasi Soal Evaluasi Siklus I ... 247

8. Tabulasi Reliabilitas Siklus I ... 248

9. Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 248

10.Tabulasi Reliabilitas Siklus II ... 249

11.Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ... 249

(22)
(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan pada prinsipnya merupakan proses pematangan kualitas hidup. Buchori berpendapat bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2009: 5). Karena itulah fokus pendidikan diarahkan pada pembentukan kepribadian unggul dengan menitikberatkan proses pematangan kualitas logika, hati, akhlak dan keimanan. Maka diharapkan pendidikan mampu menampilkan pendidikan yang lebih bermutu. Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan proses pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan cara membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidaberdayaan dan dari buruknya akhlak keimanan (Mulyasana, 2012: 120).

(24)

matematika penting diajarkan di semua jenjang dan jenis sekolah, akan tetapi terdapat kesadaran bahwa pembelajaran matematika di sekolah belum melayani anak-anak dengan sepenuhnya (Kandou, 2014: 15). Tujuan belajar matematika yang tertera dalam kurikulum mata pelajaran matematika sekolah pada semua jenjang pendidikan, yaitu: mengarah pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (Winarni, 2011: 113). Siswa dapat berpikir dan menalar suatu persoalan matematika apabila telah memahami persoalan matematika tersebut. Suatu cara pandang siswa tentang persoalan matematika ikut mempengaruhi pola pikir tentang penyelesaian masalah yang dilakukan (Winarni, 2011: 114).

(25)

pembelajaran konvensional (Trianto, 2009: 5). Kenyataannya siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki (Trianto, 2009: 5). Pembelajaran matematika yang bermakna bisa diawali dari kemauan siswa untuk terlibat aktif. Keaktifan mulai bisa terbentuk saat siswa merasa tertarik dengan suatu hal. Siswa tertarik dalam pembelajaran jika dihadapkan dengan kenyataan yang memuat masalah matematis karena merasa bahwa matematika memiliki peranan dalam kehidupan yang nyata. Keaktifan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dari belajar siswa. Jika keaktifan siswa terbentuk dengan baik, maka prestasi dan hasil belajar siswa akan tinggi.

(26)

bertanggung jawab terhadap tugas. Rata-rata persentase keaktifan siswa adalah sebesar 11% dari jumlah siswa kelas II.

Pengamatan kedua pada Jum’at, 07 Agustus 2015 peneliti

melakukan pengamatan di kelas II, dari pengamatan tersebut diketahui bahwa guru di SD Plaosan 2 ini masih menggunakan model pembelajaran tradisional dalam menyampaikan materi pelajaran. Metode pembelajaran tradisional merupakan metode yang hanya dipenuhi dengan hafalan dan siswa hanya mendapat transfer ilmu dari pendidiknya atau bisa dikatakan pembelajaran searah. Secara tidak langsung, penerapan pembelajaran ini membuat para siswa bosan dalam pembelajaran sehingga tidak menumbuhkan keaktifan dan berdampak pada menurunnya prestasi belajar siswa.

(27)

data rata-rata nilai ulangan tengah semester siswa yaitu 62,9. Adapun dari 17 siswa sebanyak 47% siswa mencapai KKM.

Peneliti juga melakukan wawancara singkat seputar keadaan kegiatan belajar mengajar pada hari tersebut. Dari hasil wawancara dengan wali kelas II SD Negeri Plaosan 2 pada tanggal 29 Juli 2015 diperoleh informasi bahwa prestasi belajar dan keaktifan siswa masih kurang. Sebagian besar siswa berpandangan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Karena sebagian siswa tidak menyukai proses berhitung.

Kenyataan rendahnya keaktifan yang dilakukan siswa pada beberapa materi menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil belajar siswa pada materi yang berhubungan dengan pengolahan data angka. Dalam kondisi demikian faktor kompetensi guru dituntut, dalam arti guru harus mampu meramu wawasan pembelajaran yang lebih menarik dan disukai oleh peserta didik (Trianto, 2009: 5).

(28)

pendekatan PMRI akan lebih meningkatkan peran serta siswa karena memuat pembelajaran yang bervariasi. PMRI sendiri dikembangkan khusus untuk mata pelajaran matematika.

1.2 Batasan Masalah

Peneliti telah menetapkan bahwa penerapan pendekatan PMRI pada penelitian ini dibatasi hanya pada mata pelajaran Matematika kelas II

SD Negeri Plaosan 2 pada Kompetensi Dasar “1.3 Menentukan nilai

tempat ratusan, puluhan dan satuan” dengan media nilai tempat bilangan

sampai angka 500.

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Bagaimana proses pelaksanaan pendekatan PMRI dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2 Tahun Pelajaran 2015/2016? 1.3.2 Apakah proses pelaksanaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan

keaktifan dalam mata pelajaran Matematika pada siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2 Tahun Pelajaran 2015/2016?

(29)

1.4 Pemecahan Masalah

Peneliti memandang bahwa rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 akan diatasi dengan menggunakan pendekatan PMRI.

