• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

SARANA INFORMASI ELEKTRONIK.

(STUDI PUTUSAN Reg.No.3006/Pid.Sus/2017/PN.Mdn)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH:

EKINIA KAROLIN SEBAYANG 150200431

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS HUKUM

MEDAN 2019

(2)
(3)

Liza Erwina**

Mohammad Ekaputra***

Perkembangan sarana informasi yang luar biasa pesat pada zaman ini memberikan kemudahan dalam berbagi informasi. Namun dengan kemudahan yang diberikan terkadang tidak diimbangi dengan pengetahuan dalam penggunaan sarana informasi elektronik dengan baik sehingga banyak pengguna yang tidak arif menggunakan sarana ini untuk membagikan konten yang muatannya akhirnya tidak mencerminkan sikap terpuji, seperti hal nya konten-konten yang bermuatan penghinaan dan atau pencemaran nama baik

Skripsi ini berjudul Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Yang Dilakukan Melalui Sarana Informasi Elektronik (Studi Putusan Reg.No.3006/Pid.Sus/2017/Pn.Mdn). Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah pertama adalah bagaimana pengaturan tindak pidana pencemaran nama baik di Indoenesia, kedua adalah bagaiamana pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana pencemaran nama baik yang dilakukan melalui sarana informasi elektronik serta ketiga adalah bagaimana penegakan hukum pada pelaku tindak pidana pencemaran nama baik berdasarkan putusan No.3006/Pid.Sus/2017/PN.Mdn. Rumusan masalah tersebut dikaji dengan metode penelitian hukum normatif dilakukan dengan cara meneliti bagian pustaka atau data sekunder.

Hasil penelitian sebagai jawaban atas permasalahan diatas adalah tindak pidana pencemaran nama baik diatur dalam KUHP dan UU. No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pada dasarnya pertanggungjawaban Pidana pada pelaku pencemaran nama baik harus memenuhi unsur pertanggungjawaban pidana. Keseluruhan unsur ini juga diterapkan pada Putusan No.3006 /Pid.Sus/2017/Pn.Mdn dan dijatuhan ancaman pidana berupa penjara dan denda.

Kata Kunci : Pencemaran nama baik, pertanggungajawaban pidana, informasi elektronik

* Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I

(4)

segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua saya, Ayah tercinta Bandawala Sebayang dan Mama tersayang Romatio Klara Nainggolan, karena kasih sayang dan cinta yang begitu besar sehingga menjadikan Penulis termotivasi untuk menyelesaikan studi dengan baik.

Skripsi ini merupakan tugas akhir bagi penulis sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan program studi S-1 pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan memilih judul : PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK YANG DILAKUKAN MELALUI SARANA INFORMASI ELEKTRONIK. (STUDI PUTUSAN Reg.No.3006/Pid.Sus/2017/PN.Mdn)

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis juga mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai penghargaan dan ucapan terima kasiah kepada semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan, saya menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. OK Saidin, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

6. Bapak Dr. M. Hamdan, S.H., M.H., selaku Ketua Departemen Hukum Pidana

7. Ibu Liza Erwina,S.H.,M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Pidana sekaligus Dosen Pembimbing I dan Bapak Mohammad Ekaputra,S.H.,M.Hum,selaku Dosen Pembimbing II, secara khusus penulis mengucapkan terimakasih karena yang berkenaan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.

8. Ibu Suria Ningsih, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah membimbing penulis selama menjalani studi di Fakultas Hukum selama berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh Dosen-Dosen di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mengajar dan memberikan ilmu yang terbaik, serta membimbing penulis selama menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Seluruh pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung segala urusan administrasi;

11. Almarhum. Drs. Esman Leander Ildofonsus Nainggolan, kakek penulis, terimakasih untuk kasih saying, dan seluruh motivasi yang telah diberikan.

12. Adik satu-satunya penulis, adik kesayanganku hasian kakak Irene Natalin Sebayang yang telah memberikan kasih sayang, perhatian dan doa serta

(6)

13. Bapak Uda Mikael Togatorop, S.H.,M.Hum dan keluarga yang telah memotivasi dan memberikan banyak nasihat selama masa perkuliahan penulis.

14. Adik-adik sepupuku tersayang, Vincentia Togatorop, Guido Togatorop, Gaudensius Togatorop, Guido Togatorop, Abigael Tarigan.

15. Sahabatku sejak SMP Silvia Roderani Hildasari Sembiring Milala atas doa dan dukungannya.

16. Sahabat-sahabat terbaikku, Kwartaria S.M. Gultom S.H., Elisabeth Mustika Situmorang, Yohannes Manalu, Regina Yaninta Tarigan S.H., Aru Malika Ginting S.H., Ruth Yosephine C. Malau, Raynaldo Divian Wendell, Yosi Krisman Tarigan S.H., Ezra Abiesa Tarigan S.H.

17. Ivan Giovani Sembiring Colia, S.H., yang telah memberikan banyak waktunya untuk memberikan perhatian, motivasi, dan doa..

18. Rekan-rekan Grup F yang telah menemani penulis dari semester awal sampai penulisan skripsi yang penulis kerjakan.

19. Rekan-rekan Komunitas Peradilan Semu (KPS) Fakultas Hukum USU yang senantiasa memberikan semangat dan serta pembelajaran kepada penulis dalam mengerjakan skripsi.

20. Orang-orang hebat yang tergabung dalam Delegasi NMCC Prof. Soedarto, terimakasih atas waktu berharga selama 5 bulan selama pemberkasan dan latihan sidang, terkhusus untuk sahabatku Reinhard Siahaan S.H dan Dicky J.H.,yang telah membantu penulis dalam menganalisa berbagai permasalahan dalam skripsi ini, sahabatku Sugita Girsang S.H., Yosafat

(7)

Ginting, Surya Baginda Sirait, Hera Vanesa, Sautmo Nipanta Berutu, Riah Saragih, Haposan Banjarnahor.

21. Abangda Samuel Marpaung S.H., Yudika Sormin,S.H., Andri Arfiansyah S.H, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

22. Rekan-Rekan yang tergabung dalam KMK. Fidelis Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara terkhusus pada Samuel Yoshua Sibarani, Fransiskus Tarihoran, Fandi Andremon S.H., Dewi Sari Sitinjak, Biva Vianney, Bella Anastasia, Wilona Sesilia, Perdana Maretta S.H., Olivia, Sahat Tua Debataraja, Averin.

23. Teman-teman di Seksi Dana Panitia Natal Fakultas Hukum USU 2018, Indriwati, Lidya Ginting, Astria Indriyanti, Devy, Yosua Sinaga, Imanuel Sinaga.

24. Rekan-Rekan yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Erkaliaga Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara terkhusus pada Isak Ropepin Sembiring, Tommy Aditia Sinulingga, Lavenia Eonike Surbakti, Sari Natalia Sitepu, Emmiya Brahmana, Ade Saka Bangun, Dewantara Sebayang,Esi Agnes Pencawan S.H., Imanuel Sembiring S.H, Jonatan Singarimbun S.H.,Abiezer Ginting, Yova Sukatendel, Sas R.

Tarigan S.H., Yosua Bangun, Matthew Bangun, Dea Karunia Tarigan.