1.5Definisi Operasional

1.5.1 Keaktifan belajar adalah proses keterlibatan siswa dalam sebuah pembelajaran.

1.5.2 Prestasi belajar adalah hasil belajar akademik yang tercatat sebagai nilai penguasaan atau kemampuan untuk menguasai pelajaran yang berwujud skor.

1.5.3 Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah pendekatan yang menyajikan materi secara realistik/nyata yang melibatkan keaktifan peserta didik untuk menyelesaikan sebuah masalah yang berkaitan dengan Matematika.

1.5.4 Siswa kelas 2 SD adalah anggota masyarakat berumur sekitar 6-7 tahun yang sedang menempuh jalur pendidikan dasar di SD Negeri Plaosan 2 dengan jumlah 19 siswa.

1.6 Tujuan Penelitian

(30)

1.6.2 Mengetahui apakah proses pelaksanaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan keaktifan dalam mata pelajaran Matematika pada siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. 1.6.3 Mengetahui apakah proses pelaksanaan pendekatan PMRI dapat

meningkatkan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2 Tahun Pelajaran 2015/2016.

1.7 Manfaat Penelitian

1.7.1 Bagi Siswa

Siswa dapat memperoleh pengalaman dalam mempelajari materi pokok menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda dengan menggunakan pendekatan PMRI.

1.7.2 Bagi Guru

Guru dapat memperoleh inspirasi melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan PMRI.

1.7.3 Bagi Sekolah

Menambah bahan bacaan terkait dengan penelitian tindakan kelas menggunakan pendekatan PMRI.

1.7.4 Bagi Peneliti

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Keaktifan Belajar

2.1.1.1 Pengertian Keaktifan Belajar

Sanjaya (dalam Rusman, 2013: 395) mengemukakan bila siswa dikatakan aktif ketika siswa melakukan kegiatan mendengarkan, berdiskusi, bermain peran, melakukan pengamatan, melakukan eksperimen membuat sesuatu, menyusun laporan memecahkan masalah dan praktik melakukan sesuatu. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari hari (Yamin, 2007: 77). Menurut Rousseau (dalam Sardirman, 1990: 95) segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.

(32)

hasil dari pengalaman tersebut akan membantu individu yang memiliki kepribadian dan sikap positif. Keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati (Dimyati, 1999: 114). Bentuk kegiatan fisik antara lain membaca, mendengarkan, menulis, memeragakan dan mengukur. Sedangkan bentuk kegiatan psikis seperti mengingat kembali isi pelajaran pertemuan sebelumnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan kegiatan lainnya. Maka siswa dikatakan aktif bila mau terlibat secara langsung dalam kegiatan mendengarkan, berdiskusi, memecahkan masalah, menyimpulkan sesuatu dan mempraktikkan sesuatu.

2.1.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar Siswa

(33)

pengetahuan siswa, serta kegiatan siswa aktif juga dapat memaksimalkan siswa berproses selama proses pembelajaran karena siswa melakukan kegiatan yang ada pada indikator keaktifan dalam belajar. Menurut teori kognitif Gage dan Berliner (dalam Dimyati 1999: 45) siswa memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Siswa mampu untuk mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar siswa mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan. Thorndike

mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of

exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya

latihan-latihan (Dimyati dan Mudjiono, 1999: 45)

2.1.1.3 Ciri-ciri Keaktifan Belajar

Ahmadi dan Supriyono (1991: 200-201) mengungkapkan ciri yang harus nampak dalam proses belajar yang menekankan keaktifan siswa, yakni:

1. Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas tapi terkendali.

(34)

3. Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa bisa sumber tertulis, sumber manusia, misal murid itu sendiri menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagai media yang diperlukan, alat bantu pengajaran, termasuk guru sendiri sebagai sumber belajar.

4. Kegiatan belajar siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-sama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar yang dilakukan secara kelompok dalam diskusi dan ada kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa secara mandiri.

5. Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan manusia bagaikan hubungan bapak-anak, bukan hubungan pimpinan dan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing siswa yang memerlukan bantuan saat menghadapi persoalan belajar.

6. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tapi sewaktu-waktu diubah sesuai dengan kebutuhan siswa. 7. Belajar tidak hanya dilihat dan dan diukur dari segi hasil yang

dicapai siswa tapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan siswa.

(35)

9. Guru senantiasa menghargai pendapat siswa terlepas dari benar atau salah, tidak diperkenankan membunuh atau mengurangi/menekan pendapat siswa di depan siswa lainnya. Guru harus mendorong siswa agar selalu mengajukan pendapatnya secara bebas.

2.1.1.4 Prinsip-Prinsip Keaktifan Belajar

Selain ciri-ciri keaktifan belajar, Ahmadi dan Supriyono (1991: 201) menjelaskan prinsip-prinsip keaktifan yang harus diperhatikan, yakni:

1. Stimulasi belajar.

Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimuli. Stimuli tersebut dapat berbentuk verbal/bahasa, visual, auditif, taktik dan lain-lain. Stimuli hendaknya benar-benar mengkomunikasikan informasi atau pesan yang ingin disampaikan guru kepada siswa.

2. Perhatian dan motivasi

(36)

3. Respon yang dipelajari

Keterlibatan siswa atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas dan sebagainya. Semua bentuk respon yang dipelajari siswa harus menunjang tercapainya tujuan instruksional, banyak kegiatan belajar siswa yang dapat ditempuh melalui respon fisik (motorik) disampin respon intelektual.

4. Penguatan

Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali manakala diperlukan. Ini berarti apabila respon siswa terhadap stimulus guru memuaskan kebutuhannya, maka siswa cenderung untuk mempelajari tingkah laku tersebut. Sumber penguat belajar untuk memuaskan kebutuhan berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, ganjaran, hadian dan lainnya merupakan cara untuk memperkuat respon siswa.

5. Pemakaian dan Pemindahan

(37)

penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan. Pengingatan kembali informasi yang telah diperoleh tersebut cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasi yang serupa. Dengan kata lain perlu adanya asosiasi. Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi lain yang serupa di masa mendatang.

2.1.1.5 Indikator Keaktifan

(38)

membuat karya tulis, membuat kliping dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran (Dimyati & Mudjiono, 1999: 51).

Dari pendapat dan penjelasan para ahli tersebut di atas, peneliti kemudian menyimpulkan indikator keaktifan menjadi 3 yaitu (1) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, meliputi interaksi antar siswa satu dengan siswa yang lain, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru, membaca sumber belajar dan mencatat informasi penting. (2)keberanian mengungkapkan pendapat dan pertanyaan. (3) tanggung jawab siswa terhadap tugas, meliputi turut serta dalam mengerjakan tugas kelompok.

2.1.2 Prestasi Belajar

2.1.2.1 Pengertian Prestasi Belajar

(39)

pengaruh dari proses belajar. Definisi prestasi belajar yang lain disampaikan oleh Darsono (2000: 110) yang menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan yang berhubungan dengan tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.

Menurut KBBI (2008: 1101) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru. Winkel (dalam Masidjo, 2010:38) mengungkapkan dalam penilaian hasil prestasi belajar, guru menggunakan alat pengukur tes. Prestasi belajar dapat diukur dengan menggunakan tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Dalam mencapai prestasi belajar, siswa perlu mengalami proses pembelajaran karena dalam pembelajaran siswa akan mendapatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu pencapaian siswa sebagai hasil dari proses belajar mereka.

2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

(40)

belajar. Minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis, (2) Faktor ekstrinsik, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti guru, media, teman bergaul, dan lain-lain. Faktor lain dikemukakan oleh Carol (dalam Djamarah, 2010: 22), faktor dominan yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa beberapa diantaranya adalah kualitas pengajaran, taraf kemampuan peserta didik dan motivasi belajar peserta didik.

Dierich (dalam Hamalik, 2003: 172) berpendapat bahwa kegiatan belajar telah dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu:

1) Kegiatan-kegiatan visual, yang meliputi: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yang meliputi: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

(41)

4) Kegiatan-kegiatan menggambar, yang meliputi: menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

5) Kegiatan-kegiatan metrik, yang meliputi: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun. Kegiatan-kegiatan mental yang meliputi menerangkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

6) Kegiatan-kegiatan emosional, yang meliputi, minat, aktif, tenang, dan lain-lain.

2.1.2.3 Cara Mengukur Prestasi Belajar

Untuk menilai tingkat prestasi belajar siswa, guru dapat menggunakan beberapa pedoman penilaian yang ada. Surya Barlow (dalam Syah, 2002: 151) menggambarkan contoh indikator prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Indikator Prestasi Belajar Ranah Kognitif

Ranah/ Jenis Prestasi Indikator Cara evaluasi A. Ranah Kognitif

1. Pengamatan Dapat menunjukkan, dapat

membandingkan, dapat menghubungkan

Tes lisan, tes tertulis, observasi

2. Ingatan Dapat menyebutkan, dapat menunjukkan

kembali

Tes lisan, tes tertulis, observasi

3. Pemahaman Dapat menjelaskan, dapat

mendefinisikan dengan kalimat sendiri

5. Analisis Dapat menguraikan, dapat

(42)

Tabel 2.1 menunjukkan indikator prestasi belajar ranah kognitif beserta cara untuk melakukan evaluasinya.

Tabel 2.2. Indikator Prestasi Belajar Ranah Afektif

Ranah/ Jenis Prestasi Indikator Cara evaluasi B. Ranah Afektif

1. Penerimaan Menunjukkan sikap menerima,

menunjukkan sikap menolak

Tes tertulis, tes skala sikap, observasi

2. Sambutan Kesediaan berpartisipasi, kesediaan

memanfaatkan

4. Internalisasi Mengakui dan meyakini, mengingkari

Tes skala sikap, pemberian tugas, observasi

5. Penghayatan Meniadakan, menjelmakan dalam

perilaku di kehidupan sehari-hari

Pemberian tugas ekspresif dan proyektif, observasi

Tabel 2.2 menunjukkan indikator prestasi belajar ranah afektif beserta cara evaluasi yang digunakan.