25. Rekan-rekan satu atap, Ikatan Mahasiswa Hukum Pidana (IMADANA) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

26. Rekan-rekan bimbingan Bapak Dr. Mohammad Ekaputra, S.H.,M.Hum atas informasi serta dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan dapat mendapat berkat dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis juga memohon maaf kepada Bapak/Ibu dosen pembimbing, dan dosen penguji atas sikap dan kata yang tidak berkenan selama penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya serta penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Medan, 10 Februari 2019 Penulis

Ekinia Karolin Sebayang

(9)

Hal

Abstrak ... i

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Keaslian Penelitian ... 16

F. Tinjauan Kepustakaan... 17

1. Pertanggungjawaban Pidana ... 17

2. Pelaku Tindak Pidana ... 19

3. Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik ... 23

4. Informasi Elektronik ... 28

G. Metode Penelitian ... 29

H. Sistematika Penelitian ... 34

BAB II. PENGATURAN TENTANG TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK DI INDONESIA ... 36

A. Pengaturan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Lex Generalis) ... 36

B. Pengaturan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lex Specialis) ... 44 C. Keterkaitan Unsur Penghinaan pada Pasal 27 ayat (3)

Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang

(10)

BAB III. PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA

BAIK MELALUI SARANA INFORMASI

ELEKTRONIK ... 61

A. Pertanggungjawaban Pidana Menurut Doktrin ... 61

1. Kemampuan Bertanggungjawab ... 61

2. Kesalahan ... 65

a. Kesengajaan (dolus) ... 65

b. Kealpaan (culpa) ... 72

3. Tidak Ada Alasan Pemaaf ... 74

B. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Sarana Informasi Elektronik ... 78

1. Kemampuan Bertanggungjawab Pelaku Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Sarana Informasi Elektronik ... 78

2. Kesengajaan Sebagai Bentuk Kesalahan Pelaku Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Sarana Informasi Elektronik ... 82

3. Tidak Terdapat Alasan Pemaaf Untuk Mengahapus Kesalahan Pada Pelaku Tidak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Sarana Informasi Elektronik ... 85

BAB IV. PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELAUI SARANA INFORMASI ELEKTRONIK PADA PUTUSAN Reg. No.3006/Pid.Sus/2017/PN.Mdn ... 89

A. Kasus Posisi ... 89

1. Kronologi Kasus ... 89

2. Dakwaan ... 92

3. Tuntutan Pidana ... 92

4. Fakta-Fakta Hukum ... 95

(11)

No.3006/Pid.Sus/2017/PN.Mdn ... 109

1.Analisis Dakwaan ... 109

2.Analisis Tuntutan ... 116

3.Analisis Putusan ... 130

BAB V. KESIMPULAN & SARAN ... 151

A. Kesimpulan ... 151

B. Saran ... 153

DAFTAR PUSTAKA

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat lepas dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi dan bergaul dengan orang lain. Manusia sebagai makhuk sosial membutuhkan interaksi dengan sesamanya untuk berbagi rasa, bertukar pikiran dan kehendak, baik secara langsung maupun tidak langsung, verbal dan nonverbal. Hal ini secara alami tertanam dalam setiap individu, dan secara alami dilakukan pula sejak lahir.

Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik secara individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat komunikasi adalah bentuk dari proses pernyataan antar manusia.1

“Tidak ada satupun manusia yang dapat hidup tanpa komunikasi dan interaksi dengan manusia lainnya” merupakan pernyataan yang sering didengar dalam hubungannya dengan komunikasi. Pernyataan bahwa seseorang tidak dapat untuk tidak dapat berkomunikasi ini menunjukkan bahwa komunikasi adalah suatu hal yang penting dan merupakan suatu hal yang penting dan merupakan bagian yang melekat pada setiap manusia. Komunikasi tersebut merupakan suatu cara bagaimana kita dapat berinteraksi dengan pihak lain, baik individu, kelompok, maupun organisasi. Dengan kata lain interaksi sangat dibutuhkan oleh manusia.

1Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 18.

(13)

Interaksi merupakan langkah awal seseorang untuk bisa mengenal orang lain. Sekedar tegur sapa dan salam merupakan suatu interaksi yang baik dengan orang lain.2 Hal ini memancing orang lain untuk berinteraksi dengan orang yang menegur terlebih dahulu. Interaksi biasanya terjadi pada siapa saja, tidak hanya orang-orang yang dikenal saja. Dari interaksi sosial seseorang bisa membina hubungan sosial dengan orang lain. Oleh karena itu, interaksi merupakan langkah awal bagi seseorang untuk membina hubungan sosial.

Dalam sebuah proses interaksi manusia itu sendiri membutuhkan adanya komunikasi. Komunikasi dibutuhkan dengan tujuan adanya pertukaran informasi antar individu dan kelompok. Arus moderenisasi dan globalisasi tentunya juga membutuhkan peranan dari komunikasi antar individu-individu yang ada dalam sebuah negara sebagai duta yang bertugas umtuk membagikan informasi tersebut.

Adapun komunikasi yang dilakukan tidak hanya berupa komunikasi konvensional. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi seperti internet atau media online telah banyak memberikan kemudahan bagi manusia terutama dalam melangsungkan aktivitas komunikasi atau pertukaran informasi sehingga dapat menunjang terhadap kehidupan yang semakin praktis, efisien dan dinamis.3

Dewasa ini perkembangan teknologi kian berkembang pesat, terutama perkembangan teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi sudah berkembang jauh dibanding dengan teknologi komunikasi masa dulu. Seiring

2Suparlan ,Menjadi Guru Efektif Melalui Interaksi,(Yogyakarta : Hikayat, 2015),hlm . 19.

3Waluya,“Media Sosial Sebagai Ajang Pertukaran Informasi Serta Dampak Positif dan Negatifnya,Kompasiana Beyond Blogging, https://www.kompasiana.com/waluya.2014, diakses pada tanggal 25 Desember 2018, pukul 23.11 WIB.

(14)

pesatnyaperkembangan teknologi informasi, keterbukaan informasi pun kian merambah pesat sejalan dengan kebutuhan masyarakat.

Informasi merupakan inti globalisasi, khususnya bagi negara-negara yang berambisi membangun dan mewujudkan perubahan.4 Salah satu cara untuk mendapatkan informasi pada era globalisasi ini melalui internet. Era globalisasi ini ditandai dengan hadirnya masyarakat informasi (information society) yang memanfaatkan teknologi internet dalam berbagai aktivitas keseharian.5

Keterbukaan informasi semakin dibutuhkan oleh masyarakat, kemajuan di bidang teknologi informasi, media elektronika dan globalisasi terjadi hampir di semua bidang kehidupan. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet dapat dioperasikan dengan menggunakan media elektronik seprti komputer atau handphone.6

Dengan adanya kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi dan informasi yaitu dengan munculnya internet memungkinkan terjadinya revolusi informasi, menjadikan informasi berada dimana-mana dan dapat diakses darimanapun juga sehingga dijamin manusia tak kekuragam informasi. 7 Kehadiran internet sebagai media baru (new media) yang semakin hari semakin dimanfaatkan kalangan masyarakat luas dari berbagai lapisan untuk berkomunikasi, kemudian lahirlah istilah baru yang sering disebut media sosial.

4Faizin Sulistio,Cybercrime: Masalah Konsepsi dan Penegakan Hukumnya dalam buku Hukum Pidana Dalam Perspektif, (Bali : Pustaka Larasan,), hlm. 125.

5 Danrivanto Budhijanto , Revolusi Cyberlaw Indonesia Pembaruan dan Revisi UU ITE 2016, (Bandung: Refika Aditama), hlm. 133.

6Dikdik M. Arif Mansyur dan Elisatris Gultom, CYBER LAW Aspek Hukum Teknologi Informasi, (Bandung : PT. Refika Aditam,2005),hlm. 3.

7Akbar, Panduan Cepat Menguasai Teknologi, (Yogyakarta : PT.Gava Media, 2006), hlm. 16.

(15)

Media sosial dalam hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari media online dimana penggunanya dapat melakukan interaksi secara mudah untuk berpartispasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog,jejaring sosial, wiki, dan dunia virtual. Jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content (konten yang dihasilkan pengguna).8

Teknologi informasi diyakini membawa keuntungan yang besar bagi negara-negara di dunia.9 Setidaknya ada dua keuntungan yang dibawa dengan keberadaan teknologi informasi. Pertama, teknologi informasi mendorong permintaan atas produk-produk teknologi informasi itu sendiri. Kedua, memudahkan transaksi bisnis keuangan di samping bisnis-bisnis lainnya.10Kedua keuntungan tersebut di atas menegaskan telah terjadi perubahan pola transaksi dan pola bersosialisasi masyarakat, dari cara yang konvensional ke cara elektronik yang lebih efektif dan efisien.

Selain itu, kemajuan teknologi juga mempermudah dan mempercepat komunikasi secara elektronik di dalam satu negara, bahkan juga antar negara.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia dapat diketahui hanya dalam hitungan

8Wikipedia, “Media Sosial”,https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial, diakses pada tanggal 26 Desember 2018,pukul 11.23 WIB.

9Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime) UrgensiPengaturan dan Celah Hukumnya, (Depok : PT. Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 1.

10 Agus Raharjo, Cybercrime: Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 1.

(16)

menit melalui jaringan internet. Transfer uang antar bank dengan mengunakan e- cash dari dalam negeri ke luar negeri dapat dilakukan lebih cepat.

Dalam lima tahun terakhir pengguna internet di dunia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data We Are Social dan Hootsuite mencatat penduduk bumi yang telah terkoneksi dengan internet pada 2018 mencapai empat miliar dibanding posisi 2014 baru mencapai 2,4 miliar orang. Angka tersebut menunjukkan tingkat penetrasi internet telah mencapai 52,96% dari total populasidunia yang mencapai 7,59 miliar jiwa. Pada 2014, penetrasi global baru mencapai 35 % dari total populasi.11

Survey juga menunjukkan bahwa lebih dari separuh pengguna internet mengakses internet dengan menggunakan peralatan yang dapat dibawa atau mobile yaitu smartphone atau perangkat gengam lainnya dan laptop, statistiknya sebagai berikut : 67,2 juta orang atau 50,7 persen mengakses melalui perangkat genggam dan komputer, 63,1 juta orang atau 47,6 persen mengakses dari smartphone, 2,2 juta orang atau 1,7 persen mengakses hanya dari komputer.12

Kenaikkan jumlah pengguna internet ini akan terus bertambah diseluruh belahan dunia. Kedepannya di prediksi setiap orang didunia akan terhubung lewat internet. Kenaikkan jumlah pengguna internet ini dikarenakan semakin banyaknya aplikasi yang tersedia di internet yang dapat mempermudah dalam kegiatan sehari hari. Sehingga menarik masyarakat untuk menggunakannya.

11 Data Dkatada pengguna Internet Dunia Tahun

2018https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/07/23/4-miliar-penduduk-bumi-telah- terkoneksi-internet, diakses pada tanggal 26 Desember 2018, pukul 14.03 WIB.

12 Artikel Bina Nusantara, “Statistik Kejahatan Internet”, https://mti.binus.ac.id/2017/06/08/statistik-kejahatan-di-internet/, diakses pada tanggal 26 Desember 2018,pukul 14.20 WIB.

(17)

Seiring dengan meningkatnya jumlah aplikasi di internet dan jumlah pengguna internet, maka meningkat pula kejahatan yang menggunakan internet.

Semakin beragam aplikasi yang ada di internet semakin beragam pula kejahatan yang ada di internet. Kejahatan yang paling banyak dilakukan pada saat ini adalah dengan melalui websites dan jejaring sosial.

Keterbukaan informasi semakin dibutuhkan oleh masyarakat dunia dan tidak terkecuali Negara Inidonesia. Kemajuan di bidang teknologi informasi, media elektronika dan globalisasi terjadi hampir di semua bidang kehidupan.

Kemajuan teknologi yang ditandaidengan munculnya internet dapat dioperasikan dengan menggunakan media elektronik seprti komputer atau handphone juga sudah dapat dirasakan oleh pengguna di Indonesia.

Jumlah pengguna internet tahun 2017 sampai Januari 2018 telah mencapai 143,26 juta jiwa atau setara dengan 54,68 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Jumlah tersebut menunjukan kenaikan sebesar 10,56 juta jiwa dari hasil survei pada tahun 2016. Demikian diumumkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) setelah melakukan survei penetrasi dan perilaku pengguna internet di Indonesia.13Hal ini berarti bahwa separuh jumlah penduduk Indonesia di setiap harinya berselancar dan menjelajahi dunia maya. Yang berarti pula pada setiap menit, bahkan setiap detik pengguna Internet di Indonesia saling berinteraksi. Baik itu interaksi sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya, bisnis, keamanan, dan sebagainya.

13APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), Statistik Pengguna Internet Indonesia Tahun 2016), http://isparmo.web.id/2017/11/21/data-statistik-pengguna- internetindonesia-2016/, diakses dari pada tanggal 26 Desember 2018 Pukul 15.27 WIB

(18)

Interaksi tersebut dapat melalui onlineshop, Bisnis personal, media sosial,mailing list, e-mail (Surat elektronik), Vlog, dan sebagainya. Sosial media secara bisa diartikan sebagai situs yang menyediakan wadah bagi penggunanya untuk saling berinteraksi secara online. Di media sosial kita bisa saling berinteraksi dengan pengguna lain, atau bahkan menjalin hubungan bisnis dengan orang dari berbagai kalangan.

Dalam 1 (satu) perangkat smartphone atau komputer bisa terdapat berbagai macam software atau perangkat lunak yang memberikan fasilitas akses ke media sosial, diantaranya ialah twitter, facebook, instagram, path, ask.fm, pinterst dan sebagainya. Disamping itu juga, terdapat pula berbagai media chatting yang juga terdapat layanan media sosial didalamnya yang kerap digunakan para pengguna smartphone atau komputer, misalnya Line, whatsapp, Blackberry Massanger, dan sebagainya.14

Berdasarkan data perilaku pengguna internet berdasarkan konten yang dikunjungi menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun2017 konten komersial yang paling sering dikunjungi yakni onlineshop sebesar 82,2 Juta dan konten media sosial yang sering dikunjungi yakni facebook sebesar 71,6 Juta, kemudian disusul instagram sebesar 19,9 Juta, YouTube 14,5 Juta, Google+ 7,9 Juta, Twitter 7,2 Juta, dan Linkedin 796 Ribu.15

Sayangnya, tidak seluruh pengguna perangkat canggih tersebut memiliki itikad baik dalam menggunakan perangkat tersebut, ada yang hanya sekedar iseng untuk menuliskan sesuatu di laman miliknya, atau ingin bertukar cerita dengan

14 Bagus Cilik, “Inilah macam-macam sosial media yang populer di Dunia”, Sarungpreneur, http://sarungpreneur.com/inilah-macam-macam-sosial-media-yang-populer-di- dunia, diakses pada tanggal 26 Desember 2018, pukul 17.16 WIB.

15APJII, Op.Cit

(19)

orang terdekat, atau bahkan menggunakannya guna media pencemaran nama baik atau penghinaan kepada orang lain.Perbuatan hukum di dunia maya merupakan fenomena yang sangat mengkhawatirkan mengingat tindakan perjudian, penipuan, terorisme, penyebaran informasi destruktif telah menjadi bagian aktifitas pelaku kejahatan di dunia maya. Dunia maya tersebut seperti memiliki dua sisi yang sangat bertolak belakang. Di satu sisi internet mampu memberikan manfaat dan kemudahan bagi para penggunanya terutama dalam hal informasi dan komunikasi. Namun di sisi lain dampak negatifdan merugikan juga dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh para pelaku yang kurang bertanggung jawab

Kemajuan teknologi informasi (internet) dan segala bentuk manfaat di dalamnya membawa konsekuensi negatif di mana semakin mudahnya penjahat melakukan aksinya yang semakin merisaukan masyarakat. Penyalahgunaan yang terjadi daam cyber space inilah yang kemudian dikenal dengan cyber crime atau dalam literatur lain digunakan istilah computer crime. Cyber crime disisi lain, bukan hanya menggunakan kecanggihan teknologi komputer, akan tetapi juga melibatkan teknologi telekomunikasi di dalam pengoperasiannya.16

Seiring dengan perkembangan teknologi, maka kejahatan pun berkembang mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Jika dahulu orang hanya bisa melakukan penghinaan dan pencemaran nama baik lewat tulisan surat atau perkataan lisan, sekarang dengan adanya internet seseorang juga bisa melakukan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik melalui internet.