Tabel 2.3. Indikator Prestasi Belajar Ranah Psikomotor

Ranah/ Jenis Prestasi Indikator Cara evaluasi C. Ranah

tangan, kaki dan anggota tubuh lain. Observasi, tes tindakan

2. Kecakapan

(43)

prestasi dalam ranah kognitif, seperti tes lisan, tes tertulis, observasi dan pemberian tugas. Sedangkan pada ranah afektif yaitu tes tertulis, tes skala sikap, observasi, pemberian tugas dan pemberian tugas ekspresif.

2.1.3 Pengertian Matematika

(44)

2.1.3.1Matematika diberikan secara bertahap dalam bentuk permainan, diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa konkret yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar.

2.1.3.2Pengetahuan dan keterampilan pada permainan matematika diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukarannya, missal dari konkret ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks.

2.1.3.3Bahasa yang digunakan dalam pengenalan konsep berhitung seyogya bahasa yang sederhana.

2.1.3.4Proses evaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan.

2.1.4 Pendekatan PMRI

2.1.4.1 Pengertian PMRI

(45)

lebih mengacu pada fokus Pendidikan Matematika Realistik dalam menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa (Wijaya, 2012: 20). PMRI menginginkan adanya perubahan dalam paradigm pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar menjadi paradigm belajar (Marpaung, 2004).

Suryanto (2010: 37) mengemukakan bahwa PMRI adalah pendidikan matematika sebagai hasil adaptasi dari Realistic Mathematic Education yang diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi, dan kehidupan masyarakat Indonesia. Konsep matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar.

2.1.4.2 Karakteristik Pendekatan PMRI

Terdapat 5 karakteristik matematika realistik menurut Suryanto (2010: 44). Berikut kelima karakteristik tersebut diuraikan oleh peneliti:

1. Menggunakan Konteks

(46)

2. Menggunakan Model

Istilah model berkaitan dengan masalah situasi dan model matematika yang dikembangkan sendiri oleh siswa, mengaktualisasikan masalah kebentuk visual sebagai sarana untuk memudahkan pengajaran.

3. Menggunakan Kontribusi Siswa

Kontribusi yang besar diharapkan pada proses belajar mengajar datang dari siswa artinya semua pikiran (kontruksi dan produksi) dihasilkan oleh siswa itu sendiri.

4. Menggunakan Format Interaktif

Mengoptimalkan proses pembelajaran melalui interasi siswa dengan guru dan siswa dengan sarana dan prasarana merupakan hal terpenting dalam pembelajaran matematika realistik.

5. Intertwinning (Manfaatkan Keterkaitan)

Struktur dan konsep matematika saling berkaitan maka dari itu keterkaitan antar topik (unit pelajaran) tersebut harus dieksplorasi agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.

2.1.4.3 Prinsip-prinsip pendekatan PMRI

Menurut Suryanto (2010: 42), prinsip-prinsip PMRI adalah:

1. Penemuan kembali secara terbimbing (Guided Re-invention)

Prinsip guided reinvention ialah penekanan pada “penemuan

(47)

realistik (yang dapat dibayangkan atau dipahami oleh siswa), yang mengandung topik-topik matematis tertentu yang disajikan, siswa diberi kesempatan untuk membangun dan menemukan kembali ide-ide dan konsep-konsep matematis. Upaya ini akan tercapai jika pengajaran yang dilakukan menggunakan situasi yang berupa fenomena-fenomena yang mengandung konsep matematika dan nyata terhadap kehidupan siswa.

Prinsip ini juga memperkenalkan matematisasi progresif dimana situasi yang berisikan fenomena yang dijadikan bahan dan area aplikasi dalam pengajaran matematika haruslah berangkat dari keadaan yang nyata terhadap siswa sebelum mencapai tingkat matematika secara formal.

2. Fenomenologi Didaktis (Didactical Phenomenology)

Prinsip ini menekankan pembelajaran yang bersifat mendidik dan menekankan pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa.

3. Membangun sendiri model

(48)

2.1.4.4 Kelebihan dan Kekurangan PMRI

Kelebihan pembelajran matematika realistik. Menurut Suwarsono (Hadi, 2003) kelebihan pembelajaran matematika realistik antara lain:

1) Memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari dan tentang kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia.

2) Matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa dan oleh orang lain tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar matematika.

3) Cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal, dan tidak usah harus sama antara orang yang satu dengan yang lainnya. 4) Mempelajari matematika peroses pembelajaran merupakan sesuatu

yang utama dan untuk mempelajarai metematika orang harus menjalani sendiri peroses itu dan menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan guru.

5) Memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran lain yang juga dianggap unggul yaitu antara pendekatan pemecahan masalah, pendekatan konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan.

Kelemahan pembelajaran matematika realistik. Kelemahan pembelajaran realistik menurut Suwarsono (Hadi, 2003), yaitu :

(49)

2) Penilaian dan pembelajaran matematika realistik lebih rumit daripada pembelajaran konvensional

3) Pemilihan alat peraga harus cermat sehingga dapat membantu peroses berfikir siswa.