Salah satu kasus yang marak terjadi akhir-akhir ini dilingkungan sekitar kita adalah pencemaran nama baik. Peristiwa ini dapat menimpa kepada siapa

16Maskun,S.H.,LLM,Kejahatan siber Cyber Crime, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2016) hlm.88

(20)

saja, kapan pun dan dimana pun. Publik figur seperti tokoh masyarakat, selebritas, rakyat bisa juga menjadi korbannya. Kasus ini juga terjadi dimasyarakat, tetapi juga terjadi didunia maya yakni berbagai sosial media seperti facebook dan twiter.

Pencemaran nama baik adalah tindakan mencemarkan nama baik seseorang dengan cara menyatakan sesuatu, baik melalui lisan ataupun tulisan.

Secara lisan yaitu pencemaran nama baik yang diucapkan, contohnya dengan sengaja menuduh secara langsung tanpa ada bukti sehingga menyebabkan diketahui secara umum. Secara tertulisan yaitu pencemaran yang dilakukan melalui tulisan, contohnya menyebar luaskan tulisan atau gambar sehingga menyangkut pencemaran nama baik.17

Belakangan marak diberitakan tentang tuduhan pencemaran nama baik oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis dimailing list (milis), meneruskan (forward) email, melaporkan korupsi,memberitakan peristiwa di media, mengungkapan hasil penelitian, serta sederet tindakan lainnya.

Padahal setiap orang memiliki rasa harga diri mengenai kehormatan dan nama baiknya.18Oleh sebab itu, dalam hal ini negara melalui peraturan perundang- undangan berupaya untuk memberikan perlindungan terhadap kehormatan dan nama baik setiap individu dalam masyarakat. Peraturan perundang-undangan mengistilahkannya sebagai penghinaan. Terkait dengan tindak pidana penghinaan, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengistilahkannya sebagai penghinaan umum dan khusus.

17 Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, Hukum Pidana, (Jakarta : Kencana, 2014), hlm.

191.

18 Reydi Vridell Awawangi,Pencemaran Nama Baik dalam KUHP dan Menurut UU No.

11Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Lex Crimen Vol. III/No. 4/ Ags- Nov/2014, hlm. 113.

(21)

Kasus-kasus pencemaran nama baik banyak menyerang dan dilakukan oleh banyak pihak. Kasus ini pun tidak hanya dilakukan dan menimpa masyarakat awam, namun dapat juga dialami oleh para pejabat yang menduduki kursi di roda pemerintahan di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa hadirnya fenomena pencemaran nama baik tidak memandang kelas dan status dari korban maupun pelakunya.

Hal demikian tentunya menjadi permasalahan yang cukup pelik hukum.

Baru-baru ini pun tersiar kabar bahwa ada modus penghinaan dan ujaran kebencian melalui perantaraan orang lain yang dikenal dengankelompok saracen. 19 Saracen sendiri merupakan sekelompok orang yangbekerjasama membentuk sindikat yang menyediakan jasa layanan untukmenyebarkan ujaran kebencian (hate speech) yang mana dapat menghancurkan karakter seseorang.

Namun tidak jarang pula permasalahan ini dilakukan oleh orang- perorangan bukan dalam bentuk sindikat. Hal ini disebabkan oleh kemudahan akses internet yang dapat dilakukan melalui media elektronik seperti komputer dan telepon genggam. Dimana alat yang mempermudah komunikasi dan pendistribusian informasi sudah diperjualbelikan secara komersial dan dapat dimiliki oleh siapa saja. Sehingga banyak ketidaktahuan pengguna dari media elektronik dan media sosial ini dalam menggunakan kemudahan dalam berbagi informasi. Sehingga tidak jarang banyak sekali diantara pengguna ini yang akhirnya terjerat kasus-kasus pencemaran nama baik karena tidak sadar dan kurang peka terhadap informasi maupun konten yang di post ke dalam media sosial nya.

19 Rezki Apriliya Iskandar, “Telusuri Jejak Digital Saracen, Polisi Temukan Ini”, Liputan 6, http://news.liputan6.com/read/3086423/telusuri-jejak-digital-saracen-polisi-temukan-ini, diakses pada tanggal 26 Desember 2018,pukul 19.00 WIB.

(22)

Di Indonesia, masalah dari cyber crime seperti pencemaran nama baikjuga bisa dikatakan mulai diperhatikan sebagai suatu masalah yang serius. Dengan masuknya Indonesia ke dalam era globalisasi, khususnya dalam hal hubungannya dengan dunia cyber, berbagai bidang kehidupan masyarakat Indonesia mulai mendapatkan pengaruh dari dunia cyber tersebut. Oleh karenanya tidaklah mengherankan bila mulai bermunculan kasus-kasus kejahatan yang berhubungan pula dengan dunia cyber tersebut.20

Pada masa-masa awal munculnya berbagai kasus yang berkaitan dengan cyber crime di Indonesia, masalah ini merupakan masalah yang sangat sulit ditangani oleh Indonesia. Sebagai suatu negara yang masih baru dalam memasuki dunia cyber crime, pengaturan terhadap tindakan-tindakan yang berhubungan dengan masih terdapat banyak kelemahan, terlebih pada penginformasian dan sosialisasi UU ITE pada masyarakat.

Sebagaimana yang telah terjadi belakangan ini, muncul berbagai kasus dengan tuduhan penghinaan/ pencemaran nama baik. Berbagai kasus tersebut berujung pada pelaporan ke polisi, tindakan penahanan dan pemenjaraan. Kasus- kasus ini temasuk dalam Cyber crime karena terjadi dalam konteks penyebaran informasi melalui sarana informasi elektronik. Selain berujung pada tindakan penahanan, konsekuensi lain yang muncul juga terjadi berupa pengajuan gugatan pada pengadilan dan permintaan maaf serta ancaman pengeluaran dari institusi tempat bekerja atau sekolah. Setidaknya tercatat ada 71 kasus pengguna internet

20 Kompas, “Kejahatan Cyber”,http://tekno.kompas.com/read /2017/07/24/07303570/

kejahatan. cyber.tinggi.polisi.menerima.laporan.dari.17.negara, diakses pada tanggal 27 Desember 2018,pukul 19.58 WIB.

(23)

yang dijerat dengan Pasal 27 ayat (3) UU ITE, sejak Undang-Undang diberlakukan, dan tahun 2014 adalah jumlah kasus tertingi, yaitu 40 kasus.21

Banyak kasus-kasus pencemaran nama baik yang terjadi di Indonesia, seperti kasus Kasus Prita Mulyasari yang diadukan oleh Rumah Sakit Omni Internasional terkait pencemaran nama baik yang dilakukan Prita melalui internet.Pada Agustus 2014, kita mendengar kasus Florence Saulina Sihombing yang menulis makian kepada warga Yogyakarta di media sosial Path dan dilaporkan oleh sejumlah aktivis.Akhirnya kedua kasus tersebut dibawa ke ranah hukum dimana pasal yang diancamkan kepada Prita dan Florence yaitu pasal 27 ayat (3) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008.

Bertolak dari kedua kasus tersebut dan berbagai kasus lainnya yang menyangkut penghinaan dan pencemaran nama baik. Pada Agustus 2017,Ringgo alias Farhan pria asal Medan berumur 18 tahun ditangkap polisi karena diduga menghina Presiden Joko Widodo dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian di media sosial. Akun Facebook Ringgo Abdillah jadi perbincangan di media sosial karena kerap menghina Presiden Joko Widodo. Merasa kebal dan aman, ia sering menantang polisi agar menangkap dirinya. Nama pada akun tersebut bukanlah nama sesungguhnya. Pemilik akun yakni bernama Muhammad Farhan Balatif.22

Farhan mengakses akun Facebook atas nama Ringgo Abdillah yang bukan merupakan akun kepemilikan atas namanya sendiri. Akun tersebut didapatkan Farhan melalui tindakan pishing atau memancing pemilik akun Facebook untuk

21“ICT: 71 Kasus Pidana Akibat Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang ITE http://nasional.tempo.co/read/news/2014/11/16/058622226/ICT-71-Kasus-Pidana-Akibat-UU-ITE, diakses pada tanggal 27 Desember 2018,pukul 20.30 WIB.

22Jefris Santama,”Diperiksa Polisi, Kondisi 'Ringgo yang Hina Jokowi dan Kapolri Baik”, https://news.detik.com/berita/d-3606292/diperiksa-polisi-kondisi-ringgo-yang-hina-jokowi-dan-kapolri-baik, diakses pada tanggal 28 Desember 2018, pukul 22.56 WIB.

(24)

memberi informasi dan kata sandi pemilik Facebook, dan secara otomatis Farhan akan mendapat informasi sandi pemilik akun, dan akhirnya Farhan dapat mengakses akun tersebut. Hal ini dilakukan Farhan dengan mengambil jaringan wi-fi tanpa seijin pemiliknya.

Dalam akun Facebook yang telah dibajak olehnya, Farhan banyak memposting konten yang bermuatan penghinaan dan pencemaran nama baik kepada Pejabat Negara yaitu Presiden Joko Widodo dan Kapolri Jenderal. Tito Karnavian. Dalam konten tersebut Farhan juga menantang Kepolisian untuk menangkap dirinya dan mengejek eksistensi Undang-Undang No.11 Tahun 2018 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Menurutnya, konten konten yang telah dia sebarkan tidak akan mampu membawa dia ke ranah hukum.

Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk menganalisis penerapan ketentuan hukum serta pertanggungjawaban pidana mengenai penghinaan dan/atau pencemaran nama baik di internet. Dalam hal ini, analisis dilakukan dengan memberikan anotasi atau catatan terhadap berkas perkara pada kasus penghinaan dengan terdakwa Farhan alias Ringgo Abdillah membuat Farhan harus ditahan dan menjalani proses persidangan karena dituduh melanggar Pasal 27 ayat (3) j.o.

pasal 45 ayat (1) Undang–Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul : Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Yang Dilakukan Melalui Sarana Informasi Elektronik. (Studi Putusan Reg.No.3006/Pid.Sus/2017/Pn.Mdn).

(25)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaturan tindak pidana pencemaran nama baik yang dilakukan melalui sarana informasi elektronik di Indonesia?

2. Bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana pencemaran nama baik melalui sarana informasi elektronik?

3. Bagaimana penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana pencemaran nama baik melalui sarana informasi elektronik berdasarkan putusan No.3006/Pid.Sus/2017/PN.Mdn?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada maka dapat diketahui tujuan penulisan hukum ini, sebagai berikut:

1. Tujuan Subyektif

Tulisan ini dibuat sebagai tugas akhir guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan merupakan sebuah karya ilmiah yang bermanfaat bagi perkembangan hukum di Indonesia khususnya bidang hukum yang mengatur tentang Tindak Pidana Pencemaran Nama baik di dunia maya.

2. Tujuan Obyektif

Sesuai permasalahan di atas, adapun tujuan penulisan skripsi ini antara lain adalah :

a. Untuk mengetahui Pengaturan Pidana Mengenai Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Dalam Hukum Pidana Di Indonesia

(26)

b. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana pelaku Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik yang dilakukan melalui saran informasi elektronik.

c. Untuk mengetahui penerapan sistem pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana pencemaran nama baik melalui Putusan Pengadilan Negeri Medan Reg : No.3006/Pid.Sus/2017/Pn.Mdn.

D. Manfaat Penelitan

Adapun yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini tidak dapat dipisahkan dari tujuan penulisan yang telah diuraikan di atas, yaitu :

1. Secara Teoritis

Penulis berharap penulisan ini akan menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang hukum pidana pada umumnya dan tentang Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik pada khususnya, sehingga penulisan skripsi ini dapat menjadi bahan masukan bagi mahasiswa serta dapat memperluas dan menambah pengetahuan mengenai hukum pidana pada umumnya dan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik pada khususnya.

2. Secara Praktis

a. Untuk dijadikan sebagai pedoman dalam rangka menambah pengetahuan masyarakat tentang kejahatan yang dilakukan di dunia maya seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini.

b. Untuk memberikan masukan bagi masyarakat dan kalangan praktisi hukum demi menambah wawasan tentang kejahatan pencemaran nama baik melalui sarana informasi elektronik.

(27)

c. Untuk menumbuhkan kesadaran hukum di kalangan masyarakat, khususnya bagi para pelaku tindak pidana pencemaran nama baik agar dapat meminimalisir terjadinya kejahatan tersebut di Indonesia.

E. Keaslian Penelitian

Penulisan ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari penulis sendiri yang berasal dari literatur serta studi putusan dan berdasarkan masukan dari berbagai pihak guna membantu penulisan dimaksud. Berdasarkan penelusuran dan pemeriksaan yang telah dilakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, tidak ditemukan judul yang sama dengan skripsi-skripsi yang ada di dalam arsip perpustakaan tentang PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK YANG DILAKUKAN MELALUI SARANA INFORMASI ELEKTRONIK.

(STUDI PUTUSAN REG.NO.3006/PID.SUS/2017/PN.MDN) A.N. EKINIA KAROLIN SEBAYANG.Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sehingga tulisan ini asli atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan skripsi Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara serta skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan keasliannya.Namun ada beberapa skripsi yang mengangkat tentang tindaik pidana pencemaran nama baik, tetapi ditinjau dari segi yang berbeda. Adapun skripsi yang terlebih dahulu mengangkat tentang tindak pidana pencemara nama baik pencemaran nama adalah :

Togi Robson Sirait, 2012 dengan judul penelitianKeabsahan Informasi pada Media Sosial sebagai Alat Bukti dalam Pembuktian Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun

(28)

2008. Penelitian ini lebih tersebut lebih terfokus pada proses serta pembuktian pada kasus Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Pertanggungjawaban Pidana

Dalam pertanggungjawaban pidana, terdapat dua pandangan, yaitu pandangan yang monistis dan pandangan yang dualistis. Pandangan yang monistis dikemukakan oleh Simon yang merumuskan strafbaar feit sebagai suatu perbuatan yang oleh hukum diancam dengan hukuman, bertentangan dengan hukum, dilakukan oleh seorang yang bersalah dan orang itu dianggap bertanggungjawab atas perbuatannya.23

Menurut aliran monistis, unsur-unsur strafbaar feit itu meliputi baik unsur perbuatan, yang lazim disebut sebagai unsur objektif maupun unsur pembuat yang lazimnya dinamakan unsur subjektif. Oleh karena itu, disatukannya unsur perbuatan dan unsur pembuatnya maka dapat disimpulkan bahwa strafbaar feit adalah sama dengan syarat-syarat penjatuhan pidana, sehingga seolah-olah dianggap bahwa jika strafbaar feit terjadi maka sudah pasti pelakunya dapat dipidana.24

Pandangan dualistis pertama kali digunakan oleh Herman Kontorowics, dimana beliau menentang kebenaran pendirian mengenai kesalahan yang ketika itu berkuasa yang oleh beliau dinamakan “objektive schuld”, oleh karena kesalahan disitu dipandang sebagai sifat daripada kelakukan (merkmal del

23Lamintang, P.A.F, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung:Citra Aditya Bakti, 1997), hlm.185.