2.1.5 Nilai Tempat Bilangan

Materi nilai tempat merupakan materi dasar yang harus dikuasai oleh siswa sekolah dasar. Pada tingkat kelas 2, salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa adalah KD 1.3 Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan, dan satuan, dimana sebelumnya pada kelas 1 siswa telah dapat menentukan nilai tempat puluhan dan satuan. Penguasaan tentang nilai tempat merupakan pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa untuk dapat mengikuti materi pembelajaran selanjutnya yaitu penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500. Nilai tempat memberikan nilai dari sebuah digit tergabtung pada penempatan sebuah digit tersebut. Sebagai contoh dalam bilangan 2.345, setiap digit dapat diklasifikasikan (diartikan) dari kanan ke kiri, yaitu 5 memiliki tempat satuan atau 100, 4 memiliki tempat puluhan atau 101 , 3 memiliki tempat ratusan atau 102 , dan 2 memiliki nilai tempat ribuan atau 103 (Purnomo, 2014: 16)

(50)

belajar menghubungkan antara membilang satuan dan membilang puluhan. Salah satu strategi yang dapat ditawarkan kepada anak yakni menguraikan/decomposing dan menyusun/composing (Purnomo, 2014: 30). Kegiatan menguraikan yakni memisahkan atau menguraikan angka menjadi beberapa bagian. Sedangkan, menyusun adalah kegiatan untuk menyusun ulang angka.

Ada beberapa faktor mengapa siswa kurang dapat memahami konsep nilai tempat dengan baik, salah satunya adalah cara mengajar guru. Guru cenderung mengajarkan siswa dengan langsung member informasi. Contohnya, untuk menentukan nilai tempat angka – angka pada bilangan 134, siswa langsung diberitahu bahwa angka 4 menempati nilai satuan, angka 3 menempati nilai puluhan dan angka 1 menempati nilai ratusan. Hal ini mengakibatkan siswa langsung berhadapan dengan angka – angka yang masih asing baginya tanpa diberikan pemahaman konsep terlebih dahulu ataupun penggunaan media yang bisa menolong siswa mudah memahami materi nilai tempat. Jika hal ini terjadi maka dapat dipastikan bahwa siswa yang belum memahami benar tentang nilai tempat akan sulit mengikuti pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.

2.1.6 Perkembangan Anak

(51)

orang tua dan guru harus tanggap untuk segera memberikan layanan dan bimbingan (Triharso, 2013: 48). Tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahapan selanjutnya. Agung Triharso (2013: 21) dalam bukunya Permainan Kreatif dan Edukatif memaparkan tingkat pencapaian perkembangan anak, yaitu :

2.1.6.1Perkembangan emosi dan sosial

Perkembangan emosi erat kaitannya denga perkembangan sosial. Unsur-unsur yang terkait di dalam emosi adalah perhatian atau pujian. Penguasaan emosi pada anak banyak tergantung pada faktor-faktor kematangan anak itu sendiri. Sedangkan aspek sosial yang terjadi adalah interaksi yang lancar antara guru dan anak. Faktor emosi dan sosial merupakan perkembangan kepribadian dan pembiasaan yang membentuk kepribadian, kebiasaan menghargai orang lain, kemampuan mengambil tindakan, rasa tanggung jawab, pengendalian diri, kemampuan bekerja sama, dan kemampuan mengungkapkan diri.

2.1.6.2Perkembangan Motorik Halus

(52)

vertical, garis miring kiri, garis miring kanan, lengkung, atau lingkaran dapat ditingkatkan.

2.1.6.3Perkembangan Motorik Kasar

Diungkapkan bahwa dalam perkembangan motorik kasar mengarah pada keterampilan menggunakan otor besar- menggunakan gerakan-gerakan bagian tubuh dengan tangkas dan tegas.

2.1.6.4Perkembangan Bahasa

Dasar utama perkembangan bahasa adalah pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang kaya untuk menunjang faktor-faktor bahasa yang lain, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Mendengarkan dan membaca termasuk keterampilan berbahasa yang bersifat menerima, sedangkan berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang ekspresif.

2.1.6.5Persepsi Penglihatan

Persepsi penglihatan dikembangkan menggunakan media pendukung antara lain benda, gambar, bentuk huruf, bentuk geometri dari berbagai warna dan ukuran.

2.1.6.6Persepsi Pendengaran

Pengembangan dari faktor ini adalah segala sesuatu yang mampu menghasilkan bunyi yang dapat ditangkap oleh indera pendengar anak.

(53)

Anak akan berpikir saat diberikan materi baru yang menarik. Dengan melakukan eksplorasi kegiatan yang didasrkan pada pilihan sendiri maka anak akan lebih mudah memahami berbagai konsep.

2.1.7 Perkembangan Kognitif Anak Menurut Piaget

Anak tidak dilihat sebagai orang dewasa muda, tetapi harus dilihat dari struktur kognitif pada setiap proses yang berbeda. Pengembangan melalui tahapan berdasarkan pada karakteristik urutan perkembangan. Setiap tahap memberikan kemajuan dalam urutan yang sama. Tidak ada tahap yang terlewatkan, dan saling berhubungan dengan periode usia nyata (Kuswono, 2011: 155). Piaget juga meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa (Desmita, 2009: 101)

2.1.7.1 Tahapan Sensorimotor

Sejak lahir sampai usia 2 tahun, bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.