24Ibid, hlm. 64

(29)

handlung).25Pandangan dualistis memisahkan antara perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana. Menurut pandangan dualistis, tindak pidana hanya mencakup criminal act sedangkan criminal responsibility tidak menjadi unsur tindak pidana, oleh karena itu untuk menyatakan sebuah perbuatan sebagai tindak pidana cukup dengan adanya perbuatan yang dirumuskan oleh undang-undang yang memiliki sifat melawan hukum tanpa adanya suatu dasar pembenar.26

Elemen terpenting dari pertanggungjawaban pidana adalah kesalahan.

Dengan unsur kesalahan, pelaku tindak pidana tidak semua dapat dijatuhi pidana, hal ini sesuai dengan asas pertanggungjawaban dalam hukum pidana adalah “geen straf zonder schuld; Actus non facit reum nisi mens sit rea” yang artinya tidak dipidana jika tidak ada kesalahan.Asas ini tidak terumuskan dalam hukum tertulis tapi dalam hukum yang tak tertulis yang juga di Indonesia berlaku27.

Roeslan Saleh berpendapat bahwa, pertanggungjawaban pidana diartikan sebagai diteruskannya celaan yang objektif yang ada pada perbuatan pidana dan secara subjektif yang memenuhi syarat untuk dapat dipidana karena perbuatannya itu. Dasar untuk adanya perbuatan pidana adalah asas legalitas sedangkan dasar dapat dipidananya suatu perbuatan adalah asas kesalahan. Ini berarti bahwa pelaku perbuatan pidana hanya akan dipidana jika ia mempunyai kesalahan dalam melakukan perbuatan pidana tersebut. Kapan seseorang dikatakan mempunyai kesalahan menyangkut pada pertanggungjawaban pidana.

Oleh karena kesalahan merupakan penentu dalam menentukan pertanggungjawaban pidana dari pelaku tindak pidana. Maka untuk menentukan adanya kesalahan seseorang harus memenuhi beberapa unsur, yaitu :

25Ibid

26 Lamintang, Loc.cit.

27Marhus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta:Sinar Grafika, 2011), hlm. 155.

(30)

a. Adanya kemampuan bertanggung jawab pada si pembuat;

b. Hubungan batin antara si pembuat dengan perbuatannya yang berupa kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa) yang disebut sebagai bentuk kesalahan;

c. Tidak ada alasan penghapusan kesalahan atau tidak ada alasan pemaaf.28

2. Pelaku Tindak Pidana

Pelaku Tindak Pidana adalah orang yang melakukan tindak pidana yang bersangkutan, dalam arti orang yang dengan suatu kesengajaan atau suatu

\tidak sengajaan seperti yang diisyaratkan oleh Undang-Undang telah menimbulkan suatu akibat yang tidak dikehendaki oleh Undang-Undang, baik itu merupakan unsur-unsur subjektif maupun unsur-unsur obyektif, tanpa memandang apakah keputusan untuk melakukan tindak pidana tersebut timbul dari dirinya sendiri atau tidak karena gerakkan oleh pihak ketiga.29

Pelaku tindak pidana (dader) menurut doktrin adalah barang siapa yang melaksanakan semua unsur-unsur tindak pidana sebagaimana unsur-unsur tersebut dirumuskan di dalam undang-undang menurut KUHP. Seperti yang terdapat dalam pasal 55 (1) KUHP yang berbunyi :

(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana

1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan.

2. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.

28Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana:Dua Pegertian Dasar Dalam Hukum Pidana,(Jakarta:Centra, 1998), hlm. 57.

29E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi. Op.Cit, hlm.338.

(31)

Sebagaimana diatur dalam pasal 55 KUHP (1) diatas, bahwa pelaku tindak pidana itu dibagi dalam 4 (empat) golongan :30

1. Orang Yang Melakukan Tindak Pidana (plager)

Dari berbagai pendapat ahli dan dengan pendekatan praktik dapat diketahui bahwa untuk menentukan seseorang sebagai yang melakukan (plager) pembuat pelaksana tindak pidana secara penyertaan adalah dengan 2 kriteria:

a) Perbuatannya adalah perbuatan yang menentukan terwujudnya tindak pidana.

b) Perbuatannya tersebut memenuhi seluruh unsur tindak pidana.

2. Orang Yang Menyuruh Orang Lain Untuk Melakukan Tindak Pidana ( doen plager )

Undang-undang tidak menjelaskan tentang siapa yang dimaksud dengan yang menyuruh melakukan itu. Untuk mencari pengertian dan syarat untuk dapat ditentukan sebagai orang yang melakukan ( doen plager), pada umumnya para ahli hukum merujuk pada keterangan yang ada dalam MvT WvS Belanda, yang berbunya bahwa :

“yang menyuruh melakukan adalah dia juga yang melakukan tindak pidana, tapi tidak secara pribadi melainkan dengan perantara orang lain sebgai alat di dalam tangannya apabila orang lain itu melakukan perbuatan tanpa kesengajaan, kealpaan atau tanpa tanggung jawab, karena sesuatu hal yang tidak diketahui, di sesatkan atau tunduk pada kekerasan”

a. Orang lain sebagai alat di dalam tangannya

30Ibid, hlm.339

(32)

Yang dimaksud dengan orang lain sebagai alat di dalam tangannya adalah apabila orang/pelaku tersebut mempererat orang lain untuk melakukan tindak pidana. Karena orang lain itu sebagai alat, maka secara praktis pembuat penyuruh tidak melakukan perbuatan aktif. Dalam doktrin hukum pidana orang yang diperalat disebut sebagai manus ministra, sedangkan orang yang memperalat disebut sebgai manus domina atau juga disebut sebagai middelijke dader ( pembuat tindak pidana langsung) Ada tiga konsekuensi logis, terhadap tindak pidana yang dilakukan dengan cara memperalat orang lain :

1) Terwujudnya tindak pidana bukan disebabkan langsung oleh pembuat penyuruh, tetapi oleh perbuatan orang lain ( manus ministra )

2) Orang lain tersebut tidak bertanggung jawab atas perbuatan yang pada kenyataannya telah melahirkan tindak pidana

3) Manus ministra ini tidak boleh dijatuhi pidana, yang dipidana adalah pembuatan penyuruh.

b. Tanpa kesengajaan atau kealpaan

Yang dimaksud dengan tanpa kesengajaan atau tanpa kealpaan adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang yang disuruh ( manus ministra ) tidak dilandasi oleh kesengajaan untuk mewujudkan tindak pidana, terjadinya tindak pidana bukan karena adanya kealpaan, karena sesungguhnya inisiatif perbuatan datang dari pembuat penyuruh,demikian juga niat untuk mewujudkan tindak pidana itu hanya berada pada pembuata penyuruh ( doen plager ).

c. Karena tersesatkan

Yang dimaksud dengan tersesatkan disini adalah kekeliruan atau kesalah pahaman akan suatu unsur tindak pidan yang disebabkan oleh pengaruh

(33)

dari orang lain dengan cara yang isinya tidak benar, yang atas kesalah pahaman itu maka memutuskan kehendak untuk berbuat. Keadaan yang menyebabkan orang lain itu timbul kesalah pahaman itu adalah oleh sebab kesenjangan pembuat penyuruh sendiri.

d. Karena kekerasan

Yang dimaksud dengan kekerasan (gaweld) di sini adalah perbuatan yang dengan menggunakan kekerasan fisik yang besar, yang ditujukan pada orang, mengakibatkan orang itu tidak berdaya. Dari apa yang telah diterangkan di atas maka jelaslah bahwa orang yang disuruh melakukan tidak dapat dipidana. Di dalam hukum orang orang yang disuruh melakukan ini dikategorikan sebagai manus ministra, sementara orang menyuruh melakukan dikategorikan manus domina.

3. Orang yang turut melakukan tindak pidana ( mede pleger )

KUHP tidak memberikan rumusan secara tegas siapa saja yang dikatakan turut melakukan tindak pidana, sehingga dalam hal ini menurut doktrin untuk dapat dikatakan turut melakukan tindak pidana harus memenuhi dua syarat :

a) Harus adanya kerjasama fisik

b) Harus ada kesadaran bahwa mereka satu sama lain bekerjasama untuk melakukan tindak pidana.

4. Orang yang dengan sengaja membujuk atau menggerakan orang lain untuk melakukan tindak pidana (uit lokken) syarat-syarat uit lokken :

a) Harus adanya seseorang yang mempunyai kehendak untuk melakukan tindak pidana.

(34)

b) Harus ada orang lain yang digerakan untuk melakukan tindak pidana

c) Cara menggerakan harus menggunakan salah satu daya upaya yang tersebut di dalam Pasal 55(1) sub 2e (pemberian, perjanjian, ancaman, dan lain sebagainya)

d) Orang yang di gerakan harus benar-benar melakukan tindak pidana sesuai dengan keinginan orang yang menggerakan.

Ditinjau dari sudut pertanggung jawaban maka Pasal 55 (1) KUHP tersebut tersebut maka di atas kesemua mereka adalah sebagai penanggung jawab penuh, yang artinya mereka semua diancam dengan hukuman maksimum pidana pokok dari tindak pidana yang dilakukan.

Ditinjau dari sudut pertanggung jawaban maka Pasal 55 (1) KUHP tersebut tersebut maka di atas kesemua mereka adalah sebagai penanggung jawab penuh, yang artinya mereka semua diancam dengan hukuman maksimum pidana pokok dari tindak pidana yang dilakukan.

3. Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik a. Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana (strafbaar feit) dengan tindakan atau perbuatan (gedraging/handeling) memiliki makna yang berbeda. Sudarto mengemukakan, bahwa unsur pertama dari tindak pidana adalah tindakan/perbuatan (gedraging), perbuatan orang ini merupakan titik penghubung antara dasar untuk pemberian

(35)

utama.31Tidak ada ditemukan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit di dalam KUHP maupun luar KUHP.oleh karena itu para ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dari istilah itu, yang sampai saat ini belum ada keseragaman pendapat. Pengertian tindak pidana penting dipahami untuk mendukung unsur-unsur yang ada di dalammya. Mengenai apa yang diartikan dengan tindak pidana (strafbaar feit) para sarjana memberikan pengertian/pembatasan seperti ini :32

1) D.Simons

Dalam rumusannya straafbaarfeit itu adalah “ tindakan melawam hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tindakan dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakkannya dan oleh undangundang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum”. Alasan dari Simon mengapa straafbaarfeit harus dirumuskan seperti di atas karena :

a) Untuk adanya suatu straafbaarfeit disyaratkan bahwa disitu terdapat suatu tindakan yang dilarang ataupun yang diwajibkan dengan undang-undang dimana pelanggaran terhadap larangan atau kewajiban seperti itu telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum;

b) Agar suatu tindakan seperti itu dapat dihukum maka tindakan itu harus memenuhi semua unsur dari delik seperti yang dirumuskan dengan undang-undang;

c) Setiap straafbaarfeit sebagian pelanggaran terhadap suatu larangan atau kewajiban menurut undang-undang itu, pada hakikatnya

31Mohammad Ekaputra,Dasar-Dasar Hukum Pidana Edisi 2, (Medan: USU Press, 2013), hlm. 78.

32 E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta:Storia Grafika, 2012), hlm. 204-207.

(36)

merupakan tindakan melawan hukum atau suatu onrechtmatige handeling.

2) Pompe

Tindak pidana (strafbaar feit) adalah suatu pelanggaran kaidah (penggangguan ketertiban hukum), terhadap pelaku yang mempunyai kesalahan untuk mana pemidanaan adalah wajar untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dan menjamin kesejahteraan umum.

3) Moeljatno

Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana, yang didefenisikan sebagai “perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai dengan ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut”.

4) Utrecht

Utrecht mengajukan pengajuan peristiwa pidana, karena istilah peristiwa itu meliputi perbuatan (handelen/doen,positif) atau melalaikan (verzuin atau nalaten atau niet-doen,negatif) maupun akibatnya.

Berdasarkan defenisi diatas maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa suatu perbuatan dikatakan sebagai suatu tindak pidana apabila:

a) Melawan hukum b) Merugikan masyarakat c) Dilarang oleh aturan pidana d) Pelakunya dapat dijatuhi pidana

(37)

b. Unsur- Unsur Tindak Pidana

Pengertian unsur unsur tindak pidana hendaklah dibedakan dari pengertian unsur unsur tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam rumusan undang undang (rumusan pasal). Pengertian unsur unsur tindak pidana lebih luas daripada pengertian unsur unsur tindak pidana sebagaimana dimaksud dalm ndang undang, yang dalam bahasa Belanda disebut elementen van de wettelijke delictsome scrhijving, misalnya: unsur unsur (dalam arti sempit) dari tindak pidana pencurian ialah unsur nsur yang tercantum dalam Pasal 362 KUHP.33

Menurut Moeljatno unsur unsur atau elemen elemen yang harus ada dalam suatu perbuatan pidana adalah:34

a) Kelakuan dan akibat (dapat disamakan dengan perbuatan);

b) Hal atau kedaan yang menyertai perbuatan;

c) Kedaan tambahan yang memberatkan pidana;

d) Unsur melawan hukum yang objektif;

e) Unsur melawan hukum yang subjektif

Kelima unsur atau elemen diatas pada dasarnya dapat diklasifikasikan dalam dua unsur pokok, yaitu unsur objektif dan unsur subjektif.

Unsur objektif dapat dibagi menjadi :35

1) Perbuatan manusia yang termasuk unsur pokok objektif adalah sebagai berikut :

a. Act ialah perbuatan aktif yang disebut juga perbuatan positif;

dan

33Mohammad Ekaputra mengutip dari Moeljatno,Dasar-Dasar Hukum Pidana Edisi 2, (Medan: USU Press, 2013).

34Ibid,hlm.113.

35Ibid, hlm.114

(38)

b. Ommision, ialah tidak aktif berbuat dan disebut juga perbuatan negatif;

2) Akibat Perbuatan Manusia

Hal ini erat hubungannya dengan ajaran kausalitas. Akibat yang dimaksud adalah dengan membahayakn atau menghilangka kepentingan-kepentingan yang dipertahankan oleh hukum, misalnya nyawa, badan, kemerdekaan, hak milik/harta, atau kehormatan;

3) Keadaan-keadaan

Pada umumnya keadaan-keadaan ini dibedakan atas : a. Keadaan pada saat perbuatan itu dilakukan ;dan b. Keadaan setelah perbuatan itu dilakukan;

4) Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum

Sifat dapat dihukum itu berkenaan dengan alasan-alasan yang membebaskan terdakwa dari hukuman. Sifat melawan hukum bertentangan dengan hukum, yakni berkenaan dengan larangan atau perintah

Sedangkan unsur pokok subjektif tercermin dalam asas pokok pidana , yaitu “tiada pidana tanpa kesalahan” (an act does not make guilty unless the mind is guilty; actus non facit reum nisi mens sitrea). Kesalahan yang dimaksud dalam konteks ini adalah :36

1) Kesengajaan terdiri dari tiga bentuk, yritu : a. Sengaja sebagai maksud;

36Ibid.