(54)

Pada usia 2 sampai 7 tahun, anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar. Kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatanpemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik 2.1.7.3 Tahapan Operasional Konkret

Memasuki usia 7 sampai 11 tahun anak akan dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Pada usia ini anak-anak mulai memasuki jenjang sekolah dasar. Anak-anak pada usia ini cenderung aktif bergerak dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

2.1.7.4 Tahapan Operasional Formal

Mulai usia 11 tahun, individu akan berpikir dengan cara yang lebih abstrak, logis dan lebih idealistik.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian oleh Sugiro (2012) dengan judul “Peningkatan prestasi

(55)

mengikuti pembelajaran di kelas. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan, prestasi belajar siswa kelas III semester I SD Kanisius Kintelan I tahun pelajaran 2011/2012 meningkat dengan memperoleh hasil yang memuaskan.

Penelitian oleh Kurnianto (2013) dengan judul “Peningkatan

aktivitas dan prestasi belajar matematika dalam menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat dengan pendekatan PMRI siswa kelas IV

SDN Kadisobo 3”. Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah kondisi daya tangkap siswa yang rendah terhadap materi serta pendekatan yang kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran Matematika. Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah nilai hasil evaluasi dan lembar observasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurnianto menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) efektif dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kadisobo 3.

Penelitian oleh Prastianto (2015) dengan judul “Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn siswa kelas III SDN Kledokan Yogyakarta melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD”,

(56)

siswa. Masalah berikutnya adalah mengenai prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah keaktifan dan prestasi belajar siswa meningkat dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Dari ketiga penelitian yang telah dilakukan tersebut, peneliti membuat literature map sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang penelitian ini. Literature map tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1 Literature Map penelitian-penelitian Relevan Sugiro (2012)

“Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar matematika menggunakan pendekatan

(57)

Gambar 2.1 menunjukkan skema penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Merujuk pada penelitian relevan yang terdahulu milik Sugiro (2012), Kurnianto (2013) dan Prastianto (2015), peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul:

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar Matematika menggunakan

pendekatan PMRI pada siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2

2.3 Kerangka Berpikir

Setiap anak bersifat unik, mereka terlahir dengan potensi yang berbeda-beda; memiliki kelebihan, bakat dan minat tersendiri. Kenyataan menunjukkan bahwa setiap anak tidak sama, baik secara intelektual maupun perilaku. Maka dari itu, penyelenggaraan pendidikan harus diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan anak, yaitu pendidikan yang berdasarkan pada minat, kebutuhan anak, dan kemampuan sang anak. Seorang anak membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Siswa dapat menggunakan pengalaman yang didapat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sarana untuk belajar.

(58)

dan pengurangan bilangan sampai 500 serta Kompetensi Dasar (KD) 1.3 Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan. Penyampaian materi yang dilakukan oleh guru masih menggunakan metode konvensional. Dari masalah tersebut peneliti tergerak untuk mencoba memperbaiki proses pembelajaran tersebut menggunakan Pendekatan PMRI. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan PMRI merupakan salah satu cara yang tepat dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam mata pelajaran matematika karena mendekatkan materi kontekstual yang mengarah pada kehidupan keseharian siswa. Dengan pembelajaran yang realistik ini, siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga pembelajaran menjadi menarik dan siswa akan semakin aktif dan termotivasi dalam belajar. Dengan demikian melalui pendekatan PMRI diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2 khususnya pada materi nilai tempat bilangan.

2.4 Hipotesis Tindakan

(59)

2.4.2 Pelaksanaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2 tahun pelajaran 2015/2016. 2.4.3 Pelaksanaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan prestasi belajar

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto (Taniredja, 2010: 16) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang aktual yang dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional (Taniredja, 2010: 16-17). Kegiatan pembelajaran yang direncanakan, disusun, dilaksanakan dan direfleksikan guru dengan memberi tindakan untuk memperbaiki kinerja guru dalam kelas supaya terjadi peningkatan kualitas di dalam kelas tersebut.

(61)

menerus, kemudian diadakan perubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat (Arikunto, 2008: 2).

Salah satu model Penelitian Tindakan Kelas adalah modelKemmis dan Mc. Taggart. Pola yang digunakan peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah pola kolaboratif. Pola ini melibatkan kerja sama antara guru dan peneliti. Pada pola kolaboratif, guru tidak memiliki kesempatan yang luas untuk melakukan tindakan, sebab baik perencanaan maupun bagaimana mengimplementasikan tindakan tidak ditentukan oleh guru sendiri, melainkan oleh tim peneliti (Sanjaya, 2006: 161). Berikut ini bagan siklus PTK model Kemmis dan Mc. Taggart:

Gambar 3.1. Siklus PTK menurut model Kemmis dan Mc. Taggart Perencanaan

Siklus 1

Observasi

Perencanaan

Pelaksanaan

Hasil Observasi

Pelaksanaan Siklus 2

(62)

Gambar 3.1 menggambarkan aktivitas dalam PTK yang diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluai proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), melakukan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai dicapai kualitas pembelajaran yang diinginkan. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut:

3.1.1 Perencanaan

Kegiatan perencanaan mencakup: (1) Identifikasi masalah, dalam hal ini harus dikenali masalah yang ada pada kelas yang akan diteliti, (2) menganalisis penyebab adanya permasalahan, dan (3) pengembangan bentuk tindakan/aksi sebagai pemecahan masalah, dalam hal ini pengembangan metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai solusi atau pemecahan masalah. Perencanaan tindakan harus berorientasi ke depan. Perencana harus sejak awal menyadari bahwa tidndakan sosial pada kondisi tertentu tidak dapat diprediksi dan memiliki resiko tertentu pula.

3.1.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan rancangan yang telah dibuat pada proses pembelajaran di kelas. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan diharapkan dapat memberikan perubahan baik ke arah yang diharapkan. Guru harus memperhatikan kesesuaian pembelajaran dengan perencanaan, kelancaran proses pembelajaran, ketepatan dalam penanaman konsep pada siswa dan ketercapaian tujuan pembelajaran.

(63)

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui informasi tentang perkembangan proses pembelajaran. Hal yang perlu diamati adalah proses pembelajaran yang berlangsung di kelas serta kegiatan yang dilakukan guru dan siswa. Pengamatan/observasi ini digunakkan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa selama proses kegiatan belajar menganjar berlangsung.

3.1.4 Refleksi

Refleksi adalah mengkaji kembali secara menyeluruh tindakan yang dilakukan oleh guru berdasarkan data yang terkumpul. Refleksi dilakukan untuk menentukan keputusan siklus lanjutan atau berhenti karena masalah sudah terselesaikan. Hasil refleksi sangat penting untuk melakukan kemungkinan-kemungkinan terhadap suatu subjek penelitian, yaitu akan diberhentikan, dimodifikasi atau dilajutkan ketingkatan selanjutnya. Dalam penelitian ini, peneliti membuat refleksi untuk perbaikan pada siklus selanjutnya. Refleksi ini berfungsi untuk mengetahui hal-hal yang masih perlu diperbaiki.

3.2 Setting penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

(64)

merupakan sekolah yang terletak di tengah pedesaan dan bangunan sekolah berada dekat dengan pemukiman warga.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2 tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 19 siswa, yang terdiri dari 9 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI pada materi nilai tempat bilangan.

3.3 Desain Penelitian

3.3.1 Persiapan

Rincian persiapan Penelitian Tindakan Kelas untuk siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2 ini sebagai berikut:

3.3.1.1 Meminta izin kepada Kepala SD Negeri Plaosan 2 untuk melakukan penelitian di SD tersebut.

(65)

memperoleh gambaran mengenai karakteristik siswa kelas tersebut.

3.3.1.3 Mengidentifikasi permasalahan yang ada di dalam pembelajaran khususnya pada materi Matematika

3.3.1.4 Merumuskan masalah 3.3.1.5 Merumuskan hipotesis

3.3.1.6 Menyusun rencana penelitian dalam setiap siklus

3.3.1.7 Mengkaji kompetensi inti, dan kompetensi dasar pada materi pokok pelajaran Matematika

3.3.1.8 Menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, dan instrumen penelitian.

3.3.1.9 Menyiapkan media yang dibutuhkan di dalam metode yang digunakan

3.3.2 Rencana Tiap Siklus

3.3.2.1 Siklus I

Siklus pertama dilakukan dalam dua kali pertemuan disetiap pertemuan beralokasi 2 JP (2 x 35 Menit) berikut ini tahapan pelaksanaan tindakan secara umum :

1. Perencanaan Tindakan

(66)

b. Peneliti membuat perangkat pembelajaran (silabus, RPP, LKS, soal evaluasi, bahan ajar, lembar observasi, media, dan sumber belajar).

2. Pelaksanaan Tindakan

a. Pertemuan I

1) Menyampaikan KD, indikator, dan tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

2) Siswa dibagi ke dalam 4 kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 5 anak.

3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi nilai tempat bilangan sampai nilai puluhan.

4) Tiap kelompok memperhatikan penjelasan guru dengan membaca materi.

5) Guru memberikan lembar kerja kelompok.

6) Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok. Dalam kegiatan ini tiap siswa dituntut untuk aktif dalam tiap kelompok. 7) Siswa mengumpulkan hasil diskusi kelompok untuk dibahas

pada akhir pertemuan.

8) Siswa mengerjakan evaluasi individu.

9) Guru dan siswa membahas hasil kerja kelompok dan individu.

(67)

12) Guru memberikan penghargaan kelompok yang tiap individu aktif bekerja dalam kelompok dan memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dalam kelompok.

b. Pertemuan II

1) Guru menyampaikan KD, indikator dan tujuan yang akan dipelajari pada hari ini.

2) Siswa dibagi ke dalam 4 kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 5 anak.

3) Guru mengulang materi yang diajarkan pada pertemuan sebelumnya.

4) Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi nilai tempat bilangan sampai nilai tempat ratusan.

5) Guru memberikan lembar kelompok. 6) Siswa mengerjakan kerja kelompok.

7) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok. 8) Guru memberikan penguatan pada siswa. 9) Guru memberikan kuis.

10) Guru memberikan soal evaluasi induvidu. 11) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu.

12) Guru dan siswa mengevaluasi soal evaluasi individu

(68)

3. Observasi

Observasi dilakukan peneliti dibantu oleh guru kelas dan pengamat untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung. Fokus dari observasi ini adalah peran serta siswa dalam pembelajaran terutama dalam hal keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dengan mengisi lembar pengamatan keaktifan dari masing–masingsiswa. Dilanjutkan dengan pengumpulan hasil pekerjaan kelompok untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa dalam memahami materi.

4. Refleksi

a. Melihat proses pembelajaran, hasil tes, dan mengidentifikasi dampak dari tindakan dalam siklus sebagai upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar yang diharapkan peneliti.

b. Membuat kesimpulan mengenai dampak siklus yang sudah dilakukan.

c. Merencanakan dan menentukan tindak lanjut yang dilakukan atas hasil yang diperoleh siklus I.

3.3.2.2 Siklus II

(69)

1. Perencanaan Tindakan

a. Peneliti mengidentifikasi data awal siswa mengenai tingkat kemapuan siswa.

b. Peneliti membuat perangkat pembelajaran (silabus, RPP, LKS, soal evaluasi, bahan ajar, lembar observasi, media, dan sumber belajar).

2. Pelaksanaan Tindakan

a. Pertemuan I

1) Siswa diberi pertanyaan mengenai materi.

2) Guru menjelaskan indikator hasil belajar yang akan dicapai. 3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

4) Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 4 anak.

5) Guru mengulang materi mengenai nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan.

6) Siswa menyimak guru dalam menyajikan materi yang berkaitan dengan mengenal nilai tempat bilangan puluhan. Untuk memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut guru menggunakan media rumah bilangan.

7) Guru membagikan lembar kerja diskusi.

(70)

9) Siswa mendiskusikan jawaban sesuai instruksi soal masing-masing kelompok.

10) Siswa menuliskan hasil diskusi di depan kelas. 11) Guru dan siswa mengkoreksi hasil diskusi. 12) Guru memberikan kuis.

13) Guru memberikan soal evaluasi individu kepada siswa. 14) Guru dan siswa membahas soal individu.

15) Guru bertanya jawab/kuis tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

b. Pertemuan II

1) Siswa diberi pertanyaan mengenai materi.

2) Guru menjelaskan indicator belajar yang akan dicapai. 3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

4) Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 4 anak.

5) Siswa mengamati contoh dan penggunaan media. 6) Guru membagikan lembar kerja siswa.

7) Siswa mengerjakan lember kerja tersebut dengan menggunakan media rumah bilangan.

8) Siswa mendiskusikan jawaban sesuai instruksi soal masing-masing kelompok.

(71)

10) Siswa secara individu mengerjakan soal-soal mengenai nilai tempat bilangan.

11) Guru melakukan peneguhan atas metari yang diajarkan. 12) Siswa mempresentasikan manfaat dan cara menjaga sumber

daya alam dari hasil diskusi.

13) Guru bersama siswa bertanya jawab dan memberi peneguhan materi, penguatan, dan penyimpulan.

14) Guru memberikan penghargaan kepada siswa baik kelompok maupun individu.

3. Observasi

Hal yang menjadi fokus pengamatan oleh peneliti adalah peran serta siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam hal keaktifan siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dengan mengisi lembar pengamatan keaktifan dari masing–masing siswa. Dilanjutkan dengan pengumpulan hasil pekerjaan kelompok untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa dalam memahami materi.

4. Refleksi

a. Melihat hasil tes dan observasi dan mengidentifikasi dampak dari tindakan dalam siklus sebagai upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar yang diharapkan peneliti.

Gambar

Tabel 2.1. Indikator Prestasi Belajar Ranah Kognitif
Tabel 2.2 menunjukkan indikator prestasi belajar ranah afektif beserta cara
gambar ini menunjukkan adanya peningkatanpemikiran simbolis
Gambar 2.1 Literature Map penelitian-penelitian Relevan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan kreativitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas III SDN Gejayan dengan menggunakan pendekatan PMRI pada

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya minat dan prestasi belajar siswa kelas II SDN Plaosan 2 pada ulangan harian materi pengukuran waktu, panjang, dan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk mengetahui penerapan pendekatan PMRI dalam upaya meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan penggunaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk meningkatkan Kedisiplinan dan

Keefektifan pendekatan PMRI terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV SD N Berbah 2 Sleman pada pembelajaran Matematika materi penjumlahan

Peneliti yakin bahwa penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan proses pembelajaran matematika, oleh karena itu peneliti melakukan penelitian yang berjudul ”Peningkatan

Peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan pendekatan PMRI dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa menggunakan alat ukur panjang tidak baku dan

Kesimpulannya adalah proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PMRI dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas III SDN Gejayan.Penelitian