(39)

b. Sengaja sebagai kepastian;

c. Sengaja sebagai kemungkinan (dolus eventualis);

2) Kealpaan, adalah bentuk kesalahan yang lebih ringan daripada kesengajaan. Ada dua bentuk kealpaan, yaitu :

a. Tidak berhati-hati;dan

b. Tidak menduga-duga akibat perbuatan itu.37 c. Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik

Pencemaran nama baik dikenal juga istilah penghinaan, yang pada dasarnya adalah menyerang nama baik dan kehormatan seseorang yang bukan dalam arti seksual sehingga orang itu merasa dirugikan. Kehormatan dan nama baik memiliki pengertian yang berbeda, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, karena menyerang kehormatan akan berakibat kehormatan dan nama baiknya tercemar, demikian juga menyerang nama baik akan berakibat nama baik dan kehormatan seseorang dapat tercemar. Oleh sebab itu, menyerang salah satu diantara kehormatan atau nama baik sudah cukup dijadikan alasan untuk menuduh seseorang telah melakukan penghinaan.38Oemar Seno Adji mendefinisikan pencemaran nama baik sebagai menyerang kehormatan atau nama baik (aanranding of geode naam).39

4. Informasi Eletronik

Berdasarkan ketentuan umum dalam Pasal 1 Bab 1 Undang – Undang No. 11 tahun 2008, pada angka 1, bahwa yang dimaksud dengan informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak

37Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana:Dua Pegertian Dasar Dalam Hukum Pidana,(Jakarta:Centra, 1998), hlm. 57.

38 Mudzakir,, Delik Penghinaan dalam Pemberitaan Pers Mengenai Pejabat Publik, Dictum 3, hlm 18

39 Ibid.

(40)

terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta rancangan, foto, Elektronik Data Interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perfrasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.40

Informasi elektronik merupakan salah satu hal yang diatur secara substansial dalam Undang-Undang ITE selain transaksi elektronik. Perkembangan pemanfaatan informasi elektronik dewasa ini, sudah memberikan kenyamanan dan kemanfaatannya. Sebagai contoh penggunaan email untuk memudahkan setiap orang untuk berkomunikasi. Pemanfaatan informasi elektronik, memberikan manfaat dengan menjamurnya usaha kecil dan menengah di bidang penjualan jasa seperti warung-warung internet (warnet). Pemanfaatan informasi elektronik juga dimanfaatkan oleh kalangan pemerintah, seperti lembaga – lembaga pemerintah baik sipil maupun TNI/ Polri, Komisi Pemilihan Umum, untuk secara otomatismemanfaatkan informasi elektronik untuk kepentingan pengawasan dan pengendalian fungsi pemerintah.41

Perbuatan yang dilarang oleh undang – undang berkaitan dengan informasi elektronik adalah mendistribusikan, atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik yang muatannya berisi melanggar kesusilaan, muatan perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik atau pemerasan dan atau pengancaman.42

G. Metode Penelitian

40Raida L. Tobing, Penelitian Hukum Tentang Efektivitas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik,(Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2012) , hlm. 19.

41Ibid, hlm.20.

42Ibid.

(41)

Metode adalah cara kerja untuk memahami atau mawas objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.43Menurut Peter R. Senn,44 sebagaimana dikutip Bambang Sunggono dalam bukunya yang berjudul metode penelitian hukum “metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang memiliki langkahlangkah yang sistematis”, untuk lebih memahami mengenai metode dapat dilihat dari peranan metode dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan sebagai berikut:45

a. Menambah kemampuan para ilmuan untuk mengadakan atau melaksanakan penelitian secara lebih baik dan lengkap;

b. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk meneliti hal-hal yang belum diketahui;

c. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian interdisipliner;

d. Memberikan pedoman untuk pengetahuan mengenai masyarakat, mengorganisasikan serta mengintegrasikan

Adapun metode penelitian hukum yang digunakan dalam mengerjakan skripsi ini meliputi:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif46 yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bagian pustaka atau data sekunder. Penelitian hukum normatif disebut juga

43M. Solly Lubis, Filsafat Hukum dan Penelitian, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1994), hlm. 21.

44Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm.46.

45 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 2010), hlm.7.

46Ibid, hlm. 51

(42)

sebagai penelitian kepustakaan atau studi dokumen. Penelitian hukum normatif disebut juga sebagai penelitian hukum doktriner karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau badan hukum yang lain. Penelitian hukum ini disebut juga sebagai penelitian kepustakaan atau studi dokumen disebabkan karena penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan.

2. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder.Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan perundang-undangan.47Bahan data sekunder dapat dibagi menjadi :

a. Bahan Hukum Primer.

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang isinya mempunyai kekuatan hukum mengikat, dalam hal ini adalah norma atau kaidah dasar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

5) Keseluruhan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

47 H. Zainuddin Ali, Metodologi Penelitian Hukum,(Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm.106

(43)

b. Bahan Hukum Sekunder.

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa buku- buku, pendapat-pendapat para sarjana yang dimuatkan dalam artikel yang berhubungan dengan skripsi ini..

c. Bahan Hukum Tersier.

Bahan Hukum Tersier adalah bahan-bahan hukum yang bersifat menunjang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara lain:48

1) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI);

2) Kamus hukum;

3) Catatan perkuliahan;

4) Direktori putusan pengadilan;

5) Ensiklopedi hukum.

3. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Prosedur pengambilan dan pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini diperoleh dengan cara studi kepustakaan (library research), yaitu untuk mencari konsep-konsep, teori-teori, pendapat-pendapat, atau penemuan-penemuan yang berhubungan erat dengan pokok permasalahan.49Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan studi kepustakaan (library research), yakni studi dokumen dengan mengumpulkan dan mempelajari buku- buku hukum, literatur, tulisan- tulisan ilmiah, peraturan perundang-undangan dan bacaan lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, dan dokumen yang diteliti adalah putusan

pengadilan. Tujuan penelitian studi kepustakaan (library research) ini adalah untuk memperoleh data sekunder yang meliputi peraturan peran, buku,

48 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 52

49 Ediwarman, Monograf Metodologi Penelitian Hukum: Panduan Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Medan : PT. Sofmedia, 2015), hlm. 97.

Referensi

Dokumen terkait

Jadwal penerbangan menjadi salah satu hal yang penting dalam pengoperasian pesawat udara karena hal tersebut harus dilaksanakan sesuai yang Keterlambatan

Bila merujuk pada pasal 209 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang UUK-PKPU yang bunyinya sebagai berikut “Putusan pernyataan pailit berakibat demi hukum dipisahkannya

Skripsi ini mengemukakan permasalahan mengenai bentuk-bentuk pelanggaran terhadap perempuan korban perang di Suriah ditinjau menurut hukum internasional, diantara banyak

a) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian. Bahan hukum primer yang

Maka, atas pertimbangan tersebutlah Majelis Hakim menyatkan bahwa terdakwa harus dilepaskan dari tuntutan hukum (ontslag van rechtvervolging). Dari pemaparan

Dalam hal pengurusan Sertipikat Kepemilikan Hunian Rumah Susun peranan Para Tergugat masih sangat diperlukan, karena sertipikat tersebut masih tercatat atas nama PT

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, hendaknyalah seluruh bumi dan setiap unsurnya menaikkan puji-pujian atas kuasa dan kemurahan serta penyertaannya yang

Skripsi dengan judul “PENDAFTARAN MEREK KOLEKTIF SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK